You are on page 1of 14

Paraf Asisten

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK


Judul : Sintesis Dibenzalaseton
Tujuan Percobaan : Mempelajari reaksi aldol kondensasi melalui pembuatan dibenzal
aseton.
Pendahuluan
Dibenzalaseton, C17H14O adalah senyawa organik berbentuk padatan kuning cerah yang
dapat larut dalam air, dan etanol, dan memiliki titik leleh 110-111°C . Dibenzalaseton
digunakan sebagai komponen tabir surya dan sebagai ligan dalam kimia organologam seperti
tris (dibenzalaseton) dipaladium. Senyawa ini dapat disintesis di laboratorium melaui reaksi
kondensasi aldol dari benzaldehida dan aseton dengan katalis basa (NaOH) dalam media air /
etanol dengan formasi trans, trans isomer. Kondensasi aldol termasuk reaksi adisi yang
mengggabungkan dua molekul atau lebih menjadi molekul yang lebih besar, dengan atau
tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air). Produk yang dihasilkan yaitu aldehida atau
keton β-hidroksi dan aldehida atau keton tak jenuh-α,β (Rudyanto, 2010). Dibenzalaseton
dilakukan sintesis karena dibenzalaseton memiliki manfaat yaitu dapat digunakan sebagai
tabir surya. Senyawa tabir surya adalah suatu senyawa yang dapat melindungi kulit dari
paparan sinar matahari dengan cara menyerap sinar ultraviolet yang dipancarkan
(Handayani dan Arty, 2012).
Struktur umum senyawa tabir surya biasanya memiliki gugus aromatis dan alkil non
polar oleh karena itu senyawa yang biasa digunakan sebagai tabir surya adalah senyawa
turunan alkil sinamat. Struktur senyawa alkil sinamat memiliki bagian benzena aromatis dan
sisi alkil yang bersifat relatif non polar. Efek perlindungan UV dari senyawa ini disebabkan
adanya cincin benzena. Sisi alkil sangat diperlukan untuk membuat senyawa tabir surya tidak
larut dalam air karena sifatnya yang relatif non polar. Senyawa lain yang juga memiliki
struktur aromatis dan memiliki alkil adalah benzalaseton dan turunannya. Gugus kromofor
yang dimiliki oleh benzalaseton dan turunannya memiliki kisaran harga λ maks sekitar
300nm, sehingga diharapkan senyawa ini mampu menyerap sinar UV di daerah UV-A dan
UV-B (Iqmal T. dkk, 2001).
Senyawa karbonil merupakam senyawa dengan atom C yang berikatan dengan atom O.
Senyawa karbonil pada aldehid memiliki atom H pada posisi alfa (α) sehingga dapat terjadi
reaksi kondensasi aldol (aldehid-keton) atau yang dikenal dengan reaksi Clainsen-Schmidt.
Reaksi kondensasi aldol merupakan reaksi adisi suatu molekul aldehid ke molekul aldehid
yang lain. Reaksi ini berlangsung ketika suatu aldehid direaksikan dengan basa seperti NaOH
dalam air sehingga ion enolat yang terjadi dapat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul
yang lain. Dua molekul aldehid bergabung membentuk aldehid β-hidroksil yang disebut
aldol. Kondensasi aldol berasal dari dua molekul aldehid yang berkombinasi membentuk
aldehid tak jenuh dan air. Reaksi ini juga sering disebut dengan reaksi adisi aldol
(Fessenden, 1990).
Penyebab hidrogen alfa bersifat asam adalah karena adanya gugus karbonil. Pertama,
karbon alfa berdekatan dengan satu atau lebih aton karbon yang positif sebagian. Karbon alfa
itu juga ikut mengambil sebagian muatan positif ini, sehinggaikatan C-H menjadi dilemahkan
Kedua, stabilisasi-resonansi dari ion enolat, yaitu anion yang terbentuk bilaproton lepas. Dari
struktur resonansi tampak bahwa muatan negatif ada di oksigen-oksigen karbonilmaupun di
karbon alfa. Delokalisasi muatan ini menstabilkan ionenolat dan mendorong pembentukannya
(Fessenden, 1986).
Kondensasi aldol sangat penting dalam sintesis organik karena dapat menghasilkan
ikatan karbon-karbon dengan baik. Reaksi yang menghasilkan ikatan karbon-karbon baru
merupakan hasil reaksi yang sangat berguna bagi pakar kimia organik, biokimia dan ahli-ahli
yang membutuhkan sintesis molekul kimia organik yang besar dari molekul kimia yang kecil.
Reaksi Grignard merupakan salah satu bentuk penggunaan reaksi tersebut untuk
menghasilkan kerangka karbon. Reaksi kondensasi merupakan reaksi dimana dua molekul
senyawa organik tergabung dengan atau tanpa mengeluarkan suatu senyawa molekul
(Petrucci, 1987).
Kondensasi aldol secara umum melibatkan adisi nukleofilik sebuah enolat keton ke
sebuah aldehida membentuk β-hidroksi keton atau sebuah "aldol" (aldehida + alkohol). Aldol
merupakan sebuah unit struktural yang dijumpai pada molekul alami dan obat-obatan. Reaksi
kondensasi aldol memiliki dua macam mekanisme reaksi yang berbeda secara mendasar
tergantung katalis yang digunakan. Kondensasi aldol dapat berjalan dalam kondisi asam atau
basa sebagai katalisnya. Reaksi dalam kondisi asam menggunakan mekanisme enol,
sedangkan reaksi dalam kondisi basa mengikuti mekanisme enolat (Mary McHale, 2007).
Kondensasi dengan katalis asam suatu asetaldehid memberikan “aldol”. Sejumlah
katalis asam dalam kondensasi ini membantu enolisasi dan menyebabkan asetaldehida lebih
reaktif untuk adisi tapi tanpa ikut bereaksi sehingga akan dihasilkan kembali pada akhir
reaksi. Umumnya enol mengalami serangan nukleofilik atau elektrofilik (umumnya
elektrofilik) oleh asam konjugat dari komponen karbonil, proses ini terjadi dalam
keseimbangan dan biasanya reaksi tidak berhenti pada tahap aldol, melainkan dapat pula
terjadi dehidrasi dan memberikan senyawa alfa, beta-karbonil tidak jenuh
(Sastrawijaya, et.al., 1985).
Sintesis dibenzalaseton tidak hanya melibatkan reaksi kondensasi aldol tetapi juga
melibatkan proses rekristalisasi untuk membentuk kristal benzalaseton. Rekristalisasi
merupakan proses pengulangan kristalisasi agar diperoleh zat murni atau kristal yang lebih
teratur/murni. Senyawa organik berbentuk kristal yang diperoleh dari suatu reaksi biasanya
tidak murni. Mereka masih terkontaminasi sejumlah kecil senyawa yang terjadi selama
reaksi.Oleh karena itu perlu dilakukan pengkristalan kembali dengan mengurangi kadar
pengotor. Rekristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan senyawa dalam suatu pelarut
tunggal atau campuran. Senyawa ini dapat dimurnikan dengan cara rekristalisasi
menggunakan pelarut yang sesuai. Ada dua kemungkinan keadaan dalam rekristalisasi yaitu
pengotor lebih larut daripada senyawa yang dimurnikan, atau kelarutan pengotor lebih kecil
daripada senyawa yang dimurnikan (Petrucci, 1987).
Mekanisme Reaksi
-
O O O
O O

H3C + -OH
H3C
-
CH2 +
H CH3

H O CH3
-
O O OH O
-
CH3 O CH3
CH3
+

+
H
+
OH O OH2 O O

CH3 CH3 CH3


H

-OH
O
O
O
H
-
CH2
H
-OH

-
O O

+ +
H H
O - O OH
O

+
O OH2

Alat
Labu erlenmeyer 125 mL, kertas saring, batang pengaduk, pipet mohr, pipet tetes, alat uji
titik leleh, botol semprot, gelas ukur.
Bahan
Benzaldehida, aseton, etanol, NaOH, air, alumunium foil.
Prosedur Kerja
Skema Kerja
Benzaldehida
- ditimbang 2,55 mL dan ditambahkan 20 mL etanol 95% dan 5 mL larutan NaOH
20%.
- ditambahkan 1,84 mL aseton dengan menggunakan pipet.
- ditutup erlenmeyer dengan cepat dan larutan dikocok dengan keras selama 15
menit.
- didiamkan campuran selama 15 menit.
- dipisahkan padatan dengan penyaringan dan dicuci dengan 50 mL air.
- dilarutkan padatan tersebut dengan 10 mL etanol, dan dipanaskan
- dilakukan penyaringan dengan kertas saring dan dicuci dengan 10 mL etanol panas
- dilakukan rekristalisasi filtrat hasil penyaringan dengan menggunakan pelarut
etanol.
- disaring kristal padatan dengan kertas saring.
- dikeringkan kristal padatan tersebut.
- ditimbang massa kristal padatan tersebut
- diuji titik leleh kristal padatan tersebut.

Hasil

Prosedur Kerja
Ditimbang 2,55 mL (0,025 mol) benzaldehida di dalam erlenmeyer dan selanjutnya
ditambahkan 20 mL etanol 95% dan 5 mL larutan NaOH 20%. Ditambahkan 1,84 mL aseton
dengan menggunakan pipet. Ditiup erlenmeyer dengan cepat dan larutan dikocok. Diulangi
pengocokan berulang kali selama 15 menit dan didiamkan campuran selama 15 menit.
Dibuka erlenmeyer bila produk tidak mengkristal dan dikerok pada sisi tabung dengan batang
pengaduk. Dipisahkan padatan dengan penyaringan dan dicuci 3x dengan 50 mL air.
Dilakukan rekristalisasi produk dengan 10 mL etanol. Diidentifikasi produk dilakukan
dengan uji titik leleh.
Waktu yang dibutuhkan
Waktu yang dibutuhkan untuk percobaan ini adalah sebagai berikut:
No. Kegiatan Jam Waktu
Pencampuran benzaldehida, etanol,
1. 07.00 – 07.20 20 menit
NaOH, dan aseton
2. Pengocokan larutan 07.38 – 07.53 5 menit
3. Pendiaman campuran 07.53 – 08.08 15 menit

4. Pemisahan dengan filtrasi 08.08 – 08.19 11 menit

Rekristalisasi produk melalui:


a). Poses filtrasi dengan etanol 08.19 – 09.02 43 menit
5.
b). Proses rekristalisasi dengan 09.02 – 09.12 10 menit
didiamkan dalam ice bath
6. Pengovenan 09.12 – 09.30 18 menit
7. Penimbangan dan pengujian titik leleh 09.30 – 09.44 14 menit
Data dan Perhitungan
Data
No Perlakuan Keterangan
1. Pecampuran 2,55 mL benzaldehida dengan 20 mL Terasa hangat, warnanya
etanol 95% dan 5 mL NaOH 20 % berubah menjadi kuning
bening.
2. Ditambahkan 1,84 mL Terjadi 1 fase, berubah
menjadi kuning pucat.
3. Pengocokan larutan dengan kertas dilakukan selama Terbentuk kristal, dan
15 menit. menjadi 2 fase.
4. Larutan didiamkan selama 15 menit Terbentuk 2 fase dengan
fase atas berwarna orange
dan bagian bawah berwarna
kuning.
5. Pemisahan padatan dengan proses filtrasi dengan Kristal padatan berwarna
menggunakan air 50 mL putih terpisah menjadi
residu.
6. Dilarutkan kristal padatan tersebut dengan etanol pada Padatan melarut, dan
pengangas listrik berwarna kuning bening.
7. Disaring larutan tersebut dan dicuci dengan etanol Diperoleh filtrat.
panas
8. Direkristalisasi dengan didiamkan dalam ice bath Terbentuk kristal.
Kristal padatan hasil rekristalisasi dikeringkan dalam Kristal padatan mengering.
9.
oven
Ditimbang kristal padatan yang telah dikeringkan Massa kristal padatan yang
10. diperoleh sebesar 0,534
gram.
11. Diuji titik leleh kristal padatan Titik leleh sebesar 86oC

Perhitungan
Berat jenis benzaldehid : 1,04 g/mL
Berat jenis aseton : 0,79 g/mL
Volume benzaldehid : 2,55 mL
Volume aseton : 1,84 mL
Berat kristal dibenzalaseton : 0,534 gram
Berapa Randemen dibenzalaseton.........?
 Berat dibenzaldehid
𝑚
𝜌 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑛𝑧𝑖𝑙𝑑𝑒ℎ𝑖𝑑 =
𝑣
𝑚
1,04 𝑔/𝑚𝐿 =
2,55 𝑚𝐿
m = 2,652 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑀𝑜𝑙 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑛𝑧𝑖𝑙𝑑𝑒ℎ𝑖𝑑 =
𝑀𝑟
2,652 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 106 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

= 0,025 mol
 Berat aseton
𝑚
𝜌 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛 =
𝑣
𝑚
0,79 𝑔/𝑚𝐿 =
1,84 𝑚𝐿
m = 1,454 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑛 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛 =
𝑀𝑟
1,454 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
58,1 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
= 0,25 mol

O O
O

H + + H2 O
H3C CH3

M 0,025 mol 0,025 mol


R 0,025 mol 0,025 mol 0,025 mol
S - - 0,025 mol

Mol dibenzalaseton = mol benzaldehid = 0,025 mol


m
mol dibenzalaseton = Mr
m
0,025 mol = 234,29 g/mol

= 5,86 g
 Randemen Dibenzalaseton
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = x 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
0,534 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100 %
5,86 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,0912 x 100 %
= 9,12 %
Hasil
No Perlakuan Gambar Keterangan
1 - Pencampuran - Sebelum pencampuran
2,55 mL benzaldehida tidak
benzaldehida berwarna, setelah
dengan 20 mL penambahan terbentuk
etanol 95% dan 5 endapan putih dan
mL NaOH 20%. reaksinya berupa
eksotermis
- Ditambahkan - Warna larutan menjadi
1,84 mL aseton kuning pucat, terbentuk
1 fasa

2 - Pengocokan - Terbentuk kristal, 2


larutan dengan fasa
keras dilakukan
selama 15 menit
- Didiamkan 15 - Kristal yg terbentuk
menit semakin banyak,
terbentuk 2 fasa
3 - Pemisahan - Endapan tersaring
padatan dengan dikertas saring dan
proses filtrasi dan tidak menggumpal
dicuci dengan 50
mL air.
4 - Pemanasan - Endapan yg berbentuk
padatan dengan kristal larut dalam
etanol etanol sampai berwarna
kuning bening

5 - Pemisahan - Filtrat digunakan pada


padatan hasil proses selanjutnya,
pemanasan sedangkan residu sudah
dengan proses tidak terpakai lagi
filtrasi
6 - Rekristalisasi - Filtrat membentuk
dengan hasil kristal
filtrat
menggunakan es

7 - Pemisahan - Padatan berwarna


padatan hasil kuning pucat
rekristalisasi
dengan proses
filtrasi
8 - Pengeringan - Kristal didapat
kristal dalam dikeringkan dalam
oven. oven. Massa kristal
kering seberat 0,534
gram
9 - Uji titik leleh - Titik leleh kristal yang
kristal didapat adalah 86 oC.
menggunakan
small lab kit

Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai sintesis dibenzalaseton. Praktikum ini
bertujuan untuk mempelajari reaksi aldol kondensasi melalui pembuatan dibenzal aseton.
Kondensasi aldol merupakan reaksi pembentukan ikatan karbon-karbon melalui adisi
nukleofilik dari keton enolat terhadap suatu aldehida. Prinsip kondensasi aldol yaitu suatu
reaksi adisi dimana tidak dilepaskannya suatu molekul kecil. Aldehid yang diolah dengan
basa NaOH dalam air akan membentuk ion enolat yang akan cepat bereaksi pada gugus
karbonil dari molekul aldehid yang lain. Hasilnya ialah adisi suatu molekul aldehid ke
molekul aldehid yang lain. Reaksi kondensasi aldol dapat terjadi apabila terdapat hidrogen
yang terikat pada atom karbon alfa. Kondensasi aldol dapat berjalan dalam kondisi asam atau
basa sebagai katalisnya. Reaksi ini dilakukan dengan katalis basa yang berfungsi untuk
membentuk ion karbon dengan mengikat atom H alfa. Dibenzalaseton pada praktikum kali ini
dapat disintesis dengan cara mereaksikan suatu aldehid berupa benzaldehida dengan suatu
keton berupa aseton. Gugus karbonil dari benzaldehida lebih reaktif daripada gugus karbonil
aseton, sehingga gugus karbonil dari benzaldehida tersebut akan bereaksi lebih cepat dengan
anion aseton. Senyawa hidroksi keton yang terbentuk selanjutnya akan lebih mudah
mengalami dehidrasi dengan katalis basa.
Langkah pertama yang dilakukan adalah pencampuran antara 2,55 mL benzaldehida, 20
mL etanol 95%, dan 5 mL NaOH 20 %. Pencampuran tersebut menyebabkan terjadinya
reaksi eksotermis. Etanol digunakan dalam pencampuran karena berfungsi sebagai zat pelarut
yang dapat melarutkan benzaldehid maupun benzalaseton. Penambahan NaOH dalam sampel
berfungsi sebagai katalis basa yang akan membentuk ion enolat pada aseton dan membuat
gugus karbonil pada benzaldehid mengalami adisi nukleofilik. Ion enolat ini yang nantinya
akan bereaksi dengan molekul benzaldehid lain dengan cara mengadisi pada karbon karbonil
untuk membentuk suatu ion enolat.
Langkah selanjutnya adalah penambahan tetes demi tetes aseton sebanyak 1,84 mL ke
dalam campuran. Aseton ditambahkan secara tetes demi tetes ke dalam campuran ditujukan
agar reaksi yang terjadi dalam campuran terjadi secara bertahap, karena apabila dituang
langsung dikhawatirkan produk yang terbentuk tidak sesuai harapan. Erlenmeyer kemudian
ditutup dan dikocok secara keras selama 15 menit. Penutupan erlenmeyer ini ditujukan agar
aseton yang ditambahkan dalam campuran tidak menguap. Pengocokan campuran dalam
erlenmeyer dengan keras tersebut ditujukan agar etanol, benzaldehid dan aseton menjadi
sebuah campuran yang merata dan homogen selain itu pengocokan juga mempercepat proses
reaksi. Bukti terjadinya reaksi tersebut dibuktikan dengan berubahnya warna campuran
tersebut menjadi kuning pucat dan menghasilkan panas yang menyatakan reaksi terjadi secara
eksotermis. Kuat atau tidaknya dalam melakukan pengocokan ini akan berpengaruh terhadap
rekasi adisi pada benzaldehid, apabila pengocokan kurang kuat maka adisi nukleofilik pada
benzaldehid oleh aseton tidak akan terjadi sehingga kristal yang diinginkan tidak akan
terbentuk. Campuran dalam erlenmeyer tersebut kemudian didiamkan selama 15 menit.
Pendiaman tersebut ditujukan agar kristal yang diinginkan terbentuk lebih banyak.
Langkah selanjutnya adalah penyaringan kristal padatan hasil pendiaman campuran
tersebut dengan cara filtrasi dan dicuci dengan 50 mL air. Penyaringan ini ditujukan untuk
memisahkan antara kristal padatan dengan cairan. Kristal yang terbentuk ini merupakan
kristal dibenzalaseton yang masih belum murni sehingga perlu dimurnikan kembali dengan
cara rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan proses pengulangan kristalisasi agar diperoleh
zat murni atau kristal yang lebih murni. Rekristalisasi ini dilakukan dengan melarutkan
terlebih dahulu kristal padatan hasil penyaringan tersebut dengan menggunakan pelarut 10
mL etanol. Penambahan 10 mL etanol tersebut dalam campuran dilakukan dengan
pengadukan agar padatan tersebut mudah larut. Penambahan etanol dalam padatan tersebut
digunakan sebagai pelarut yang melarutkan dibenzalaseton dan sebagai pelarut yang
menyumbangkan protonnya pada ion alkoksida yang terbentuk unutuk menghasilkan ion
hidrosida yang diperlukan pada reaksi tahap awal.. Campuran tersebut kemudian dipanaskan
hingga kristal padatan menjadi larut semuanya dalam etanol. Pemanasan tersebut ditujukan
untuk mempercepat proses pelarutan tersebut karena semakin tinggi temperatur maka
semakin mudah suatu senyawa untuk larut. Padatan yang telah larut menjadi larutan tersebut
kemudian disaring dengan cara filtrasi menggunakan kertas saring dan dicuci dengan 10 mL
etanol panas. Filtrat yang dihasilkan tersebut didinginkan dalam ice bath hingga terbentuk
kristal padatan. Penyaringan dilakukan saat larutan masih panas agar tidak mengkristal pada
kertas saring ketika disaring. Pendinginan filtrat dalam ice bath ditujukan agar kristal lebih
cepat terbentuk kembali. Pembentukan kristal saat rekristalisasi terjadi karena ketika suhu
dingin molekul-molekul dibenzalaseton dalam larutan akan bergerak melambat dan pada
akhirnya terkumpul membentuk endapan melalui proses nukleasi (induced nucleation).
Kristal padatan hasil rekristalisasi tersebut kemudian disaring kembali dengan menggunakan
filtrasi. Penyaringan kembali ini ditujukan agar diperoleh kristal padatan dibenzalaseton yang
murni.
Langkah selanjutnya adalah pengeringan kristal padatan dalam oven. Kristal padatan
yang telah disaring tersebut kemudian dikeringkan dalam oven hingga benar-benar kering.
Pengeringan ini ditujukan agar pengotor-pengotor yang terdapat dalam kristal padatan
tersebut menguap semua sehingga dihasilkan krisatl padatan dibenzalaseton yang murni.
Kristal padatan yang telah kering tersebut kemudian ditimbang massanya sehingga diperoleh
massa krisal padatan dibenzalaseton sebesar 0,534 gram, sehingga menghasilkan randemen
sebesar 9,12%. Randemen yang dihasilkan tersebut sangat kecil sekali karena seringnya
kristal padatan yang terbentuk tersebut tertinggal dalam erlenmeyer ketika dilakukan filtrasi
pertama dengan air dan saat filtrasi setelah proses rekristalisasi, serta tertinggalnya kristal
padatan dalam corong ketika difiltrasi dengan etanol panas karena filtratnya menkristal
terlebih dahulu dalam corongnya sehingga tidak masuk dalam filtrat dalam erlenmeyer untuk
direkristalisasikan. Kristal padatan dibenzalaseton tersebut diambil sedikit untuk diuji titik
lelehnya. Hasil uji titik leleh kristal padatan dibenzalaseton diperoleh titik leleh
dibenzalaseton sebesar 86oC. Hasil uji titik leleh dibenzalaseton tersebut tidak sesuai dengan
literatur, seharusnya titik leleh dibenzalaseton sebesar 113oC. Kesalahan yang terjadi ini
karena kurang telitinya praktikan dalam mengamati sampel dalam pipa kapiler yang belum
benar-benar meleleh seluruhnya pada suhu tersebut, dan juga kristal padatan dibenzalaseton
yang diperoleh tersebut tidak murni sehingga ketika diuji titik leleh yang yang teramati hanya
bagian yang meleleh terlebih dahulu yakni zat-zat pengotor yang tidak kita inginkan.

Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan kali ini adalah sintesis dibenzalaseton dapat
diperoleh dengan cara reaksi kondensasi aldol antara benzaldehid dengan aseton dalam
keadaan basa menggunakan katalis basa NaOH. Prinsip dari aldol dalam pembuatan
dibenzalaseton adalah dibenzaldehida yang diolah dengan basa NaOH dalam air akan
membentuk ion enolat yang akan cepat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul aldehid
yang lain dengan cara adisi nukleofilik. Kristal padatan dibenzalaseton yang diperoleh
sebesar 0,534 gram dengan randemen sebesar 9,12%. Titik leleh dibenzalaseton yang
diperoleh sebesar 86oC.

Referensi
Fessenden, R . J dan Fessenden, J. S. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Fessenden, R. J dan Fessenden, J. S. 1990. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Handayani, Sri dan Arty. 2012. Mempelajari Sintesis Senyawa Tbir Surya Melalui Modifikasi
Reaksi Kondensasi Aldol Silang. Yogyakarta : UNY.
Iqmal Tahir, Tri Joko R., Sri Nugrohati dan Tutik D. 2000. Sintesis Senyawa Penyerap Sinar
UV : Sintesis Senyawa Alkil Sinamat Tersubstitusi dari Komponen Minyak Fusel dan
Minyak Adas. Laporan Penelitian Dikti.Yogyakarta.
Mary, McHale. 2007. Aldol Condensation. [serial online].http://cnx.org/content/m15204/1.3/.
[Diakses 26 September 2016].
Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Rudyanto, Marcellino. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Santoso, M. dan Black, D. 2003. Synthesis and Acid Catalysed Condensation of 3-(1-
Hydroxy-4-chlorobenzyl)-1-methylindole. Jurnal Matematika dan Sains Vol.8 No.3.
Sastrawijaya, Tresna, dkk. 1985. Mekanisme Reaksi Organik. Surabaya: IKIP Surabaya.
Tim Penyusun. 2016. Petunjuk Praktikum Sintesis Senyawa Organik. Jember: Universitas
Jember.
Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi pada saat pengujian titik leleh, dan alat yang
digunakan untuk mengujinya dipastikan telah dingin kembali sebelum digunakan agar hasil
yang diperoleh sesuai dengan literature dan dipastikan pada pengujian titik leleh tersebut
semua kristal padatan dalam pipa kapiler telah benar-benar leleh seluruhnya. Sebaiknya
praktikan juga harus benar-benar teliti dalam melakukan pengovenan dan dipastikan kristal
padatan tersebut telah kering seluruhnya agar senyawa yang didapatkan sesuai dengan
senyawa yang diinginkan tanpa adanya zat pengotor. Sebaiknya pada proses pelarutan kristal
padatan pada etanol panas dipatikan telah melarut seluruhnya sebelum dilanjutkan
penyaringan yang selanjutnya.

Nama Praktikan
Muhammad Hisyam Nuri Abdul Ghani (141810301015)

You might also like