You are on page 1of 8

OBAT OBATAN EPILEPSI

Oleh :

Khalidah 1210312079

Preseptor :

dr. Sritin Melati, Sp.S

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUD ADNAAN WD

2018
Obat Obatan Epilepsi

Setelah seseorang didiagnosis epilepsi, terapi obat merupakan tatalaksana lini

pertama. Pertimbangan utama sebelum memulai terapi adalah kepastian diagnosis

epilepsi dan klasifikasi kejang .

Diagnosis epilepsi

Monoterapi awal Bebas kejang

Monoterapi kedua
atau terapi kombinasi Bebas kejang

Refrakter

Terapi kombinasi Pembedahan

Gambar. Tatalaksana epilepsi

Dalam menatalaksana epilepsi, monoterapi dengan OAE golongan pertama

adalah pilihan pertama. Pemberian obat dimulai dimulai dari dosis rendah dan

dinaikkan bertahap sampai dosis efektif tercapai atau timbul efek samping. Bebas

kejang dapat dicapai pada 50% pasien dengan monoterapi pertama, namun bila

kontrol kejang gagal tercapai pilihan selanjutnya adalah dengan kombinasi OAE

golongan pertama yang sesuai dengan klasifikasi kejang. Kemungkinan tercapainya

kontrol kejang setelah monoterapi awal gagal adalah 10-15%. Bila terapi kombinasi
gagal, obat yang memiliki khasiat paling baik dan efek samping paling sedikitlah

yang dipertahankan dan OAE kedua perlahan dihentikan dan digantikan dengan obat

tambahan. Kemungkinan tercapainya 50% pengurangan frekuensi kejang pada

penambahan OAE lini kedua adalah 20-50% dan kemungkinan bebas kejang kurang

dari 10%. Bila OAE lini kedua efektif OAE lini pertama dapat dipertimbangkan

untuk dihentikan. Bila pengobatan dengan OAE lini kedua gagal, terapi dengan OAE

sebaiknya dihentikan dan rujuk ke subspesialis epilepsi.

Tabel. Pilihan obat anti epilepsi berdasarkan bangkitan dan sindrom epilepsi

Pengobatan dengan karbamazepin dosis rendah, dimulai dengan 200-400mg

perhari. Dosis dapat ditingkatkan 200 mg perhari dalam rentang dua sampai empat

minggu hingga tercapai dosis kontrol kejang. Efek samping paling umum ialah
diplopia, dizziness, mual dan sakit kepala. Karbamazepin dapat menyebabkan reaksi

idiosinkrasi seperti ruam morbiliform, eritema multiform, dan sindroma steven

johnson.

Fenitoin merupakan golongan hidantoin. Fenitoin efektif untuk kejang parsial

dan tonik klonik. Dosis awal 200-300mg dengan dosis rumatan 200-400 mg perhari.

Serupa dengan karbamazepin, fenitoin dimulai dengan dosis rendah dosis 100mg/

hari hingga tercapai dosis kontrol kejang.

Asam valproat efektif pada semua tipe kejang terutama pada epilepsi umu

idiopatik. Dosis awal dewasa 500mg satu hingga dua kali sehari. Efek samping

tersering adalah berat badan bertambah karena merangsang nafsu makan, kebotakan,

iregularitas siklus haid, termasuk amenore.

Fenobarbital sama efektifnya dengan karbamazepin dan fenitoin untuk kejang

partia dan umum tonik klonik. Untuk meminimalkan efek sedasinya, dosis awal

sebaiknya dimulai 60mg pada dewasa dan 4mg/kg berat badan pada anak anak.
Penghentian OAE pada dewasa dipertimbangkan setelah 3-5 tahun bebas

bangkitan. Remisi dapat dipertahankan pada 60% pasien walaupun OAE telah

dihentikan. Saat memutuskan kapan OAE dihentikan, terdapat syarat umum untuk

menghentikan pemberian OAE diantaranya;

1. Setelah minimal 3 tahun bebas bangkitan dan gambaran EEG normal


2. Penghentian OAE disetujui oleh penyandang atau keluarganya dan atas saran dari

dokter.
3. Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis semula setiap bulan dalam jangkat

waktu 3-6 bulan untuk menghindari kemungkinan relaps


4. Bila dilakukan lebih dari satu OAE, maka penghentian dimulai dari satu OAE yang

bukan utama

SUMBER

1. Rugg-Gunn FJ, Sander JW. 2012. Management of chronic epilepsy. BMJ. doi:
10.1136/bmj.e4576
2. Glauser T, Menachem EB, Bourgeois B, Cnaan A, Guerreiro C, Kalviainen R,
Mattson R. 2013. Updated ILAE evidence review of antiepileptic drug
efficacy and effectiveness as initial monotherapy for epileptic seizures and
syndromes. Epilepsia,(13); 1-13.
3. PERDOSSI. 2014. Pedoman tatalaksana epilepsi. Surabaya: Airlangga
University Press.

You might also like