You are on page 1of 15

Volume 14 No.

02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

PENGARUH FRAKSI VOLUME


PADA PEMBUATAN KOMPOSIT HDPE LIMBAH-CANTULA
DAN BERBAGAI JENIS PEREKAT DALAM PEMBUATAN LAMINATE

Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2,


Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3
1
Mahasiswa S2 - Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik UNS
2
Sfaf Pengajar - Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik UNS
3
Sfaf Pengajar - Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik UNS
Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta 57126
E-mail: achkun@telkom.net atau achkun72@yahoo.com

ABSTRACT

This study aimed to investigate the effect of volume fraction on the mechanical and physical
properties of waste HDPE composite-cantula. They were density, bending strength, impact
strength, and optimal type of adhesive laminate (laminate composite).
The composite materials contained of waste HDPE powder that served as matrix and cantula
fibers as reinforcement. Variation in the volume fraction of HDPE powder ranged from10% to
90%. The specimen were moulded by hot press printing at the pressure of 30 bars, temperature
of 120C and time of sintering of 10 minutes. Physical and mechanical properties of
composites were identified by conducting the impact, and shear tests according ASTM D-6272,
ASTM D-5941 and ASTM D-1037 respectively.
The research result showed that the higher amount of cantula fiber volume fraction would
reduced composite density. Volume fraction of waste at 10% to 90% would reduced composite
density on average 10.86%. The highest density found at the 10% of fiber volume fraction
amounting to 457.50 kg/m3 and the lowest at the 90% of fiber volume fraction amounting to
167.42 kg/m3. The bending stress and impact strength increase 10% to 40% on the volume
fraction of HDPE waste and decrease 50% to 90% on fiber volume fraction of HDPE waste.
The bending and impact strength were possessed by the volume fraction of cantula fiber at 40%,
both 31.02 MPa and 4996 J/m2. The highest shear strength of laminate was owned by the epoxy
adhesive amounting to 4.09 MPa.

Keywords : cantula fiber, waste HDPE, laminate, adhesive types

PENDAHULUAN mekanik yang tinggi. Penggunaan serat alam


Teknologi rekayasa material serta sebagai penguat komposit salah satunya
berkembangnya isu lingkungan hidup untuk produk papan (panel). Produk papan
menuntut terobosan baru dalam menciptakan partikel dari serat Abaka dan Sisal masih
material yang berkualitas tinggi dan ramah memiliki kelemahan yaitu sifat
lingkungan. Disamping ramah lingkungan pengembangan tebal yang masih tinggi
komposit berpenguat serat alam mempunyai (Sukanto 2008; Maloney 1993; Syamani et
berbagai keunggulan diantaranya yaitu harga al. 2006). Pemilihan kombinasi material
murah, mampu meredam suara, mempunyai serat dan matriks yang tepat dapat
massa jenis rendah, jumlahnya melimpah, mewujudkan material komposit dengan sifat
ringan dan kemampuan mekanik tinggi mekanis yang lebih baik (Hygreen dan
(Raharjo 2002). Bowyer 1996; Dumanaw 1990; Han 1990).
Penelitian Raharjo (2002) menyatakan serat High-density polyethylene High-density
Agave Cantula Roxb adalah salah satu jenis polyethylene (HDPE) merupakan salah satu
serat alam yang mempunyai kemampuan komoditas thermoplastic yang 100% dapat

Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3 | 15
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

didaur ulang serta mampu berfungsi baik rangka (komposit terisi) yang terdiri dari
sebagai matrik komposit karena memiliki matrik rangka yang terisi dengan bahan
modulus Young’s dan kekuatan tarik tinggi kedua dan komposit laminate yang terdiri
tetapi lebih rendah regangan patah, kekerasan, dari lapisan atau lamina.
dan kekuatan impaknya jika dipadukan Matrik harus memiliki kecocokan yang baik
dengan low-density polyethylene (LDPE) atau dengan serat. Beberapa jenis matrik polimer
linear low-density polyethylene (LLDPE) yang sering digunakan ialah matrik
(Gnauck and Frundt 1991). thermoset (polyester, epoxy, phenolics, dan
Banyaknya penelitian pemaduan serat alam polyamids) dan matrik polimer
cantula dan HDPE menjadi papan (panel) (polyethylene, polypropylene, nilon,
salah satu contoh perkembangan material polycarbonate dan polyether-ether keton)
komposit. Salah satunya dengan (Moncrief 1975).
menggabungkan dua lapisan atau lebih dengan Mazumdar (2002) menjelaskan fungsi
perekat (adhesive). Perekat merupakan salah penting matriks dalam komposit yaitu
satu solusi praktis, terhadap perekatan mengikat serat menjadi satu dan mentransfer
komposit sandwich antar laminat satu dengan beban ke serat, mengisolasi serat sehingga
lainnya, dengan maksud estetika serta serat tunggal dapat berlaku terpisah,
kerapian. Perekat lamina jenis epoksi lebih memberikan suatu permukaan yang baik
baik dibandingkan polyester serta chloroprene pada kualitas akhir komposit dan
(Yusep P., 2005; Sugiyanto, 2012). menyokong produksi bagian yang berbentuk
Ketersediaan serat cantula dan sampah plastik benang-benang, memberikan perlindungan
HDPE masih berlimpah namun penggunaan untuk memperkuat serat terhadap serangan
masih terbatas menjadi permasalahan utama kimia dan kerusakan mekanik karena
dalam penelitian ini. Pemanfaatan limbah pemakaian. Fraksi volume terbaik yang
plastik HDPE (daur ulang) untuk dijadikan digunakan untuk membuat komposit dengan
serbuk dengan penguat serat cantula, HDPE adalah 20%-40% (Asshiddiqi 2011;
diharapkan menjadi solusi produk bahan Oza 2010).
bangunan (penutup lantai). Penelitian untuk Proses pembuatan komposit dapat dilakukan
mengetahui pengaruh fraksi volume pada dengan berbagai cara, salah satunya adalah
pembuatan komposit HDPE limbah-cantula dengan proses pressured sintering.
dan berbagai jenis perekat dalam pembuatan Penelitian tentang komposit HDPE-sampah
laminate perlu dilakukan, sehingga dapat organik dengan variasi suhu sintering HDPE
mewujudkan material panel/penutup lantai menghasilkan bahwa peningkatan suhu
ramah lingkungan. sintering dari suhu 105 C sampai 127 C
akan menaikan kekuatan bending sebesar
TINJAUAN PUSTAKA 171,6% dan menyebabkan nilai resapan air
Komposit adalah struktur material yang terdiri komposit HDPE-sampah organik turun
dari dua kombinasi bahan atau lebih yang sebesar 84,23%. Penambahan waktu
dibentuk pada skala makroskopik dan sintering dari 10 hingga 25 menit akan
menyatu secara fisika (Kaw 1997). Schwartz meningkatkan kekuatan mekanik komposit
(1984) mendefinisikan komposit sebagai HDPE-ban bekas (Riyanto 2011; Tutuko
sistem material yang terdiri dari gabungan dua 2007). Parameter yang digunakan untuk
atau lebih unsur pokok yang berbeda bentuk mengendalikan proses sintering adalah laju
atau komposisi yang tidak dapat dipisahkan pemanasan, suhu, dan waktu sintering
satu sama lain. Komposit dapat dibagi lima (Sugondo 2000). Kekuatan impact yang
berdasarkan konstituennya yaitu (Schwartz dihasilkan dengan menggunakan metode
1984) yaitu Komposit serat yang terdiri dari pressured sintering pada suhu 120 C
serat dengan atau tanpa matrik, komposit flake selama 5 menit sebesar 25002,13 J/m2,
yang terdiri dari flake dengan atau tanpa sedangkan penelitian dengan metode
matrik, komposit partikel yang terdiri dari sintering konvensional pada suhu 150 C
partikel dengan atau tanpa matrik, komposit

16 | Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

dihasilkan kekuatan impact sebesar 24346,87 dan resin ester vinyl (Rasman 2010). Jenis
J/m2 (Sukanto 2008). resin berpengaruh pada sifat mekanik
komposit, komposit serat cantula dengan
Komposit Serat matrik resin epoxy menghasilkan kekuatan
Serat secara umum terdiri dari dua jenis yaitu tarik lebih tinggi. Sedangkan komposit serat
serat alam dan serat sintetis. Serat sintetis cantula dengan matrik resin BQTN EX
mempunyai beberapa kelebihan yaitu sifat dan menghasilkan kekuatan bending tertinggi
ukurannya yang relatif seragam, kekuatan (Ariawan 2006).
serat dapat diupayakan sama sepanjang serat.
Serat sintetis yang telah banyak digunakan Serat Cantula
antara lain serat gelas, serat karbon, kevlar, Serat cantula merupakan serat alam sebagai
nylon dan lain-lain (Schwartz 1984). hasil dari ekstraksi daun tanaman agave
Penggunaan bahan komposit serat efisien cantula roxb yang termasuk dalam keluarga
dalam menerima beban dan gaya apabila Agavacea (Maruto 2008). Raharjo (2003),
dibebani serat searah, sebaliknya sangat lemah menyatakan perlakuan pemanasan
jika dibebani dalam arah tegak lurus serat temperatur 110 C selama 45 menit terhadap
(Hadi 2000). Faktor yang mempengaruhi serat cantula, menghasilkan kekuatan tarik
variasi panjang serat chopped fiber composites tertinggi sebesar 346,7 MPa.
adalah critical length (panjang kritis) yaitu
panjang serat minimum pada diameter serat Plastik HDPE.
yang dibutuhkan terhadap tegangan, untuk Plastik HDPE termasuk dalam kategori
mencapai tegangan saat patah yang tinggi thermoplastik, karena memiliki ikatan antar
(Schwartz 1984). molekul yang linier, sehingga dapat
Tegangan geser antara matrik dan serat mengalami pelunakan atau perubahan
(Interfacial Shear Stresh), dihitung dari bentuk, dengan kata lain meleleh jika
besarnya beban yang digunakan untuk dikenai panas. Proses pembuatan polymer
memutuskan atau mencabut serat dari matrik. ini disebut polimerisasi, yang melibatkan
Besar IFSS setiap serat akan berbeda energi panas dan katalisator untuk
tergantung pada kekuatan serat. Komposit memisahkan ikatan dalam suatu molekul
PP-heneguin fiber (Agave fourcroydes) agar dapat terjadi ikatan dengan molekul-
dengan serat yang dipotong panjang 10 mm molekul lain yang sejenis (Billmeyer 1994).
dan diberikan perlakuan rendaman air dengan Sifat-sifat plastik HDPE secara umum
NaOH 6 wt% selama 60 menit menghasilkan adalah tahan terhadap zat kimia (minyak,
IFSS yang tinggi yaitu 9,47 MPa. Sedangkan deterjen), ketahanan impact cukup baik,
serat tanpa perlakuan menghasilkan IFSS 4,05 memiliki ketahanan terhadap suhu dan
MPa (Lee 2008). Perlakuan serat akan plastik HDPE stabil terhadap oksidasi udara
memberikan perubahan sifat pada komposit. (Corneliusse 2002). HDPE juga lebih keras
Komposit Polyester 157 BQTN-serat rami dan bisa bertahan pada suhu tinggi (Tm =
dengan diberi perlakuan NaOH 5% selama 2 130 C) (Wang, M.W. 2009).
jam, memiliki kekuatan tarik komposit Sifat-sifat plastik HDPE secara umum
menjadi lebih tinggi. Perlakuan NaOH yang adalah tahan terhadap zat kimia (minyak,
lebih lama dapat menyebabkan kerusakan deterjen), ketahanan impak cukup baik,
pada unsur selulosa. Serat yang dikenai kuat, fleksibel dan tembus pandang. Bentuk
perlakuan alkali terlalu lama, dapat umum yang ditemui yaitu botol minuman,
menyebabkan mengalami degradasi kekuatan botol oli, botol sampo, botol kosmetik dan
yang signifikan yaitu memiliki kekuatan yang lain-lain. Karakter HDPE (Corneliusse
lebih rendah (Diharjo K. 2006). 2002) dapat dilihat pada tabel berikut:
Komposit serat kenaf dengan fraksi volume
30% menggunakan matrik polyester resin
akan menghasilkan kekuatan lentur paling
tinggi dibanding menggunakan resin epoxy

Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3 | 17
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

Tabel 1. Karakter HDPE 11FL3


Properties Value E=
32bh 3
3
Massa jenis (gram/cm ) 0,952 dim
ana :
Tensile strength (MPa) 33,10 E = Modulus elastisitas bending (MPa)
Compression strength (MPa) 24,82 F = Beban/load (N)
L = Panjang span/support span (mm)
Flexural strength (MPa) 39,99
b = Lebar/width (mm)
Melting point (C) 130 d = Tebal/depth (mm)
δ = Defleksi (mm)
Izod Impact (J/m2) 21,351 Kekuatan impact diketahui dengan
Water absorption (%) 0,01 terlebih dahulu dihitung energi yang diserap
oleh benda (W), yaitu selisih energi
potensial pendulum sebelum dan sesudah
Perekat (adhesive)
mengenai benda. Rumus perhitungan
Perekat berfungsi mengikat laminat dengan
lamina atau laminate dengan pengisi (core). kekuatan impact izod untuk material plastik
mengacu pada ASTM D-5941.
Kekuatan tarik perekat harus lebih tinggi dari
W = [ w . R. ( cos β – cos α ) ]
pada kekuatan tarik core. Hal ini dimaksudkan
agar antara skin dan core sulit terjadi dimana:
w = berat pendulum (N)
delaminasi.
Steeves, C.A., Fleck, (2009) mengatakan =m.g
R = jarak dari pusat rotasi pendulum ke
bahwa komposit serat gelas merupakan
pusat massa (m)
gabungan dua lembar lamina (skin) yang
disusun pada dua sisi material pengisi (core) β = sudut pantul lengan ayun; α = sudut
naik awal lengan ayun
serta perekat. Fungsi utama lamina pada
Kondisi pendulum diayunkan bebas
struktur serat gelas adalah menahan beban
(tanpa mengenai benda uji) sudut pantul
aksial dan bending.
lengan ayun lebih kecil daripada sudut
naiknya berarti terdapat gesekan, maka nilai
Sifat Fisik dan Mekanik Komposit
W dikurangi dengan energi gesekan
Pengujian yang dilakukan terhadap spesimen
adalah pengujian mekanik dan pengujian fisik. (Wgesek).
Persamaan untuk menghitung energi
Pengujian mekanik yang dilakukan adalah
pengujian bending, pengujian impact dan total yang diserap oleh benda (W) adalah:
W = Wspesimen – Wgesek
pengujian geser tekan sedangkan pengujian
W = w.R.(cos β – cos β’)
fisik yang dilakukan adalah uji massa jenis.
Prinsip pengujian bending yang dilakukan
dimana:
menggunakan metoda four point bending
standard ASTM D 6272. Pada perhitungan β’ = sudut pantul lengan ayun tanpa
mengenai benda
kekuatan bending ini, digunakan persamaan:
3PL Perhitungan nilai kekuatan impact benda uji
σ =
4bd 2 adalah sebagai berikut:
dimana :
σ = Tegangan bending (MPa)
a iU 
W
 10 3  
J
m2
F = Beban/load (N) hb
L= Panjang Span/support span (mm) dimana:
b = Lebar/width (mm) h = ketebalan benda uji (m);
d = Tebal/depth (mm) b = lebar benda uji (m)
Sedangkan untuk mencari modulus Pengujian geser tekan mengacu pada standar
elastisitas bending menggunakan rumus : uji ASTM 1037. Perhitungan untuk

18 | Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

menentukan tegangan geser maksimum cantula yang telah bercampur,


adalah: selanjutnya dioven selama 10 menit
τ  P dengan temperatur 60 C (Wang, dkk.
2A 2009).
Proses berikutnya dicetak dalam mesin
Dimana:
hot press pada tekanan 30 bar,
τ = tegangan geser maksimum, (Pa) temperatur 120 C dan variasi rasio
P = beban maksimum, (N) fraksi volume awal hingga akhir selama
A = luas penampang spesimen, (mm2) 10 menit. Titik cair limbah HDPE 130
Hipotesa peneliti bahwa rasio fraksi volume C (Corneliusse 2002). Spesimen
komposit serat terbaik 20%-40% dengan komposit dicetak sesuai ukuran massa
pembuatan menggunakan hot press metode jenis standar ASTM D 1037, diuji
pressured sintering pada suhu 105 C sampai bending standar ASTM D 6272, diuji
127 C selama 10 hingga 25 menit dan impak standar ASTM D 5941 dan tarik
tekanan 30 bar akan meningkatkan tegangan geser D 1037. Hasil pengujian lamina
bending dan kekuatan komposit. Tegangan yang paling baik digabungkan dengan
geser perekat terbaik untuk pembuatan lamina lain dengan variasi jenis perekat
laminate komposit adalah perekat epoksi yang sehingga membentuk lapisan laminate.
dilakukan perekatan pada suhu 32 °C selama 4. Proses pembuatan laminate
24 jam dengan tebal perekat 0,25 mm. Bahan terdiri komposit lamina yang
paling baik dari hasil pengujian serta
METODOLOGI jenis perekat epoksi, perekat polyester
A. Tahap Pembuatan Spesimen. dan perekat chloroprene. Pembuatan
Spesimen benda uji dibuat dengan tahapan laminate dengan melakukan perekatan
sebagai berikut : antar komposit lamina pada suhu 32 °C
1. Penyiapan bahan HDPE. selama 24 jam dengan tebal perekat 0,25
Limbah HDPE menggunakan jenis limbah mm dan tekanan kempa 9,8 bar.
botol kosmetik yang dipotong-potong ± 10
mm (Lee, dkk. 2008). Terlebih dahulu B. Tahap Pengujian.
dicuci dengan air hingga bersih, lalu 1. Pengujian kekuatan lentur (ASTM D-
dikeringkan dibawah sinar matahari. 6272)
HDPE yang sudah kering kemudian 2. Pengujian kekuatan impak (ASTM D-
digiling dengan menggunakan mesin 5941)
chruser dan hasilnya diayak, dengan 3. Pengujian tekan geser (ASTM D-1037)
ayakan manual mesh 40-60. Variasi jenis perekat yang digunakan
2. Penyiapan serat cantula. pada laminasi antar lapisan komposit ini
Serat cantula dicuci dan dikeringkan ada tiga yaitu perekat epoxy, perekat
dibawah sinar matahari. Selanjutnya chloroprene, perekat polyester. Dari
dioven pada temperatur 110 C selama 45 ketiga jenis adhesive tersebut untuk
menit untuk menyisakan kadar air serat 4% mencari jenis perekat yang mempunyai
(Raharjo 2002), kemudian dipotong- kekuatan laminasi yang paling kuat atau
potong panjang 10 mm. baik. Pelaksanaan laminasi variasi jenis
perekat memakai tebal perekat 0,25 mm
3. Proses pembuatan komposit (diukur memakai fuller) dengan tekanan
Bahan terdiri dari serbuk HDPE dan serat kempa 9,8 bar. Perbandingan pemakaian
cantula dengan perbandinganVf serat 10% perekat epoksi 1:1, perekat polyester 100
hingga 90%, dicampur menggunakan ml dan 1% katalis, serta chloroprene.
mixer dengan putaran 250 rpm selama 60 Setiap hasil laminasi dikeringkan dalam
menit. Saat pencampuran ditambahkan suhu ruang selama 24 jam.
isopropil alkohol (Wang, dkk. 2009), Selanjutnya dilakukan pengujian geser
sebesar 0,5 wt%. Serbuk HDPE dan serat

Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3 | 19
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

dengan universal testing machine (UTM), semakin sedikit fraksi volume serat akan
dan pengujian SEM. meningkatkan rongga atau pori-pori pada
komposit. Semakin meningkat jumlah
HASIL DAN PEMBAHASAN rongga yang dihasilkan maka kekuatan
Pengaruh fraksi volume serat 10% sampai komposit akan semakin menurun (Oza
dengan 90% menunjukkan adanya perbedaan 2010).
komposisi struktur komposit HDPE-cantula.
Fraksi volume serat semakin sedikit Pengukuran Massa Jenis Komposit
mempengaruhi peningkatan partikel HDPE HDPE-Cantula
dan sebagai matrik bertambah optimal Pengukuran pengaruh fraksi volume serat
mengikat serat tetapi kekuatan terhadap 10%-50% nilai massa jenis mengalami
komposit semakin menurun atau penurunan kecil yaitu rata-rata 0,62%,
kebalikannya. Partikel HDPE yang dominan terhadap fraksi volume serat 50%-90% nilai
akan mampu mengikat komposit secara massa jenis mengalami penurunan cukup
optimal karena jumlah serat sedikit (Gnauck tajam dengan rata-rata 21,11% sedangkan
1991). Jumlah serat semakin sedikit nilai massa jenis pada fraksi volume serat
menimbulkan potensi menurunnya kekuatan 10%-90% mengalami penurunan rata-rata
komposit. Fenomena tersebut disebabkan 10,86%.

Gambar 1. Grafik hubungan massa jenis terhadap fraksi volume komposit HDPE-cantula

Gambar tersebut menunjukkan adanya terendah pada fraksi volume serat 90%
pengaruh fraksi volume komposit HDPE- sebesar 167,42 kg/m3. Semakin tinggi
cantula terhadap massa jenis spesimen fraksi volume serat komposit HDPE-
dengan metode pressured sintering. Partikel cantula akan menurunkan nilai massa jenis
HDPE sebagai matrik mampu mengikat serat komposit.
sesuai fraksi volumenya. Nilai massa jenis
merupakan perbandingan massa dan volume Pengaruh Fraksi Volume Serat Cantula
sehingga pada spesimen yang mempunyai terhadap Tegangan Bending
massa relatif sama tetapi dengan volume Tegangan bending komposit dapat diketahui
lebih kecil akan menghasilkan nilai massa setelah dilakukan pengujian bending dengan
jenis lebih tinggi (Asshiddiqi 2011). Massa menggunakan universal testing machine
jenis tertinggi dimiliki oleh fraksi volume dengan metode four point bending.
serat 10% sebesar 457,50 kg/m3 dan yang

20 | Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

Gambar 2. Grafik hubungan tegangan bending terhadap fraksi volume komposit HDPE-
cantula
Tegangan lentur mengindikasikan ketahanan berkembang menjadi perpatahan.
suatu material terhadap beban lentur. Berkurangnya peluang terjadinya
Tegangan lentur komposit dipengaruhi oleh perpatahan maka menghasilkan komposit
ikatan partikelnya dan fraksi volume serat dengan tegangan bending tinggi.
terbaik yang digunakan untuk membuat Pada fraksi volume serat cantula 40%
komposit dengan HDPE adalah 20%- 40% sampai dengan 90% tegangan bending
(Oza 2010). Kondisi tersebut dialami mengalami penurunan kontinyu hingga rata-
komposit HDPE-cantula fraksi volume serat rata sebesar 12,24%. Nilai tegangan bending
cantula 10% sampai dengan 40%, dimana paling rendah pada fraksi volume serat
tegangan bending komposit mengalami cantula 90% sebesar 15,92 MPa. Fraksi
peningkatan rata-rata sebesar 7,8%. Nilai volume serat yang tinggi meningkatkan
tegangan bending tertinggi dihasilkan oleh rongga pada komposit. Rongga yang terjadi
fraksi volume serat cantula pada 40% yaitu akan berpengaruh terhadap menurunnya
sebesar 31,03 MPa atau meningkat 3,7% dari tegangan bending pada komposit (Oza
fraksi volume sebelumnya. 2010). Keberadaan rongga merupakan
Serat cantula pada fraksi volume 40% diikat tempat konsentrasi tegangan akan menjadi
serbuk HDPE secara optimal sehingga sangat tempat inisiasi/awal retak sehingga
sedikit rongga/ruang kosong pada komposit. komposit yang mengalami pembebanan nilai
Berkurangnya jumlah rongga yang dihasilkan bending-nya menjadi rendah. Hal ini juga
akan meningkatkan tegangan bending berpotensi terjadi pada komposit HDPE-
komposit. Keberadaan rongga yang sedikit cantula.
mempunyai peluang kecil terjadinya retakan
awal yang dapat menimbulkan potensi

Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3 | 21
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

Pengaruh Fraksi Volume Serat Cantula terhadap Kekuatan Impak

Gambar 3. Grafik hubungan kekuatan impak terhadap fraksi volume komposit HDPE-
cantula

Kekuatan impak komposit HDPE-cantula sehingga sangat sedikit rongga/ruang


pada fraksi volume serat 10% sampai dengan kosong pada komposit. Berkurangnya
40% mengalami peningkatan rata-rata sebesar jumlah rongga yang dihasilkan akan
23,2%. Nilai kekuatan impak tertinggi dialami semakin meningkatkan kekuatan impak
pada fraksi volume serat 40% yaitu sebesar komposit (Oza 2010). Jumlah rongga pada
4996 J/m2. Pada komposit HDPE-cantula komposit HDPE-cantula sedikit akan
fraksi volume serat 40% sampai dengan 90% semakin mengurangi peluang terjadinya
mengalami penurunan nilai kekuatan impak permukaan patah yang dapat menimbulkan
rata-rata sebesar 20,48%. Nilai kekuatan potensi berkembang menjadi perpatahan
impak paling rendah pada fraksi volume serat mendadak/getas. Berkurangnya peluang
cantula 90% sebesar 1541 J/m2. terjadinya perpatahan mendadak terhadap
Pada fraksi volume serat cantula 40% jumlah komposit HDPE-cantula menghasilkan
serbuk HDPE limbah lebih dominan dan kekuatan impak tinggi.
mampu mengikat serat cantula secara optimal

Gambar 4. Permukaan patah uji impak


fraksi volume serat 40%

22 | Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

Gambar 5. Permukaan patah uji impak


fraksi volume serat 60%

Matrik mempunyai kekuatan impak lebih Pengaruh Jenis Perekat terhadap


tinggi dibanding serat. Naiknya nilai kekuatan Kekuatan Laminasi
impak disebabkan bertambahnya jumlah Laminasi untuk mengetahui kekuatan jenis
matrik HDPE dalam komposit HDPE-cantula. perekat pada permukaan antar lamina
Fraksi volume serat yang semakin dilakukan pengujian geser untuk
tinggi/dominan meningkatkan timbulnya mendapatkan kekuatan laminate yang
rongga pada lamina. Rongga yang terjadi akan optimal. Hasil pengujian untuk menghitung
berpengaruh terhadap menurunnya kekuatan besarnya tegangan geser. Variasi jenis
impak pada komposit (Oza 2010). Pada waktu perekat pada laminate serat cantula fraksi
komposit HDPE-cantula dikenai beban volume serat 60% menggunakan perekat
impak, maka bagian yang berongga menjadi epoksi, polyester, chloroprene pada
tempat konsentrasi tegangan titik inisiasi/awal temperatur 32 °C selama 24 jam dengan
retak, sehingga kekuatan impaknya menjadi tebal terbaik perekat 0,25 mm (Glen A.
kecil. Gambar diatas menunjukkan permukaan Rowland 2009, Sugiyanto 2012) seperti
patah uji impak komposit HDPE-cantula pada gambar berikut.
fraksi volume serat 60% dimana morfologi
serat cantula tidak terikat matrik HDPE.

Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3 | 23
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

Gambar 6. Foto makro perekat epoksi terhadap permukaan geser komposit


laminate menimbulkan tegangan plastis
Struktur makro pada gambar tersebut perekat epoksi dan terjadi pada permukaan
menunjukkan perekat epoksi secara optimal komposit sebagaimana gambar berikut
mengikat serat dengan kuat dan berfungsi
sebagai penguat komposit. Akibat uji geser

Gambar 7. Foto makro perekat polyester terhadap permukaan geser komposit


Akibat uji geser terhadap laminate
Gambar tersebut menunjukkan struktur makro menimbulkan tegangan plastis perekat
perekat polyester mengikat serat cukup baik polyester pada permukaan komposit.
dan berfungsi sebagai penguat komposit.

24 | Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

Gambar 8. Foto makro perekat chloroprene terhadap permukaan geser komposit


tegangan pada perekat chloroprene
Gambar tersebut. menunjukkan struktur dipermukaan komposit.
makro perekat chloroprene sangat lemah Hubungan jenis perekat terhadap
mengikat serat dan tidak dapat berfungsi tegangan geser yang dihasilkan komposit
sebagai penguat komposit. Pengujian geser HDPE-cantula dengan variasi jenis perekat
terhadap laminate tidak menimbulkan dapat dilihat pada gambar berikut:

Epoksi Polyester Chloroprene

Gambar 9. Grafik hubungan tegangan geser laminate terhadap jenis perekat


Gambar tersebut menunjukkan hubungan jenis polyester memiliki kekuatan geser sebesar
perekat terhadap tegangan geser yang 2,70 Mpa dan perekat chloroprene sebesar
dihasilkan komposit HDPE-cantula. Perekat 0,12 MPa.
epoksi dan polyester mempunyai ikatan Kegagalan perekatan rata-rata terjadi karena
optimal. Perekat epoksi memiliki daya geser pada permukaan komposit memiliki
kecil sehingga tegangan gesernya tertinggi kekuatan geser lebih rendah dibandingkan
dibandingkan menggunakan perekat polyester kedua jenis perekat tersebut. Pada perekat
dan perekat chloroprene, sebagaimana chloroprene tingkat ikatan kurang baik,
menurut Sugiyanto (2013) perekat epoksi karena perekat jenis chloroprene hanya
memiliki kekuatan geser lebih tinggi. Hasil menempel terhadap permukaan komposit
laminasi (laminate) komposit HDPE-cantula HDPE-cantula sehingga mempunyai daya
dengan perekat epoksi memiliki kekuatan geser yang besar akibatnya tegangan
geser sebesar 4,09 MPa, dengan perekat gesernya rendah.

Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3 | 25
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

Penampang sobekan pada spesimen geser


tekan laminate komposit HDPE-Cantula
dengan perekat epoksi dapat dilihat pada
gambar berikut:

Gambar 10. Foto makro penampang sobekan pada lapisan skala 1:1
bahwa daerah permukaan komposit HDPE-
Pada gambar tersebut terlihat setelah cantula terisi oleh perekat epoksi. Perekat
pengujian geser antar HDPE-cantula dengan epoksi mempunyai kekuatan yang lebih
perekat jenis epoksi mengalami sobekan pada tinggi dari pada permukaan komposit
permukaannya. Hal terjadi akibat konsentrasi sehingga sobekan ada yang terjadi pada
tegangan pada bagian komposit yang perekat (Sugiyanto 2013). Delaminasi
berongga. Konsentrasi tegangan tersebut tersebut diperlihatkan pada komposit
terjadi karena ada perubahan bentuk akibat uji HDPE-cantula terdapat perekat yang
geser pada spesimen serta disebabkan adanya melekat terhadap kedua permukaan
kegagalan pada permukaan komposit HDPE- komposit.
cantula yang lemah. Pada gambar hasil Gambar berikut menunjukkan foto SEM
pengujian geser terhadap komposit HDPE- akibat tegangan geser laminate komposit
cantula tampak perekat epoksi menempel HDPE-cantula dengan variasi jenis perekat.
dipermukaan komposit. Diperlihatkan pula

26 | Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

Gambar 11. Foto SEM uji geser jenis perekat setelah pengujian (a) Epoksi (b) Polyester
(c) Chloroprene
pada komposit serta laminate HDPE
Struktur mikro pada gambar tersebut limbah-cantula dapat diketahui lebih jauh,
menunjukkan bahwa pada bagian tersebut misalkan dengan melakukan penelitian
terlihat jelas permukaan laminasi antar variasi bahan limbah plastik sejenis HDPE
komposit dengan variasi jenis perekat. Dari terhadap temperatur melting point.
ketiga perekat ada dua jenis yang mempunyai
ikatan baik yaitu perekat epoksi (a) dan DAFTAR PUSTAKA
polyester (b). Sedangkan perekat chloroprene ASTM D1037-99, Standart Test Methods
(c) lemah untuk melakukan suatu ikatan. Hal for Evaluation Properties of Wood-
ini dapat terlihat pada permukaan komposit Base Fiber and Particle Panel
lamina terbentuk gelembung-gelembung Materials.
perekat yang hanya menempel bagian luar ASTM D5941-96, Standart Test Method for
komposit lamina sehingga mengakibatkan Determining the Izod Impact
ikatan kurang baik. Strength of Plastics.
ASTM D6272, Standard Test Method for
KESIMPULAN DAN SARAN Flexural Properties of Unreinforced
Berdasarkan penelitian dan analisa data yang and Reinforced Plastics and
telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa Electrical Insulating Materials by
hal berikut, komposit HDPE-cantula dengan Four-Point Bending.
fraksi volume 10% sampai dengan 40% Ariawan, D., 2006, Pengaruh Modifikasi
mengalami peningkatan tegangan bending Serat Terhadap Karakteristik
rata-rata 7,8% dan kekuatan impak 23,2% Komposit UPRs-Cantula, Jurnal
sedangkan untuk fraksi volume serat cantula Teknik Mesin Poros, Universitas
40% sampai dengan 90% mengalami Sebelas Maret, Vol. 9,
penurunan tegangan bending rata-rata 12,24% No.3, hal. 200-206.
serta kekuatan impak 20,48%. Perekat jenis Asshiddiqi, M.F., 2011, Pengaruh Variasi
epoksi mempunyai tegangan geser paling Fraksi Volume HDPE terhadap
tinggi pada laminate HDPE-cantula. Karakteristik Komposit Berpori
Penelitian pengaruh fraksi volume Berbahan Dasar HDPE-Sampah
serat cantula terhadap sifat mekanik dan fisik Organik, Skripsi Universitas

Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3 | 27
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

Sebelas Maret, Surakarta, hal. 26-31. Composite Structures, Vol. 63, pp.
Banea M.D., and Silva D.M.F.L., 2009, 305-312.
Adhesively Bonded Joints in Maloney, T.M., 1993, Modern
Composite Materials: An Overview, Particleboard and Dry Process
Journal of Materials Design and Fiberboard Manufactoring. Miller
Applications, 1Instituto de Engenharia Freeman Inc, New York, p.43.
Mecânica (IDMEC), Porto, Portugal, Maruto, 2008, Pengaruh Variasi Struktur
Vol. 223 Part L., pp. 1-15. Anyaman Serat Cantula 3D
Billmeyer, F., 1994. Text Book of Polymer terhadap Karakteristik Mekanik
Science, John Wiley and Sons (SEA), Komposit UPRs, Skripsi Universitas
pp. 270-271. Sebelas Maret, Surakarta, hal. 30-
Corneliusse, R.D., 2002, Property High 33.
Density Polyethylene, Modern Plastic Mazumdar, S.K., 2002, Composites
Encyclopedia 99, p. 198. Manufacturing Materials, Product,
Diharjo, K., 2006, Kajian Pengaruh Teknik and Process Engineering, CRC.
Pembuatan Lubang terhadap Press LLC., p. 37.
Kekuatan Tarik Komposit Hibrid Moncrief. R.W., 1975, Manufacture of
Serat Gelas dan Serat Karung Plastik, Polyesters and Properties, Man
TEKNOIN, Vol. 11, No.1, hal. 55-64. Made Fiber, Newness Butterworth
Dumanauw, J.F.. 1990, Mengenal Kayu, & Co. Ltd. London, 6th.Ed., p. 434.
Kanisius, Yogyakarta, hal.72. Okliviana, 2007, Lantai Tempat Berpijak
Glen A., 2009, Adhesives and Adhesion, Chapter II, Diktat Kuliah,
CHEM NZ, No.71, pp. 17-27. Universitas Sumatera Utara, hal. 40-
Gnauck, B., and Frundt, P., 1991, Properties 43.
Hight Density Polyethylene, Modern Oza, S., 2010, Thermal and Mechanical
Plastic Encylopedia 99, p.198. Properties of Recycled High Density
Hadi, K.B., 2000, Mekanika Struktur Polyethylene/hemp Fiber
Komposit, Direktorat Pembinaan Composites, University City Blvd
Penelitian dan Pengabdian pada Charlotte, NC, 28223, USA., pp. 31-
Masyarakat Direktorat Jenderal 36.
Pendidikan Tinggi Departemen Raharjo, W.W., 2002, Pengaruh Waktu
Pendidikan Nasional, Jakarta, hal. 29- Perendaman pada Sifat Mekanik
30. Komposit Unsaturated Polyester
Han, C.M., 1990, Testing the Role of Country yang Diperkuat Serat Cantula,
Image in Consumer Choice Simposium Nasional I RAPI,
Behaviour, European Journal of Fakultas Teknik, Universitas
Marketing, No.24, pp. 24-40. Sebelas Maret, Surakarta.
Harper, C., 1975, Handbook of Plastics and Raharjo. W.W., 2003, Pengaruh Kadar Air
Elastomers, McGrow-Hill Inc., pp. 1- pada Sifat Mekanik Serat Cantula,
69 and 95-96. Gema Teknik Volume 2/TahunVI.
Haygreen, J. G. dan Jim L., 1996, Hasil Hutan Rasman, S., 2010, Mechanical And Water
dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar Absorbtion Properties of Resin
terjemahan Sutjipto A.H. dan Transfer Moulded Kenaf Fibre
Soenardi P., Gadjah Mada University Reinforced Composites, A
Press, Yogyakarta, hal. 99-102. Dissertation Submitted To The
Kaw, A.K., 1997, Mechanics of Composite Faculty of Engineering And The
Material, CRC. Press, New York, pp. Built Environment, Desertasi,
15. University of the Witwatersrand,
Lee, B.J., 2004, Rice-husk Flour Filled Johannesburg. p. 87.
Polypropylene Composites, Riyanto, D., 2011, Pengaruh Variasi Suhu
Mechanical and Morphological Study, Sintering terhadap Densitas, Water

28 | Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3
Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : 977 – 197997

Absorption dan Kekuatan Bending macMillan Publishing Company,


Komposit Sampah Organik-HDPE, New York, USA
Skripsi Universitas Sebelas Maret, Sukanto, H., 2008, Sifat Komposit Plastik-
Surakarta, hal. 36. Karet Hasil Pressured Sintering
Schwartz, 1984, Composite Materials dengan Variasi Ukuran Partikel
Handbook, New York: McGraw Hill Plastik, Seminar Nasional Aplikasi
Inc. Sains dan Teknologi 2008 – IST
Shackelford, 1992, Introduction to Materials AKPRIND, hal. 6-10.
Science for Engineer, Third Edition, Sugiyanto, 2013, Optimasi Kekuatan
Sambungan Komposit Serat Gelas,
Tesis Universitas Sebelas Maret, modeling. Int. J. Mech. Sci. 46, pp.
Surakarta, hal. 26-28. 585–608.
Sugondo, 2000, Analisis Pemadatan, Tutuko, S., 2007, Kajian Eksperimental
Pengkerutan, dan Pertumbuhan Pengaruh Waktu Sintering terhadap
Butir Sintering UO2. URANIA No. Sifat Fisik dan Mekanik Material
21-22/Thn.VI., hal. 45-48. Komposit Plastik-Karet Berbahan
Surdia, T., Saito, S., 1985, Pengetahuan Dasar Limbah Plastik HDPE dan
Bahan Teknik, PT. Pradnya Paramita, Ban Bekas, Skripsi Universitas
Jakarta. Sebelas Maret, Surakarta, hal. 32.
Syamani, F.A., Prasetiyo K.W., Budiman I., Wang, M.W., Tze-Chi H., and Jie-Ren Z.,
Subyakto, dan Subiyanto B., 2008, 2009, Sintering Process and
Sifat Fisis Mekanis Papan Partikel Mechanical Property of
dari Serat Sisal atau Serat Abaka MWCNTs/HDPE Bulk Composite,
setelah Perlakuan Uap, IPB, Bogor, Department of Mechanical
jurnal Tropical Wood Science and Engineering, Oriental Institute of
Technology Vol. 6, No. 2 , hal. 56- Technology, Pan-Chiao, Taipei
62. Hsien, Taiwan, pp. 821-826.
Steeves, C.A., Fleck, N.A., 2009, Collapse Yusep, P., 2005, Adhesive-Bonded Joint
Mechanisms of Sandwich Beams with Characterization on Aluminium Alloy
Composite Faces and a Foam Core, 2024-T3, Teknosains, Pasca Sarjana
Loaded in 3PB. Part II: Experimental UGM
investigation and numerical
.

Achmad Nurhidayat1, Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.2, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T.3 | 29

You might also like