You are on page 1of 33

Departemen Keperawatan Gerontik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny ”M” DENGAN OSTEOATRITIS

DI ASRAMA 3 PSTW GAU MABAJI GOWA

Oleh :

RAHMI SURYANA AMAR, S.Kep


70900117010

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(.......................................) (.........................................)

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018
Departemen Keperawatan Gerontik

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOATRITIS

Oleh :

RAHMI SURYANA AMAR, S.Kep


70900117010

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(.......................................) (.........................................)

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR
2018
BAB I
KONSEP DASAR LANSIA

A. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia
65-75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho,
2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari,
berjalan secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001).
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008). Usia lanjut dikatakan sebagai
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut
pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Maryam, 2008).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).

B. Batasan Lansia
Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para
ahli karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling
mempengaruhi sebagai indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses
peneuan berdasarkan teori psikologis ditekankan pada perkembangan). World
Health Organization (WHO) mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :
1. Middle Aggge (45-59 tahun) 3. Old (75-90 tahun)
2. Erderly (60-74 tahun) 4. Very old (> 91 tahun)
C. Proses Menua
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi
seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem
fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadapa berbagai penyakit dan
kematian (Setiadi, dkk, 2006).
Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan
proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa
awal kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa
yang orang-orang lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder
merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang
sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol seseorang (Busse,1987;
J.C Horn & Meer,1987 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2005).

D. Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia


1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria,
endokrin dan integumen
a. Sistem pernafasan pada lansia.
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume
udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan,
kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan
normal 50m²), menyebabkan terganggunya prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua
kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri
juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus
alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya
obstruksi.
b. Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
Penglihatan
1) Kornea lebih berbentuk skeris.
2) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
4) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
5) Hilangnya daya akomodasi.
6) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada
skala.
Pendengaran.
1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
2) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun.
3) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
4) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
Pengecap dan penghidu
1) Menurunnya kemampuan pengecap.
2) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera
makan berkurang.
Peraba
1) Kemunduran dalam merasakan sakit.
2) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
4) Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak).
5) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
e. Sistem genitalia dan urinaria.
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, penyaringan diglomerulo menurun sampai
50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria
(biasanya+1),BUN meningkat sampai 21 mg%,nilai ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria/kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi
BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
f. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada
di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH
dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod turun dan menurunnya daya pertukaran
zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon bonads: progesteron, estrogen,
testosteron.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stess).
g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan
gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
h. Sistem muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2) Resiko terjadi fraktur.
3) Kyphosis.
4) Persendian besar & menjadi kaku.
5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan
berkurang ).
i. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan
hilangnya jaringan adiposa
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga
tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan
penyembuhan luka luka kurang baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna
rambut kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang
menurun.
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak rendahnya akitfitas otot.
j. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) selaput lendir vagina menurun/kering.
2) menciutnya ovarium dan uterus.
3) atropi payudara.
4) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur.
5) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik.

E. Perubahan-perubahan Mental/ Psikologis


Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (herediter)
5. Lingkungan
6. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
keluarga.
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri
dan perubahan konsep diri.
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin
oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
Kenangan (memory) ada dua;1) kenangan jangka panjang, berjam-jam
sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan,2) Kenangan
jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.
Intelegentia Quation; 1)tidak berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal, 2)berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan
psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-
tekanan dari faktro waktu.

F. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya
(Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A. Pengertian
Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi
ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi
(Soenarwo, 2011).
Osteoartritis didefinisikan sebagai penyakit yang diakibatkan oleh
kejadian biologis dan mekanik yang menyebabkan gangguan keseimbangan
antara proses degradasi dan sintesis dari kondrosit matriks ektraseluler tulang
rawan sendi dan tulang subkondral.
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif
atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi
yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas).
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali
berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang,
obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya
(Soenarwo, 2011).

B. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:
1) Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis.
2) Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami fraktur.

C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan gejala,
meliputi:
a. Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya
usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
b. Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan
sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi
karena bahan yang harus dikandungnya.
c. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat
badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis
mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan
d. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
e. Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
f. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan
reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi
oleh membran synovial dan sel- sel radang.
g. Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan
sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/
seimbang sehingga memperceat proses degenerasi
h. Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan
yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak
sifat fisik rawan sendi, ligament. Tendon, synovial, dan kulit pada
diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglandin
menurun.
i. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis,
kristal monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan sendi.
2. Faktor Presipitasi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan sekitarnya
yang tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan merasakan
gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu lingkungan
sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa ngilu, kekakuan
sendi pada area-area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi dan bahkan
kelumpuhan.

D. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan,
rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini
disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting
rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik
tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida
protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena
adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan
kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital
dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada
kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur
ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya
mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi
tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.

E. Manifestasi klinis
1. Nyeri sendi, keluhan utama
2. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
4. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
6. Perubahan gaya berjalan
7. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri ekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)

F. Pemeriksaan Diagnostik (Penunjang)


1. Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang
dapat ditemukan adalah
a. Pembengkakan jaringan lunak
b. Penyempitan rongga sendi
c. Erosi sendi
d. Osteoporosis juksta artikuler
2. Tes Serologi
a. BSE Positif
b. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
3. Pemeriksaan radiologi
a. Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi
b. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
4. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang
aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu
terjadi deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas bautonmere dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan)
kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(disease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.

H. Terapi/ Tindakan Penanganan


Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan
mengistirahatkan sendi yang terserang. Karena jika sendi yang terserang terus
digunakan akan memperparah peradangan. Dengan mengistiratakan sendi
secara rutin dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Embidaian bisa
digunakan untuk imobilisasi dan mengistiratkan satu atau beberapa sendi.
Tetapi untuk mencegah kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakkan
yang sistematis. Obat- obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ini
adalah:
1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah
aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan
mengurangi nyeri.
2. Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti peradangan
non steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan
segera jika penyakitnya berkembang cepat.
3. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk
mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif
digunakan pada pemakaian jangka pendek, dan kurang efektif bila
digunakan dalam jangka panjang. Obat ini tidak memperlambat perjalanan
pnyakit ini dan pemakaian jangka panjang mengakibatkan berbagai efek
samping., yang melibatkan hampir setiap orang.
4. Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan cyclophosphamide)
efektif unuk mengatasi artritis yang berat. Obat ini menekan peradangan
sehingga pemakaian kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan dengan
dosis rendah.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk
mencapai tujuan- tujuan ini. Pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi,
gizi dan obat- obatan.
1. Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan
pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada pasien, keluarganya dan
siapa saja yang berhubungan dengan pasien. Pendidikan yang di berikan
meliputi pengertian tentang patofisiologis, penyebab, dan prognosis
penyakit ini, semua kompnen program penatalaksanaan termasuk regimen
obat yang kompleks, sumber- sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini,
dan metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim
kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus menerus.
Bantuan dapat diperoleh melalui club penderita. Badan- badan
kemasyarakatan dan dari orang- orang lain yang juga pendeita artritis
reumatoid serta keluarga mereka.
2. Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa timbul setiap hari, tetapi
ada masa- masa ketika pasien merasa lebih baik atau lebih berat. Kekakuan
dan rasa tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti
bahwa pasien dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena
nyeri.
3. Latihan- latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi
sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang
sakit, sedikitnya dua kali sehari. Kompres panas pada sendi- sendi yang
sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan
suhu yang bisa diatur dan mandi dengan suhu panas dan dingin dapat
dilakukan di rumah.
4. Tindakan operatif dapat dilakukan apabila tindakan diatas sudah tidak dapat
menolong pasien lagi. Penggantian engsel (artoplasti) dilakukan dengan
mengganti engsel yang rusak dan diganti dengan alat lain yang terbuat dari
plastik atau metal yang disebut prostesis. Pembersihan sambungan
(debridemen) dapat dilakukan dengan mengangkat serpihan tulang rawan
yang rusak yang mengganggu pergerakan dan menyebabkan nyeri saat
pergerakan tulang. Penataan tulang dapat dipilih jika artroplasti tidak dipilih
pada kondisi tertentu, seperti osteoartritis pada anak dan remaja. Penataan
ini dilakukan agar sambungan/ engsel tidakmenerima beban saat melakukan
pergerakan.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-
bentuk arthritis lainnya.
2. Riwayat Kesehatan
a. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
b. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan
pembengkakan.
b. Melakukan pengukuran passive range of motion pada sendi-sendi
sinovial.
1) Mencatat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi).
2) Mencatat bila ada krepitasi.
3) Mencatat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan.
4) Melakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral.
c. Mencatat bia ada atrofi, tonus yang berkurang.
d. Mengukur kekuatan otot.
e. Mengkaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya.
f. Mengkaji aktivitas/kegiatan sehari-hari.
4. Aktivitas/istirahat
Gejala: nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk
dengan stress dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya
terjadi secara bilateral dan simetris.
Tanda: malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.
5. Kardiovaskur
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten,
sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
6. Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial, keputusan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri
misal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota
tubuh.
7. Makanan / cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi
makanan atau cairan adekuat: mual, anoreksia, dan kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda: penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
8. Hygiene
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
9. Neurosensori
Gejala: kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
Tanda: pembengkakan sendi simetri.
10. Nyeri/kenyamanan
Gejala: fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi
hari).
11. Keamanan
Gejala: kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam
ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
12. Interaksi social
Gejala: kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
isolasi (Doenges, 1999).

B. Diagnosa
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
3. Risiko injury berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
5. Gangguan body images berhubungan dengan penyakit.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan
penyakit (Nurarif, 2015).
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
psikologis), kerusakan jaringan  Pain Control, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
 Comfort Level presipitasi
DS: Setelah dilakukan tinfakan  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal keperawatan selama …. Pasien tidak  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
DO: mengalami nyeri, dengan kriteria dukungan
- Posisi untuk menahan nyeri hasil:  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Tingkah laku berhati-hati  Mampu mengontrol nyeri (tahu seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak penyebab nyeri, mampu  Kurangi faktor presipitasi nyeri
capek, sulit atau gerakan kacau, menggunakan tehnik  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
menyeringai) nonfarmakologi untuk mengurangi  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
- Terfokus pada diri sendiri nyeri, mencari bantuan) relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
- Fokus menyempit (penurunan persepsi  Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
waktu, kerusakan proses berpikir, dengan menggunakan manajemen  Tingkatkan istirahat
penurunan interaksi dengan orang dan nyeri  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
lingkungan)  Mampu mengenali nyeri (skala, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- intensitas, frekuensi dan tanda ketidaknyamanan dari prosedur
jalan, menemui orang lain dan/atau nyeri)  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)  Menyatakan rasa nyaman setelah analgesik pertama kali
- Respon autonom (seperti diaphoresis, nyeri berkurang
perubahan tekanan darah, perubahan  Tanda vital dalam rentang normal
nafas, nadi dan dilatasi pupil)  Tidak mengalami gangguan tidur
- Perubahan autonomic dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan
minum
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri Kronis berhubungan dengan NOC: NIC :


ketidakmampuan fisik-psikososial kronis  Comfort level Pain Manajemen
(metastase kanker, injuri neurologis,  Pain control - Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
artritis)  Pain level - Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
DS: Setelah dilakukan tindakan - Kelola anti analgetik ...........
- Kelelahan keperawatan selama …. nyeri kronis - Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
- Takut untuk injuri ulang pasien berkurang dengan kriteria - Lakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase
DO: hasil: punggung)
- Atropi otot  Tidak ada gangguan tidur
- Gangguan aktifitas  Tidak ada gangguan konsentrasi
- Anoreksia  Tidak ada gangguan hubungan
- Perubahan pola tidur interpersonal
- Respon simpatis (suhu dingin,  Tidak ada ekspresi menahan nyeri
perubahan posisi tubuh , hipersensitif, dan ungkapan secara verbal
perubahan berat badan)  Tidak ada tegangan otot
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


 Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
Berhubungan dengan :
 Mobility Level  Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan
- Gangguan metabolisme sel
 Self care : ADLs lihat respon pasien saat latihan
- Keterlembatan perkembangan
 Transfer performance  Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
- Pengobatan
Setelah dilakukan tindakan rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
- Kurang support lingkungan
keperawatan selama….gangguan  Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
- Keterbatasan ketahan kardiovaskuler
mobilitas fisik teratasi dengan berjalan dan cegah terhadap cedera
- Kehilangan integritas struktur tulang
kriteria hasil:  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
- Terapi pembatasan gerak
 Klien meningkat dalam tentang teknik ambulasi
- Kurang pengetahuan tentang kegunaan
aktivitas fisik  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
pergerakan fisik
 Mengerti tujuan dari  Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
- Indeks massa tubuh diatas 75 tahun percentil
peningkatan mobilitas secara mandiri sesuai kemampuan
sesuai dengan usia
 Memverbalisasikan perasaan  Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan
- Kerusakan persepsi sensori
dalam meningkatkan kekuatan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
- Tidak nyaman, nyeri
dan kemampuan berpindah  Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
- Kerusakan muskuloskeletal dan
 Memperagakan penggunaan  Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
neuromuskuler
alat Bantu untuk mobilisasi berikan bantuan jika diperlukan
- Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan
stamina (walker)
- Depresi mood atau cemas
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan otot, kontrol dan atau
masa
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup yang menetap, tidak digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif atau umum
DO:
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan gerakan (penurunan untuk berjalan,
kecepatan, kesulitan memulai langkah pendek)
- Keterbatasan motorik kasar dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas pendek atau tremor
- Ketidak stabilan posisi selama melakukan
ADL
- Gerakan sangat lambat dan tidak terkoordinasi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko Injury NOC : NIC : Environment Management (Manajemen


Risk Kontrol lingkungan)
Faktor-faktor risiko :
Immune status  Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
Eksternal
Safety Behavior  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
- Fisik (contoh : rancangan struktur dan
Setelah dilakukan tindakan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
arahan masyarakat, bangunan dan atau
perlengkapan; mode transpor atau cara keperawatan selama…. Klien tidak penyakit terdahulu pasien
mengalami injury dengan kriterian  Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
perpindahan; Manusia atau penyedia
hasil: memindahkan perabotan)
pelayanan)
 Klien terbebas dari cedera  Memasang side rail tempat tidur
- Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi
 Klien mampu menjelaskan  Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
dalam masyarakat, mikroorganisme)
cara/metode untukmencegah  Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
- Kimia (obat-obatan:agen farmasi,
injury/cedera dijangkau pasien.
alkohol, kafein, nikotin, bahan
 Klien mampu menjelaskan factor  Membatasi pengunjung
pengawet, kosmetik; nutrien: vitamin,
risiko dari lingkungan/perilaku  Memberikan penerangan yang cukup
jenis makanan; racun; polutan)
personal  Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Internal
 Mampumemodifikasi gaya hidup  Mengontrol lingkungan dari kebisingan
- Psikolgik (orientasi afektif)
untukmencegah injury  Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
- Mal nutrisi
 Menggunakan fasilitas kesehatan  Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
- Bentuk darah abnormal, contoh :
leukositosis/leukopenia yang ada pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
- Perubahan faktor pembekuan,  Mampu mengenali perubahan status penyebab penyakit.
- Trombositopeni kesehatan
- Sickle cell
- Thalassemia,
- Penurunan Hb,
- Imun-autoimum tidak berfungsi.
- Biokimia, fungsi regulasi (contoh :
tidak berfungsinya sensoris)
- Disfugsi gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
- Perkembangan usia (fisiologik,
psikososial)
- Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak
utuh, berhubungan dengan mobilitas)
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan pola tidur berhubungan dengan: NOC: NIC :


- Psikologis : usia tua, kecemasan, agen  Anxiety Control Sleep Enhancement
biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas,  Comfort Level - Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
depresi, kelelahan, takut, kesendirian.  Pain Level - Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
- Lingkungan : kelembaban, kurangnya  Rest : Extent and Pattern - Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum
privacy/kontrol tidur, pencahayaan,  Sleep : Extent ang Pattern tidur (membaca)
medikasi (depresan, stimulan),kebisingan. Setelah dilakukan tindakan - Ciptakan lingkungan yang nyaman
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi keperawatan selama …. gangguan - Kolaburasi pemberian obat tidur
urin. pola tidur pasien teratasi dengan
DS: kriteria hasil:
- Bangun lebih awal/lebih lambat  Jumlah jam tidur dalam batas
- Secara verbal menyatakan tidak fresh normal
sesudah tidur  Pola tidur,kualitas dalam batas
DO : normal
- Penurunan kemempuan fungsi  Perasaan fresh sesudah
- Penurunan proporsi tidur REM tidur/istirahat
- Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4  Mampu mengidentifikasi hal-
tidur. hal yang meningkatkan tidur
- Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur
- Jumlah tidur kurang dari normal sesuai
usia
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan body image berhubungan NOC: NIC :


dengan:  Body image Body image enhancement
Biofisika (penyakit kronis), kognitif/persepsi  Self esteem - Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien
(nyeri kronis), kultural/spiritual, penyakit, Setelah dilakukan tindakan terhadap tubuhnya
krisis situasional, trauma/injury, pengobatan keperawatan selama …. gangguan - Monitor frekuensi mengkritik dirinya
(pembedahan, kemoterapi, radiasi) body image - Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan
DS: pasien teratasi dengan kriteria dan prognosis penyakit
- Depersonalisasi bagian tubuh hasil: - Dorong klien mengungkapkan perasaannya
- Perasaan negatif tentang tubuh  Body image positif - Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat
- Secara verbal menyatakan perubahan  Mampu mengidentifikasi bantu
gaya hidup kekuatan personal - Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam
DO :  Mendiskripsikan secara kelompok kecil
- Perubahan aktual struktur dan fungsi faktual perubahan fungsi
tubuh tubuh
- Kehilangan bagian tubuh  Mempertahankan interaksi
- Bagian tubuh tidak berfungsi sosial
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit perawatan diri NOC : NIC :


Berhubungan dengan : penurunan atau  Self care : Activity of Daily Self Care assistane : ADLs
kurangnya motivasi, hambatan Living (ADLs)  Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang
lingkungan, kerusakan muskuloskeletal, Setelah dilakukan tindakan mandiri.
kerusakan neuromuskular, nyeri, keperawatan selama …. Defisit  Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
kerusakan persepsi/ kognitif, kecemasan, perawatan diri teratas dengan kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
kelemahan dan kelelahan. kriteria hasil:  Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
 Klien terbebas dari bau badan melakukan self-care.
DO :  Menyatakan kenyamanan  Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
ketidakmampuan untuk mandi, terhadap kemampuan untuk normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
ketidakmampuan untuk berpakaian, melakukan ADLs  Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
ketidakmampuan untuk makan,  Dapat melakukan ADLS ketika klien tidak mampu melakukannya.
ketidakmampuan untuk toileting dengan bantuan  Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kurang Pengetahuan NOC: NIC :


Berhubungan dengan : keterbatasan  Kowledge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
kognitif, interpretasi terhadap informasi  Kowledge : health Behavior  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
yang salah, kurangnya keinginan untuk Setelah dilakukan tindakan berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
mencari informasi, tidak mengetahui keperawatan selama …. pasien tepat.
sumber-sumber informasi. menunjukkan pengetahuan tentang  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
proses penyakit dengan kriteria hasil: penyakit, dengan cara yang tepat
DS: Menyatakan secara verbal adanya  Pasien dan keluarga menyatakan  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
masalah pemahaman tentang penyakit,  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
DO: ketidakakuratan mengikuti kondisi, prognosis dan program  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara
instruksi, perilaku tidak sesuai pengobatan yang tepat
 Pasien dan keluarga mampu
 Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien
melaksanakan prosedur yang dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
 Pasien dan keluarga mampu
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
menjelaskan kembali apa yang
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
dijelaskan perawat/tim kesehatan
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara
lainnya
yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta EGC


Gloria, M.B. 2004. Nursing Intervention Classification. America: Mosby Elsevier.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC

Herdman, T.H. 2009. NANDA International Nursing Diagnoses: Defenitions and


Classification Edition 2009-2011. United Kingdom: Willey Blackwell.

Moorhead. 2004. Nursing Outcomes Classification (Fourth Edition). America:


Mosby Elsevier
Nurarif, A., Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakatra:
Penerbit Mediaction.

Purwoastuti, E. 2009. Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta: Kanisius.


Wilkinson, Judith M., Ahern Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 9 Diagnosis Nanda Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC. Jakarta:
EGC

Wiyayakusuma, H. 2007. Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing. Jakarta:
Puspa Swara.

You might also like