You are on page 1of 11

TUGAS PENGANTAR MANAJEMEN

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas harian


mata kuliah Pengantar Manajemen

DISUSUN OLEH

1. SATRIAWAN (A1B014140)

S1 MANAJEMEN
MANAJEMEN PEMASARAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM
Berbagai Isu Kontemporer Seputar Perkembangan Ilmu Manajemen. Sebagaimana
diterangkan sebelumnya, berbagai pendekatan dalam manajemen hingga sekarang ini terus
bermunculan. Apakah pendekatan tersebut merupakan sebuah rekontruksi atas teori manajemen
yang terdahulu maupun tekontruksi atas teori manajemen yang terdahulu maupun tawaran
pendekatan baru dalam ilmu manajemen. Di antara berbagai isu seputar ilmu manajemen adalah
di antaranya mengenai konsep Diversity Management, Teknologi Informasi, Globalisasi, Etika
dan Tanggung Jawab Sosial,Management for Quality, hingga Ekonomi Jasa (Service Economy).
Berikut akan diperkenalkan konsep dasar dari berbagai isu tersebut.

DOWNSIZING. Konsep dasar downsizing adalah bahwa organisasi berusaha untuk


meningkatkan efisiensi dengan melakukan pengecilan bentuk organisasinya melalui di antaranya
pengurangan jumlah pekerjanya atau jumlah anggotanya. Konsepdownsizing juga semakin
diterapkan sebagai salah satu adanya kemajuan teknologi di mana berbagai pekerjaan saat ini
tidak lagi harus dilakukan oleh orang, akan tetapi oleh mesin. Namun, kemajuan ini
menimbulkan adanya ekses kehilangan pekerjaan dari sebagian masyarakat, yang tidak mustahil
akan memberikan tantangan besar bagi perekonomian sebuah negara.
A. Pengertian Downsizing
Salah satu cara untuk mengubah struktur organisasi yaitu dengan cara melakukan Downsizing.
Downsizing adalah prubahan struktur yang dilakukan sebuah perusahaan dengan tidak
mengurangi keefektifan produktifitas dari perusahaan itu sendiri untuk mengurangi jumlah
tenaga kerja yang dianggap sudah tidak efektif atau bahkan jumlah unit operasi. Bahasa
kasarannya ialah PHK. Ada beberapa penyebab yang menjadikan sebuah perusahaan melakukan
downsizing :

Krisi ekonomi yang dalami oleh perusahaan


Pendapatan perusahaan lebih kecil ketimbang pengeluaran
Jumlah tenga kerja yang terlampau banyak
Butuh tenaga kerja yang lebih professional dan personalia yang baru
Perusahaan ingin membuka cabang baru

B. Dampak Downsizing
Pelaksanaan downsizing menyebabkan bertambahnya angka pengangguran yang terjadi dalam
negara yang bersangkutan, bagi pihak yang di PHK, hal ini mengurangi komitmen mereka dalam
mengkonsumsi maupun memperkenalkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan dahulu
mereka bekerja. Para pekerja akan memprepsikan bahwa perusahaan tidak adil dan kurang fair
sehingga menurunkan keterampilan dan produktivitas mereka dalam dunia kerja.
"Kurangnya komitmen ini tidak hanya berdampak pada naiknya absensi dan menurunnya
ketekunan, tapi juga menurunnya produktivitas. Inilah yang menyebabkan perusahaan gagal
mencapai tujuan downsizing (Meyer et al., 1998; Lâmsâ & Savolainen, 2000; Knudsen et al.,
2003)".

C. Pensiun Dini
Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa downsizing adalah proses pengurangan pegawai.
Beberapa cara pengurangan pegawai diantaranya adalah layoff, termination, early retirement
inducement, voluntary resignation inducement (Byars, 2005). Saat ini, cara yang umum
dilakukan pada perusahaan adalah early retirement inducement (suatu program rangsangan untuk
pensiun dini), hal ini dapat dilihat dengan adanya reaksi yang positif dari pasar usaha, karena
investor menyukai terjadinya pengurangan biaya perusahaan dalam jangka waktu singkat
dibandingkan harus menunggu dalam jangka waktu yang relatif lama (Dessler, 2002).

DEVERSITY MANAGEMENT. Konsep dasar diversity management atau mengelola perbedaan


adalah bagaimana manajemen dalam organisasi mampu mengelola berbagai perbedaan yang
terdapat di dalam organisasi atau perusahaannya. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh
adanya perbedaan etnis, agama, karakter dan sisfat, motivasi, hingga perbedaan tujuan yang
ingin dicapai oleh setiap bagian yang ada di dalam organisasi. Salah satu isu yang juga penting
dalam diversity management ini adalah isu mengenai cross-cultural managment atau manajemen
lintas budaya.
Sudah jelas, issue/masalah mengenai tenaga kerja yang semakin bervariasi adalah salah satu hal
yang penting bagi manajer di saat ini. Dalam materi ini kita akan melihat lebih dekat dalam
pengertian Diversity Management tersebut dari semua jenis di tempat kerja.
Pengertian Diversity Management dapat ditemukan di banyak tempat kerja dan organisasi dalam
negeri dan global, dan manajer di tempat-tempat kerja tentunya mencari cara untuk menghargai
dan mengembangkan keberagaman itu. Lihatlah di sekitar kelas Anda. Anda cenderung melihat
orang yang muda / tua, pria / wanita, tinggi / pendek, bermata cokelat, sejumlah ras, dan berbagai
gaya pakaian. Anda akan melihat orang-orang yang vocal sering berbicara di kelas dan yang
lebih cenderung pendiam, dan sebagainya. Pernahkah Anda perhatikan keberagaman dunia kecil
di mana Anda berada sekarang? Banyak dari Anda mungkin telah dibesarkan di lingkungan yang
terdapat individu yang beragam, sementara yang lain mungkin tidak memiliki pengalaman itu.
Kita akan fokus pada keberagaman di tempat kerja, jadi mari kita lihat apa itu. Dengan melihat
berbagai cara mendefinisikan keberagaman, Anda akan mendapatkan pemahaman yang lebih
baik dari itu.
Pasar yang semakin kompetitif saat ini menggarisbawahi kenyataan bahwa menciptakan tempat
kerja yang beragam adalah yang paling penting. Ini sama pentingnya untuk membuat
keberagaman dan inklusi sebagai bagian integral dari budaya organisasi. "Sebuah keberagaman
berkelanjutan dan strategi inklusi harus memainkan peran sentral dalam pengambilan keputusan
di tingkat pimpinan tertinggi dan ke setiap tingkat perusahaan." Bagaimana cara pemimpin
organisasi melakukan itu?
Salah satu hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa keberagaman dan inklusi
merupakan bagian dari tujuan dan strategi organisasi. Bahkan selama masa ekonomi sulit,
organisasi perlu komitmen yang kuat untuk keberagaman dan program-program inklusi.
Keberagaman perlu diintegrasikan ke dalam setiap aspek dari bisnis – dari tenaga kerja,
pelanggan dan pemasok untuk produk, layanan dan masyarakat yang dilayani. Kebijakan dan
prosedur harus ada untuk memastikan bahwa keluhan dan keprihatinan dapat ditangani dengan
segera. Akhirnya, budaya organisasi perlu melibatkan adanya penghargaan terhadao
keberagaman dan inklusi, bahkan sampai ke titik di mana kinerja individu diukur dan dihargai
atas prestasi dalam keberagaman.

TEKNOLOGI INFORMASI. (INFORMATION TECHNOLOGY). Perkembangan yang sangat


pesat di seputar teknologi informasi memunculkan beberapa media informasi dan komunikasi
seperti Internet, website (world wide web), electronic mail, chatting, dan lain sebagainya yang
memunculkan perkembangan terbaru mengenai “ cara orang-orang dan organisasi berinteraksi”.
Perkembangan ini memunculkan di antaranya konsep semacam electronic commerce atau e-
commerce, di mana berbagai pihak yang melakukan kegiatan bisnis tidak lagi harus melakukan
transaksi di tempat tertentu, akan tetapi dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Perkembangan ini memberikan tantangan baru bagi para praktisi manajemen untuk dapat
menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan di seputar teknologi informasi ini.

GLOBALISASI. Globalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses atau situasi di mana
berbagai pihak di seluruh dunia dapat semakin mudah melakukan interaksi tenap harus dibatasi
lagi dengan batas-batas regional atau geografis sebuha negara. Misalnya, kita dapat memiliki
seluruh organisasi bisnis di negara lain, ataupun orang lain dari negara lain dapat semakin mudah
memiliki aset sebuah perusahaan di negara lainnya dan menjual produknya ke negara yang
lainnya lagi. Perkembangan globalisasi ini memberikan peluang sekaligus tantangan bagi para
teoritisi dan praktisi manajemen untuk dapat melakukan penyesuaian secara cepat bagaimana
mengaplikasikan konsep-konsep manajemen dalam situasi seperti itu. Perbedaan kultur, budaya,
politik, dan lain sebagainya kerapkali menjadi kendala dalam proses globalisasi ini.
Tantangan Manajemen dalam Globalisasi
Pertama kita lihat, tantangan yang ada, ada beberapa konsep inti tantangan manajemen dalam
dunia global, yaitu :
Global Economy
Segala komponen-komponen yang berkaitan dengan organisasi menjadi global. Baik dari segi
kompetitor, suplai sumber daya dan product market.

Globalization
Proses dalam mengembangakan komponen-komponen yang saling berkaitan tersebut ke dalam
ekonomi global.

Global Management
Bagaimana menjalankan manajemen dalam organisasi yang memiliki business interests lebih
dari satu negara.

Global Manager
Seorang manager yang menaungi organisasi yang bergerak global harus waspada pada
pertumbuhan secara internasional yang terjadi, karena akan memberikan efek dalam kehidupan
sosial dan ekonomi.
Dan harus berkompeten dalam bekerja pada situasi banyak kultur.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan mengurangi cost memasuki pasar global,
organisasi perlu memiliki market entry strategy yang tepat.

ETIKA TANGGUNG JAWAB SOSIAL. Isu-isu seputar korupsi dalam sebuah organisasi
maupun perusahaan, kemudian isu-isu mengenai kerusakan lingkungan, penipuan konsumen, dan
lain sebagainya menjadi isu utama dalam hal etika dan tanggung jawab sosial dari sebuah
organisasi. Sebuah organisasi yang berharap dapat terus beradaptasi dengan lingkungan dengan
sendirinya tidak dapat mengabaikan isu-isu tersebut jika ingin terus diterima oleh masyarakat.
A. Definisi
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dapat
didefinisikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan
melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma
masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya
Selain definisi diatas masih ada definisi lain mengenai CSR yakni Komitmen perusahaan dalam
pengembangan ekonomi yang berkesinambungan dalam kaitannya dengan karyawan beserta
keluarganya, masyarakat sekitar dan masyarakat luas pada umumnya, dengan tujuan
peningkatan kualitas hidup mereka (WBCSD, 2002).
Sedangkan menurut Commission of The European Communities, 2001, mendefinisikan CSR
sebagai aktifitas yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan perusahaan untuk
mengintegrasikan penekanan pada bidang sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka
dan interaksi dengan stakeholder .
B. Tanggung Jawab Sosial Menurut Carrol
Dari sudut pandang strategis, suatu perusahaan bisnis perlu mempertimbangkan tanggung jawab
sosialnya bagi masyarakat dimana bisnis menjadi bagiannya. Ketika bisnis mulai mengabaikan
tanggung jawabnya, masyarakat cenderung menanggapi melalui pemerintah untuk membatasi
otonomi bisnis.
Carroll menyatakan bahwa manajer organisasi bisnis memiliki empat tanggung jawab yakni :
Tanggung jawab ekonomi yakni memproduksi barang dan jasa yang bernilai bagi masyarakat.
Tanggung jawab hukum yakni perusahaan diharapkan mentaati hukum yang ditentukan oleh
pemerintah
Tanggung jawab etika yakni perusahaan diharapkan dapat mengikuti keyakinan umum mengenai
bagaimana orang harus bertindak dalam suatu masyarakat.
Tanggung jawab kebebasan memilih yakni tanggung jawab yang diasumsikan bersifat sukarela.
Dari keempat tanggung jawab tersebut, tanggung jawab ekonomi dan hukum dinilai sebagai
tanggung jawab dasar yang harus dimiliki perusahaan. Setelah tanggung jawab dasar terpenuhi
maka perusahaan dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya yakni dalam hal etika dan
kebebasan memilih.
C. Alasan Perusahaan Menerapkan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Ada beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk menerapkan CSR sebagai
bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni :
Moralitas : Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak yang berkepentingan
terutama terkait dengan nilai-nilai moral dan keagamaan yang dianggap baik oleh masyarakat.
Hal tersebut bersifat tanpa mengharapkan balas jasa.
Pemurnian Kepentingan Sendiri : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap pihak-pihak
yang berkepentingan karena pertimbangan kompensasi. Perusahaan berharap akan dihargai
karena tindakan tanggung jawab mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Teori Investasi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder karena tindakan yang
dilakukan akan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.
Mempertahankan otonomi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder untuk
menghindari campur tangan kelompok-kelompok yang ada didalam lingkungan kerja dalam
pengambilan keputusan manajemen.
D. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
1. Manfaat bagi Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan tentunya akan menimbulkan citra positif perusahaan di mata
masyarakat dan pemerintah.
2. Manfaat bagi Masyarakat
Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat dengan perusahaan akan
lebih erat dalam situasi win-win solution.
3. Manfaat bagi Pemerintah
Dalam hal ini pemerintah merasa memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari
pemerintah dalam hal tanggung jawab sosial.
E. Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
1. Strategi Reaktif
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung
menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial.
2. Strategi Defensif
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan
penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau menolak
tanggung jawab sosial .
3. Strategi Akomodatif
Strategi Akomodatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan dikarenakan
adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal tersebut
4. Strategi Proaktif
Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung jawab untuk
memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka citra positif terhadap perusahaan
akan terbangun.
F. Regulasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Perusahaan.
Di Indonesia sendiri, munculnya Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UU PT) menandai babak baru pengaturan CSR. Selain itu, pengaturan tentang CSR juga
tercantum di dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM).
Walaupun sebenarnya pembahasan mengenai CSR sudah dimulai jauh sebelum kedua undang-
undang tersebut disahkan. Salah satu pendorong perkembangan CSR yang terjadi di Indonesia
adalah pergeseran paradigma dunia usaha yang tidak hanya semata-mata untuk mencari
keuntungan saja, melainkan juga bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi sosial.
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 tanggal
16 Agustus 2007 yang tercantum dalam bab V pasal 74. Dalam pasal 74 di sebutkan sebagai
berikut :
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan
sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya
alam” adalah Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya
alam.
Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan
sumber daya alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber
daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan “dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”
adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
terkait.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Sedangkan pengaturan di dalam UU PM, yaitu di dalam Pasal 15 huruf b adalah sebagai berikut:
“Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.”
Kemudian di dalam Pasal 16 huruf d UU PM disebutkan sebagai berikut:
“Setiap penanam modal bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan hidup.”
Etika dalam Manajemen Bisnis
A. Definisi
Etika didefinisikan sebagai konsensus mengenai standar perilaku yang diterima untuk suatu
pekerjaan, perdagangan atau profesi.
Sedangkan menurut Griffin, Etika adalah pandangan , keyakinan dan nilai akan sesuatu yang
baik dan buruk, benar dan salah.
Etika Manajemen adalah standar kelayakan pengelolaan organisasi yang memenuhi kriteria
etika.
Selain etika, dikenal pula istilah Moral atau Moralitas yakni ajaran-ajaran perilaku personal
berdasarkan agama atau filosofi.
Salah satu penyebab perilaku tidak etis adalah tidak adanya standar yang berlaku bagi seluruh
dunia mengenai perilaku para pelaku bisnis. Sedangkan norma dan nilai-nilai budaya berbeda-
beda untuk setiap negara dan bahkan antara daerah geografis dan kelompok-kelompok etnis
dalam suatu negara.
Selain factor-faktor situiasional seperti pekerjaan itu sendiri, supervise dan budaya organisasi,
perilaku etnis seseorang diperngaruhi oleh tahap perkembangan moral dan cirri-ciri keprobadian
lainnya.
Sama seperti hirarki kebutuhan Maslow, perkembangan moral terbentuk dari keinginan pribadi
untuk memperhatikan nilai-nilai universal.
B. Relativisme Moral
Relativisme Moral mengatakan bahwa moral bersifat relative pada beberapa pribadi, sosial atau
standar budaya, dan tidak ada standar yang lebih baik dibanding standar lainnya.
Ada empat tipe relativisme :
Naïve Relativism, yakni keyakinan bahwa semua keputusan moral adalah sangat pribadi dan
individu memiliki hak untuk menjalani hidupnya.
Role Relativism, yakni melakukan peran sosial disertai dengan kewajiban hanya pada peran
tersebut,
Social Group Relativism, yakni kepercayaan bahwa moralitas adalah suatu hal yang menyertai
norma-norma suatu kelompok.
Cultural Relativism, yakni bahwa moralitas tergantng pada budaya tertentu dalam masyarakat
tertentu.
C. Pendekatan Etika
Ada tiga pendekatan dasar terhadap perilaku etis :
Pendekatan utilitarian : tindakan dan perencanaan harus dinilai berdasarkan akibat dari tindakan
tersebut.
Pendekatan hak-hak individual : kesadaran bahwa manusia memiliki hak-hak dasar yang harus
dihormati dalam semua keputusan.
Pendekatan Peradilan : pemahaman bahwa pembuatan keputusan harus wajar, adil dan tidak bias
dalam mendistribusikan keuntungan dan kerugian bagi individual dan bagi kelompok.
Berikut adalah contoh dari tindakan tidak etis atau tidak legal dalam sebuah manajemen
perusahaan :
Penggunaan obat-obatan terlarang
Pencurian oleh Para Pekerja atau Korupsi
Konflik Kepentingan
Pengawasan Kualitas atau Quality Control
Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia
Penyelewengan dalam pencatatan keuangan
Penyalahgunaan penggunaan asset perusahaan
Pemecatan tenaga kerja
Polusi Lingkungan
Cara bersaing dari Perusahaan yang dianggap tidak etis
Penggunaan pekerja atau tenaga kerja di bawah umur
Pemberian hadiah kepada pihak-pihak tertentu yang terkait dengan pemegang kebijakan.
dan lain sebagainya

MANAGING FOR QUALITY. Teori dan praktik manajemen saat ini juga tidak dapat
mengambaikan tercapainya kualitas. Kualitas akan menentukan kompetensi dan kemampuan
untuk berkompetisi dengan yang lain, disamping kualitas juga akan menentukan biaya dalam
jangka panjang. Kualitas juga merupakan indikator tercapainya produktivitas.
Pada dasarnya Pengertian Quality Management atau manajemen kualitas terpadu (total quality
management) didefinisikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan performansi secara terus
menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam
setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia
dan modal yang tersedia.
ISO 8402 (quality vocabulary) mendefinisikan “Pengertian Quality Management sebagai semua
aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas,
tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti
perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas
(quality assurance) dan peningkatan kualitas (quality improvement). Tanggung jawab untuk
manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh
manajemen puncak (top management), dan implementasinya harus melibatkan semua anggota
organisasi.”
Dr. Joseph M. Juran adalah salah seorang guru memberikan definisiPengertian Quality
Management sebagai suatu kumpulan aktivitas yang berkaitan dengan kualitas tertentu yang
memiliki karakteristik:

Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen atas.


Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.
Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking: fokus adalah pada pelanggan dan pada
kesesuaian kompetisi; disana adalah sasaran untuk peningkatan kualitas tahunan.
Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan.
Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.
Pengukuran ditetapkan seluruhnya.
Manajer atas secara teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan sasaran.
Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik.
Sistem imbalan (reward system) diperbaiki.

EKONOMI JASA (SERVICE ECONOMY). Perkembangan saat ini semakin menunjukan bahwa
kegiatan perekonomian khususnya tidak dapat lagi dilihat sebagai sebuah kegiatan dalam
menghasilkan barang melalui kegiatan manufaktur. Kegiatan ekonomi saat ini juga merupakan
kegiatan penyediaan jasa bagi para konsumen. Dalam perkembangan ekonomi yang begitu cepat,
jasa menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan. Dengan perkembangan ini, pendekatan manajemen
pun tidak lagi hanya terfokus bagaimana melakukan, misalnya, efisiensi dalam proses pembuatan
barang di pabrik, akan tetapi juga harus mulai merumuskan bagaimana penyediaan jasa dapat
dilakukan secara efektif dan sekaligus juga efisien. Termasuk isu yang terkait dengan ekonomi
jasa ini adalah juga mengenai isu hak-hak kekayaan intelektual atau property rights.

You might also like