Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume II Nomor 3 Februari 2016
ABSTRACT
Nurses are "The caring profession" that has an important position in producing quality
health care at the hospital. Quality of care in hospitals depends on the performance of
caregivers. Based on the results of preliminary studies were still many nurse performance in
inpatient hospitals room Cideres in providing nursing care that is not been up by 60%.
Performance can be affected by the nurse education and nurse training. This studiy
aims to determine the relationship of education and training of nurse in the performance of
Inpatient Hospital District Cideres Majalengka 2015. This study uses quantitative research
with cross sectional design approach. The population in this research that all nurses in
Hospital Inpatient Cideres Majalengka district in 2015 as many as many as 108 nurses and
108 nurses sampled (total sampling).
Analysis of data in the study include the univariate analysis using the bivariate
distribution frekuendi and analysis using chi square test with α = 0.05. The results stated that
half of nurses with poor performance (50%), a fraction less educated (19.4%), most do not
have the training (88.0%) and no significant relationship between education ( value = 0.004
) and training ( value = 0.018) with the performance of nurses in space Inpatient Hospital
Cideres Majalengka 2015.Advised the leadership of the hospital employees to pay more
attention in terms of continuing education and training required for the performance of the
nursing profession to improve the quality of the performance of nurses, especially in the
Hospital Inpatient Room Cideres.
PENDAHULUAN
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume II Nomor 3 Februari 2016
diagnosis keperawatan berdasarkan prioritas penelitian Faizin dan Winarsih (2008)
gejala dominan, memberikan pendidikan menyatakan bahwa ada hubungan tingkat
kesehatn pada keluarga pasien dan kurang pendidikan perawat terhadap kinerja perawat.
memberikan penguatan atau perhatian pada Sementara penelitian Fahrizal (2010)
pasien. Dari 6 perawat tersebut 4 diantaranya menyatakan bahwa variabel pelatihan
menyatakan berpendidikan SPK dan belum mempengaruhi kinerja perawat pelaksana di
pernah mengikuti pelatihan keperawatan. ruang rawat inap.
Pendidikan dengan pelatihan merupakan Berdasarkan hal tersebut maka penulis
suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan tertarik untuk melakukan penelitian tentang
dalam sistem pengembangan sumberdaya “Hubungan Pendidikan dan Pelatihan dengan
manusia, yang didalamnya terjadi proses Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
perencanaan, penempatan, dan Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015”.
pengembangan tenaga manusia. Hasil
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
a. Gambaran Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun
2015
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Kinerja di Ruang Rawat Inap
RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Kinerja Perawat f %
Kurang baik 54 50
Baik 54 50
Jumlah 108 100
b. Gambaran Pendidikan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
Tahun 2015
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Pendidikan di Ruang Rawat
Inap RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Pendidikan Perawat f %
Rendah 21 19,4
Tinggi 87 80,6
Jumlah 108 100
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume II Nomor 3 Februari 2016
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui sebanyak 87 perawat (80,6%). Hal ini
bahwa perawat di Ruang Rawat Inap menunjukkan sebagian kecil perawat di
RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Ruang Rawat Inap RSUD Cideres
Tahun 2015 yang berpendidikan rendah Kabupaten Majalengka Tahun 2015 yang
sebanyak 21 perawat (19,4%) dan berpendidikan rendah (19,4%).
perawat yang berpendidikan tinggi
c. Gambaran Pelatihan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
Tahun 2015
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Pelatihan di Ruang Rawat Inap
RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Pelatihan Perawat f %
Tidak pernah 95 88,0
Pernah 13 12,0
Jumlah 108 100
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara Pendidikan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Cideres
Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Tabel 4.4 Hubungan antara Pendidikan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat
Inap RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Kinerja Perawat
Total
Pendidikan perawat Kurang baik Baik value
f % f % f %
Rendah 17 81,0 4 19,0 21 100
0,004
Tinggi 37 42,5 50 57,5 87 100
Jumlah 54 50,0 54 50,0 108 100
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume II Nomor 3 Februari 2016
b. Hubungan antara Pelatihan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Cideres
Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Tabel 4.5 Hubungan antara Pelatihan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap
RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Kinerja Perawat
Total
Pelatihan perawat Kurang baik Baik value
f % f % f %
Tidak pernah 52 54,7 43 45,3 95 100
0,018
Pernah 2 15,4 11 84,6 13 100
Jumlah 54 50,0 54 50,0 108 100
PEMBAHASAN
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume II Nomor 3 Februari 2016
tidak berkelanjutan dapat berdampak pada keperawatan pada pasien di Ruang Rawat
kesadaran dan tanggung jawab dalam Inap RSUD Cideres.
menjalankan tugas menjadi rendah. Menurut Simamora (2009)
Menurut Kusnanto (2004) bahwa menyatakan bahwa pelatihan adalah suatu
pendidikan adalah sarana mengembangkan proses dimana orang-orang mencapai
kemampuan kompetitif baik diantara sesama kemampuan tertentu untuk membantu
anak bangsa maupun antar bangsa-bangsa mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu,
dalam mencapai kemajuan. Sementara proses ini terikat dengan berbagai tujuan
Departemen Pendidikan Nasional (2011) organisasi, pelatihan dapat dipandang secara
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sempit maupun luas. Secara terbatas,
sadar dan terencana untuk mewujudkan pelatihan menyediakan para pegawai dengan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar pengetahuan yang spesifik dan dapat
peserta didik secara aktif mengembangkan diketahui serta keterampilan yang digunakan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang
spiritual keagamaan, pengendalian diri, ada batasan yang ditarik antara pelatihan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta dengan pengembangan, dengan
keterampilan yang diperlukan dirinya, pengembangan yang bersifat lebih luas dalam
masyarakat, bangsa, dan negara. cakupan serta memfokuskan pada individu
Grossmann (1999) dalam Hapsari untuk mencapai kemampuan baru yang
(2006) mengemukakan bahwa pendidikan berguna baik bagi pekerjaannya saat ini
merupakan salah satu kebutuhan dasar maupun di masa mendatang. Sedangkan Rivai
manusia yang diperlukan untuk (2004) mendefinisikan pelatihan merupakan
pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat bagian dari investasi sumber daya manusia
pendidikan, semakin mudah mereka (human investment) untuk meningkatkan
menerima serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan
pengetahuan dan teknologi, sehingga akan dengan demikian meningkatkan kinerja
meningkatkan produktivitas yang pada pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan kurikulum yang disesuaikan dengan
keluarga. kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu
Berdasarkan hasil penelitian yang relatif pendek, untuk membekali
diketahui bahwa sebagian besar perawat di seseorang dengan keterampilan kerja.
Ruang Rawat Inap RSUD Cideres Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian
Majalengka Tahun 2015 yang tidak pernah diketahui bahwa ada hubungan yang
mengikuti pelatihan yaitu sebesar 88,0%. signifikan antara pendidikan dengan kinerja
Masih banyaknya perawat yang tidak pernah perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Cideres
mengikuti pelatihan dapat dikarenakan oleh Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Adanya
beberapa hal diantaranya adalah kegiatan hubungan antara pendidikan dengan kinerja
pelatihan keperawatan yang dilaksanakan perawat dapat dikarenakan dengan
tidak dimanfaatkan secara baik dan kurangnya pendidikan yang semakin tinggi maka
perhatian perawat terhadap kegiatan kesadaran dan tanggung jawab seorang
pelatihan yang dapat mendukung kemampuan perawat terhadap tugas profesinya semakin
karirnya sebagai perawat. Perawat yang tidak baik sehingga menghasilkan kinerja yang lebih
pernah mengikuti pelatihan dapat berdampak baik daripada perawat dengan pendidikan
pada kurangnya kemampuan dan yang rendah.
keterampilan dalam memberikan asuhan Hasil penelitian ini sejalan dengan
teori Mangkunegara (2007) yang menyatakan
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume II Nomor 3 Februari 2016
bahwa tingkat pendidikan perawat dapat kinerja perawat di RSU Pandan Arang
menentukan kualitas asuhan keperawatan Kabupaten Boyolali menyatakan bahwa ada
yang diberikan. Perbandingan kuantitas hubungan tingkat pendidikan perawat
perawat menurut jenjang pendidikan erat terhadap kinerja perawat. Namun tidak
kaitannya dengan profesionalisme pemberian sejalan dengan hasil penelitian Riastuti (2009)
asuhan keperawatan terhadap klien selaku mengenai hubungan pendidikan dan pelatihan
pengguna jasa keperawatan. Sementara dengan peningkatan kinerja perawat di Ruang
Hapsari (2006) menyatakan bahwa Rawat Inap RSI Siti Aisyah Madiun
ketidakpuasan pasien terhadap asuhan Tahun 2008 menyatakan bahwa tidak ada
keperawatan diasumsikan kinerja hubungan yang bermakna antara pendidikan
keperawatan yang kurang baik yang dengan peningkatan kinerja perawat diruang
disebabkan oleh kualitas pendidikan perawat rawat inap RSI Siti Aisyah Madiun.
yang rendah dan kurangnya pengalaman kerja Berdasarkan hasil penelitian
perawat. diketahui bahwa ada hubungan yang
Pendidikan yang berkelanjutan sangat signifikan antara pelatihan dengan kinerja
penting untuk diperhatikan bahkan menjadi perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Cideres
suatu tanggung jawab pimpinan di rumah Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Adanya
sakit agar dapat menjamin staff dan hubungan antara pelatihan dengan kinerja
karyawannya berkesempatan mengikuti perawat dapat dikarenakan dengan
pendidikan yang lebih tinggi sesuai kebutuhan pernahnya perawat mengikuti pelatihan
profesinya karena hal ini akan berdampak keperawatan maka kemampuan dan
baik rumah sakit. Menurut Pusdiknakes dalam keterampilan seorang sehingga menghasilkan
Priharjo (2008) bahwa untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada perawat yang
seorang perawat profesional harus melewati belum pernah mengikuti pelatihan.
dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan Hasil penelitian ini sejalan dengan
akademi dan tahap pendidikan profesi. teori Mangkunegara (2007) bawha pelatihan
Perawat yang hanya tamatan dari akademi merupakan salah satu faktor yang
keperawatan hanya memiliki kompetensi mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang
sebagai perawat vokasional dan hanya perawat. Sejalan pula dengan teori Rivai
perawat yang tamatan pendidikan sarjana (2004) yang menyatakan bahwa pelatihan
keperawatan memiliki kompetensi perawat dapat meningkatkan kinerja pegawai dalam
profesional. Dengan perubahan tuntutan ini melaksanakan tugas dan fungsinya di sebuah
maka perawat dengan lulusan akademi perusahaan. Sementara Nurhidayah (2009)
keperawatan diharapkan dapat melanjutkan mengemukakan bahwa pelatihan merupakan
pendidikan ke jenjang sarjana keperawatan pendidikan tambahan untuk memperoleh
yang akan merubah perawat menjadi perawat pengetahuan dan keterampilan dalam
profesional. Sementara Ellitan (2003) melaksanakan tugas dan fungsi. Pendidikan
menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal tambahan bagi perawat merupakan suatu
yang semakin tinggi, berakibat pada proses untuk menghasilkan perubahan
peningkatan harapan dan kualitas dalam hal perilaku yang dapat meningkatkan kinerja
karier juga dalam perolehan pekerjaan dan perawat di rumah sakit. Agar mutu pelayanan
penghasilan. kesehatan itu baik dan sesuai standar, selain
Hasil penelitian ini juga sejalan diberikan pelatihan asuhan keperawatan
dengan hasil penelitian Faizin dan Winarsih perlu dilakukan atau dipantau pelaksanaan
(2008) mengenai hubungan tingkat keperawatan itu dengan dilakukannya
pendidikan dan lama kerja perawat dengan supervisi pelaksanaan tugas perawat tersebut
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume II Nomor 3 Februari 2016
agar benar-benar dapat disesuaikan dengan luas, dan tidak terbatas semata-mata hanya
semestinya. untuk mengembangkan keterampilan dan
Simamora (2009) menyatakan bahwa bimbingan saja. Pelatihan diberikan dengan
dengan latihan seseorang akan lebih mudah harapan individu dapat melaksanakan
melaksanakan tugas-tugasnya. Salah satu pekerjaannya dengan baik. Seseorang yang
manfaat pelatihan adalah meningkatkan telah mengikuti pelatihan dengan baik
kuantitas dan kualitas produktivitas. biasanya akan memberikan hasil pekerjaan
Sementara Nitisemito dalam Mangkunegara lebih banyak dan baik pula dari pada individu
(2007) mengungkapkan tentang tujuan yang tidak mengikuti pelatihan. Dengan
pelatihan sebagai usaha untuk memperbaiki demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan
dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan pada peningkatan pengetahuan,
pengetahuan, sesuai dari keinginan individu, keahlian/keterampilan (skill), pengalaman,
masyarakat, maupun lembaga yang dan sikap peserta pelatihan tentang
bersangkutan. Dengan demikian pelatihan bagaimana melaksanakan aktivitas atau
dimaksudkan dalam pengertian yang lebih pekerjaan tertentu.
KESIMPULAN
1. Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD 2015 yang tidak pernah mengikuti
Cideres Kabupaten Majalengka Tahun pelatihan sebesar 88,0%.
2015 dengan kinerja kurang baik sebesar 4. Ada hubungan yang signifikan antara
50%. pendidikan dengan kinerja perawat di
2. Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Ruang Rawat Inap RSUD Cideres
Cideres Kabupaten Majalengka Tahun Kabupaten Majalengka Tahun 2015.
2015 yang berpendidikan rendah sebesar 5. Ada hubungan yang signifikan antara
19,4%. pelatihan dengan kinerja perawat di
3. Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Ruang Rawat Inap RSUD Cideres
Cideres Kabupaten Majalengka Tahun Kabupaten Majalengka Tahun 2015.
SARAN
Diharapkan pihak pimpinan lebih agar lebih aktif dlam mencari informasi
memperhatikan karyawan dari segi mengenai keperawatan agar menambah
pendidikan yang berkelanjutan dan pelatihan wawasan dan pengetahuannya yang dapat
keperawatan yang dibutuhkan bagi kinerja mendukung terhadap kinerja
profesinya sehingga menghasilkan mutu keperawatannya.
pelayanan yang berkualitas dan bagi perawat
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume II Nomor 3 Februari 2016
DAFTAR PUSTAKA
Faizin, A dan Winarsih. 2008. Hubungan Rivai. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia
Tingkat Pendidikan Dan Lama Kerja untuk Perusahaan dari Teori ke
Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Praktik. Jakarta : PT Raja Grafindo
RSU Pandan Arang Kabupaten Persada.
Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan
ISSN 1979-2697, Vol . 1 No.3, Sastrohadiwiryo, S. 2006. Manajemen Tenaga
September 2008. Kerja Indonesia Pendekatan
Administrasi dan Operasional. Jakarta :
Gartinah, dkk., 2005 Pelayanan Bumi Aksara.
Profesionalisme Keperawatan Yang
Didukung Oleh Ilmu Pengetahuan Dan Siagian, 2007. Manajemen Sumber Daya
Teknologi. http://www.inna- Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
ppni.or.id, diakses tanggal 5 Maret
2015. Simamora, B. 2009. Panduan Riset Perilaku
Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia
Handoko. 2003. Manajemen Personalia dan Pustaka Utama.
Sumber Daya Manusia. Edisi II.
Yogyakarta: BPFE. Sugiyono, 2009 Statistik Untuk Penelitian.
Bandung: CV. Alfabeta.
Hariandja, M. 2002 Sumber Daya Manusia.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Wong, D. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan
Indonesia. Pediatrik. Volume 1. Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Ilyas, 2002. Kinerja (Teori, Penilaian dan
Penelitian). Cetakan I. Jakarta: Rineka
Cipta.
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume II Nomor 3 Februari 2016