You are on page 1of 10

SEJARAH PERKEMBANGAN SEKTE KHAWARIJ

DAN PERANANNYA DALAM ISLAM1

M. Anas
M. Agus Khoirul Wafa

Pendahuluan

Khawarij merupakan aliran teologi pertama yang muncul dalam dunia Islam. Aliran ini

mulai timbul pada abad ke -1 H (abad ke 8 M) pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib,

khalifah terakhir dari al-khulafa ar-Rashidiin.2 Kemunculan sekte Khawarij merupakan

keragaman pemahaman terhadap ajaran Islam, yang pada awalnya Khawarij adalah suatu sekte

yang lahir karena pergolakan politik, pada masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib.

Khawarij merupakan bentuk jamak dari khariij (orang yang keluar) adalah orang yang

keluar dari barisan Ali bin Abi Tholib. Ada juga yang mengatakan bahwa nama khawarij itu

didasarkan atas surah an-Nisa’ ayat 100 yang pengertiannya “keluar dari rumah untuk berjuang

di jalan Allah SWT. selain nama khawarij, ada beberapa nama yang diberikan kepada kelompok

ini, antara lain: al-Muhakkimin3, Syurah4, Hururiyah5 dan al-Mariqoh6.

1
Dipresentasikan dalam mata kuliah Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Kontemporer, Pondok Pesantren
Universitas Islam Indonesia
2
Ensiklopedi Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, cet.9, jilid ke 3. Jakarta:Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001, hal
47
3
Ibid, Al-Muhakkimah berasal dari semboyan merekan yang terkenal la Hukma illa li Allah (tiada hokum kecuali
hokum Allah ) atau la hakama illa li Allah (tiada pembuat hokum kecuali Allah). Alas an ini kemudian sebagai
bekal untuk menolak keputusan Ali, yang berhak menentukan perkara hanya Allah bukan arbitase atau tahkim
sebagaimana yang dijalankan Ali. Juga ditulis dalam Zainuddin, tt, Teologi Islam, Diktat, Yogyakarta: FIAI UII,
hal. 33.
4
Ibid, berasal dari bahasa arab yasyri (menjual). Penanaman ini didasarkan pada surah al-Baqoroh ayat 207 yang
artinya: “ada manusia yang mengorbankan dirinya untuk memperoleh keridhoan Allah”. golongan khawarij ini
kemudian menganggap mereka sebagai orang-orang yang tercantum dalam ayat tersebut.
5
Ibid, Berasal dari hurura yang berarti tempat mereka berkumpul setelah meninggalkan ali dan kemudian tempat
tersebut dijadikan sebagai pusat kegiatan.
6
Ibid, Artinya “anak panah keluar dari busurnya”. Nama ini diberikan oleh lawan-lawan mereka.
A. Asal-usul Firqah Khawarij

Firqah ini muncul pada saat terjadinya perselisihan pada Muawiyah bin Abi Sufyan dengan

Ali bin Abi Thalib, yang mencapai puncaknya dengan pecahnya perang Shiffin pada tahun 37

H. Kedua kelompok yang bertikai itu akhirnya sepakat untuk mengadakan tahkim

(arbitrasi/perundingan) dan keduanya sepakat pula untuk kembali kepada kitabullah. Pada

mulanya Ali tidak mau menerima tawaran damai Mu’awiyah tersebut. Tetapi karena didesak

oleh sebagian pengikutnya, terutama para qurra’ (pembaca) dan huffaz (penghafal), maka

diputuskanlah untuk mengdakan arbitase7. Dari kedua belah pihak diputuskan diantara

mereka sebagai hakam/penengah yaitu dua orang, pihak Ali diwakili oleh Abu Musa Al-

Asy'ari dan pihak Muawiyah diwakili oleh Amr Ibnu Ash. Dan perundingan itu terjadilah

pengelabuan yang dilakukan Amr Ibnu Ash terhadap Abu Musa Al-Asy'ari. Yakni Amr Ibnu

Ash dalam perundingannya menyampaikan bahwa kedua belah pihak menyepakati

penurunan keduanya ( Muawiyah dan Ali) dari jabatan masing-masing, sementara

pengangkatan Khalifah dan gubernur yang baru akan dibicarakan lain waktu. Kejadian ini

menimbulkan pembangkangan yang dilakukan sekelompok muslim yang kebanyakan berasal

dari Bani Thamim. Mereka kemudian menyatakan tidak puas terhadap proses dan hasil

perundingan itu.8

Mereka pergi dan memisahkan diri dari laskarnya. Beberapa orang yang lari pertama kali

dapat didamaikan oleh Ali, akan tetapi pelarian yang kedua berakhir dengan pembunuhan

besar-besaran terhadap pengikut mereka9. Banyak orang dari kalangan Ali yang keluar dan

bergabung dengan kelompok yang dipimpin Abdulah bin Wahab. Ar-Rusibi. Yang

7
Ensiklopedi Islam, Dewan hal 47
8
Irul, Ilmu Kalam, Khawarij, perkembangan-khawarij-dalam-sejarah. Dikutip dari http://iru3l-
cancer.blogspot.com/2009/05/.html 04 Mei 2009. Juga tetulis dalam Hasjmy,1995, Sejarah Kebudayaan Islam,
Jakarta: PT Bulan Bintang, hal. 158
9
Zainuddin, tt, Teologi Islam, Diktat, Yogyakarta: FIAI UII, hal. 31
menamakan dirinya Asy-Syuraat, yakni yang mempunyai sifat jelek, bermakna menjelekan

diri mereka sendiri dengan mengharap keridhaan Allah SWT. Namun, tidak begitu lama

setelah keluar dari kelompok Ali, mulai menunjukan cacat dalam ucapan maupun amaliahnya

pandangan dan pemikiran mereka mulai menyimpang dari kebenaran. Mereka mengecam

Ali, menjelekannya serta mengajukan protes terhadap kepemimpinan Ali maupun Usman bin

Affan, serta mencela setiap orang yang tidak mau memusuhi Ali dan Orang-orang yang

menyalahkan Usman.

Dalam menghadapi pembangkangan tersebut Ali mengambil sikap tidak memerangi

mereka, selama mereka tidak memulainya terlebih dahulu. Tetapi setelah pemimpin Khawarij

Ibnu Wahab tewas terbunuh, pihak Khawarij mengutus Abdurrahman bin Maljam Al-Murodi

untuk membunuh Ali bin Abi Thalib dan usaha itu berhasil, Ali terbunuh dalam masjid.

B. Perkembangan Khawarij

Sepeninggal Ali, kelompok ini membangun kekuatan untuk selalu melakukan

pemberontakan pada masa kekuasaan Islam pasca Ali. Sebagaimana tertulis dalam sejarah,

kaum khawarij selalu menjadi oposan atau bahkan yang memberontak pada masa dinasti

Umawiyyah maupun dinasti Abbasiyah10.

Meskipun pada mulanya khawarij muncul karena persoalan politik, dalam

perkembangannya ia lebih bercorak teologis. Alasan mendasar yang membuat kelompok ini

keluar dari barisan Ali dan kemudian membentuk barisan sendiri adalah ketidaksetujuan

mereka terhadap arbitrasi atau tahkim. Selanjutnya kaum khawarij menyinggung soal iman

dan kafir. Iman menurut mereka tidak cukup dengan pengakuan bahwa tiada Tuhan selain

Allah dan bahwa Muhammad adalah Rosul-Nya, melainkan harus disertai dengan amal
10
Muntoha, dkk, 1997, Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: UII Press, Hal. 54
sholeh. Kafir adalah pengingkaran terhadap adanya Allah SWT dan Rasul-Nya serta berbuat

dosa besar. Pada mulanya yang mereka pandang kafir hanyalah orang-orang yang menyetujui

arbitrasi, tetapi kemudian mereka mengembangkan artinya sehingga termasuk semua orang

yang berdosa besar. Yang termasuk dosa besar antara lain membunuh tanpa alasan yang sah

dan berzinah. Jadi sungguhpun seorang telah mengucapkan dua kalimat syahadat namun

karena berdosa besar, ia tetap dipandang kafir dan keluar dari Islam.11

Dalam perjalanannya, kelompok ini terpecah menjadi sekitar 20 aliran. Diantara kelompok

yang terlihat besar memberikan peranan dari segi politik maupun teologis dalam sejarah

Islam ada tiga aliran besar yaitu12:

1. Azariqah

Kelompok ini dinisbatkan kepada nama pendirinya, Nafi’I Ibn Azraq Al-Tamimy.

Kelompok ini sering disebut sebagai aliran ter-ekstrem. Adapun salah satu pendirian

penting dari aliran bahwa tidak boleh bagi para pengikutnya yang mukmin menerima

ajakan sholat dari pihak lain (di luar aliran tersebut). Sedangkan beberapa keyakinan lain

adalah Mereka menngharamkan sholat melakukan perkawinan dengan orang diluar

mereka demikian juga memakan daging sembelihan orang-orang luar mereka. Lebih jauh

lagi, mereka menggangap anak orang kafir akan kekal dineraka, mereka menggangap

pelaku dosa besar adalah kafir dan kekal didalam neraka, namun mereka meniadakan

hukum rajam bagi pelaku perzinaan dan meniadakan hukuman bagi pelaku perzinaan dan

meniadakan hukuman bagi pelaku penuduhan zina.13

Selanjutnya yang dipandang musyrik adalah orang Islam yang melakukan dosa

besar atau tidak mau hijrah dan berperang bersama mereka. Anggota kelompok ini

11
Ensiklopedi Islam, Dewan. hal 48
12
Joesoef Sou’yb, 1979, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta: PT. Bulan Bintang, hal 535
13
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1748/Khawarij.
dinyatakan muslim sejati; wilayah mereka disebut sebagai “Dar Al-Islam” yaitu tempat

Islam dilaksanakan secara benar. Mereka yang tetap dirumah asal dan tidak mau

berpindah ke wilayah mereka adalah kafir musyrik dan berada diluar masyarakat Islam.

Ajaran Hijrah ini mereka anggap sejalan dengan hijrah Muhammad dari Mekkah ke

Madinah pada tahun 622 M.14

2. Shufriyyah

Pemimpin kelompok ini adalah Ziyad bin Ashfan kelompok ini dinamakan

shufriyyah. Bertolak belakang dengan Azariqah, pandangan mereka tentang hukum

mendekati kepada jalan yang lurus, mereka tidak mengkafirkan orang-orang yang tidak

ikut perang, mengakui hukum rajam, serta berpandangan bahwa pelaku dosa besar telah

berbuat maksiat kepada Allah tetapi tidak kafir.

3. Ibadhiyat

Ibadhiyyah adalah nama salah satu dari kelompok khawarij yang paling terkenal.

Kelompok ini hingga sekarang masih terdapat diwilayah Oman, Zanzibar, dan afrika

utara. Ibadhiyyah adalah pengikut Abdullah bin Ibadh. Pemimpin kelompok ini mereka

mempunyai asal usul yang kaitan yang erat dengan Jazirah Arabiah, terutama

Hadiyahmaut, Sahan, Makkah dan Madinah Al- Munawarroh.

Pemahaman akidah kelompok ibadiyyah tidak jauh berbeda dengan ahli sunnah.

Dapat dikatakan bahwa lebih banyak persamaan dan sedikit sekali perbedaan diantara

keduanya. Mereka mengakui bahwa Al-Qur'an dan Sunnah Nabawwiyyah adalah sumber

utama ilmu dan ajaran Islam namun mereka lebih mengutamakan ijtihad (ra'yu) dari pada

ijma' dan qiyas.

14
Zainuddin, tt, Teologi, hal. 35
C. Pemikiran Khawarij

Bagi Khawarij ada dua hal penting yang menjadi pandangan, yakni politik dan

keagamaan.

1. Politik

Di bidang politik khawarij memiliki pemahaman, seorang khalifah harus dipilih

langsung oleh rakyat, baik dari bangsa arab atau ‘ajam (non arab). Mereka berusaha

mengeliminir keutamaan Arab atas non arab, bahkan sebagian mereka berpendapat

bahwa orang ‘ajam lebih baik dari bangsa arab, bahkan menurut khawarij seorang

perempuan pun boleh memegang kekuasaan, jika memang mampu menyelenggarakan

roda pemerintahan dan memenuhi criteria sebagai seorang kepala Negara. Atas apa

yang terjadi pada Ali dan Mu’awiyah, mereka berpendapat bahwa mereka merupakan

sebuah kesalahan karena tidak berangkat dari pemilihan oleh rakyat. Khawarij juga

berpendapat bahwa khalifah tidak diperlukan, namun cukup dengna badan khusus

sebagi penyelenggara pemerintahan. 15

2. Teologi

Sebagai dasar legitimasinya, kaum khawarij menciptakan doktrin-doktrin

teologis, berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an sebagai pegangan fomal tidak lain

merupakan manifestasi dari nilai-nilai budaya kaum baduwi. Kerena hidup mereka

ditempa oleh keganasan padang pasir, maka paling tidak dapat membentuk sifat-

sifatnya yang khas, keras, pemberani, pantang menyerah dn percaya pada diri sendiri.

Agama yang mereka peluk agaknya kurang dapat membawa perubahan watak

15
Dikutip oleh Abdul Karim. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2009.
hal. 108
mereka. Oleh karena itu pengertian mereka tentang iman dan pemehaman agama

sangat sederhana tetapi justru fanatisme. Keadaan ini yang menyebabkan mereka

mudah sekali pecah.

Karakteristik pendirian kaum khawarij adalah cepat-cepat mengkafirkan orang

lain. Kekerasan pendiriannya dengan menganggap orang lain yang tidak sepaham

adalah kafir. Itu semua semata-mata agar mereka dapat memusnahkan golongan lain

dan memaksakan pahamnya sendiri. tetapi dari golongan inilah mulai timbul paham

pentingnya amal dalam iman. Sehingga orang Islam harus konsekuen dalam

melaksanakan ajaran Islam. 16

Sementara pandangan yang lain tentang keagamaannya, antara lain adalah jika

seorang muslim tidak melaksanakan sholat, maka ia wajib dibunuh dan jika seorang

yang meninggal dunia tanpa tobat terlebih dahulu, maka ia akan masuk neraka

selamanya. Dengan demikian, dari golongan inilah pendalaman tentang pentingnya

amal dalam iman mulai dibahas. Tanpa amal sholeh, maka seorang sama halnya

dengan tidak mukmin (kafir). Seorang yang tidak bersih hati nuraninya maka ia

termasuk dalam golongan murtad dan dalam pandangannya seorang yang demikian

itu masuk neraka selamanya. Pandangan khawarij yang mencolok adalah keyakinan

bahwa orang Islam yang tidak menganut ajaran-ajaran mereka tersebut dianggap

kafir. Hal ini mendasari sikap mereka terhadap umat Islam keras dan tegas, sementara

dengan non muslim mereka bersikap lunak. Mereka beranggapan bahwa Ali, Amr dan

Muawiyah adalah kafir. Karena atas ulah mereka banyak umat Islam mati di medan

konflik yang ada tersebut. Khawarij menolak, surat yusuf menjadi bagian dari Al-

16
Zainuddin, tt, Teologi Islam, Diktat, Yogyakarta: FIAI UII, hal. 42
Qur’an. Hal ini didasarkan karena surat ini terlalu menjelaskan hal-hal keduniaan-

cinta .17

Kesimpulan

Satu hal yang dapat ditarik bahwa sebagian doktrin khawarij merupakan penyelamat ide

Islam yang murni, yaitu pemerintahan yang bersifat kerakyatan dan mengandung semangat

keadilan bahkan konstitusional. Doktrin-doktrin lain yang lebih menonjol ke permukaan, yaitu

sikap ekslusif yang memang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Namun timbulnya kaum khawarij

ini paling tidak memberikan pelajaran kepada kaum muslim bahwa suatu pemerintahan yang

korup akan menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Reaksi yang ekstrim dari kalangan

masyarakat dapat menimbulkan tindakan kekerasan dari penguasa. Peristiwa di atas

mengilhamkan seseorang untuk memahami hubungan elite-masa. Karena sumber persoalan yang

terjadi pada awal sejarah Islam adalah terdapat jurang pemisah antara nilai-nilai kerakyatan suku

baduwi dan kultur pemerintahan suku Quraisy.

Secara garis besar pemikiran mereka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Menganggap kafir orang-orang yang berseberangan dengan mereka, terutama yang

terlibat dalam Perang Shiffin. Karenanya, tidak ada istilah damai untuk penentang

Khawarij, mengingat yang dimaksud ishlah dalam QS. Al-Hujurat: 9 adalah sesama

orang Islam, tidak dengan orang kafir.

2. Orang Islam yang berbuat dosa besar, seperti berzina dan pembunuh adalah kafir dan

selamanya masuk neraka.

17
Dikutip oleh Abdul Karim. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2009.
hal. 108-109
3. Hak khilafah tidak harus dari kerabat nabi atau suku Quraisy khususnya, dan orang

Arab umumnya. Seorang khalifah harus dipilih oleh kaum Muslimin melalui pemilihan

yang bebas. Khalifah yang taat kepada Tuhan wajib ditaati. Sebaliknya, khalifah yang

mengingkari Tuhan dan umat yang durhaka kepada khilafah yang wajib ditaati, boleh

diperangi dan dibunuh.

4. Mereka menganggap bahwa hanya daerahnya yang disebut dar al-Islam, dan daerah

orang yang melawan mereka adalah dar al-harb. Karenanya, orang yang tinggal dalam

wilayah dar al-harb, baik anak-anak maupun wanita, boleh dibunuh

5. Orang musyrik adalah yang melakukan dosa besar, tidak sepaham dengan mereka, atau

orang yang sepaham tetapi tidak ikut hijrah dan berperang bersama mereka. Orang

musyrik itu halal darahnya. Nasib mereka bersama anak-anaknya akan kekal di neraka.

6. Ajaran agama yang harus diketahui hanya ada dua, yakni mengetahui Allah dan rasul-

Nya. Selain dua hal itu tidak wajib diketahui.

7. Dosa kecil yang dilakukan secara terus menerus akan berubah menjadi dosa besar dan

pelakunya menjadi musyrik.

8. Imam dan khilafah bukanlah suatu keniscayaan. Tanpa imam dan khilafah, kaum

muslimin bisa hidup dalam kebenaran dengan cara saling menasihati dalam hal

kebenaran.
Daftar Pustaka

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 2001. Ensiklopedi Islam, cet.9, jilid ke 3. Jakarta:Ichtiar Baru
Van Hoeve

Hasjmy. 1995. Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang

http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1748/Khawarij.

Irul. Ilmu Kalam, Khawarij, perkembangan-khawarij-dalam-sejarah. Dikutip dari http://iru3l-


cancer.blogspot.com/2009/05/.html

Karim, Abdul. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta : Pustaka Book
Publisher

Muntoha, dkk. 1997. Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: UII Press

Sou’yb, Joesoef. 1979. Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta: PT. Bulan Bintang

Zainuddin, Muhadi. tt, Teologi Islam, Diktat, Yogyakarta: FIAI UII

You might also like