You are on page 1of 32

LBM 2 : BLEPHAROKONJUNGTIVITIS (OD) DAN PTERYGIUM (OS)

STEP 7
1. Bagaimana vaskularisasi pada konjungtiva?
Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah :
a. Arteri konjungtiva posterior memperdarahi konjungtiva bulbi
Melebarnya pembuluh darah ini dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi,
mata kering (dry eyes), kurang tidur, iritasi akibat klorida, asap, dan benda asing,
ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.
Sifat :
 Mudah digerakkan dasarnya
 Pembuluh darah ini terutama didapatkan di daerah forniks pada radang
konjungtiva
 Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian perifer, karena asalnya
dari bagian perifer atau arteri siliar anterior
 Berwarna pembuluh darah yang merah segar.
b. Arteri siliar anterior
Melebarnya pembuluh darah perikornea atau injeksi siliar atau injeksi perikornea
terjadi akibat radang, tukak kornea, benda asing pada kornea, radang jaringan
uvea, glaucoma, endoftalmitis ataupun penoftalmitis.
Sifat :
 Berwarna lebih ungu disbanding dengan pelebaran pembuluh darah
konjungtiva
 Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan, karena
menempel erat dengan jaringan perikornea
 Ukuran sangat halus terletak di sekitar kornea
 Pembuluh darah perikornea tidak menciut bila diberi epinefrin.

 Bila terjadi pelebaran pembuluh darah diatas maka akan terjadi mata merah. Selain
daripada pelebaran pembuluh darah, mata merah dapat juga terjadi akibat pecahnya
salah satu dari kedua pembuluh darah diatas dan darah tertimbun dibawah jaringan
konjungtiva (hematoma subkonjungtiva).

SUMBER: Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Prof. dr. H. Sidarta IIyas, SpM, FKUI

2. Mengapa pasien tidak bisa membuka mata?


Cedera pada epitel konjungtiva oleh agen perusakedema epitel, kematian sel dan eksfoliasi,
hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva
(kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel radang, termasuk
neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan sel plasma, dan sering menunjukkan sifat agen
perusaksel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel permukaan  sel-sel
ini bergabung dg fibrin dan mukus dari sel gobletmembentuk eksudat konjungtiva
perlengketan tepian palpebra (terutama pagi hari).

Sumber : Vaughan G. Daniel, d. (2000). Oftalmologi Umum. Jakarta: WIdya Medika

Penutupan kelopak mata yang lama akan membuat suhu sama dengan suhu badan. Pada kelopak mata
yang terbuka biasanya suhunya lebih rendah dibandingkan suhu badan akibat penguapan air mata. Suhu
mata yang sama dengan suhu badan akan mengakibatkan berkembang biaknya kuman dengan baik. Suhu
badan merupakan inkubator yang optimal untuk kuman sehingga kuman akan memberikan peradangan
yang lebih berat pada konjungtiva, sehingga sekret akan bertambah diwaktu bangun pagi.

Sumber : Sidarta Ilyas, Prof. Dr.H. 2010. Ilmu Penyakit Mata. FKUI

Benda asing masuk  tubuh akan membentuk suatu mekanisme pertahanan tubuh 
melalui reaksi inflamasi atau peradangan, yang pertama kali terjadi adalah adanya kalor
(panas) karena vasodilatasi pembuluh darah, tapi hal ini sangat jarang terjadi pada mata
karena organ nya kecil dan pembuluh darahnya tidak banyak dan kecil-kecil, kemudian
akan timbul rubor (kemerahan) karena vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatnya
aliran darah pada daerah yang terkena, kemudian terjadi tumor (pembengkakan)
karena adanya peningkatan masa jaringan akibat edema dan transudasi jaringan, lalu
timbul dolor (rasa nyeri) karena akibat rangsangan pada serabut saraf sensoris dan
akhirnya dapat menyebabkan fungsiolesa (fungsi organ yang terkena menjadi
terganggu).
SUMBER: (OFTALMOLOGI UMUM, Daniel G. Vaughan dkk)

3. Kenapa mata kanannya keluar discharge warna kuning dan apa interpretasinya?
Keluhan mata belekan atau kotor yang sering dinyatakan oleh penderita kadang
kadang mempunyai arti tertentu untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis.
Sekret hanyak dapat dikeluarkan oleh epitel yang mempunyai sel lendir atau
pada sel Goblet konjungtiva. Bila terdapat keluhan sekret yang berlebihan oleh
penderita hal ini menunjukkan terjadi kelainan pada konjungtiva. Biasanya kelainan ini
berupa radang konjungtiva atau konjungtivitis.

Jumlah sekret konjungtiva akan lebih banyak sewaktu bangun pagi. Penutupan
kelopak mata yang lama akan membuat suhu sama dengan suhu badan. Pda kelopak
mata yang terbuka suhu mata biasanya lebih rendah dibanding suhu badan akibat
penguapan air mata.

Suhu mata yang sama dengan suhu badan akan mengakibatkan berkembang
biaknya kuman dengan baik. Suhu badan merupakan inkubator yang optimal untuk
kuman sehingga kuman akan memberikan peradangan yang lebih berat pada
konjungtiva, sehingga sekret akan bertambah di waktu bangun pagi.

Bentuk sekret yang terlihat kadang-kadang sudah membantu untuk


mengarahkan kemungkinan penyebab radang konjungtiva.

Mekanisme peradangan :
Peradangan merupakan mekanisme pertahanan tubuh, suatu reaksi yang dinamik,
melibatkan stimulus radang dan host ( pejamu ) yang secara klasik digambarkan dengan
danya lima gejala utama : kemerahan akibat vasodilatasi dan meningkatnya volume
serta aliran darah pada daerah lesi, pembengkakan karena adanya peningkatan masa
jaringan akibat edama serta transudasi jaringan, migrasi sel radang, nyeri akibat
rangsangan pada serabut saraf dan fungsiolesa. Yang terjadi pada peradangan
konjungtiva adalah vasodilatasi, permeabilitas meningkat serta eksudasi sel-sel leukosit
yang memberikan gambaran klinis secret dan merupakan tanda khas dari konjungtivitis.

Sifat secret :
a. Air  kemungkinan disebabkan infeksi virus atau alergi

b. Purulen oleh bakteri atau klamidia

c. Hiperpurulen disebakan gonokok atau meningokok


d. Lengket  oleh alergi atau vernal

e. Seros  oleh adenovirus

SUMBER: ILMU PENYAKIT MATA, PROF. DR. H. SIDARTA IILYAS, SP. M

Macam-macam sekret:
 serous, (cair bening)

Encer seperti air dengan penyebabnya virus. Setelah dua/ tiga hari dapat menjadi
mukopurulen, karena super infeksi dari kuman komensal, (daya tahan menurun
sehingga kuman komensal tumbuh tak terkendali)
 mucous, (kental bening elastis)

kental, bening, elastis (bila ditarik dengan ujung kapas). Penyebabnya biasanya karena
proses khronis/alergi . Fibrin-fibrin dalam keadaan utuh.
Klinis : bila ditutul kapas akan mulur (elastis) Sebab zat mucous terdiri dari fibrin

 purulen, (cair keruh kuning)

 Makin ganas kumannya makin purulen (nanah) mis : Gonococcen

 Banyak sel yang mati, terutama leucocyt, dan jaringan nekrose

 Kuman-kumannya type ganas, fibrin sudah hancur.

 Bila ditutul kapas, ia akan terhisap, sifatnya seperti air,berwarna kuning

 Campuran : mucopurulen, kental berwarna kuning, elastis. Penyebabnya:


biasanya kuman coccen yang lain.

 membran, (keruh lengket pada permukaan, bila diangkat tak berdarah)

 Misal : pada conjunctivitis diphtherica.

 Terbentuk sekret, sel - sel lepas dan terbentuk jaringan nekrotik.


 Terjadi defek konjungtiva.

 Membran sukar dilepas dan bila dipaksa akan berdarah karena ada ulkus
dibawahnya.

 Bila dilepas /dikupas akan berdarah

 pseudomembran, (keruh lengket pada pemukaan, bila diangkat berdarah)

Seolah-olah seperti melekat pada conjunctiva tetapi mudah diambil dan tak
mengakibatkan perdarahan. Penyebabnya antara lain streptococcus haemoliticus

 Sanguis, (cair merah ada darah)

Sekret berdarah. Terdapat pada konjungtivitis karena virus yang sangat virulent. Sering
disertai sekret purulent setelah dua/ tiga hari, karena ada super infeksi dari bakteri
komensal.

Sekret Penyebab Gambar

Serous Virus

Encer seperti air

mukous Alergi
kental, bening, elastis (bila ditarik
dengan ujung kapas)

purulen Bakteri2 tipe ganas ex.


Gonorrhoe

cair keruh kuning

 Banyak sel yang mati,


terutama leucocyt, dan
jaringan nekrose
mukopurulen Bakteri

membranous Biasanya pd konjungtivitis


dipteria

 Terbentuk sekret, sel - sel


lepas dan terbentuk jaringan
nekrotik
 Membran sukar dilepas dan
bila dipaksa akan berdarah
karena ada ulkus
dibawahnya.
pseudomembran streptococcus haemoliticus

 Seolah-olah seperti melekat


pada conjunctiva tetapi
mudah diambil dan tak
mengakibatkan perdarahan
sanguis karena virus yang sangat  Sekret berdarah
virulent dan super infeksi  Sering disertai sekret
bakeri komensial. purulent setelah dua/ tiga
hari, karena ada super infeksi
dari bakteri komensal.
Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik dengan pulasan gram
(mengidentifikasikan organisme bakter) pulasan Giemsa (menetapkan jenis dan
morfologi sel) maka didapat kemingkinan penyebab sekret seperti terdapatnya;

- Limfosit – monosit—sel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksi mungkin disebabkan
virus
- Leukosit, polimorfonuklrear oleh bakteri
- Eosinofil, nasofil, oleh alergi
- Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia
- Sel raksasa multinuklear oleh sel herpes
- Sel Leber—makrofag raksasa oleh trakoma
- Keratinisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye
- Badan Guarneri eosinofilik oleh vaksinia

Sekret serous
Encer seperti air dengan penyebabnya virus. Setelah dua/ tiga hari dapat menjadi mukopurulen,
karena super infeksi dari kuman komensal, (daya tahan menurun sehingga kuman komensal
tumbuh tak terkendali)
Sekret mucous
kental, bening, elastis (bila ditarik dengan ujung kapas), penyebabnya biasanya karena proses
khronis/alergi. Fibrin-fibrin dalam keadaan utuh.
Klinis : bila ditutul kapas akan mulur (elastis) Sebab zat mucous terdiri dari fibrin
Secret purulen
Makin ganas kumannya makin purulen (nanah) mis :Gonococcen. Banyak sel yang mati, terutama
leucocyt, dan jaringan nekrose. Kuman-kumannya type ganas, fibrin sudah hancur.
Bila ditutul kapas, ia akan terhisap, sifatnya seperti air,berwarna kuning
Campuran :mucopurulen, kental berwarna kuning, elastis. Penyebabnya: biasanya kuman coccen
yang lain.
Sekret Pseudo-membranacea
Seolah-olah seperti melekat pada conjunctiva tetapi mudah diambil dan tak mengakibatkan
perdarahan. Penyebabnya antara lain streptococcus haemoliticus
Sekret Membranous :
Terbentuk sekret, sel - sel lepas dan terbentuk jaringan nekrotik, terjadi defek konjungtiva.
Membran sukar dilepas dan bila dipaksa akan berdarah karena ada ulkus dibawahnya. Bila dilepas
/dikupas akan berdarah
Misal : pada conjunctivitis diphtherica
Sekret Sanguis
Sekret berdarah, terdapat pada konjungtivitis karena virus yang sangat virulent.
Sering disertai sekret purulent setelah dua/ tiga hari, karena ada super infeksi dari bakteri
komensal.
 Air : infeksi virus atau alergi
 Purulen : bakteri atau chlamydia
 Hiperpurulen : gonokokus atau meningokokus
 Lengket : alergi atau vernal
 Serous : adenovirus

SUMBER: Ilmu penyakit mata Prof. dr. Sidharta Ilyas, Sp.M FKUI

4.Mengapa pada skenario di temukan papil injeksi konjungtiva dan fibro vaskuler fiber?

PAPIL
Hipertrofi papilar
- Reaksi konjungtiva non spesitik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau
limbus di bawahnya serabut2 halus.
- Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansia papilla ( bersama unsure eksudat)
mencapai membrane basal epitel  pembuluh ini bercabag di atas papilla mirip jeruji
paying.  eksudat radang mengumpul diantara serabut2 membentuk tonjolan 2
konjungtiva

- Bila papilnya kecil  konjungtiva umumnya licin seperti beludru

Pada infiltrate berat konjungtiva dihasilkan papil raksasa  disebut cobble stone (
pertumbuhan papil yang besar) karena tampilannya yang rapat, papil raksasa beratap rata,
pilogonal dan berwarna putih susu kemerahan

SUMBER: Oftalmology Umum, Vaughan & Asbury , Ed. 17 EGC

Conjunctiva Injection

1. This patient with a bacterial eye


infection presented with injection
and mild chemosis.

Konjungtiva injeksi ; melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau


injeksi konjungtiva ini dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi
pada jaringan konjungtiva.
Injeksi konjungtiva mempunyai sifat:
- Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri konjungtiva posterior
melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah di lepas dari dasar sklera.
- Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan di daerah fornix
- Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian perifer, karena asalnya dari bagian
perifer atau arteri siliar anterior.
- Berwarna merah segar
- Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara
- Gatal
- Fotofobia-
- Pupil ukuran normal dengan reaksi normal
Sumber; buku ilmu penyakit mata

Injeksi konjungtiva Injeksi siliar/ Injeksi episkleral


perikorneal

Asal a. konjungtiva a. siliar a. siliar longus

Memperdarahi Konjungtiva bulbi Kornea segmen Intraokular


anterior

Lokalisasi Konjungtiva merah Dasar konjungtiva Episklera


ungu

Arah aliran/lebar Ke perifer (limbus ) Ke sentral (kornea) Ke sentral (kornea)

Konjungtiva Ikut bergerak Tidak bergerak Tidak ikut bergerak


digerakkan

Dengan epinefrin menciut Tidak menciut Tidak menciut


1;1000

Penyakit konjungtiva Kornea, iris, Glaukoma


galukoma
Endoftalmitis

Panoftalmitis

Sekret + - -

penglihatan normal Menurun Sangat turun

Penyebab Pengaruh mekanis, Radang kornea,


alergi, infeksi pd tukak kornea, benda
konjungtiva asing pd kornea,
radang jaringan
uvea, glaukoma,
endoftalmitis/
panoftalmitis

Sumber; buku ilmu penyakit mata

Injeksi Konjungtival Injeksi Siliar Injeksi episclera

ch
e
m
os
is
Konjungtiva sangat menyarankan konjungtivitis alergi akut tetapi juga dapat terjadi di
gonokokal akut atau konjungtivitis meningokokus. Chemosis dari konjungtiva bulbar terlihat
pada pasien dengan cacingan. Kadang-kadang chemosis mungkin muncul sebelum ada infiltrasi
seluler kotor atau eksudasi.

6. Sebutkan flora normal dan patogen yang ada di mata!


7. What is classification of red eye? (penyakit mata)
8. Bagaimana mekanisme peradangan pada skenario?
9. Apa diagnosis dan diagnosis banding?
Macam-macam penyakit dengan manifestasi mata merah tapi visus normal:
a. Mata merah, visus normal dan tidak kotor

Pterigium

Merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degenerative dan


invasive. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva yang meluas kedaerah kornea.
Diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari dan udara yang
panas.etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupkan suatu neoplasma , radang
dan degenerasi.
Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau akan memberikan keluhan mata iritatif, merah
dan mungkin menimbulkan astigmat yang akan memberikan
keluhan gangguan penglihatan.
DD pterigium : pseudopterigium, pannus dan kista dermoid.
Pengobatan tidak perlu karena sering bersifat rekuren,
terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterigium
meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata
dekongestan.
Pengobatan pterigium yaitu dengan sikap konservatif atau
dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan
akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau pterigium yang
telah menutupi media penglihatan.

Pseudopterigium

Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Terletak pada daerah
konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya.
Sering terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea.
Pada pseudopterigium selamanya terdapat anamnesis adanya kelainan kornea sebelumnya,
seperti tukak kornea.

Pinguekula

Adalah nodul kuning pada kedua sisi kornea ( lebih sering pada sisi nasal ) di daerah aperture
palpebra.
Benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua, terutama yang matanya sering
mendapat rangsangan sinar matahari, debu dan angin panas. Merupakan degenerasi hialin
jaringan submukosa konjungtiva. Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula akan tetapi
bila meradang atau terjadi iritasi, maka sekitar bercak degenerasi ini akan terlihat pembuluh
darah yang melebar
Nodul terdiri atas jaringan elastis hialin dan kuning. Jarang bertumbuh besar, namun sering
meradang.
Pengobatan pada pingueculitis tertentu diberi steroid lemah topical seperti prednisolone 0,12
% atau medikasi antiradang non-steroid topical dapat diberikan.
Pinguekula tidak perlu diberikan pengobatan, akan tetapi bila terlihat adanya tanda peradangan
(penguekulitis), dapat diberikan obat-obat anti radang.
akan tetapi bila terlihat adanya tanda peradangan (pingukulitis), dapat diberikan obat-obat
antiradang, seperti :

 Steroid topical lemah ( Prednisolone 0,1 % )


 NSAID topical
Pinguekula iritans

Pinguekula yang terkena iritasi atau meradang, sehingga pada sekitar bercak generasi ini akan
terlihat pembuluh darah yang melebar.

Blefaritis adalah peradangan pada margo palpebra. Jenis blefaritis :


1. Blefaritis anterior :
 Blefaritis ulserosa ok Stafilokokus Ulcus pada folikel silia, Silia mudah dicabut
 Blefaritis skuamosa ok Pytirosporum ovale  Sisik berminyak pd folikel silia, Silia
mudah dicabut
2. Blefaritis posterior : oleh karena disfungsi kelenjar meibom.
Penatalaksanaan
Blefaritis Anterior :
 kebersihan muka
 Salep antibiotika Gram (+)
 Digosok dengan cotton aplikator
Blefaritis Posterior :
 Tetrasiklin 2 x 250 mg atau Erythromicin 3 x 250 mg, Diberikan selama 2 minggu
 Topikal : steroid ringan

Hematoma subkonjungtiva

Dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis,
konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan dan batuk rejan)
Dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung yaitu kadang-kadang menutupi
perforasi jaringan bola mata yang terjadi
Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan disrap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.

Episkleritis

Merupakan reaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan
sclera.
Keluhan pasien berupa: mata terasa kering, dengan rasa sakit yang ringan, mengganjal dengan
konjungtiva yang kemotik.
Bentuk radang nya mempunyai gambaran khusus yaitu berupa benjolan setempat dengan batas
tegas dan earna merah ungu dibawah konjungtiva. Bila benjolan ini ditekan dengan kapas atau
ditekan pada kelopak di atas benjolan, akan memberikan rasa sakit, rasa sakit akan menjalar ke
sekitar mata.
Pengobatan:
1. Bila mata terlihat merah satu sector yang disebabkan
melebarnya pembuluh darah di bawah konjungtiva, pembuluh
darah ini bias mengecil bila diberi fenil efrin 2,5 % topical.
2. Pada keadaan yang berat diberi kortikosteroid tetes mata,
sistemik atau salisilat.
Episkleritis dapat sembuh sempurna atau bersifat residif yang dapat
menyerang tempat yang sama ataupun berbeda-beda dengan lama
sakit umumnya berlangsung 4-5 minggu.

Skleritis

Gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi kolagen, sebukan sel dan kelainan
vascular yang mengisyaratkan adanya vaskulitis.

Skleritis biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan
penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis dan gout. Kadang-kadangdisebabkan tuberculosis,
bakteri (pseudomonas), sakoidosis, hipertensi, benda asing dan pasca bedah.
Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu yang kadang-
kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering
kambuh. Mata merah berair, fotofobia dengan penglihatan
menurun.
Skleritis tidak mengeluarkan kotoran, terlihat benjolan
berwarna sedikitlebih biri jingga. Kadang-kadang mengenai
seluruh lingkaran kornea, sehingga terlihat sebagai skleritis
anular.
Pengobatannya : antiinflamasi steroid ataupun non steroid atau
obat imunosupresif lainnya.

b. Mata merah, visus normal dan kotor


Gejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuknya secret. Secret merupakan
produk kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet. Secret konjungtiva
bulbi pada konjungtivitis dapat bersifat :
 Air, kemungkinan disebabkan infeksi virus atau alergi
 Purulen, oleh bakteri atau klamidia
 Hiperpurulen, disebabkan gonokok atau meningokok
 Lengket, oleh alergi atau vernal
 Seros, oleh adenovirus

(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)

KONJUNGTIVITIS

Definisi : Adalah radang pada konjungtiva dengan kausa : infeksi, alergi atau trauma

Etiologi :

a. Infeksi
Bakteri ( stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, neisseria GO
Virus ( adenovirus, herpes simplek, varicela-zoster)
Fungi ( kandida)
Parasit ( ascaris lumrokaides)
b. Imunologi/ alergi
Reaksi imonologik cepat (konjungtiva vernal, konjungtiva atopik, konjungtiva giant
papil)
Reaksi imonologik lambat ( phligtenulosis)
Penyakit autoimun (kerato konjungtiva sicca)
c. Iritatif/ kimiawi
Iatrogenik (miotiko, obat- obat topikal, larutan lensa kontak)
Berhubungan dengan asap ( asap, asam, sinar UV)
d. Tidak diketahui
Konjungtivitis folikuler menahun
Konjungtivitis limbik superior

Gejala-gejala :
 Terdapat tanda-tanda radang umum yaitu dolor, tumor, rubor dan calor.
– Calor  panas , karena daerahnya kecil tak terukur
– Rubor  merah berupa conjunctival injeksi
– Dolor  berupa ngganjel,gatal, perih
– Tumor  sebagai proses eksudasi dan infiltrasi berupa
• Sekret
• Bangunan patologis
 Gejala subjektif (keluhan) :
– Merah
– Ngeres/ngganjel  karena di kornea
– Keluar kotoran
– Dempet waktu pagi hari  (karena kotoran yang kering waktu tidur)
 Gejala objektif (pemeriksaan) :
– Conjunctival injection
– Sekret (+) (akibat proses eksudasi)
– Ada bangunan patologis pada conjunctiva palpebra (akibat rposes infiltrasi)
Tanda:

Hyperemia
Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang kea rah limbus, disebabkan
dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior.
Lakrimasi
Sekresi air matadiakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau
gatal.
Eksudasi
Adanya secret yang keluar saat bangun tidur dan bila berlebihan palpebra saling
melengket.
Pseudoptosis
Turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller.
Hipertrofi papilla
Reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus
atau limbus dibawahnya oleh serabut-serabut halus.
Kemosis
Udema konjungtiva karena transudasi cairan dari pembuluh darah kapiler konjungtiva.
Folikel
Terdiri atas hyperplasia limfoid local di dalam lapis limfoid konjungtiva dan biasanya
mengandung sebuah pusat germinal.
Pseudomembran adalah pengentalan (koagulum) di atas permukaan epitel, bila
diangkat epitel tetap utuh.
Membrane adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel dan jika diangkat akan
meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.
Limfadenopati preaurikuler
Sebuah nodus preaurikuler, ada yang besa, ada yang kecil dan kadang nyeri,kadang
tidak.

(OFTALMOLOGI UMUM, Daniel G. Vaughan dkk)

Patofisiologi

Saat ada benda asing masuk (etiologi dari konjungtivitis),tubuh akan membentuk suatu
mekanisme pertahanan tubuh yaitu melalui reaksi inflamasi atau peradangan, yang pertama kali
terjadi adalah adanya kalor (panas) karena vasodilatasi pembuluh darah, tapi hal ini sangat jarang
terjadi pada mata karena organ nya kecil dan pembuluh darahnya tidak banyak dan kecil-kecil,
kemudian akan timbul rubor (kemerahan) karena vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatnya
aliran darah pada daerah yang terkena, kemudian terjadi tumor (pembengkakan) karena adanya
peningkatan masa jaringan akibat edema dan transudasi jaringan, lalu timbul dolor (rasa nyeri)
karena akibat rangsangan pada serabut saraf sensoris dan akhirnya dapat menyebabkan fungsiolesa
(fungsi organ yang terkena menjadi terganggu) .

Yang menjadi ciri khas pada konjungtivitis adalah adanya vasodilatasi pembuluh darah dan eksudasi
sel-sel leukosit yang memberikan gambaran klinis secret.
1. KONJUNGTIVITIS BACTERIAL

 Tanda dan gejala : kemerahan bilateral, eksudat purulen dengan palpebra saling
melengket saat bangun tidur dan kadang-kadang edema palpebra.

 Temuan laboratorium : pemeriksaan mikroskipik terhadap keroka konjungtiva


yang dipulas dengan pulasa gram dan giemsa, banyak ditemukan neutrofil
polimorfonuklear.

 Terapi  tergantung agen mikrobiologiknya.

 Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka diberikan


antibiotic spectrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata
4-5 kali sehari. Apabila dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi
salep mata (sulfasetamid 10-15 % atau khloramfenikol). Apabila tidak
sembuh dalam satu minggu bila mungkin dilakukan pemeriksaan
resistensi,kemungkinan defisiensi air mata atau kemungkinan obstruksi
duktus lakrimalis. Terapi untuk k. gonore : pasien dirawat dan diberi
pngobatan dengan penisilin salep dan suntikan, pada bayi diberikan
50.000U/kgBB selama 7 hari.

 Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus atau
dengan garam fisiologis ) setiap ¼ jam. Kemudian diberi salep penisilin
setiap ¼ jam. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan
penisilin G 10.000-20.000 unit/ml setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian
salep diberikan setiap 5 menit sampai 30 menit , disusul pemberian salep
penisilin setiap 1 jam selama 3hari.

2. KONJUNGTIVITIS KATARHALIS

 Konjungtivitis yang paling sederhana sehingga disebut konjungtivitis simplek.

 Dibagi : Akut dan kronis.

 Kausa : trauma, infeksi, allergi.

a. Konjungtivitis kataralis akut

• Kausa : Virus, (adenovirus)

• Gejala-gejala :

o Disamping rubor,calor,tumor,dolor sering juga terdapat haemorrhagi


subkonjungtiva.

o Pada awalnya sekret cair (serous), karena exudat tidak mengandung


fibrin. Setelah beberapa hari sekret kental sehingga kalau pagi mata
menjadi dempet. Ini disebabkan sudah ada infeksi tambahan dari kuman
komensal coccen yang ada di mata.
o Jenis secreet : mucous/muco-purulent. (bila purulent maka tidak
termasuk conjunctivitis catarrhalis tetapi telah termasuk conjunctivitis
purulenta/ blenorrhoe).

o Bisa mengenai ke cornea dan terjadi keratitis marginalis, kerato


conjunctivitis epidemica=KCE

o Bila disebabkan karena staphylococ maka letaknya pada cornea bagian


marginal bawah.

b. Konjungtivitis kataralis kronik

 Causa :

- Staphylococcus, Diplobacillus Morax-Axenfeld.

- Kedua kuman ini di margo palpebrae menyebabkan blepharitis

- Paling senang pada canthus internus dan externus sehingga terjadi


blepharitis angularis.

- Jadi conjunctivitis dapat menimbulkan blephritis dan blepharitis juga dapat


menimbulkan conjunctivitis sehingga penyakit ini merupakan penyakit yang
chronis,terutama bila daya tahan penderita rendah

 Therapi : drug of choice untuk coccen ialah penicilin dan sulfa preparat.

 Pada bentuk chronis,conjunctiva mengalami hypertrophie dan terbentuk


follicel pada conjunctiva palpebra

2. KONJUNGTIVITIS PURULENTA

• Secreetnya purulent.

• Penyebabnya ialah kuman yang virulent misalnya gonococc, meningococ, inclusion


virus (chlamidia sp).

Neiseria Gonorhoeca :
o Inoculasi melalui hubungan sex

o Contaminasi:

- Tak langsung: melalui handuk,saputangan,jari yang kena GO.

- Langsung dari sumber infeksi.

Meningococ : kurang ganas dari GO.


• Komplikasi yang berbahaya : meningo-coccaemia yang dapat menimbulkan
meningitis.

• Karakteristik dari conjunctivitis purulenta


• Jalan penyakit hyperacut. Karena kuman GO mengeluarkan toxin yang bersifat
proteolytic enzim

• Masa incubasi : 48 jam - 5 hari.

 Mula-mula secreet sereus sampai sero-sanguinis dan dengan cepat berubah


menjadi purulent. Dalam 2 hari palpebra dapat bengkak seperti papan (keras
sekali). Dapat timbul chemosis.

Conjunctivitis gonorrhoica
 Bisa cepat menjalar ke cornea. Biasanya dimulai pada cornea bagian atas, hal
ini disebabkan karena fornix disebelah atas lebih longgar sehingga pus lebih
banyak terkumpul dibagian atas dan toxin dari kuman akan merusak cornea
mulai dari lapisan epitel. (akibat toxin proteolytic merusak dinding sel)

 Cepat terjadi ulcus yang dapat perforasi (tanda perforasi : iris prolaps, c.o.a
dangkal, Tek. bola mata turun), bila sembuh akan menyebabkan lekoma
adherent.

 Bila tak diobati dengan baik, kuman masuk kedalam sehingga terjadi
endophthalmitis (bila sembuh sendiri menjadi phtisis bulbi)

 Pada bayi-bayi yang baru lahir,conjunctivitis hyperacut ini disebut ophthalmia


neonatorum (infantil purulent conjunctivitis)

 Causa : - Neiseria gonorrhoica : incubasi 3 - 5 hari.

- Inclusion virus. (Chlamidia trachomatosa)


 Membedakan GO dan Inclusion virus :

o Dengan masa incubasi : (melalui anamnesa ibunya)

 Inclusion virus : 5-10/11 hari. Manifestasi lebih banyak di


conjunctiva inferior dan biasanya sembuh dengan hypertrofi
papilair.

 Gonorrhoe : < 5 hari. Kalau > 5 hari, mungkin bukan GO. Bila tak
tahu sebabnya, obati saja untuk GO.

o Bayi yang baru lahir, diberi prophylactis dengan ditetesi nitras argenti 1-2%
(metode Crede). Sekarang banyak dipakai solutio protargol 5-10%, atau
chloramphenicol tetes mata.

o Pada GO, biasanya bapak/ibu juga menderita urethritis GO. Karena itu jangan
lupa periksa dan obati orang tuanya.

o Manifestasi bisa pada palpebra inferior dan superior.

 Terapi untuk GO :
o Drug of choice = Penicillin 10.000 Iu/cc ditetes tiap jam. Diencerkan dari
PPA 3 juta/botol (vial)

3. KONJUNGTIVITIS INKLUSI

• Pada orang dewasa : Terdapat follicel.

• Causa :

o Berenang dalam swimming pool.

o Kuman:

- Chlamydia trachomatosa

- Staphylococcus aureus : Secret kemudian menjadi mucopurulent dan


purulent.

- Causa Pneumococ : hanya pada dewasa

• Pada orang dewasa dapat menjadi chronis.

• Pada bayi tak dapat menjadi chronis sebab jar limphoid belum terbentuk
sempurna, shg tak dapat terjadi blepharitis, jadi harus diobati/tidak akan
sembuh sendiri. .

4. KONJUNGTIVITIS MEMBRANOSA

• Membraneus : bila dikupas akan berdarah oleh karena conjunctiva mengalami


necrose.

• Pseudomembraneus : dapat dilepas dengan mudah.

• Dibedakan 3 hal :

o Membran yang sangat tebal, sangat keruh.

Terdapat pada : - Conjunctivitis karena coryne bacterium diphtheriae. Dapat


karena streptococcus haemolyticus.
Harus di DD dengan :
-Erythema multiforme.
-Pemphigus.
o Membran yang sedang, tak begitu tebal, tidak begitu keruh (agak
transparant).

o Benar-benar pseudomembran: tipis, transparant, mudah dilepas. Misal


pada:conjunctivitis vernalis: sangat kronis dan exacerbasi pada musim
kemarau.

Conjunctivitis diphtherica
o Mungkin ada hubungannya dengan diphtheri nasal/nasopharynx.
o Mulai seperti conjunctivitis catarrhalis 2-3 hari kemudian mulai terlihat
membran terutama pada conjunctiva palpebrae. Pada conjunctiva bulbi : tak
ada. Cornea : jarang.

o Diagnosa : mikroskopis.

o Therapi : A.D.S.10-40.000 tergantung keganasannya.

Conjunctivitis karena B streptococcus haemolyticus.


o Causa :

- Exogen : dari luar tubuh.


- Endogen : berasal dari focal infeksi dalam tubuh.
 Datang diconjunctiva melalui jaringan pengikat. Karena itu diambil sedikit
epitheel conjunctiva untuk pemeriksaan mikroskopis (scraping)
o Gejala-gejala :

- Exogen : gambaran seperti diphtheri tetapi lebih hebat. Sering cornea ikut
terkena.
- Endogen:jalan penyakit lebih chronis sehingga stadium inflamasi kurang
dibandingkan dengan yang exogen.
o Therapi : Antibiotica dan sulfa preparat.

5. KONJUNGTIVITIS FOLIKULARIS

 Terdiri atas :

a. Conjunctivitis follicularis akut

• Inclusion conjunctivitis type dewasa.

• Kerato-conjunctivitis epidemica.

 Banyak didapatkan. Dapat menyebabkan epidemi. Biasanya mulai


dari kapal laut sehingga disebut shipyard conjunctivitis.

 Terjadi radang pada conjunctiva dan timbul folicel bisa meluas


dan menimbulkan infiltrat di cornea daerah marginal. Disertai
pembesaran kelenjar lymphe preauricular.

 Penjalaran terjadi setelah hari ke 3-4 dan menyebabkan


keratitis punctata superficialis yang mengelompok pada daerah
central. Akibatnya visus akan sangat menurun.

 Mikroskopis :

- O.K penyebab virus maka terdapat inclusion body.


- Cel leucocyt mononucleair dan giantcel.
 Therapi :
Oleh karena penyebab virus  dapat dicoba Broad spectrum
antibiotica, preparat sulfa
• Beal's conjunctivitis follicularis acuta.

 Gambaran klinis seperti kerato-conjunctivitis tetapi follicel lebih


banyak dipalpebra inferior.

 Biasanya disertai lymphadenopathie regional :

- Praeauriculair.
- Subauriculair.
- Submentalis.
- Parotis.
 Causa : virus

 Therapi : preparat sulfa, symptomatis

b. Conjunctivitis follicularis kronik

• Perjalanan penyakit : chronis.

• Gejala inflamasi ringan, secreet hampir tak ada/sedikit (mucous).

• Causa : tak diketahui. Mungkin disebabkan karena virus.

• Predisposisi:

- Kebersihan kurang,rumah yang berjejal, banyak asap/debu.


- Refraksi anomali yang tak dikoreksi.
- Memang pembawaan mudah diserang.
• Gambaran klinis : sukar dibedakan dengan folliculosis. Bisa terdapat
pada conjunctiva palpebrae superior maupun inferior.

 Komplikasi :

- Tak ada komplikasi pada cornea.


- Tak ada lymphadenopathie regional.
 Therapi : anti radang dan/atau symptomatis

 Follicel : hypertrophie adenoid (Jar.lymphe)

 Syarat : Harus ada jaringan lymphoid. Bayi kurang dari 3 bulan belum ada
jaringan ini. Pada anak-anak kecil sering membesar sebagai bagian dari
pembesaran jaringan lymphoid yang umum. Misal : pada tonsilitis chronica.

 Pembesaran lymphadenoid tanpa diikuti peradangan disebut folliculosis. Terdapat


pada conjunctiva inferior dan fornix. Bila diikuti peradangan maka disebut
conjunctivitis follicularis.

6. KONJUNGTIVITIS FLIKTEN
Dibagi menjadi :
a. Conjunctivitis Phlyctaenularis

 Sinonim : conjunctivitis eczematosa/ scrophulose (kulit babi).

 Biasanya diderita oleh anak kecil dibawah 15 tahun.

 Terdapat phlyctaen ialah penonjolan diatas permukaan conjunctiva bulbi


daerah nasal atau temporal dengan diameter kurang dari 5 mm, berisi
infiltrat limfosit berbatas tegas, dikelilingi conjunctiva injeksi lokal
disekitarnya.

 Gambaran Klassik:

 Bentuk leher seperti babi (tak ada lekukan karena pembesaran kelenjar
lymphe leher)

 Causa: allergi terhadap bacil TBC, Koch-Weeks bacil, Cacing perut


(dibuktikan dengan test lab)

 Lokalisasi phlyctaen :

- Pada conjunctiva bulbi : conjunctivitis phlyctaenularis.


- Pada limbus corneae : kerato-conjunctivitis phlyctaenularis.
- Pada cornea : keratitis phlyctaenularis.
 Bila didapat ke 3 nya : ophthalmia phlyctaenularis
 Bila khronis residif di cornea, dapat membentuk phlyctaen yang memberi
kesan seperti menjalar sehingga disebut Wonder phlyctaen

 Phlyctaen dapat mengalami necrose sehingga terbentuk ulcus. Ini terutama


terdapat pada cornea.(jarang perforasi) Tergantung letaknya :

- Superficial :dapat sembuh sempurna tanpa bekas.


- Lebih dalam : sembuh dengan bekas.
- Ulcus cornea yang berjalan dan diikuti oleh vascularisasi pembuluh darah
diatasnya disebut keratitis fasciculosa. Pembuluh darahnya disebut
:pannus phlyctaenularis.
 Microscopis : Banyak sekali eosinophyl dalam phlyctaen. Banyak infiltrat
lymphocyt. Pada phlyctaen belum tentu bisa didapatkan kuman-kuman sebab
mungkin causanya allergi.

 Therapi : Causal atau Symptomatis : antihistaminic


b. Conjunctivitis Cum Phlyctaen

 Merupakan reaksi allergi terhadap toxin dari kuman coccen.

 Didahului dengan conjunctivitis lebih dahulu. Phlyctaen terutama ditemukan


pada limbus. Letak phlyctaen dapat dimana saja (diatas dibawah,disamping
lateral/nasal).

 Injeksi konjungtiva merah merata

7. KONJUNGTIVITIS VERNALIS

 Biasanya terdapat pada anak-anak. Kadang-kadang terdapat pada orang dewasa


muda (sampai umur 30 tahun). Merupakan penyakit allergi,timbul terutama pada
musim panas (kemarau).

 Sebabnya: - Mungkin karena udara yang panas, banyak berdebu

- Mungkin karena kumannya banyak pada musim panas,


- Yang pasti belum diketahui.
 Karakteristik :

o Papillair hypertrophie dapat sangat excessive sehingga berbentuk seperti


coble stone pavement (Susunan batu kali).

o Terjadi hypertrophie jaringan pengikat pada stratum papillare yang lama-


lama akan mengalami degenerasi hyalin sehingga berwarna abu-abu/ biru
keputihan.

o Kambuh pada musim panas, hilang pada musim penghujan.

o Ada 2 type :

1. Type palpebra/tarsal : gambaran coble stone.

2. Type bulbair/limbal : Terjadi papillair hypertrophie,daerah limbus.

o Ada yang mengatakan terjadi gelatinous degenerasi, ada limbus cornea


kadang-kadang melingkar menutupi limbus cornea. Juga dapat menjalar
ke cornea,terjadi keratitis punctata lalu menjalar ke subepithelial sehingga
disebut keratitis sub epithelial dari Tuan Tobgy.
o Causa : allergi. Diduga terhadap serbuk-serbuk bunga yang ada di musim
panas.

o Therapi : - Antihistaminica. - Antiphlogistik

. - Cauterisasi  dg cauter - Radiasi


- Operasi sampai di tarsus (eksisi)

8. KONJUNGTIVITIS TRAKHOMATOSA

 Causa : Chlamidya trachomatosis (virus), Dapat menyerang semua umur.

 Penularan :

- Melalui secret pada stadium I.


- Vektor : jari, handuk, tangan yang basah.
 Praedisposisi :

- Gizi yang kurang baik.


- Keadaan hygiene yang jelek.
 Radang yang paling banyak menyebabkan kebutaan di Indonesia disamping
gonorrhoe dan defisiensi vit A. Terutama terdapat didataran rendah dengan
hawa lembab misal di daerah pantai. Pada keadaan kering, virus akan mati. Banyak
di Mesir dan Arab sehingga disebut Egyptian conjunctivitis.

 Sifat penyakit : chronis exacerbasi.

 Gejala yang menyolok gatal dan ngeres (seperti klilipen).

 Tanda-tanda klinik hanya inflamasi ringan.

 Secreet : moucous, muco-purulent.

 Perjalanan penyakit : ada 4 stadium

o Stadium I
 Peradangan conjunctiva yang sukar dibedakan dengan conjunctivitis yang
lain. Kemudian timbul bangunan patologis benjolan kecil conjunctiva
tarsalis, puncak mendatar (granula).

 Terdiri dari infiltrat lymphocytair dan macrophaag. Kadang-kadang


terdapat pada fornix. Disini ia lebih bebas bergerak dan tekanan dari
sekitarnya tak besar sehingga bentuknya lebih besar, menonjol dan
bulat. Ini disebut avisiones.

o Stadium II

 Banyak penyakit yang membuat granula seperti trachoma ini sehingga


disebut penyakit para trachoma. Pada trachoom pada fornix conjunctiva
sebelah nasal atas harus ada granula dan folikel berbentuk polimorph.

 Bisa berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Karena penyakit


telah berlangsung lama maka akan timbul irritasi chronis pada
conjunctiva sehingga terjadi hypertrophie papillair, timbul follicel, ada
yang besar dan kecil (polimorph). Pada akhir std II mulai timbul kelainan
pada cornea = keratitis trachomatosa, sebagai akibat dari gesekan kronis
follikel polimorph pada cornea.

 Keratitis Trachomatosa: Infiltratnya (punctata) terdapat dimarginal


atas, tersusun sedemikian sehingga berbentuk bulan sabit, concav
kebawah dan superficial.Sebagai akibat iritasi kronis dari folikel, kadang-
kadang pada infiltrat timbul neovascularisasi yang superficial yang
disebut pannus trachomatosa.

 Kadang-kadang terjadi ulcus yang superficial dan tidak mendalam.

o Stadium III

 Folikel polimorph mulai masak (seperti bisul),lalu pecah.

 Bila infiltrat folikel melewati membrana basalis, terjadilah cicatrix.


Harus dibedakan cicatrix karena trachoma dan karena sebab lain (trauma
mechanis, chemis,bekas operasi dll.).

 Pada trachoma di palpebra superior subtarsalis terdapat cicatrix yang


berderet-deret, bersambung-sambung seperti pita akibat dari banyaknya
granula yang pecah sehingga cicatrixnya bersatu dan conjunctiva
menebal.

 Cicatrix yang telah lama dan tebal akan mengalami retraksi sehingga
fornix conjunctiva mendangkal ,bulu mata tertarik mengarah kedalam
timbul enteropion dan trichiasis.

o Stadium IV
 Disebut metatrachoom.

 Entropion akan menyebabkan waktu berkedip bulu mata tsb akan


menggosok kornea sehingga akan timbul keratitis. Demikian terus
menerus sehingga akan timbul cicatric di cornea yang tebal dan
menyeluruh (lekoma total -> Visus 1/~).

 Karena rangsang kronis dari bulu mata maka akan timbul pannus yg kasar
(disebut pannus crassus). Selain itu retraksi akan menyebabkan jalan air
mata dari kelenjar lakrima didaerah forniks superior tersumbat.

 Walau produksi air mata tetap tetapi bola mata menjadi kering. Lama-
lama akan terjadi keratinisasi dan desquamasi (xerosis). Debu dan
kotoran lain akan terkumpul sehingga menghancurkan permukaan depan
bola mata, terjadi keratomalacie dan kebutaan.

 Jadi yang menentukan stadium-stadium trachoom ialah bentukkan-


bentukan patologis pada conjunctiva superior

 Entropion akan menyebabkan waktu berkedip bulu mata tsb akan


menggosok kornea sehingga akan timbul keratitis. Demikian terus
menerus sehingga akan timbul cicatric di cornea yang tebal dan
menyeluruh (lekoma total -> Visus 1/~).

 Karena rangsang kronis dari bulu mata maka akan timbul pannus yg kasar
(disebut pannus crassus).

 Therapi :

- Meningkatkan kebersihan.
- Memperbaiki gizi.
- Obat-obatan : Preparat sulfa atau Antibiotica broad spectrum
9. KONJUNGTIVITIS ALLERGI

• Terutama pada anak-anak kecil karena peka terhadap suatu toxin.

• Terjadi hypertrophie kecil karena peka terhadap suatu toxin.

• Causa :

o Toxin dari microorganisme (coccen/ morax-

axenfeld).
o Obat-obatan : pilocarpin, eserin, miotica anti-glaucoma

o Sulfas atropin : dermatitis allergica pada kulit palpebra.

 Dapat dicoba dengan patch test pada palpebra.

• Keluhan : ada rasa gatal.


10. What is the additional examination for the case?
PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan
pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas untuk
perencanaan pengobatan.
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan
metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang diulaskan pada gelas objek,
dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1% selama 1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan
air, dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok
yang intraseluler sel epitel dan lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan
bahwa proses sudah berjalan menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok,
untuk membedakannya dilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-).
Sedang meningokok test maltose (+).
Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada orang
tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.

11.What is the therapy for the scenario?

STEP 4
CONCEPT MAPPING

Mata merah

Visus normal Visus menurun:

Merah merata Merah tdk merata -keratitis

-ulkus kornea

k.akut k.kronis -episkleritis -endoftalmitis

-skleritis -endosiklitis akut

bakteri jamur alergi


-pterigiom

Px penunjang terapi diagnosis komplikasi

You might also like