Professional Documents
Culture Documents
Wang C. K., Salmon C. G., 1979, Reinforced Concrete Design, New York : Harmer and Row.
ANALISIS GAYA GEMPA RENCANA PADA STRUKTUR BERTINGKAT BANYAK
DENGAN METODE DINAMIK RESPON SPEKTRA
(189S)
1
Program Beasiswa Unggulan BPKLN, Magister Teknik Sipil UII.
2
Pengajar Magister Teknik Sipil FTSP UII.
Email: resfaiz@yahoo.co.id
ABSTRAK
SNI 03-1726-2012 menyebutkan bahwa pengaruh gempa rencana harus ditinjau dalam perencanaan
dan evaluasi struktur bangunan gedung dan non gedung, yang ditetapkan sebagai gempa dengan
kemungkinan terlewati besarnya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2%.
Pengaruh gempa rencana pada bangunan direpresentasikan sebagai gaya geser dasar V yang bekerja
pada dasar bangunan yang akan didistribusikan secara vertikal sepanjang ketinggian struktur sebagai
gaya horizontal tingkat Fi. Pengaruh gempa rencana pada struktur bertingkat banyak dengan
ketinggian lebih dari 10 tingkat atau 40 meter harus ditinjau sebagai pengaruh beban dinamik dan
analisisnya harus didasarkan pada analisis respon dinamik. Dalam pelaksanaannya, analisis respon
dinamik dirasa tidak praktis dan memerlukan banyak waktu, sehingga merepotkan para perancang
bangunan. Oleh karena itu, penelitian tentang analisis dinamik pada bangunan gedung tidak
beraturan ini akan sangat membantu para perencana sebagai bahan pertimbangan dalam
perancangan. Dalam penelitian ini dilakukan analisis gaya gempa rencana pada model struktur 2
dimensi, yaitu berupa rangka portal terbuka (open moment resisting frames) beton bertulang, dengan
ketinggian 48 meter atau 12 tingkat. Model struktur ditinjau pada 23 kota besar di Indonesia, dengan
menggunakan metode dinamik respon spektra. Sebagai perbandingan, respon spectra design pada
tiap kota dibuat sesuai dengan ketentuan SNI 1726-2002 dan SNI 1726-2012. Hasil dari analisis
menunjukkan bahwa gaya gempa rencana pada tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun 2002
pada 7 kota, sedangkan yang lainnya relatif meningkat. Peningkatan yang sangat besar terjadi di
Kota Semarang, Yogyakarta, Kendari, Banda Aceh dan Palu. Gaya gempa rencana tertinggi juga
mengalami pergeseran yaitu dari kota Bengkulu pada tahun 2002 beralih ke kota Banda Aceh pada
tahun 2012. Hal itu dapat terjadi, dikarenakan terjadinya pergeseran status wilayah kegempaan dari
tahun 2002 ke 2012.
Kata kunci: struktur bertingkat banyak, gaya gempa rencana, analisis dinamik respon spektra.
1. PENDAHULUAN
Gempa akan menimbulkan getaran/goyangan pada tanah ke segala arah dan menggetarkan bangunan yang berdiri di
atas tanah tersebut. Gaya akibat gempa pada bangunan direpresentasikan sebagai gaya geser dasar V yang bekerja
pada dasar bangunan dan selanjutnya digunakan sebagai gaya gempa rencana yang harus ditinjau dalam
perencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung. Pada bangunan bertingkat, gaya geser dasar tersebut akan
didistribusikan secara vertikal sepanjang ketinggian struktur sebagai gaya horizontal tingkat Fi. Pedoman perumusan
gempa rencana pada SNI 1726-2012 mengacu pada ASCE 7-05 yang ditentukan berdasarkan perioda ulang gempa
2475 tahun (probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun), sedangkan SNI 1726-2002 memakai konsep wilayah
gempa (seismic zone) yang ditentukan berdasarkan perioda ulang gempa 500 tahun (probabilitas terlampaui 10%
dalam 50 tahun). Beban geser dasar V akibat gempa rencana sesuai ASCE 7-05 menunjukkan kecenderungan lebih
besar dibandingkan dengan hasil perhitungan menurut SNI 1726-2002. (Purwono dan Takim A, 2010)
Pengaruh gempa rencana pada bangunan gedung beraturan dapat ditinjau sebagai pengaruh beban gempa ekivalen
statik, sedangkan pada bangunan gedung tidak beraturan harus ditinjau sebagai pengaruh beban dinamik. Beban
gempa ekivalen statik merupakan penyederhanaan dari beban gempa dinamik, yaitu berupa gaya horizontal F yang
bekerja pada pusat massa bangunan dan bersifat statik. Perhitungan dalam metode ini hanya memperhatikan
kontribusi dari mode ke-1 saja, sehingga hanya cocok untuk bangunan yang cenderung kaku, yaitu bangunan yang
memiliki ketinggian tidak lebih dari 40 m atau 10 tingkat. Sebagai konsekuensinya, semakin tinggi bangunan akan
semakin fleksibel dan kontribusi higher mode menjadi lebih besar, sehingga perancangan bangunan harus
didasarkan pada analisis dinamik. (Widodo, 2001)
2. GAYA GESER DASAR V, GAYA HORIZONTAL TINGKAT Fi, DAN GAYA GESER
TINGKAT Vi .
Gaya geser dasar V merupakan pengganti/penyederhanaan dari getaran gempabumi yang bekerja pada dasar
bangunan dan selanjutnya digunakan sebagai gaya gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan dan
evaluasi struktur bangunan gedung. (Widodo, 2011). Menurut SNI 1726-2002, gaya geser dasar V pada struktur
gedung beraturan dapat ditentukan dengan metode ekivalen statik, sedangkan bagi struktur gedung tidak beraturan
harus ditinjau dengan metode dinamik. Struktur gedung beraturan di antaranya ditunjukkan dengan beberapa hal
berikut ini:
1. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat atau 40 m.
2. Memiliki ketidakberaturan struktur horizontal maupun struktur vertikal.
3. Memiliki periode getar struktur kurang dari 3.5 Ts atau T<3.5Ts, dimana Ts = SDS/SD1. (SDS adalah
parameter respon spektral percepatan disain pada periode pendek, dan SD1 parameter respon spektral
percepatan disain pada periode 1 detik)
Gaya geser dasar V akan didistribusikan secara vertikal sepanjang tinggi struktur sebagai gaya horizontal tingkat Fi
yang bekerja pada masing-masing tingkat bangunan. Dengan menjumlahkan gaya horizontal Fi pada tingkat-tingkat
yang ditinjau dapat diketahui gaya geser tingkat Vi, yaitu gaya geser yang terjadi pada dasar tingkat yang ditinjau.
Γ (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Zj=modal amplitude, C=koefisien gempa dasar, g=gaya grafitasi, ɷ =frekuensi sudut, Yij=modal
displacement, ϕ ij=mode shape, Fij=modal seismic force , M=matriks massa, Yi= simpangan horizontal
tingkat, Fi=gaya horizontal tingkat dan Vj=gaya geser dasar bangunan.
5. METODOLOGI PENELITIAN
Model struktur
Analisis dilakukan pada model struktur 2D portal beton bertulang 12 tingkat 4 bentang, yang diperoleh dengan
bantuan program SAP 2000, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.
A
4.00
8.00
4.00
4.00
8.00
4.00
8.00 4.00
4.00
8.00
4.00
A 4.00
6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00
4.00
Denah
4.00
Pot. A-A
Mode shape
Dengan bantuan program Matlab, diperoleh mode shape struktur seperti ditunjukkan ada Gambar 3.
Gambar 4. Perbandingan respon spectra design pada Kota Banda Aceh, Yogyakarta dan Lampung.
Pada Gambar 4, ditunjukkan respon spektra Kota Banda Aceh dan Yogyakarta memiliki karakteristik yang hampir
sama, yaitu respon spektra SNI 1726 2012 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan respon spektra SNI 1726
726-2012 1726-
2002. Tetapi untuk Kota Lampung, respon spektra SNI 1726 2012 terlihat lebih rendah dari pada respon spektra
1726-2012
SNI 1726-2002.
2002. Hal ini menunjukkan bahwa status kegempaan Kota Banda A ceh dan Yogyakarta mengalami
Aceh
kenaikan dari tahun 2002 ke 2012, sedangkan Kota Lampung justru mengalami penurunan dari tahun 2002 ke 2012.
Selain kondisi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4, ada beberapa kota memiliki respon spektra yang tidak
seragam padaa semua periode T, seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Respon spektra Kota Medan mengalami
penurunan dari tahun 2002 ke 2012 hanya pada T<0.7 detik, sedangkan respon spektra Kota Kupang mengalami
penurunan dari tahun 2002 ke 2012 pada T>0.4 detik. Kondisi respon spektra yang berbeda berbeda-beda ini akan
menghasilkan nilai koefisien gempa dasar C yang berbeda beda pula pada setiap lokasi, sehingga besar gaya geser
berbeda-beda
dasar bangunan akibat gempa rencana juga akan berbeda
berbeda-beda.
Keterangan:
RS= Metode
Dinamik Respon
Spektra
ES= Metode
Ekivalen Statik
7. KESIMPULAN
Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Gaya gempa rencana tahun 2012 tidak selalu lebih tinggi daripada gaya gempa rencana tahun 2002, tetapi
tergantung pada percepatan respon spektral dari lokasi bangunan tersebut.
2. Gaya gempa rencana di kota Bandar Lampung, Palembang, Jakarta, Kupang, Banjarmasin, Samarinda dan
Makasar mengalami penurunan dari tahun 2002 ke 2012.
3. Gaya gempa rencana di Kota Semarang, Yogyakarta, Kendari, Banda Aceh dan Palu, pada tahun 2012
mengalami peningkatan yang sangat besar, sehingga perlu dilakukan penelitian yang lebih seksama terkait
dengan kualitas bangunan yang sudah berdiri di kota tersebut.
4. Peningkatan gaya gempa rencana yang besar sangat berpengaruh pada bangunan, terutama pada tingkat-
tingkat bawah.
DAFTAR PUSTAKA
ASCE 7-02. American Society of Civil Engineers. (2002). Minimum Design Loads for Buildings and other
Structures, ASCE Standard, USA.
Budiono, B (2002). Perkembangan Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa di Indonesia. Departemen
Teknik Sipil ITB, Bandung.
Budiono, Bambang. (2011). “Konsep SNI Gempa 1726-201X”. Seminar HAKI 2011.
Budiono, B, dan Lucky S. (2011). Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa dengan menggunakan SNI 3-
1726-2002 dan RSNI 03-1726-201X. Penerbit ITB, Bandung.
FEMA 451. (2006). NEHRP Recommended Provisions: Design Examples-August 2006. National Institute of
Building Sciences. Washington, DC
Ghosh. (1999). Impact of Seismic Design Provisions of 2000 IBC: Comaparison with 1997 UBC, SEAOC
Convention 1999.
Hanselman, Duane & Bruce Littlefield. (2002). Matlab Bahasa Komputasi Teknis. Andi Offset, Yogyakarta.
Indarwanto, M (tanpa tahun). Teknologi Bangunan 6, Modul 4: Pembebanan dan Dimensi Beton Bertulang. Pusat
Pengembangan Bahan Ajar UMB.
Irsyam, M, dkk (2010). Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010, eisi 2, Kementrian Pekerjaan
Umum, Bandung, Juli 2010.
Kusumastuti. (2010). Pengaruh Tinggi Struktur dan Jumlah Bentang Terhadap Kontribusi Mode pada Struktur
Beton Bertulang Bertingkat Banyak dengan Pendekatan Kekakuan Kolom Shear Building dan Cara Muto,
Tesis Magister Teknik Sipil UII.
Purwono dan Takim A. (2010). “Implikasi Konsep Seismic Design Category (SDC) – ASCE 7-05 Terhadap
Perencanaan Struktur Tahan Gempa Sesuai SNI 1726-02 Dan SNI 2847-02”, Seminar dan Pameran HAKI
2010 – Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia.
PPTGIUG (1981). Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung. Dit.Jen. Tjipta Karya, DPU,
Jakarta.
SNI 03-1726-2002 (2002). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, Departemen
Kimpraswil PU, Bandung.
SNI 03-1726-2012 (2012). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung. Badan Standardisasi Nasional BSN.
Widodo. (2001). Respon Dinamik Struktur Elastik. UII Press, Yogyakarta.
Widodo. (2011). Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Widiarsono, Teguh. (2005). Tutorial Praktis Belajar Matlab. Yogyakarta