Professional Documents
Culture Documents
Sub kelas Eusporangiatae kebanyakan berupa terna , protalium dibawah tanah tidak
berwarna, atau diatas tanah berwarna hijau . protalium selalu ditumbuhi cendawan endofitik.
sporangium berdinding tebal dan kuat dengan spora-spora yang sama besar . subkelas
Eusporingiatae terdiri dari dua bangsa, yaitu : Ophioglossales, dan Marattiales
o Bangsa Ophioglassales
A.Ciri-ciri Bangsa Ophioglassales:
- Mempunyai batang di dalam tanah yang pendek
- Pada tiap batang hanya terdapat 1 daun yang bertangkai panjang dengan upih daun yang
menyerupai selaput (terjadi tiap tahun)
- Terdapat duamacam daun (daun fertile berbentuk malai dan keluar dari tangkai, daun
steril keluar dari pangkal, tengah, atau tepi)
-Mengalami pertumbuhan menebal sekunder ( Marga Botrychium )
-Bersimbiosis dengan mikoriza sebagai upaya untuk mendapatkan makanan
-Bersifat isospora , protalium berumah satu, tidak mengandung klorofil terdapat dalam tanah
dan hidup sebagai saprofit
- sporangium besar, hamper bulat, tidak mempunyai annulus, dinding kuat dan membuka
dengan satu retak melintang atau membujur
- hidup sebagai paku tanah atau epifit.
B. Morfologi BangsaOphioglassales:
1. Akar
Akarnya sedikit dan rimpangnya berdaging , berbentuk seperti pita dan ujungnya tumpul ,
pada bagian pangkalnya menyempit.akar pada genus ini termasuk pada akar serabut, akar ini
sering kali bercabang,putih kuning kehitaman permukaan yang halus-halus dan tekstur yang
agak tebal.
2. Daun
Sekelompok sporangium dengan berbentuk 2 spongaria pada bagian tepi 2 baris, sangat cekung
disederhana, ujung liniear atau bujur sporophore berdaging, ujung biasanya +- apiculate.
Gametophytes cokelat menjadi putih,sempit,bercabang
4. Batang
Batang ophioglossum berbentuk slinder, pada batang berwarna hijau yang banyak mengandung
klorofil. Batang ini juga dapat melakukan fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Pada
protalusnya berbentuk dorsoventral. Tumbuhan ini termasuk pada tumbuhan perdu. Warna
batang pada ophioglossum adalah hijau. Batang dapat melakukan fotosintesis dengan bantuan
sinar matahari karena batang mengandung klorofil.
D. Reproduksi BangsaOphioglassales:
Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama :
gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase
sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus
( prothallus) atau protalium ( prothallium ) yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran
berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya )
, tidak berbatang, tidak berdaun.prothallium tumbuh dari spora yang jatuh ditempat yang
lembab. Dari prothallium berkembang antheredium ( antheredium, organ penghasil
spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium ( archegonium,organ penghasil ovum
atau sel telur ). Pembuahan mutlak memerlukan air sebagai media spermatozoid berpindah
menuju archegonium.ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot yang pada gilirannya
tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
E. Peranan dalam ekosistem
A. Pendahuluan
Tumbuhan paku (Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun
tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum
menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang utama adalah spora. Sebagai tumbuhan
tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju daripada Bryophytasebab sudah ada sistem
pembuluh, sporofitnya hidup bebes dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian
sudah merupakan tumbuhan heterospor.
Seperti pada Bryophyta, pada Pteridophyta juga terdapat pergiliran keturunan yang
menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran. Individu yang menghasilkan gamet
(gametofit) merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan terbentuk zigot
yang merupakan permulaan dari keturunan yang diploid. Kemudian dari sini lalu terbentuk
individu yang diploid (sporofit) karena menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi.
Spora inilah yang merupakan permulaan dari generasi haploid. Dari spora akan terbentuk
protalium melalui perkecambahan spora. Divisi Pteridophyta terbagi menjadi 4 kelas, yaitu:
Psilophyinae (paku purba), Lycopodinae (paku kawat), Equisetinae (paku ekor kuda) dan
Filicineae (paku sejati).
B. Ciri-ciri umum Pteridophyta
Perbedaan Pteridophyta dengan Bryophyta adalah pada tumbuhan paku dikenal sebagai
tumbuhannya sporofit, sedangkan pada tumbuhan lumut yang dikenal sebagai tumbuhannya
yaitu gametofit. Gametofit pada tumbuhan paku dinamakan protalium yang hanya berumur
bebera minggu saja. Besarnya hanya beberapa sentimeter bentuknya menyerupai tallus
Hepaticae yang umumnya seperti jantung, berwarna hijau dan melekat pada substratnya
dengan rizoid-rizoid. Anteridium dan arkegonium terdapat di sisi bawah protalium diantara
rizoid-rizoidnya.
(a)
(b)
gambar: daur hidup tumbuhan paku. (a) paku kawat, (b) paku sejati
Pada Pteridophyta juga ada kemungkinan terjadinya penyimpangan dari siklus hidup yang
normal yaitu adanya peristiwa apogamic dan apospori.
1. Apogami adalah terbentuknya sporofit langsung dari gametofit tanpa persatuan gamet.
Apogami terjadi kemungkinan disebabkan karena terbentuknya tunas pada protalium yang
langsung tumbuh menjadi sporofit atau karena sel telur tumbuh menjadi sporofit tanpa ada
fertilisasi terlebih dahulu. Apogamic dapat terjadi pada Dropteris, Adiantum, Diplazium,
Asplenium, Lycopodium, Equisetum, Polypodium.
2. Apospori adalah terbentuknya protalium dari sporofit tanpa melalui pembentukan spora.
Terjadinya apospori disebabkan karena timbulnya filament dari jaringan sporofit yang
kemudian menjadi protalium serta hanya membentuk anteridium, karena biasanya tidak
membentuk arkegonium. Apogamic juga dapat terjadi karena jaringan sporofit dapat
membentuk protalium dari tangkai sporangium, dari daun dan juga dari jaringan steril pada
sorus. Apospori dapat terjadi pada Pteridium aquilinum, Asplenium demorphum, Osmunda
regalis, O. javanica, Tectaria trifoliate dan Pteris cretica.
Jenis paku yang menghasilkan spora berumah satu dan sama besar disebut paku homospor,
sporanya mempunyai sifat-sifat yang sama, dan setelah berkecambah menghasilkan protalium
dengan anteridium dan arkegonium. Contoh paku homospor dapat dijumpai pada Filicineae.
Paku yang protaliumnya tidak sama besar dan berumah dua disebut paku heterospor,
contohnya pada Selaginellales, dan Hydropteridales. Pemisahan jenis kelamin telah terjadi
pada pembentukan spora, selain berbeda jenis kelaminnya juga berbeda ukurannya. Spora
yang besar dinamakan makrospora dan terbentuk dalam macrosporangium, dan pada waktu
perkecambahan tumbuh menjadi makroprotalium. Spora yang kecil disebut mikrospora,
dihasilkan dalam mikrosporangium. Mikrospora tumbuh menjadi mikroprotalium. Padanya
terdapat anteridium.
gambar: paku homospor (atas) dan paku hererospor (bawah)
b. Suku Asteroxyllaceae
- Tingginya mencapai 1 m, punya tonjolan-tonjolan kecil mirip daun yang disebut mikrofil
- Berkas pengangkutnya sifonostele, stele dalam batang berbentuk bintang dan sudah ada
empulur
- Contoh: Asteroxillon mackei, A. elberfeldense.
gambar: rizoma dan cabang vegetatif Asteroxillon mackei
c. Suku Pseudosporochnaceae
- Pada ujung sumbu pokok keluar dahan-dahan yang bercabang menggarpu dengan ranting
kecil yang menggarpu juga, di bagian ujungnya ada sporangium berbentuk gada.
- Bagian-bagian infertile pada ranting disebut makrofil, berfungsi sebagai alat asimilasi.
- Contoh: Pseudosporochnus krejcii.
2. Bangsa Psilotales
Terna kecil rendah, batang bercabang menggarpu dengan mikrofil berbentuk sisik
Tidak berakar hanya berupa rizoid
Sporangium terdapat diantara taju-taju sporofilyang berbagi menggarpu
Sporangium beruang 3, dinding terdiri dari beberapa lapis, tidak punya tapetum.
Protalium berbentuk silinder dan bercabang, ukurannya hanya beberapa cm, tidak berwarna,
hidup dalam tanah bersimbiosis dengan cendawan mikoriza
Anteridium dan permukaannya punya banyak ruang mengeluarkan spermatozoid berflagel
banyak
Arkegonium kecil dan agak tenggelam
Embrio tidak mempunyai suspensor dan letaknya eksoskopik/ujungnya kearah arkegonium
Contoh: Psilotum nudum, P. triquetrum, Tmesipteris tannensis.
Ada suatu kelompok warga Lepidodenrales yaitu Lepidospermae yang memiliki biji.
Mikrosporofil menjadi suatu selubung (integument) “porangium, tetapi pada ujungnya
terbuka, sehingga dapat menangkap mikrospora yang berhamburan dan dengan cara-cara
yang belum diketahui akhirnya akan terjadi pembuahan. Organ tersebut tetap pada tumbuhan
induknya dan berkembang menjadi biji. Pada pembentukan kulit biji tidak hanya dinding
sporangium saja yang ikut mengambil bagian tetapi juga sporofil.
4. Bangsa Isoetales
Bangsa ini memuat golongan rumput-rumputan yang sebagian hidup dalam air dan sebagian
pada tanah-tanah yang basah.
Anggotanya sekarang ada hanya terdiri dari 1 suku dan 1 marga saja yaitu Isoetes dengan
60-100 jenis.
Sporofit mempunyai batang seperti umbi, jarang bercabang, kalau bercabang menggarpu.
Dari bagian bawah batang keluar akar-akar dan bercabang menggarpu, sedangkan di bagian
atas batang terdapat rozet daun, terdiri atas daun-daun yang berujung runcing panjang sampai
satu meter. Tiap daun memiliki saluran udara dan di sisi atas dekat pangkal daun ada lekukan
yang disebut foveum.
Semua daun kecuali yang letaknya di tengah adalah sporofil. Tiap sporofil mengandung satu
sporangium yang letaknya di dalam foveum. Di atas foveum terdapat ligula yang berupa
selaput berbentuk segitiga dengan pangkal terbenam.
Di dalam roset daun yang letaknya di bagian luar berupa makrosporofil dan yang letaknya di
bagian dalam berupa mikrosporofil.
Sporangium besarnya 4-7 mm melindungi sebagian atau seluruhnya oleh selaput yang
disebut velum.
Ruang sporangium terbagi-bagi oleh jaringan steril yang dinamakan trabekula. Dinding
sporangium terdiri dari beberapa lapis sel.
Perkembangan gametofit hampir sama dengan Selaginella.
Zigot dengan dua dinding yang tegak lurus satu sama lain membelah menjadi empat
kuadran, dan diantaranya membentuk ujung tunas dan daun beserta ligulanya, yang dua
lainnya menjadi akar dan haustorium. Suspensor tidak ada. Letak embrio mula-mula
endoskopik, tetapi sedikit demi sedikit embrio itu berputar hingga mencapai kedudukan yang
eksoskopik.
Pada penampang melintang, batang mempunyai lingkaran berkas pengangkut kolateral, dua
lingkaran saluran-saluran antar sel, dan satu ruang udara lisigen di pusat. Berkas pengangkut
dalam sporofil mempunyai susunan konsentris.
Batang atau cabang beralur dan beruas-ruas panjang. Pada buku-buku batang terdapat
karangan daun serupa selaput atau sisik. Daun-daun itu di bagian bawah berlekatan menjadi
suatu sarung yang menyelubungi batang. Cabang-cabang keluar di antara daun-daun dan
menembus sarung.
gambar: Equisetum telmateia. irisan meilntang melalui ruas batang
Pada beberapa warga Equisetales terdapat beberapa jenis yang mempunyai semacam umbi
untuk menghadap kala yang buruk.
gambar: penampilan Equisetum dengan strobilus di ujungnya. irisan membujur strobilus yang
menampilkan adanya sporangiofor dan sporangium (atas). spora dengan beberapa elaters
(bawah)
Sporofil tersusun dalam rangkaian yang menyerupai kerucut pada ujung batang.
Spora mempunyai dinding yang terdiri atas endo dan eksoporium, dan perisporium yang
berlapis-lapis. Lapisan perisporium yang terluar terdiri atas dua pita sejajar yang ujungnya
melebar seperti lidah. Jika spora itu kering, pita terlepas dari gulungannya tetapi di tengah-
tengahnya tetap melekat pada eksosporium.
Dari bangsa ini ada suku yang sudah punah yaitu Calamitaceae, contohnya: Eucalamites
multiramis, Calamophyton primaevum.
3. Bangsa Protoarticulales
Bangsa ini juga hanya ditemukan fosilnya. Hidup pada pertengahan zaman Devon.
Contoh yang paling dikenal adalah Rhynia, berupa semak kecil yang bercabang-cabang
menggarpu. Daunnya sempit, berbagi menggarpu, tersusun berkarang. Sporofil tersusun
dalam bulir dengan percabangan menggarpu, sporangium bergantung-gantung.
gambar: Ophioglossum reticulatum. (1) tumbuhan secara utuh, (2) tumbuhan dihubungkan
dengan stolon, dan (3) daun fertil
gambar: 4 -17. Gametophytes dan muda sporophyte dari Ophioglossum crotalophoroides. 14.
Gametofit dengan dua archegonia muda (panah) dan antheridia cekung (panah), 15.
Archegonia, 16. Longitudinal bagian melalui daerah apikal gametofit dengan archegonium
(panah) dan, antheridia 17. Sporofit muda, panah menunjukkanpaku fertil abortif.
gambar: (atas) Botrychum daucifolium. (bawah) Helmithostachys zeylanica
b. Bangsa Marattiales
Bangsa ini hanya terdiri satu suku Marattiaceae
Batang pendek dan tegak
Daun amat besar, majemuk menyirip ganda beberapa kali
Tangkai daun lunak mempunyai stipula yang tebal
Daun fertile sama dengan daun steril
Sporangium berdinding tebal, tidak mempunyai annulus.
Bersifat homospor
Protalium di atas tanah mempunyai mikoriza, berwarna hijau bentuknya menyerupai talus
lumut hati.
Meliputi 4 marga yaitu Christensenia, Angiopteris, Marattia, dan Danaea.
b. Suku Schizaeceae
Kelompok tumbuhan ini merupakan kelompok kecil tetapi sangat luas daerah
penyebarannya.
Kebanyakan hidup pada daerah yang beriklim panas.
Perkembangan sporangia dalam sorus tipe simplices, yaitu sporangium di dalam sorus terjadi
secara serempak.
Sporangium mempunyai annulus yang letaknya terminal.
Anggota suku ini meliputi 4 marga yaitu: Schizaea, Lygodium, Aremia, dan Mohria.
gambar: Schizaea pusilla
c. Suku Gleicheniaceae
Kebanyakan anggotanya hidup sebagai xerofit, mempunyai rizoma.
Terdiri dari 2 marga, yaitu Stromatopteris dan Gleichenia.
Batangnya bercabang menggarpu, dan pada kebanyakan jenis daun-daunnyapun terbentuk
secara menggarpu. Tetapi dikotomi daun-daun itu ternyata palsu, sebab pada ketiak
percabangan batang itu terdapat suatu mata kuncup.
Tidak ada perbedaan antara bagian daun yang steril dan yang fertile.
Sporangium terdapat dalam sorus pada permukaan dorsal dari daun yang berwarna hijau.
Sorus tanpa indusium dan mengandung sedikit sporangia.
Sporangia dalam sorus termasuk tipe simplices.
Struktur anatomi batang amat sederhana.
Gametofit biasanya mempunyai tulang di bagian tengah di kiri dan kanan tulang melebar
menyerupai sayap.
gambar: Gleichenia pectinata
d. Suku Matoniaceae
Mempunyai 2 marga yaitu Phanerosorus dan Matonia
Perkembangan sporangium tipe simplices, bedanya dengan suku lain adalah cara retaknya
sporangium yang melintang disebabkan karena annulus letaknya membujur, dan terdapatnya
indusium yang berbentuk seperti payung.
Mempunyai rizomayang bercabang menggarpu, dari rizoma keluar tonjolan daun ke atas
yang pada ujungnya bercabang menggarpu. Percabangan menggarpu dari tangkai daun
tersebut berulang-ulang sampai beberapa kali, hanya setiap kali cabang yang satu sisi saja
yang keluar anak daunnya hingga bentuk daun keseluruhan menjadi seperti kipas.
Sporangium terkumpul dalam sorus yang bentuknya bulat. Letak sorus dekat dengan ibu
tulang daun.
Gametofit menyerupai gametofit Gleichenia.
gambar: Matonia pectinata
e. Suku Hymenophyllaceae
Paku ini banyak dijumpai di daerah tropika, hidup sebagai epifit, dan sangat suka akan
tempat yang lembab. Tetapi ada juga yang xerofit dan hidup pada batuan bersama dengan
lumut dan lichens.
Hanya memuat dua marga, yaitu Hymenphyllum, dan Trichomanes.
Daun kecil dan tipis, sering kali hanya terdiri dari 1 lapis sel. Tetapi ada juga yang berukuran
lebih besar dengan tebal daun dapat 3-4 lapis sel.
Bentuk daun fertile sama dengan daun steril.
Sporangium terkumpul dlam sorus yang letaknya di tepi daun. Sorus mempunyai indusium
berbentuk seperti piala atau bibir.
Sporangium bertangkai pendek atau tidak bertangkai, mempunyai annulus yang letaknya
melintang atau serong.
Paku ini termasuk gradate, yaitu sporangium di dalam sorus timbulnya dari atas ke bawah
(basipetal) Jumlah spora dalam tiap sporangium antara 32-420 buah.
Protalium berbentuk piala.
gambar: Hymenophyllum australe
f. Suku Cyatheaceae
Anggota dari suku ini tergolong sebagai paku pohon, banyak dijumpai di daerah tropika dan
sub tropika.
Terdiri dari 3 marga, yaitu: Alsophila, Hemitelia, dan Cyathea.
Batangnya kuat sehingga sering digunakan untuk bahan bangunan. Tinggi batang dapat
mencapai 1,5-5 meter, diameter 25-50 cm.
Daun besar dan panjang, berupa daun majemuk menyirip ganda.
Sporangium terdapat di dalam sorus yang letaknya di bawah daun. Sorus berbentuk bola,
termasuk tipe gradate. Sorus dilindungi oleh indusium atau induk.
gambar: Cyathea medullaris
g. Suku Dicksoniaceae
Suku ini meliputi golongan paku tiang atau paku dengan rizoma yang merayap. Terdiri dari
9 marga, diantaranya: Cibotium, Dicksonia, dan Dennastaedtia.
Kebanyakan hidup di daerah tropika dan beberapa jenis hidup di daerah beriklim panas.
Rizoma besar, berguna sebagai bahan makanan karena mengandung banyak pati.
Pada batang dan tangkai daunnya terdapat rambut-rambut panjang dan halus yang berguna
sebagai bahan pembalut dan bahan bantalan.
Daun yang fertile tidak berbeda dengan daun yang steril.
Sporangium terletak dalam sorus dan termasuk tipe gradate, kecuali Dennastaedtia sorusnya
merupakan peralihan ke tipe mixtae. Tiap sorus mempunyai indusium berbentuk seperti bibir.
Sporangium bertangkai dan berisi 64 spora.
h. Suku Polypodiaceae
Suku ini sangat besar, memuat lebih dari 115 marga dan kira-kira 3.000 jenis.
Habitusnya bermacam-macam sekali.
Daunnya tunggal atau majemuk dengan bentuk dan ukuran yang beragam.
Rizoma merayap dengan ruas-ruas yang panjang, jarang memperlihatkan batang yang nyata.
Akar dan daunnya sering kali bersisik atau berambut.
Daun yang fertile sama dengan daun yang steril, meskipun ada juga yang dimorfisme.
Pada warga suku Polypodiaceae, sporangium terkumpul manjadi sorus. Sebelum masak,
sorus tertutup oleh selaputindusium. Sporangium muncul dari tonjolan jaringan daun yang
disebut reseptakulum. Dinding sporangium memiliki suatu cincin/annulus yang terdiri atas
sel-sel yang menonjol keluar dengan penebalan pada dinding radial dan dinding dalam.
Cincin itu meliputi punggung, ujung, sampai bagian tengah sisi perut, sedangkan bagian sisi
perut yang sel-selnya tidak menebal disebut stomium. Annulus bekerja melalui mekanisme
kohesi yang dapat menyebabkan terbentuknya sporangium serta terlemparnya spora melalui
celah stomium.
Sorus bentuknya bermacam-macam, letaknya ditengah atau tepi daun, dan dapat pula pada
urat-urat daun, berbentuk garis memanjang atau membulat.
Kadang-kadang sporangia menutupi seluruh permukaan bawah daun yang fertile, bertangkai
dengan annulus yang membujur tidak sempurna. Jika masak, sporangium pecah dengan celah
melintang.
Indusium ada atau tidak ada, bila ada melekat pada satu sisi saja atau dapat pula hanya
berupa tepi daun yang melipat.
Semua sorus bertipe mixtae, yaitu pembentukan sporangium di dalam sorus tidak beraturan.
b. Bangsa Salviniales
Meliputi segolongan kecil tumbuhan paku air yang hidupnya terapung bebas.
Heterospor, sporangium terdapat di dalam sorus dan termasuk tipe gradate. Sorus terdapat
dalam sporokarpium. Tiap sporokarpium mengandung 1 sorus yang hanya membentuk
mikrosporangium dan makrosporangium saja.
Bangsa ini dibedakan menjadi suku, yaitu Salviniaceae dan Azollaceae.
I. Suku salviniaceae
- Tumbuhan paku air yang mengapung bebas di permukaan air.
- Daun berkarang, pada tiap-tiap buku terdapat 3 daun, dua di sebelah atas dan berhadapan
serta merupakan alat pengapung, sedangkan daun yang ketiga tenggelam. Daun yang
tenggelam itu berbuku-buku dan berbulu tebal serta mempunyai bentuk seperti akar, tetapi
terdiri dari banyak sel.
- Batang berupa rizoma, padanya terdapat saluran udara.
- Sporokarpium terdapat pada buku-buku dari daun yang tenggelam. Jumlahnya 4-20,
letaknya merupakan barisan atau tandan. Bentuk sporokarpium bulat panjang atau sedikit
pipih. Dindin sporokarpium berasal dari bahan basal indusium, yang tumbuh memanjang dan
melengkung menutupi sorus.
Daftar Pustaka
Rustaman, N dan S. Redjeki.1994. Biologi 1 untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Penerbit
Balai Pustaka Jakarta
Smith, G.M. 1979. Cryptogamic Botany (Bryophyta and Pteridophyta). Mc Graw-Hill, Inc. New
York
Tjirosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuhan: Scyzophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Posted in: BTR
Reaksi:
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
0 komentar:
Poskan Komentar
Search
Like
Label
Follow
Share
1615419
Arsip Coretan
▼ 2012 (19)
o ► November (1)
o ► Maret (7)
o ► Februari (8)
o ▼ Januari (3)
Kelas Charophyceae (Ganggang Karang)
Tentang Jamur Ragi
DIVISI PTERIDOPHYTA
► 2011 (134)
► 2010 (27)
Follow Ya!
Chat Yuk!!
Link suka!!
Album Photo
Biologi Cenat Cenut
Biologi Kuncup
Fakta Terselubung
Heello
Photo Diary
Plurk
Saling sapa
Coretan
Anatomi Dan Fisiologi Hewan (23) Anatomi Dan Fisiologi Tumbuhan (16) Biokimia (36)
Biologi Sel (57) Biologi Umum (14) Bioteknologi (2) BTR (13) BTT (1) Ekologi (1) Evolusi
(4) Genetika (3) Ilmu Lingkungan (7) Jamur (10) Kesehatan (11) Klasifikasi (5) Makalah
(36) Monera (2) Pendidikan (3) Protista (5) Umum (3) Virus (2) Zoologi Invertebrata (3)
Zoologi Vertebrata (1)
Copyright © 2011 KUNCUP BIO | Powered by Blogger
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes |
Free Samples By Mail
farieda
Sabtu, 30 April 2011
Ophioglossum
Ophioglossum
Anggota L. Ophioglossum genus (Ophioglossaceae) (Ophioglossaceae) dikenal
sebagai lidah ular or adder's tongue ferns. atau lidah penambah pakis. Genus ini terdiri dari,
seluruh dunia, sebuah 28-58 diperkirakan (Panigrahi & Dixit 1969) to 40 species (Singh et al.
2009). 1969) menjadi 40 spesies (Singh et al). 2009. Di India, itu diwakili oleh 12 spesies
(Yadav & Tripathi 2002; Goswami et al. Goswami et al. 2008; Singh et al. 2008; Singh et al.
2009). 2009). Pullaiah et al. et al. (2003)) mencatat tiga spesies dari genus untuk negara
bagian Andhra Pradesh, yaitu, Ophioglossumgramineum Willd., O.nudicaule L.f. gramineum
L.f. Willd., O.nudicaule and O. dan O.reticulatumreticulatum L. Namun, sebelumnya Rao et
al. (1999) reported O. (1999) melaporkan O.pedunculosum Desv. pedunculosum Desv.
menjadi umum di perbukitan Tuni Godavari Timur Kabupaten yang identik dengan
Ohioglossum costatum R.Br. Ohioglossum costatum R.Br. Yang berbeda, luas jenis sering
salah diidentifikasi dengan O. nudicauleO. nudicaule Lf Kehadiran upaya kertas untuk
melihat ini masalah dan menambahkan catatan pada lapangan identitas dan terjadinya pakis
paleotropical, Ophioglossum costatum R.Br di Andhra Pradesh (Pullailah,2003).
Bangsa Ophioglossales hanya terdiri atas satu suku Ophioglossaceae dengan beberapa
jenis saja. Tumbuhan ini biasanya mempunyai batang di dalam tanah yang pendek, pada
bagian bawah masi mempunyai protostele, tetapi ke atas mengadakan diferensiasi dalam
berkas pengangkutannya. Ophioglossaceae bersifat isospor. Protalium berumah satu, tidak
mengandung klorofil, didalam tanah, dan hidup sebagai saprofit dengan pertolongan
cendawan mikoriza. Anteridium dan arkegonium terbenam dalam jaringan protalium yang
berbentuk umbi dan dapat berumur sampai beberapa tahun. Anteridium menyelubungi suatu
kompleks jaringan spermatogen yang menghasilkan spermatozoid berbentuk spiral dengan
banyak bulu-bulu cambuk. Pada beberapa jenis embrionya sampai beberapa tahun tetap di
dalam tanah. Akar di bentuk lebih dulu daripada daun dan tunasnya. Ophioglossaceae hidup
sebagai paku tanah dan epifit. Suku ini hanya terdiri atas tiga marga, yaitu ophioglossum,
sporangium dalam dua baris, letaknya berhadapan pada suatu bulir, jika masak membuka
dengan suatu retak melintang. Daun yang steril bertepi rata atau berbagai menggarpu 1-2 kali,
bertulang jala tanpa ibu tulang yang nyata. Contoh Ophioglossum vulgatum(eropa),
Ophioglossum reticulatum (indonesia)(Citrosoepoemo,1994).
1. Ophioglossum costatum
Klasifikasi
Kingdom plantai
Subkingdom viridaeplanta
Phylum tracheophyta
Subphylum euphyllopytina
Class filicopsida
Order ophioglossales
Family ophioglossaceae
Genus ophioglossum
Spesies Ophioglossumcostatum
Taksonomi identitas
(After the present study; Yadav & Tripathi 2002; Singh et al. 2009)
2. Ophioglossum gramineum
Klasifikasi
Kingdom plantai
Subkingdom viridaeplantae
Phylum tracheophyta
Subphylum euphyllopytina
Class filicopsida
Order ophioglossales
Family ophioglossaceae
Genus ophioglossum
Spesies Ophioglossumgramineum
Publishing author : Willd. Publication : Schrift. Ak. Erfurt 1802. 18 t. 1 f. 1. Prantl 311 t. 7 f. 4. NPfl. 466 1802
Rhizoma agak bulat, bantalan akar beberapa berdaging dan 1-2 (untuk tanaman
Thailand, sampai 10 untuk orang asing) daun secara bersamaan. Daun 6-8 cm;
phyllomophore 1-3 cm; trophophyll linier-lanset, akut di puncak, sempit cuneate di
pangkalan tetap, 1,2-2,2 cm panjang, sampai 2,5 mm luas, costales tidak berbeda; vena
melapisi dgn gambaran yg mirip kisi-kisi membentuk sangat panjang-membentang areoles
tanpa veinlets disertakan, tekstur yg mirip kertas; sederhana sporophyll, dengan tangkai 2-4
cm; paku 1-1,2 cm(Van Den Brink,1979)
3. Ophioglossum petiolatum
Klasifikasi
Kingdom plantai
Subkingdom viridaeplantae
Phylum tracheophyta
Subphylum euphyllopytina
Class filicopsida
Order ophioglossales
Family ophioglossaceae
Genus ophioglossum
Spesies Ophioglossumptiolatum
Rhizoma silinder, berdiameter 2-4 mm, untuk 1,2 cm, dengan banyak akar daun 12-25
cm 1 atau 2 di Rimpang; phyllomophore sampai 10 m panjang; trophophyll dalam beberapa
kasus, bulat cuneate atau lebih umum mendalam berbentuk hati di dasar, 1,5-6,5 cm, lebar
1,5-5 cm; costae tidak dibedakan; urat melapisi dgn gambaran yg mirip kisi-kisi, areoles
terlihat, banyak veinlets termasuk bebas sering hadir, sederhana atau bercabang; tekstur
lembut herba, agak berdaging; sederhana sporophyll, dengan tangkai 6 - 12 cm; paku panjang
1,5-4,5 cm sporangia sampai dengan 0,5 mm; spora gelap, exospores dengan retikulum halus,
4. Ophioglossum pendulum
Klasifikasi
Kingdom plantai
Subkingdom viridaeplantae
Phylum tracheophyta
Subphylum euphyllopytina
Class filicopsida
Order ophioglossales
Family ophioglossaceae
Genus ophioglossum
Spesies Ophioglossumpendulum
Rhizoma horisontal, sampai dengan 3 cm, berdaging, serta dikenakan beberapa daun.
phyllomophore pendek, tidak berbeda dari trophophyll, sampai dengan 20 cm, bulat panjang
dan berbentuk tali, kadang-kadang membagi dlm dua cabang beberapa kali, 50-100 cm
panjang termasuk stipes, trophophyll untuk akut di puncak, seluruh, paling 4 cm yang luas;
venasi berbeda, melapisi dgn gambaran yg mirip kisi-kisi membentuk areoles sempit
biasanya tanpa veinlets disertakan, costae tidak dibedakan; sporophyll timbul dari bagian
tengah daun steril, sederhana, dengan tangkai hingga 7 cm; lonjakan hingga 30 cm. sporangia
untuk 3 mm; dengan retikulum halus, tampaknya halus(Van Den Brink,1979)
Bila dilihat secara sepintas lalu jukut siraru bentuknya tidak begitu menyerupai
tumbuhan paku. Orang menyebutnya pula tunjuk langit. Di almahera di kenal dengan nama
cum hale atau jumu tufa. Jukut siraru kebnyakan tumbuh pada tempat-tempat yang terkena
sinar matahari penuh atau agak sedikit terlindungi, di pematang-pematang sawah atau bawah
pohon karet di perkebunan. Tempat yang agak basah berhumus adalah tempat yang
disukanya. Ketinggian tempat inilah menjadi masalah untuh tumbuhnya. Orang mengambil
daun-daun mudanya untuk dikukus dan bumbui. Ada pula yang mengambilnya untuk di buat
sayur, yaitu dengan mencampurnya kepada sayur-sayuran lain. Paku siraru berimpang kecil,
pendek dan tumbuhnya tegak. Pada umumnya, entalnya hanya sedikit yaitu 2-3 batang saja.
Panjang tangkainya 2-8 cm. bentuk dan ukuran entalnya seringkali bermacam-macam.
Biasanya bundar telur dengan ujung yang tumpul dan pada pangkalnya berbentuk jantung.
Daunya tak bertangkai. Biasanya tumbuh pada tempat-tempat yang kena sinar matahari
banyak ukuran daun menjadi lebih kecil dan bentuknya menjadi jorong. Ukurannya pun
mengecil. Sori terdapat dalam butir yang panjangnya sampai 2-6 cm. bulir dan tangkainya
dapat mencapai ukuran sorinya sendiri terletak di celah-celah lekukan bulir. Bentuknya bulat-
bulat. Penyebarannyka luas. Umum dijumpai tumbuh di daerah-daerah tropic dan Asia
subtropik(lembaga biologi nasional-lipi,1979).
REFERENCES
Balakrishnan, N.P., K. Thothathri & A.N. Henry (1960). Some Indian Ophioglossums - taxonomy
and distribution. Bulletin of the Botanical Survey of India 2(3&4): 335-339.
Goswami, H.K., S.C. Verma & B.D. Sharma (2008). Biology of Pteridophytes – I. Ophioglossum L.
Bionature Monograph, Catholic Press Ranchi, Jharkhand-India, 135pp.
Lembaga Biologi Nasional – LIPI. 1979. Jenis Paku Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka
Panigrahi, G. & R.D. Dixit (1969). Studies in Indian Pteridophytes. IV. The family Ophioglossaceae
in India. Proceedings of the National Institute of Sciences of India 35B: 230-266.
Pullaiah, T., A. Ahmed & P.A. Lakshmi (2003). Ophioglossum: pp. 38-42. In: Pteridophytes in
Andhra Pradesh, India. Regency Publications, New Delhi.
Rao, R.S., S. Sudhakar & P. Venkanna (1999). Flora of East Godavari District, Andhra Pradesh,
India. INTACH, A.P. State Chapter, Hyderabad, p.801.
Singh, A.P., S. Mishra, S. Gupta, S.K. Behera & P.B. Khare (2009). Studies on the genus
Ophioglossum L. in Pachmarhi Biosphere Reserve, Madhya Pradesh, India. Taiwania 54(4):
353-364.
Tjitrosoepoemo, Gembong.1994. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thalophyta, Bryophyta.
Bandung: UGM Presss
Van Den Brink Jr, R.C. Bakhuizen, dkk. 1979. Flora of Thailand. Bangkok: Printed in Thailand at
The Tistr Press.
Yadav, B.L. & M.K. Tripathi (2002). Ophioglossum in Rajasthan - taxonomy and distribution. pp.
248-267. In: Trivedi, P.C. (ed.), Advances in Pteridology. Pointer Publisher, Jaipur.
Poskan Komentar
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2011 (1)
o ▼ April (1)
Ophioglossum
Mengenai Saya
farieda
Lihat profil lengkapku