You are on page 1of 8

J. Akad. Kim.

2(2): 54-61, May 2013


ISSN 2302-6030
EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleivera) SEBAGAI ALTERNATIF
UNTUK MENURUNKAN KADAR GULA DARAH PADA MENCIT

Moringa Leaves Extract (Moringa Oleivera) As An Alternative To Reduce


Blood Sugar Levels On Mice

Roy Radiansah, *Nurdin Rahman dan Siti Nuryanti


Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu- Indonesia 94118
Recieved 1 April 2013, Revised 7 May 2013, Accepted 8 May 2013

Abstract
Moringa is a plant use as a traditional medicine. The leaves of moringa (moringa oleivera) is part of
the plant that could reduce the blood sugar levels. This research aims to determine the extract (infusion)
of moringa leaves (moringa oleivera), to reduce the blood sugar level in mice and to determine the
most effective concentrations of moringa leaves extract (infusion) to reduce the blood sugar levels in
diabetic mice. Bioactifive compounds of moringa leaves was identified by using reagent dragendorff to
test alkaloids while reagent chloroform, acetic anhydride and sulfuric acid to test steroids/terpenoids. The
study was a clinical trial by using animal testing, 15 mice which was divided to 5 group of treatments:
P1 (food + EDTA + glucose, 10% of moringa leaves infusion, Na-CMS), P2 (food + EDTA + glucose,
20 % of moringa leaves infusion, Na-CMS), P3 (food + EDTA + glucose, 40% of moringa leaves
infusion, Na-CMS), P4 (food + EDTA + glucose, glibenklamid, Na-CMS), and P5 (food + EDTA
+ glucose, Na-CMS). Blood glucose levels measured with GlukoDr instrument. The measurement data
was analyzed by ANOVA test with the 95% confidence level followed by Duncan test to determine the
significant different of each treatment to obtained the significant data. The result showed that moringa
leaves extract consist of alkaloid and steroid which plays an important role to reduce blood sugar level
and the concentration of the moringa leaves extract 20% was effective to the reduce the blood sugar level
of diabetic mice.
Keywords: Moringa Leaves, Blood Sugar Levels, Concentration.

Pendahuluan
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi kadar gula dalam darah. Penderita mengalami
yang mengakibatkan kadar glukosa di dalam gangguan metabolisme pada proses penyerapan
darah meningkat atau suatu keadaan dimana gula oleh tubuh, karena tubuh tidak dapat
terjadi gangguan kronis yang bercirikan melepaskan atau menggunakan insulin secara
hiperglikemi (glukosa darah meningkat) dan normal. Insulin adalah hormon yang dilepaskan
khususnya menyangkut metabolisme hidrat oleh pankreas, merupakan zat utama yang
arang (glukosa) di dalam tubuh. Diabetes bertanggung jawab dalam mempertahankan
militus mempunyai harapan hidup rata-rata kadar gula darah (Chairunnisa, 2012; Cheng,
5-10 tahun lebih rendah, tetapi hampir semua dkk., 2001).
bisa menjalani hidup yang penuh dan aktif Penurunan hormon insulin mengakibatkan
dengan pengendalian yang teratur terhadap seluruh glukosa dalam darah yang dikonsumsi
makanan dan obat-obatan (Suryohudoyo, di dalam tubuh akan meningkat. Peningkatan
1996; Suharmiati, 2003). kadar glukosa darah disebabakan oleh
Diabetes merupakan penyakit dimana tubuh kerusakan pankreas yang tidak dapat
penderita sudah tidak mampu mengendalikan menghasilkan insulin. Kerusakan pankreas ini
dapat disebabkan oleh senyawa radikal bebas
* Korespondensi: yang merusak sel-sel pada pankreas sehingga
N. Rahman
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan tidak dapat berfungsi (Studiawan dan Santosa,
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako 2005; Purboyo, 2009; Chairunnisa, 2012).
email: nurdinrahman_67@yahoo.co.id Berdasarkan penelitian terdahulu, yang
© 2013 - Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako dilakukan di Italia oleh Polidori, dkk., (2000)
54
Roy Radiansah Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleivera)Sebagai............

bahwa diabetes disebabkan karena miskin Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
vitamin A, vitamin E dan karotenoid. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keadaan demikian gejala diabetes dapat diatasi ekstrak (infusa) daun kelor dalam menurunkan
dengan pengaturan kembali keseimbangan kadar gula darah dan menentukan konsentrasi
metabolisme zat gizi dalam tubuh dengan ekstrak (infusa) daun kelor yang efektif dalam
tersediannya zat gizi dalam suatu makanan menurunkan kadar gula darah pada mencit.
(Chairunnisa, 2012; Astiyandani, dkk., 2010).
Mahalnya terapi pengobatan diabetes Metode
mellitus secara medis merupakan salah Sampel yang digunakan pada penelitian
satu penyebab tingginnya tingkat kematian ini adalah daun kelor (Moringa oleivera) dan
penderita sehingga banyak orang mulai bahan yang digunakan adalah EDTA, hewan
beralih pada pengobatan alternatif ataupun uji (mencit), Sodium CMC, glibenklamid,
tradisional. Selain itu, penggunaan obat sintesis H2SO4 pekat, glukosa dan aquades. Alat yang
menimbulkan resiko terjadinya kerusakan digunakan adalah glukometer, spoit oral, sonde,
organ secara permanen (Kurniasih, dkk, 2006). gelas ukur 100 mL, gelas ukur 250 mL, gelas
Pada zaman modern seperti saat ini banyak kimia 50 mL, 100 mL, dan 200 mL, labu ukur
beredar obat-obatan anti diabetes sintetis 50 mL, 100 mL dan 250 mL, kandang hewan
yang dapat kita jumpai di apotik-apotik, salah uji, timbangan hewan, batang pengaduk,
satunya adalah obat anti diabetes golongan neraca analitik, hot plate, spatula, lumpang dan
sulfonilurea. Penggunaan obat golongan ini alu, lap halus, gunting, alluminium foil, kertas
dapat mengakibatkan hipoglikemia apabila label, pipet tetes, pipet ukur, kain flanel, dan
dosis yang diberikan tidak tepat atau diet corong gelas.
terlalu ketat dan dapat juga terjadi apabila ada
gangguan fungsi hati atau ginjal pada lansia. Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Penggunaan obat golongan ini cenderung Daun kelor diambil kemudian dibersihkan
meningkatkan berat badan hingga 2 kg. (di cuci) dengan air yang mengalir sampai
(Nathan, dkk, 2008; Arifin, 2012). bersih. Selanjutnya dilakukan perajangan
Hal inilah yang menyebabkan semakin kemudian dikeringkan dengan cara di angin-
banyak penderita diabetes mellitus di negeri anginkan tanpa terkena sinar matahari langsung
ini, karena banyak mengkonsumsi obat-obatan sampai bahan tersebut mengering.
sintetik yang mempunyai banyak efek samping
bagi penderitanya, oleh sebab itu seiring dengan Uji Pendahuluan Senyawa Aktif
krisis ekonomi yang menyebabkan tingginya Ditimbang 1 g sampel dimasukan kedalam
biaya kesehatan dan pengobatan, masyarakat tabung reaksi, ditambahkan 10 mL metanol
lebih banyak memilih pengobatan alternatif 70%, selanjutnya memanaskan di atas penangas
karena relatif aman dan murah. air selama 2 menit, setelah dingin ditambahkan
Pohon kelor bagi komunitas masyarakat 2 tetes dragendorff. Jika hasil memberikan
Indonesia umumnya belum menjadi perhatian. endapan kuning atau orange sampai merah bata
Hasil penelitian Jaiswal, dkk, (2009) peneliti maka sampel mengandung alkaloid. Sedangkan
dari Departemen Kimia Universitas Allahabad untuk menguji steroid/ terpenoid, ditimbang
India membuktikan senyawa aktif daun kelor 1 g sampel dimasukan kedalam tabung reaksi,
lebih efektif serta jauh lebih aman dalam kemudian ditambahkan 10 mL kloroform dan
penurunan kadar gula darah dibanding obat 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering.
kimia glipzide (obat kencing manis yang biasa Kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat.
diresepkan dokter, (Trubus, 2011; Fransworth, Timbulnya warna merah jingga atau ungu
1966). Penurunan kadar gula darah disebabkan menandakan uji positif terhadap terpenoid,
pengaruh senyawa terpenoid yang menstimulasi sedangkan warna biru menunjukkan uji positif
sel-sel ß pankreas untuk mengeluarkan insulin. untuk steroid.
Berdasarkan hasil telaah uji fitokimia daun
kelor (Moringa oleivera) menunjukan adanya Pengujian Sampel dengan Spektrofotometer
senyawa alkaloid dan steroid/triterpenoid yang UV-Vis
berperan aktif dalam menurunkan kadar gula Pada pengujian ini pertama kali dilakukan
darah. Dari pengujian tersebut apakah ekstrak adalah membuat serbuk daun kelor, kemudian
daun kelor dapat menurunkan kadar gula darah di maserasi menggunakan pelarut aquades
dan pada konsentrasi berapa ekstrak daun kelor serta etanol 75%, dengan variasi konsentrasi
yang paling efektif dalam menurunkan kadar yaitu 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% untuk tiap-
gula darah. tiap sampel pelarut, selanjutnya disaring dan

55 55
Volume 2, No. 2, 2013: 54-61 Jurnal Akademika Kimia

diperoleh fitrat dari daun kelor. Kemudian infusa daun kelor 10% + Na-CMC)
perlakuan selanjutnya yaitu hasil dari maserasi P2 : Perlakuan 2 (pakan + EDTA + glukosa +
daun kelor yang divariasikan penambahan infusa daun kelor 20% + Na-CMC)
dengan glukosa 2% kemudian diukur P3 : Perlakuan 3 (pakan + EDTA + glukosa +
menggunakan spektrofotometer pada panjang infusa daun kelor 40 % + Na-CMC)
gelombang 190 nm – 360 nm. P4 : Perlakuan 4 atau kontrol positif (pakan +
EDTA + glukosa + glibenklamid + Na-
Pembuatan Infusa Daun Kelor CMC)
Sepuluh gram serbuk daun kelor (Moringa P5 : Perlakuan 5 atau kontrol negatif (pakan +
oleivera) yang telah kering dimasukan kedalam EDTA + glukosa + Na-CMC).
panci dan ditambahkan dengan air suling Selesai perlakuan mencit diistirahatkan
sebanyak 100 mL. Panci tersebut dimasukan didalam kandangnya masing-masing dan
kedalam panci yang lebih besar dan telah berisi diberikan makanan dan minuman seperti
air dan dipanaskan pada suhu 90oC selama 15 biasannya. Pada hari ke-tiga dilakukan
menit. Infus disaring dalam keadaan panas pengambilan cuplikan darah terhadap semua
menggunakan kain flanel dan jika volume hewan uji (Salam, 2011; Sutrisna, 2005).
kurang dari 100 mL, maka ditambahkan
dengan air hangat melalui residu infusa hingga Pengumpulan dan Analisis Data
volumenya mencapai 100 mL. Infusa 20% Setelah mendapatkan data dari pengukuran
dan 40% dibuat dengan cara yang sama, kadar gula darah, maka selanjutnya data
menggunakan 20 gram dan 40 gram serbuk dianalisis dan dievaluasi dengan menggunakan
daun kelor. rancangan acak kelompok melalui uji statistik
analisis sidik ragam (uji F) dengan taraf
Pembuatan Koloid Na-CMC 1 % b/v dan kepercayaan 95%. Uji ini digunakan untuk
Suspensi Glibenklamid mengetahui perbedaan yang signifikan dari
Koloid Na-CMC 1% dibuat dengan semua perlakuan, dan jika terdapat perbedaan
melarutkan 1 gram Na-CMC sedikit demi maka pengujian dilanjutkan dengan uji
sedikit kedalam 50 mL air suling panas sambil Duncan untuk mengetahui perlakuan mana
diaduk hingga terbentuk koloid. Volume yang mempunyai perbedaan yang nyata.
dicukupkan hingga 100 mL dengan air suling.
Sedangkan suspensi glibenklamid dibuat dengan Hasil dan Pembahasan
menimbang serbuk glibenklamid sebanyak Uji Kualitatif Alkaloid dan Steroid/Terpenoid
0,013 mg dan setelah itu ditambahkan dengan Berdasarkan hasil Pengamatan pada uji
koloid Na-CMC 1% b/v sedikit demi sedikit pendahuluan terhadap adanya senyawa alkaloid
sambil diaduk hingga homogen. Masukan dan steroid/ triterpenoid diperoleh data pada
dalam labu ukur 100 mL kemudian cukupkan Tabel 1.
hingga volumenya 100 mL dengan kolid Na- Tabel 1. Hasil uji pendahuluan
CMC1%. Perlakuan Pengamatan Hasil
Uji Alkaloid
Persiapan dan perlakuan Hewan Uji
1 g sampel daun kelor Berwarna Positif
Hewan uji yang digunakan adalah mencit
(dimasukan kedalam orange dan
(Mus musculus) jantan berbadan sehat, berumur
tabung reaksi) + 10 Terbentuk
2-3 bulan dengan bobot badan yang bervariasi
mL methanol 70% endapan
antara 20 gram sampai 30 gram. Tikus yang
(dipanaskan selama kuning
digunakan sebanyak 15 ekor. Sebelum diberikan
2 menit) + 2 tetes
perlakuan hewan uji di puasakan selama 16
dragendorff.
jam, lalu diukur kadar glukosa darahnya.
Kemudian semua kelompok diinduksi secara Uji Steroid / terpenoid
intravena dengan EDTA dengan dosis 70 mg/ 1 g sampel daun kelor Larutan Positif
kg BB (Studiawan & Santosa, 2005). Kemudian (dimasukan kedalam berwarna
diberikan glukosa secara oral sebanyak 0,02 tabung reaksi) + 10 hijau
mL. Satu hari kemudian dilakukan pengukuran mL kloroform dan 5 kebiru-
kadar glukosa. Selama perlakuan mencit tetap tetes anhidrida asetat biruan
diberikan pakan. Mencit dibagi menjadi 5 + 3 tetes H2SO4 pekat.
kelompok dan diberikan perlakuan sebagai
berikut :
P1 : Perlakuan 1 (pakan + EDTA + glukosa + Berdasarkan data pada tabel 1. terlihat bahwa

56 56
Roy Radiansah Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleivera)Sebagai............

daun kelor mengandung senyawa alkaloid dan diketahui bahwa panjang gelombang dari
steroid. Alkaloid bersifat detoksifikasi yang hasil maserasi serbuk daun kelor mempunyai
dapat menetralisir racun di dalam tubuh hubungan atau interaksi dengan panjang
(Kardono, 2003; Meiyanti, dkk, 2006). Alkaloid gelombang glukosa yang dijadikan patokan.
juga mempunyai kemampuan meregenerasi sel Tujuan dari pengujian ini adalah untuk
beta pancreas yang rusak. Senyawa–senyawa mengetahui pengaruh panjang gelombang
golongan steroid/ triterpenoid diketahui serbuk daun kelor dengan panjang gelombang
memiliki aktifitas fisiologis tertentu, seperti anti glukosa. Dari hasil pengujian yang dilakukan
jamur, anti bakteri, anti virus, kerusakan hati, dengan menggunakan spektrofotometer UV-
gangguan menstruasi, dan dapat mengatasi Vis panjang gelombang yang dihasilkan oleh
penyakit diabetes (Robinson, 1995; Asih, dkk, glukosa berkisar 210 nm, sedangkan pada
2010; Gunawan, dkk, 2008). Keaktifan dari serbuk daun kelor dengan pelarut etanol 75%
senyawa golongan ini yang berfungsi sebagai maupun dengan pelarut aquades diperoleh
anti radikal bebas ditentukan oleh adanya panjang gelombang berkisar 240 nm. Hal ini
gugus fungsi –OH (hidroksi) bebas dan ikatan menandakan bahwa kandungan serbuk daun
rangkap karbon – karbon seperti beta-karoten kelor tersebut mempunyai hubungan/ interaksi
dan vitamin C (Djatmiko, dkk, 1998; Asih, dengan glukosa, sehingga dapat digunakan
dkk, 2010; Levine, dkk, 1995; Prakash, 1989). dalam menurunkan glukosa darah.
Berdasarkan hasil telaah uji fitokimia
daun kelor (Moringa oleivera) yang telah Pengaruh Konsentrasi Infusa Daun Kelor
dilakukan, maka hasil penapisan fitokimia (Moringa oleivera) terhadap Penurunan
menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan Glukosa Darah.
steroid/triterpenoid, dimana kedua zat aktif Perlakuan mengenai pengaruh pemberian
tersebut diketahui dapat berperan aktif dalam konsentrasi infusa daun kelor (Moringa
menurunkan kadar glukosa darah (Riska, 2005; oleivera) terhadap penurunan glukosa darah
Fransworth, 1966). pada mencit (Mus musculus) dapat dilihat pada
Berdasarkan hasil uji pendahuluan Tabel 2 :
Tabel 2. Rerata kadar glukosa darah awal, setelah induksi dan penurunan glukosa darah.
Perlakuan Glukosa Awal Glukosa Induksi Glukosa Akhir Penurunan Glukosa

P1 114,7 ± 24,6a 124,0 ± 34,0a 74,0 ± 27,2a 50,0 ± 7,2a


P2 146,0 ± 25,2a 172,7 ± 7,8b 71,0 ± 16,7a 101,7 ± 24,0c
P3 138,7 ± 37,9 a
154,0 ± 4,6ab
72,3 ± 14,5 a
81,7 ± 11,7bc
P4 119,0 ± 43,7a 164,3 ± 34,6ab 78,7 ± 34,2a 85,7 ± 15,9bc
P5 148,3 ± 20,6 a
163,7 ± 24,0 ab
102,0 ± 23,4 a
60,7 ± 11,4ab
Angka dengan huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata pada α = 0,05

yang telah di lakukan pada ekstrak daun Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa
kelor (Moringa oleivera) yang didukung rata-rata kadar glukosa darah awal pada
oleh beberapa penelitian bahwa daun kelor kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
mengandung senyawa bioaktif yang berperan ekstrak daun kelor tidak memberikan perbedaan.
penting dalam berbagai kesehatan dan dapat Sedangkan pada keadaan akhir yakni pada rata-
menyembuhkan beberapa penyakit (Asih, dkk, rata penurunan kadar glukosa darah diperoleh
2010; Silaen, dkk, 2008). perbedaan rata-rata kadar glukosa yang berbeda
antar kelompok perlakuan.
Pengujian Sampel Dengan Spektrofotometer Pemberian ekstrak daun kelor untuk
UV-Vis menurunkan gula darah dilakukan pada hewan
Pada pengujian ini serbuk daun kelor uji mencit (Mus musculus) jantan berbadan
dimaserasi dengan menggunakan pelarut sehat, karena mencit jantan dapat memberikan
etanol 75% dan pelarut aquades dengan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak
konsentrasi yang sama yaitu (1-5)%. Hal dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan
dilakukan untuk mengetahui pelarut mana kehamilan seperti pada mencit betina. Mencit
yang lebih baik digunakan dalam menentukan jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme
panjang gelombang daun kelor sehingga dapat obat yang lebih cepat dan kondisi biologis

57 57
Volume 2, No. 2, 2013: 54-61 Jurnal Akademika Kimia

tubuh yang lebih stabil di banding mencit hiperglikemia (kadar glukosa darah melebihi
betina (Mangkoewidjojo, 1988). normal) dimana kadar glukosa darah diatas 180
Mencit yang digunakan dalam perlakuan ini mg/dL, kondisi normal apabila kadar glukosa
sebanyak 15 ekor dan dibagi dalam 5 kelompok darah tidak boleh lebih tinggi dari 180 mg/dL
perlakuan, mencit dalam perlakuan ini berumur dan tidak boleh pula lebih rendah dari 60 mg/
2-3 bulan dengan bobot badan yang bervariasi dL. Untuk mengatur itu maka tubuh memiliki
antara 20 gram sampai 30 gram. Sebelum di mekanisme pengaturan dan mekanisme ini
beri perlakuan masing-masing mencit dalam berjalan dengan baik apabila kadar glukosa
tiap perlakuan dipuasakan selama 16 -18 darah saat puasa diatas 130 mg/dL atau kadar
jam tujuannya untuk meminimalkan faktor glukosa darah 2½ jam post prandial diatas
makanan yang dapat mempengaruhi kadar 160 mg/dL. Kadar glukosa darah meningkat
glukosa darah pada saat pengukuran (Nurulita, maupun menurun tidak baik untuk kesehatan
dkk, 2008, Studiawan & Santosa, 2005). (Inawati & Winarno, 2006).
Setelah dipuasakan dan diukur kadar gula Untuk mengetahui penurunan kadar glukosa
darah mencit dengan menggunakan alat Gluko darah, dapat dilakukan melalui perhitungan
Dr selanjutnya mencit diinduksi dengan dari kadar gula darah setelah di induksi dengan
menggunakan EDTA (Etilen Diamin Tetra menggunakan EDTA kemudian dikurangi
Asetat). Pemberian EDTA adalah cara untuk dengan kadar gula darah setelah pemberian
menghasilkan kondisi diabetik pada mencit perlakuan (kadar gula darah akhir). Kemudian
sama halnya dengan diabetogen lainnya, EDTA dihitung reratanya seperti yang terlihat pada
dapat merusak substansi esensial di dalam Gambar 1 :
sel beta- pankreas sehinggga meneyebabkan
berkurangnya insulin di dalam sel beta-pankreas
(Salam, 2011; Suharmiati, 2003).
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran
kadar glukosa darah pada hari ke 1, 4, dan
8. Pene ntuan hari dihitung sejak pemberian
diabetogen (EDTA) pertama kali. Jadi hari ke 1
adalah hari pertama pemberian EDTA. Pada hari
ke -4 ternyata kadar glukosa darah hewan coba
belum naik cukup banyak,oleh karena itu pada
hari ke-4 semua hewan uji di induksi kembali
dengan menggunakan diabetogen (EDTA)
dan pada hari ke-4 itu juga pengukuran glukosa
darah hewan uji dilakukan dan ternyata glukosa Gambar 1 Diagram rerata kadar glukosa darah
darah hewan uji naik. Kemudian di hari ke-8 awal, induksi dan penurunan glukosa
adalah pengukuran glukosa akhir pada hewan
uji (Studiawan & Santosa, 2005). Berdasarkan dari gambar rerata kadar
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa rerata glukosa darah awal, glukosa induksi, dan
kadar glukosa darah awal, glukosa darah induksi penurunan glukosa diatas dapat diketahui
dan akhir dari kelima perlakuan hewan uji bahwa semua perlakuan memberikan efek
belum diperoleh data yang tidak berbeda secara dalam menurunkan kadar gula darah pada
signifikan. Dari hasil penelitian ini diperoleh mencit, baik pada pemberian perlakuan,
kadar glukosa normal berkisar antara 114 – kontrol maupun tanpa diberi perlakuan. Hal
148 mg/dL, sedangkan glukosa darah induksi ini disebabkan karena pada setiap pemberian
berkisar 124 – 172 mg/dL dan glukosa akhir perlakuan ektrak daun kelor mengandung
berkisar 71 – 102 mg/dL. senyawa aktif yang berperan penting dalam
Menurut Djojodibroto (2001) glukosa mensekresi insulin yang ada pada sel beta
darah dalam darah normal harus berada dalam pankreas. Sedangkan pada kontrol positif
rentangan antara 60 – 180 mg/dL. Sedangkan adalah diberikan obat antidiabetik oral yang
menurut Askandar (1996) bahwa keadaan memang dapat memberikan efek menurunkan
diabetes mellitus timbul apabila kadar glukosa kadar gula darah. Sedangkan kontrol negatif,
darah puasa menunjukan ≥ 126 mg/dL dengan tanpa pemberian perlakuan pun mengalami
pemeriksaan sebanyak dua kali dengan waktu penurunan kadar glukosa darah hal ini
yang berbeda. Hal ini juga diperkuat oleh kemungkinan besar mencit yang digunakan
Tjokroprawiro (2003) yang menyatakan pada kontrol negatif mengalami stress karena
bahwa diabetes mellitus adalah sindroma lingkungan disekitar banyak aktivitas dari

58 58
Roy Radiansah Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleivera)Sebagai............

mencit yang lainnya. Tabel 4. Hasil Uji Duncan


Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui Subset for alpha = 0,05
bahwa perlakuan P2 memiliki nilai penurunan Perlakuan N 1 2 3
glukosa darah yang sangat besar di bandingkan
dengan perlakuan lainya. Hal ini disebabkan P1 3 50,0000
karena adanya zat atau senyawa aktif yang P5 3 60,6667 60,6667
mempengaruhi penurunan kadar glukosa P3 3 81,6667 81,6667
darah yang terdapat pada ekstrak daun kelor P4 3 85,6667 85,6667
dengan konsentrasi 20% dibandingkan P2 3 101,6667
dengan konsentrasi 10% dan 40%. Hal ini Sig. 0,409 0,082 0,154
menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi bahwa perlakuan ke-1 (P1) dengan perlakuan
yang ada pada sampel maka semakin besar pemberian ekstrak daun kelor 10% memiliki
pula kandungan senyawa alakaloid dan steroid perbedaan nyata terhadap perlakuan yang
yang adapat menurunkan kadar glukosa lainnya. Sedangkan pada perlakuan dengan
darah. Namun pada penelitian ini konsentrasi glibenklamid, Na-CMC dan ekstrak daun kelor
20% memiliki nilai penurunan yang sangat 40% tidak berbeda secara nyata atau tidak
tinggi dibandingkan dengan konsentrasi signifikan. Sedangkan untuk perlakuan ke-2
40%, pada konsentrasi 40% ekstrak daun (P2) menunjukan perbedaan yang nyata dan
kelor memberikan efek penurunan kadar signifikan dari ke-empat perlakuan yang lain.
gula darah dengan baik akan tetapi mengapa Berarti yang terbaik dalam menurunkan kadar
mengambil konsentrasi yang lebih tinggi jika glukosa darah adalah kelompok perlakuan
ada konsentrasi yang lebih rendah yang dapat yang memiliki nilai rata-ratanya tertinggi yaitu
menurunkan kadar gula darah, sehingga dapat kelompok perlakuan ke -2 (P2) yaitu perlakuan
dikatakan bahwa konsentrasi 20% adalah dengan pemberian konsentrasi ekstrak daun
konsentrasi ektrak daun kelor yang paling kelor sebanyak 20 %.
efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah
mencit diabetes. Kesimpulan
Untuk melihat perbedaan yang signifikan Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan,
antar kelima perlakuan dilakukan dengan analisis dan tujuan maka dapat ditarik suatu
pengujian statistik menggunakan analisis kesimpulan bahwa ekstrak (infusa) daun kelor
varians (Anava), sebagaimana terlihat pada (Moringa oleivera)terbukti dapat menurunkan
Tabel 3: kadar gula darah pada mencit secara signifikan,
Tabel 3. Hasil Uji Anava
Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Mean Kuadrat F hitung Signifikan

Antar kelompok 5086,267 4 1271,567 5,537 0,013


Dalam kelompok 2296,667 10 229,667
Total 7382,933 14
Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa dan konsentrasi ekstrak (infusa) daun kelor
antar perlakuan mempunyai nilai yang signifikan (Moringa oleivera) yang relatif efektif dalam
yaitu 0,013 α = 0,05 ini menandakan menurunkan kadar gula darah adalah sebesar
terdapat suatu penurunan kadar glukosa 20 % (α = 0,05).
yang cukup bermakna dari kelima kelompok
perlakuan. Hal ini menandakan bahwa kelima Ucapan Terima Kasih
kelompok tersebut memiliki efektifitas yang
cukup berbeda dalam menurunkan kadar gula Terima kasih penulis sampaikan kepada
darah pada mencit. Gunawan, atas bimbingan dan sarannya
Untuk mengetahui dari kelima kelompok dalam menyelesaikan penelitian dan kepada
yang memiliki perbedaan yang bermakna maka ibu Hayani Anastasia, SKM, MPH yang telah
dilakukan uji post hoc dengan menggunakan uji memberikan izin untuk melakukan penelitian
statistik uji Duncan sehingga dapat diperoleh di Balai LITBANG P2B2 Donggala.
hasil konsentrasi yang paling efektif dalam
menurunkan kadar gula darah pada mencit. Referensi
Hal ini dapat di lihat dari Tabel 4 :
Berdasarkan Tabel 4 hasil uji Duncan Arifin, A. L. (2012). Panduan terapi diabetes
dengan taraf signifikan 5% di atas menunjukan mellitus tipe 2 terkini. UPF ilmu penyakit

59 59
Volume 2, No. 2, 2013: 54-61 Jurnal Akademika Kimia

dalam. Bandung: Fakultas Kedokteran yang di induksi aloksan. Jurnal Kimia


UNPAD. Indonesia, 1(2), 71 – 77.
Asih, I. A. R. A., Gunawan I. W. G., & Ariani Jaiswal, D., Rai, P. K., Kumar, A., Mehta, S.,
N. M. D. (2010). Isolasi dan identifikasi & Watal, G. (2009). Effect of moringa
senyawa golongan triterpenoid dari ekstrak oleifera lam leaves aqueous extract
n- heksana daun kepuh (Sterculiafoetida L.) therapy on hyperglycemic rats. Journal of
serta uji aktivitas anti radikal bebas. Jurnal Ethnopharmacology, 123(3), 392-396.
Kimia, 4(2), 135 -140.
Kardono, L. B. S. (2003). Chemical constituents
Askandar, T. (1996). Diabetes mellitus, klasifikasi of phaleria macrocarpa (Scheff) boerl.
diagnosis, dan dasar-dasar terapi, edisi kedua. Ministry of Health. Research Development
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Center For Pharmacy and Traditional
Medicine.
Astiyandani, P. G., Permana, Gd. A. W.,
Vedayanti, P. D., Larayanthi, C. I. D., Kurniasih, T., Isma’il, M., Susilowati, F., &
Windasari, M. P., & Wahyuniari, I. A. Lestari, S. P. (2006). Kajian potensi undur
I. (2010). Uji klinis in vivo pengaruh –undur darat (Myrmeleon Sp.) sebagai
konsumsi daluman (Cycllea barbata) antidiabetes. Yogyakarta: PKMP 2-8-1.
terhadap penurunan kadar gula darah pada
tikus wistar jantan dengan diabetes mellitus Levine, M. K. R., Dhariwal, R. W., Welch, Y.,
tipe 2. IPTEKMA, 2(1), 1-4. Wang., & Park J. B. (1995). Determination
of optimal vitamin C requirements in
Chairunnisa, R. (2012). Pengaruh jumlah humans. Journal of Clinical Nutrition.
pasta tomat terhadap penurunan kadar gula 62(suppl) 1347S-1356S.
darah pada mencit diabetes. Jurnal teknologi
Industri Pertanian, 1-12. Mangkoewidjojo. (1988). Pemeliharaan,
pembiakan, dan penggunaan hewan
Cheng, J. T., Liu, I. M., Chi, T. C., Su, H. percobaan di daerah tropis. Jakarta: UI Press.
C., & Chang, C.G. (2001). Stimulation
of insulin release in rats by Die-Huang- Meiyanti, Dewoto, H. R., & Suyatna, F. D.
Wan, a herbal mixture used in chinese
traditional medicine. Journal of Pharmacy (2006). Efek hipoglikemik daging buah
and Pharmacology, 53, 273-276. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa
(Scheff) boerl) terhadap kadar gula darah
Djatmiko , Santosa, M. H., & Wahyo. (1998). pada manusia sehat setelah pembebanan
Seminar nasional tumbuhan obat XII. glukosa. Universa Medicina, 25(3), 11-120.
Surabaya: Fakultas Farmasi UNAIR.
Nathan, M. N., Buse, J. B., Mayer, B. D.,
Djojodibroto, D. (2010). Seluk beluk Ferrannini, E., Holman, R. R., & Sherwin,
pemeriksaan kesehatan, general medical chek R., (2008). Medical management of
up. Jakarta: Pustaka Populer Obor. hyperglycemia in type 2 diabetes. Diabetes
Care, 31, 1–11.
Fransworth, N. R. (1966). Biological and
phytochemical screening of plant. Journal Nurulita, Y., Dhanutirto, H., & Soemardji, A.
Pharm. Sci, 55(3), 225-276. A. (2008). Penapisan aktivitas dan senyawa
antidiabetes ekstrak air daun dandang
Gunawan, I. W. G., Bawa, I. G. A. G., & gendis (Clinacanthus Nutans). Jurnal Natur
Sutrisnayanti, N. L. (2008). Isolasi dan Indonesia, 10(2), 98–103.
identifikasi senyawa terpenoid yang aktif
antibakteri pada herba meniran (Phyllanthus Polidori, M. C., Mecocci, P., Stahl, W., Parente,
niruri linn). Jurnal Kimia 2(1), 31-39. B., Cecchetti, R., Cherubini, A., Cao,
P., Sies, H., & Senin, U. (2000). Plasma
Inawati, S., & Winarno H. (2006). Pengaruh levels of lipophilic antioxidants in very
ekstrak daun inai (lawsonia inermis linn) old patients with type 2 diabetes. Journal
terhadap penurunan kadar glukosa, Diabetes/Metabolism Research and Reviews,
kolesterol total dan trigliserida darah mencit 16(1), 15–19.

60 60
Roy Radiansah Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleivera)Sebagai............

Prakash, A. (1989). Antioxidant activity. Studiawan, H., & Santosa, M. H. (2005). Uji
Medallion laboratories: Analitical Progres, aktivitas penurunan kadar glukosa darah
19(2), 1-4. ekstrak daun eugenia polyantha pada
mencit yang di induksi aloksan. Jurnal
Purboyo, A. (2009). Efek antioksidan ekstrak Media Kedokteran Hewan, 21(2), 62-65.
etanol dan jambu biji (Psepedium guajaval)
pada kelinci yang di bebani glukosa. Surakarta: Suharmiati. (2003). Pengujian biokativitas
Universitas Muhammadiyah Surakarta. antidiabetes mellitus tumbuhan obat. Cermin
Dunia Kedokteran. No. 140. Surabaya:
Riska, Y. (2005). Telaah Fitokimia Daun Departemen Kesehatan RI.
Kelor (Moringa oleifera Lamk). Skripsi.
(http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail. Suryohudoyo, P., & Purnomo, S. U. (1996).
php?id=58#top). Dasar molekuler diabetes mellitus (DM)
.Naskah Lengkap Diabetes. Surabaya:
Robinson, T. (1995). Kandungan organik Updute- I, 71.
tumbuhan tinggi (Ed. 6th). Bandung: ITB.
Sutrisna, E. M. (2005). Uji efek penurunan
Salam, A. A. (2011). Uji efektifitas daun lere kadar glukosa darah ekstrak air buah jambu
(Ipomea pes-caprae (L) roth Br.) sebagai biji (Psidium guajava L.) pada kelinci.
alternatif untuk menurunkan kadar glukosa Pharmacon, Jurnal Farmasi Indonesia, 6 (1),
darah kelinci (Oryctologus cuniculus). 23-27.
(Skripsi tidak diterbitkan). Universitas
Tadulako, Palu. Tjokroprawiro, A. (2003). Diabetes mellitus:
Klasifikasi, diagnosis, dan terapi (Ed. 3Rd).
Silaen, I. K., Posangi, J., & Tambajong, J. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
(2008). Uji efek diuretik ekstrak daun kelor
(Moringa oleivera) pada tikus wistar. Bik Trubus edisi Agustus (2011). Biology and
Biomid, 4(4), 143-149. Medicine, 3, 27-35.

61 61

You might also like