You are on page 1of 54

Kelas Filicinae

(Tumbuhan Paku Sejati)

Kelas Filicinae (Tumbuhan Paku Sejati)


Kelas filicinae meliputi beranekaragam tumbuhan yang menurut bahasa sehari-hari
dikenal sebagai tumbuhan paku atau pakis yang sebenarnya dari segi ekologi tumbuhan ini
termasuk higrofit , banyak tumbuh ditempat-tempat yang teduh dan lembab , sehingga
ditempat-tempat terbuka dapat mengalami kerusakan akibat penyinaran yang terlalu intensif .
ditinjau dari lingkungan hidupnya , warga kelas ini dibedakan dalam 3 golongan paku , yaitu
paku tanah,paku air,paku epifit.
Habitusnya yang beraneka ragam menyebabkan berbagai jenis diantaranya yang
mendapat penghargaan yang tinggi sebagai tanaman hias , seperti misalnya ekor merak
( Adiantum farleyense),suplir( Adiantum cuneatum ) dan paku tanduk rusa ( platycerium
bifurcatum).

Kelas Filicinae (Tumbuhan Paku Sejati)

 Ciri-ciri kelas filicinae:


  Mempunyai daun sempurna (frond)
  Posisi daun membentuk sayap
  Sporangium tersusun dalam sorus
  mempunyai daun besar (makrofil),pada waktu masih muda daunnya menggulung dan pada
sisi bawah
  mempunyai banyak sporangium

 Pembagian kelas Filicinae (paku sejati)


Kelas Filicinae dibagi menjadi 3 anak kelas, antara lain:
1.Anak kelas Eusporangiatae
2.Anak kelas Leptosporangiatae
3. Anak kelas Hydropterides

Sub kelas Eusporangiatae kebanyakan berupa terna , protalium dibawah tanah tidak
berwarna, atau diatas tanah berwarna hijau . protalium selalu ditumbuhi cendawan endofitik.
sporangium berdinding tebal dan kuat dengan spora-spora yang sama besar . subkelas
Eusporingiatae terdiri dari dua bangsa, yaitu : Ophioglossales, dan Marattiales
o Bangsa Ophioglassales
A.Ciri-ciri Bangsa Ophioglassales:
- Mempunyai batang di dalam tanah yang pendek
- Pada tiap batang hanya terdapat 1 daun yang bertangkai panjang dengan upih daun yang
menyerupai selaput (terjadi tiap tahun)
- Terdapat duamacam daun (daun fertile berbentuk malai dan keluar dari tangkai, daun
steril keluar dari pangkal, tengah, atau tepi)
-Mengalami pertumbuhan menebal sekunder ( Marga Botrychium )
-Bersimbiosis dengan mikoriza sebagai upaya untuk mendapatkan makanan
-Bersifat isospora , protalium berumah satu, tidak mengandung klorofil terdapat dalam tanah
dan hidup sebagai saprofit
- sporangium besar, hamper bulat, tidak mempunyai annulus, dinding kuat dan membuka
dengan satu retak melintang atau membujur
- hidup sebagai paku tanah atau epifit.
B. Morfologi BangsaOphioglassales:
1. Akar

Akarnya sedikit dan rimpangnya berdaging , berbentuk seperti pita dan ujungnya tumpul ,
pada bagian pangkalnya menyempit.akar pada genus ini termasuk pada akar serabut, akar ini
sering kali bercabang,putih kuning kehitaman permukaan yang halus-halus dan tekstur yang
agak tebal.
2. Daun

Dasar melebar,mengenggam,membentuk sarungnya, terbuka atau menyatu daun berturut-turut


sekitarnya primordia,primordia glabours atau panjang uniseriate rambut. Daun 1-2 per batang,
dengan tangkai umum dibagi menjadi steril,laminasi,fotosintetik porsi ( trophophore ) dan
subur,spora bantalan porsi ( sporophore ). Blades trophophore senyawa sederhana,jarang ada
urat,urat anastomosing atau bebas,menyirip,atau diatur seperti iga fan.idument absen atau
tersebar luas .
3. spora

Sekelompok sporangium dengan berbentuk 2 spongaria pada bagian tepi 2 baris, sangat cekung
disederhana, ujung liniear atau bujur sporophore berdaging, ujung biasanya +- apiculate.
Gametophytes cokelat menjadi putih,sempit,bercabang
4. Batang

Batang ophioglossum berbentuk slinder, pada batang berwarna hijau yang banyak mengandung
klorofil. Batang ini juga dapat melakukan fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Pada
protalusnya berbentuk dorsoventral. Tumbuhan ini termasuk pada tumbuhan perdu. Warna
batang pada ophioglossum adalah hijau. Batang dapat melakukan fotosintesis dengan bantuan
sinar matahari karena batang mengandung klorofil.

C. Habitat Bangsa Ophioglassales:


Ophioglossum ini hamper terdapat diseluruh dunia, terutama daerah tropis dan subtropis.
Ophioglossum hidup didarat terbuka, habitat berumput terutama daerah yang agak basah.
Tumbuhan ini kadang-kadang sulit dikenali karena hamper mirip dengan tumbuhan
monokotiledon.

D. Reproduksi BangsaOphioglassales:
Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama :
gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase
sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus
( prothallus) atau protalium ( prothallium ) yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran
berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya )
, tidak berbatang, tidak berdaun.prothallium tumbuh dari spora yang jatuh ditempat yang
lembab. Dari prothallium berkembang antheredium ( antheredium, organ penghasil
spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium ( archegonium,organ penghasil ovum
atau sel telur ). Pembuahan mutlak memerlukan air sebagai media spermatozoid berpindah
menuju archegonium.ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot yang pada gilirannya
tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
E. Peranan dalam ekosistem

Gametofitnya hidup dibawah permukaan tanah ( subterraneous) dan bersimbiosis dengan


cendawan tanah ( sehingga bersifat mycoheterotrophic )

F. klasifikasi Bangsa Ophioglassales:

Anggota L. Ophioglossum genus ( Ophioglossaceae ) , ( Ophioglossaceae ) dikenal sebagai


lidah ular or adders tongue ferns .atau lidah penambah pakis . genus ini terdiri dari seluruh
dunia.diperikaran 40 spesies pada tahun 1969 menjadi 40 spesies.di

A. Pendahuluan
Tumbuhan paku (Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun
tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum
menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang utama adalah spora. Sebagai tumbuhan
tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju daripada Bryophytasebab sudah ada sistem
pembuluh, sporofitnya hidup bebes dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian
sudah merupakan tumbuhan heterospor.

Seperti pada Bryophyta, pada Pteridophyta juga terdapat pergiliran keturunan yang
menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran. Individu yang menghasilkan gamet
(gametofit) merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan terbentuk zigot
yang merupakan permulaan dari keturunan yang diploid. Kemudian dari sini lalu terbentuk
individu yang diploid (sporofit) karena menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi.
Spora inilah yang merupakan permulaan dari generasi haploid. Dari spora akan terbentuk
protalium melalui perkecambahan spora. Divisi Pteridophyta terbagi menjadi 4 kelas, yaitu:
Psilophyinae (paku purba), Lycopodinae (paku kawat), Equisetinae (paku ekor kuda) dan
Filicineae (paku sejati).
B. Ciri-ciri umum Pteridophyta
Perbedaan Pteridophyta dengan Bryophyta adalah pada tumbuhan paku dikenal sebagai
tumbuhannya sporofit, sedangkan pada tumbuhan lumut yang dikenal sebagai tumbuhannya
yaitu gametofit. Gametofit pada tumbuhan paku dinamakan protalium yang hanya berumur
bebera minggu saja. Besarnya hanya beberapa sentimeter bentuknya menyerupai tallus
Hepaticae yang umumnya seperti jantung, berwarna hijau dan melekat pada substratnya
dengan rizoid-rizoid. Anteridium dan arkegonium terdapat di sisi bawah protalium diantara
rizoid-rizoidnya.

(a)
(b)
gambar: daur hidup tumbuhan paku. (a) paku kawat, (b) paku sejati
Pada Pteridophyta juga ada kemungkinan terjadinya penyimpangan dari siklus hidup yang
normal yaitu adanya peristiwa apogamic dan apospori.
1. Apogami adalah terbentuknya sporofit langsung dari gametofit tanpa persatuan gamet.
Apogami terjadi kemungkinan disebabkan karena terbentuknya tunas pada protalium yang
langsung tumbuh menjadi sporofit atau karena sel telur tumbuh menjadi sporofit tanpa ada
fertilisasi terlebih dahulu. Apogamic dapat terjadi pada Dropteris, Adiantum, Diplazium,
Asplenium, Lycopodium, Equisetum, Polypodium.
2. Apospori adalah terbentuknya protalium dari sporofit tanpa melalui pembentukan spora.
Terjadinya apospori disebabkan karena timbulnya filament dari jaringan sporofit yang
kemudian menjadi protalium serta hanya membentuk anteridium, karena biasanya tidak
membentuk arkegonium. Apogamic juga dapat terjadi karena jaringan sporofit dapat
membentuk protalium dari tangkai sporangium, dari daun dan juga dari jaringan steril pada
sorus. Apospori dapat terjadi pada Pteridium aquilinum, Asplenium demorphum, Osmunda
regalis, O. javanica, Tectaria trifoliate dan Pteris cretica.

Pteridophyta memiliki cirri-ciri struktur sebagai berikut:


 Embrio sudah dapat dibedakan adanya dua kutub, yaitu kutub atas yang akan berkembang
menjadi tunas dan kutub bawah yang disebut kutub akar. Kutub akar tidak terus berkembang
membentuk akar, karena akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari
batang. Dengan demikian embrio Pteridophyta bersifat unipolar, akar yang keluar pertama
tidak dominan dan segera disusul oleh akar-akar lain yang muncul dari batang. Akar memiliki
kaliptra.
 Batang Pteridophyta bercabang-cabang menggarpu atau membentuk cabang-cabang ke
samping yang bukan keluar dari ketiak daun.
 Daun-daun pada Pteridophyta yang tinggi tingkat perkembangannya memiliki sifat-sifat
yang sesuai dengan daun Spermatophyta.
 Dalam akar, batang dan daun terdapat jaringan pengangkut, yaitu terdiri atas xylem dan
floem. Berkas pengangkut konsentris amfikibral yaitu xylem ditengah dikelilingi oleh floem.
 Pertumbuhan menebal sekunder karena kegiatan cambium belum ada.
 Sporofit memiliki kormus yang sesungguhnya. Sporangium dan spora terbentuk pada daun,
kadang-kadang dalam ketiak atau ujung tunas. Daun-daun yang mempunyai sporangium
disebut sporofil, sedangkan daun-daun yang steril disebut tropofil.
 Sporangium memiliki lapisan-lapisan dinding yang menyelubungi jaringan sporogen. Sel-sel
sporogen membulat dan memisahkan diri satu sama lain menjadi sel-sel induk spora. Masing-
masing membelah reduksi membentuk 4 spora haploid yang dapat bergandengan tetraeder.
 Lapisan sel-sel yang mengandung banyak plasma dan berguna member makan pada sel-sel
sporogen dinamakan tapetum, terdapat di sekeliling jaringan sporogen.
 Spora memiliki tiga lapis dinding, berturut-turut dari luar ke dalam yaitu perisporium,
eksosporium dan endosporium. Endosporium berdinding tipis menempel di sebelah dalam
eksosporium yang berdinding tebal dan kuat, sedangkan perisporium merupakan lapisan
tambahan yang dibentuk dari periplasmodium (plasma yang melumuri sel-sel induk spora).
Warga Pteridophyta amat heterogen bila ditinjau dari segi habitus dan cara hidupnya. Ada jenis
yang sangat kecil dengan daun-daun kecil dan struktur yang masih sangat sederhana, ada pula
yang besar dengan daun-daun yang mencapai ukuran panjang sampai 2 sampai 30 m dengan
garis tengah batang sampai 2 m. dari segi cara hidupnya ada jenis paku yang hidup teresterial,
ada paku epifit, dan ada paku air. Jutaan tahun lalu, hutan-hutan di bumi kemungkinan
disusun atas warga tumbuhan paku yang berupa pohon-pohon yang tinggi besar, dan kita
kenal sisanya sebagai batubara. Jenis-jenis yang sekarang masih ada sebagian besar bersifat
higrofit yang menyukai tempat-tempat teduh dan lembab serta berukuran tinggi beberapa
meter saja.

Jenis paku yang menghasilkan spora berumah satu dan sama besar disebut paku homospor,
sporanya mempunyai sifat-sifat yang sama, dan setelah berkecambah menghasilkan protalium
dengan anteridium dan arkegonium. Contoh paku homospor dapat dijumpai pada Filicineae.
Paku yang protaliumnya tidak sama besar dan berumah dua disebut paku heterospor,
contohnya pada Selaginellales, dan Hydropteridales. Pemisahan jenis kelamin telah terjadi
pada pembentukan spora, selain berbeda jenis kelaminnya juga berbeda ukurannya. Spora
yang besar dinamakan makrospora dan terbentuk dalam macrosporangium, dan pada waktu
perkecambahan tumbuh menjadi makroprotalium. Spora yang kecil disebut mikrospora,
dihasilkan dalam mikrosporangium. Mikrospora tumbuh menjadi mikroprotalium. Padanya
terdapat anteridium.
gambar: paku homospor (atas) dan paku hererospor (bawah)

A. Kelas Psilophytineae (Paku Purba)


Paku purba meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah. Anggotanya
ada yang merupakan paku telanjang (tidak berdaun) dan ada yang berdaun kecil (mikrofil)
yang belum terdiferensiasi. Ada diantaranya yang belum memiliki akar namun sudah
mempunyai jaringan pengangkut, semua bersifat homospor dan sporangium letaknya terminal
pada batang.
1. Bangsa Psilophytales
 Tumbuhan yang tergolong dalam bangsa ini merupakan paku telanjang
 Dikenal sebagai tumbuhan darat tertua yang tinggal ditemukan fosilnya dalam lapisan bumi
yang amat tua
 Merupakan tumbuhan paku yang paling rendah tingkat perkembangannya
 Yang paling sederhana masih belum berdaun dan belum berakar, namun batangnya sudah
mempunyai berkas pengangkut.
a. Suku Rhyniaceae
- Terna mencapai ± ½ m, tidak berdaun.
- Batang dalam tanah membentuk percabangan yang tumbuh tegak ke atas
- Berkas pengangkutnya prostostele
- Sporangium di ujung cabang, isospora tersusun sebagai tetrad.
- Contoh: Rhynia major, zosterophyllum myretonianum, dll.
gambar: (atas) Rhynia major, (bawah) zosterophyllum myretonianum

b. Suku Asteroxyllaceae
- Tingginya mencapai 1 m, punya tonjolan-tonjolan kecil mirip daun yang disebut mikrofil
- Berkas pengangkutnya sifonostele, stele dalam batang berbentuk bintang dan sudah ada
empulur
- Contoh: Asteroxillon mackei, A. elberfeldense.
gambar: rizoma dan cabang vegetatif Asteroxillon mackei

c. Suku Pseudosporochnaceae
- Pada ujung sumbu pokok keluar dahan-dahan yang bercabang menggarpu dengan ranting
kecil yang menggarpu juga, di bagian ujungnya ada sporangium berbentuk gada.
- Bagian-bagian infertile pada ranting disebut makrofil, berfungsi sebagai alat asimilasi.
- Contoh: Pseudosporochnus krejcii.

gambar: Pseudosporochnus krejcii

2. Bangsa Psilotales
 Terna kecil rendah, batang bercabang menggarpu dengan mikrofil berbentuk sisik
 Tidak berakar hanya berupa rizoid
 Sporangium terdapat diantara taju-taju sporofilyang berbagi menggarpu
 Sporangium beruang 3, dinding terdiri dari beberapa lapis, tidak punya tapetum.
 Protalium berbentuk silinder dan bercabang, ukurannya hanya beberapa cm, tidak berwarna,
hidup dalam tanah bersimbiosis dengan cendawan mikoriza
 Anteridium dan permukaannya punya banyak ruang mengeluarkan spermatozoid berflagel
banyak
 Arkegonium kecil dan agak tenggelam
 Embrio tidak mempunyai suspensor dan letaknya eksoskopik/ujungnya kearah arkegonium
 Contoh: Psilotum nudum, P. triquetrum, Tmesipteris tannensis.

gambar: Psilotum triquetrum.

B. Kelas Lycopdineae (Paku Kawat atau Paku Rambat)


Paku kawat atau paku rambat ini tumbuh baik pada kondisi lembab dan merambat. Meliputi
golongan yang sudah punah dan yang sekarang masih ada. Golongan yang sekarang masih
ada hanya terdiri dari 4 marga, yaitu: Lycopodium, Phylloglosum, Selaginella, dan Isoetes,
yang keseluruhannya meliputi 900 jenis. Sporofit dapat dibedakan adanya batang, akar dan
daun. Batang kecil seperti kawat dan bercabang-cabang. Daunnya berukuran kecil seperti
rambut yang terdapat di seluruh batang. Sporangium terdapat di ketiak daun atau pangkal sisi
atas daun dan biasanya terkumpul di ujung cabang atau batang, dilindungi oleh daun-daun
steril yang lembut seperti rambut (strobilus). Ada yang bersifat homospor dan ada yang
heterospor. Pada yang heterospor gametofit dibentuk di dalam spora (endosporik), sedang
yang homospor gametofitnya dibentuk di luar spora (eksosporik).
1. Bangsa Lycopodiales
 Hanya mempunyai 2 marga yang masih ada sampai sekarang, yaitu Lycopodium, dan
Phylloglosum.
 Terna kecil, batang tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang menggarpu yang
tertutup oleh daun.
 Daun-daun panjangnya 2-10 mm, berambut, berbentuk garis atau jarum yang sama
bentuknya.
 Akar bercabang menggarpu.
 Sporofil berbentuk segitiga sama sisi, mempunyai sporangium yang agak pipih, berbentuk
ginjal yang terdapat pada sisi atas daun dekat pangkalnya. Protalium tumbuh di atas tanah,
berbentuk seperti umbi kecil, keputih-putihan dan punya rizoid. Padanya terdapat jamur
dilapisan perifer. Umurnya dapat sampai 20 tahun.
 Protalium berumah satu terdapat alat kelamin dibagian apical. Anteridium terbenam dalam
jaringan protalium, terdiri atas banyak sel, tiap sel menghasilkan spermatozoid berbentuk
jorong dengan 2 bulu cambuk. Arkegonium mempunyai banyak sel saluran leher yang sering
tereduksi sampai tinggal satu saja.
gambar: Lycopodium phlegmaria
 Zigot mula-mula dengan suatu dinding dasar yang melintang membelah menjadi 2 sel, yang
bawah mula-mula membagi diri menjadi 4 kuadran kemudian menjadi oktan dan selanjutnya
menjadi embrionya, sedang sel-sel yang menghadap leher arkegonium menjadi pendukung
embrio atau suspensor. Dengan demikian embrio tidak menghadap ke leher arkegonium.
Letak embrio tersebut dinamakan endoskopik.
2. Bangsa Selaginalles (Paku Rane, Paku Lumut)
 Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku Selaginellaceae dengan satu marga Selaginella yang
meliputi ± 700 jenis.
 Habitus dalam beberapa hal menyerupai Lycopodineae. Ada juga yang berukuran kecil mirip
dengan lumut hati yang berdaun dan tumbuh di antara tumbuhan lumut, sehingga dinamakan
juga paku lumut.
 Di dekat percabangan batang terdapat alat tambahan yang dinamakan rizofora atau
pendukung akar . rizofora bentuknya seperti batang tetapi tidak berdaun, tumbuh ke bawah
menuju tanah dan pada ujungnya tumbuh akar.
gambar: Selaginella rupestris (kiri), dan irisan membujur strobilus Selaginella inaequalifolia
(kanan)

 Selaginella bersifat herterospor. Sporangium terdapat dalam strobilus, menghasilkan mikro


dan megaspore yang terpisah-pisah tetapi keduanya ditemukan dalam satu rangkaian sporofil.
Dinding sporangium terdiri atas 3 lapis, tapetum di lapis paling dalam berguna untuk member
makanan kepada spora. Spora sudah memulai perkembangannya membentuk protalium sejak
masih di dalam sporangium.
 Setelah satu atau beberapa arkegonium dibuahi, mulailah perkembangan embrio yang
bersifat endoskopik. Untuk membebaskan diri dari protalium, embrio tersebut membelok
seperti pada Lycopodium. Calon akar baru dibentuk kemudian. Pertumbuhan memanjang
berlangsung dengan perantaraan suatu sel ujung sebagai sel pemulanya.
3. Bangsa Lepidodendrales
 Anggotanya pada saat ini sudah punah. Tumbuhan ini mencapai puncak perkembangannya
di zaman Devon, karbon dan perm. Fosil dari tumbuhan ini merupakan sumber batubara.
 Beberapa pohon berukuran raksasa, tinggi s/d 30 meter dengan diameter hingga 2 meter.
 Daun yang gugur meninggalkan bekas seperti bantalan di pangkal tangkai daun.
 Bangun daun berupa jarum atau berupa garis, berlidah-lidah dengan bekas pengangkut yang
sederhana dan jarang sekali memperlihatkan percabangan menggarpu.

gambar: rekonstruksi dari Lepidodendron obovatum

 Batangnya sudah mengalami penebalan sekunder dengan adanya jaringan semacam


cambium gabus yang kea rah dalam menghasilkan sel-sel gelam yang jumlahnya lebih
banyak daripada unsure-unsur kayu.
 Punya “rimpang” yang disebut pendukung akar atau stigmarium, dan dipermukaannya ada
bekas-bekas akar.
 Rangkaian sporofil Lepidodendron dapat mencapai panjang 25 cm dan hampir selalu
heterospor.
gambar: strobilus dan spora dari Lepidodendron

 Ada suatu kelompok warga Lepidodenrales yaitu Lepidospermae yang memiliki biji.
Mikrosporofil menjadi suatu selubung (integument) “porangium, tetapi pada ujungnya
terbuka, sehingga dapat menangkap mikrospora yang berhamburan dan dengan cara-cara
yang belum diketahui akhirnya akan terjadi pembuahan. Organ tersebut tetap pada tumbuhan
induknya dan berkembang menjadi biji. Pada pembentukan kulit biji tidak hanya dinding
sporangium saja yang ikut mengambil bagian tetapi juga sporofil.
4. Bangsa Isoetales
 Bangsa ini memuat golongan rumput-rumputan yang sebagian hidup dalam air dan sebagian
pada tanah-tanah yang basah.
 Anggotanya sekarang ada hanya terdiri dari 1 suku dan 1 marga saja yaitu Isoetes dengan
60-100 jenis.
 Sporofit mempunyai batang seperti umbi, jarang bercabang, kalau bercabang menggarpu.
 Dari bagian bawah batang keluar akar-akar dan bercabang menggarpu, sedangkan di bagian
atas batang terdapat rozet daun, terdiri atas daun-daun yang berujung runcing panjang sampai
satu meter. Tiap daun memiliki saluran udara dan di sisi atas dekat pangkal daun ada lekukan
yang disebut foveum.
 Semua daun kecuali yang letaknya di tengah adalah sporofil. Tiap sporofil mengandung satu
sporangium yang letaknya di dalam foveum. Di atas foveum terdapat ligula yang berupa
selaput berbentuk segitiga dengan pangkal terbenam.
 Di dalam roset daun yang letaknya di bagian luar berupa makrosporofil dan yang letaknya di
bagian dalam berupa mikrosporofil.
 Sporangium besarnya 4-7 mm melindungi sebagian atau seluruhnya oleh selaput yang
disebut velum.
 Ruang sporangium terbagi-bagi oleh jaringan steril yang dinamakan trabekula. Dinding
sporangium terdiri dari beberapa lapis sel.
 Perkembangan gametofit hampir sama dengan Selaginella.
 Zigot dengan dua dinding yang tegak lurus satu sama lain membelah menjadi empat
kuadran, dan diantaranya membentuk ujung tunas dan daun beserta ligulanya, yang dua
lainnya menjadi akar dan haustorium. Suspensor tidak ada. Letak embrio mula-mula
endoskopik, tetapi sedikit demi sedikit embrio itu berputar hingga mencapai kedudukan yang
eksoskopik.

C. Kelas Equisetineae (Paku Ekor Kuda)


Anggota dari kelas ini yang sekarang masih ada umumnya berupa terna yang menyukai tempat-
tempat lembab, kadang-kadang dalam jumlah besar dan bersifat dominant dalam komunitas
tertentu. Bentuk strobilus pada sporofit seperti ekornya kuda. Batang bercabang-cabang
berkarang dan berbuku-buku dan beruas-ruas. Daun-daun kecil seperti selaput, tersusun
berkarang. Sporofil berbeda dengan daun biasa (berbentuk perisai dengan sejumlah
sporangium di sisi bawahnya). Sporofil tersusun sebagai badan berbentuk gada atau kerucut
pada ujung batang atau cabang. Protalium berwarna hijau dan berkembang di luar sporanya.
1. Bangsa Equisetales
 Hanya terdiri atas satu suku yaitu Equisetaceae dan satu marga yaitu Equisetum dengan ± 25
jenis. Tumbuhan ini hidup di darat atau di rawa-rawa.
 Mempunyai semacam rimpang dengan cabang yang berdiri tegak, batang yang berdiri tegak
tersebut berumur hanya 1 tahun.
gambar: Equisetum telmateia

 Pada penampang melintang, batang mempunyai lingkaran berkas pengangkut kolateral, dua
lingkaran saluran-saluran antar sel, dan satu ruang udara lisigen di pusat. Berkas pengangkut
dalam sporofil mempunyai susunan konsentris.
 Batang atau cabang beralur dan beruas-ruas panjang. Pada buku-buku batang terdapat
karangan daun serupa selaput atau sisik. Daun-daun itu di bagian bawah berlekatan menjadi
suatu sarung yang menyelubungi batang. Cabang-cabang keluar di antara daun-daun dan
menembus sarung.
gambar: Equisetum telmateia. irisan meilntang melalui ruas batang

 Pada beberapa warga Equisetales terdapat beberapa jenis yang mempunyai semacam umbi
untuk menghadap kala yang buruk.

gambar: penampilan Equisetum dengan strobilus di ujungnya. irisan membujur strobilus yang
menampilkan adanya sporangiofor dan sporangium (atas). spora dengan beberapa elaters
(bawah)
 Sporofil tersusun dalam rangkaian yang menyerupai kerucut pada ujung batang.
 Spora mempunyai dinding yang terdiri atas endo dan eksoporium, dan perisporium yang
berlapis-lapis. Lapisan perisporium yang terluar terdiri atas dua pita sejajar yang ujungnya
melebar seperti lidah. Jika spora itu kering, pita terlepas dari gulungannya tetapi di tengah-
tengahnya tetap melekat pada eksosporium.

gambar: siklus hidup paku ekor kuda

 Dari bangsa ini ada suku yang sudah punah yaitu Calamitaceae, contohnya: Eucalamites
multiramis, Calamophyton primaevum.

gambar: rekonstruksi Calmaites


2. Bangsa Sphenophyllales
 Hanya dikenal fosilnya saja, berasal dari zaman Paleozoikum.
 Daunnya menggarpu atau berbentuk pasang dengan tulang-tulang bercabang menggarpu,
tersusun berkarang. Daunnya termasuk heterofil, yaitu tidak sama bentuk dan ukurannya, ada
yang berbentuk pasak dan ada yang kecil sempit.
 Batangnya beruas-ruas panjang, bercabang-cabang, mempunyai satu berkas pengangkut
yang tidak berteras dan mempunyai cambium.
 Rangkaian sporofil menyerupai Equisetum
 Contohnya: Sphenophyllum cuneifolium, S. dawsoni, S. fertile.

gambar: rekonstruksi batang Sphenophyllum cuneifolium


gambar: Sphenophyllales. (1) tumbuhan Sphenophyllum cuneifolium. (2) irisan membujur
sporofil, (3) irisan melintang batang, (4) diagram strobilus

3. Bangsa Protoarticulales
 Bangsa ini juga hanya ditemukan fosilnya. Hidup pada pertengahan zaman Devon.
 Contoh yang paling dikenal adalah Rhynia, berupa semak kecil yang bercabang-cabang
menggarpu. Daunnya sempit, berbagi menggarpu, tersusun berkarang. Sporofil tersusun
dalam bulir dengan percabangan menggarpu, sporangium bergantung-gantung.

gambar : A. Hyenia, B. Cooksonia

D. Kelas Filicineae (Paku Sejati)


Warga kelas ini sehari-hari dikenal sebagai tumbuhan paku atau pakis yang sebenarnya. Berupa
higrofit (hidup di tempat teduh, lembab), teresterial, akuatik atau epifit (penyusun
underground di hutan). Berdasarkan lingkungan hidupnya kelasi ini dibedakan menjadi paku
tanah, paku air dan paku epifit. Daun berupa makrofil dengan ukuran dan bentuk daun yang
beraneka ragam, serta pertulangan daun yang bercabang-cabang. Sporangium kebanyakan
dalam sorus, keluar dari suatu bantalan atau plasenta atau reseptakel. Biasanya sorus
dilindungi oleh indusium atau tepi daun yang melipat. Dinding sporangium mempunyai
annulus. Kebanyakan bersifat heterospor. Gametofitnya untuk yang heterospor bersifat
endosporik, sedang yang homospor bersifat eksosporik. Filicinae yang sekarang masih hidup
dibedakan dalam 3 anak kelas yaitu: Euspongiatae, Leptosporangiatae, dan Hydropteris.

gambar: Ophioglossum reticulatum. (1) tumbuhan secara utuh, (2) tumbuhan dihubungkan
dengan stolon, dan (3) daun fertil

1. Anak Kelas Euspongiatae


 Sporangium terbentuk dari beberapa sel inisial. Pembelahan pertama berlangsung di dalam
epidermis, sel luar membentuk dinding sporangium, sel yang dalam membentuk jaringan
sporogen, dan sel-sel tapetum berasal dari lapisan dinding sporangium yang paling dalam.
 Anak kelas ini dibedakan menjadi 2 bangsa yaitu: Ophioglossales, dan Marattiales.
a. Bangsa Ophioglossales
 Bangsa ini hanya terdiri dari satu suku, yaitu Ophiglossaceae
 Batang pendek di dalam tanah, pada batang tiap tahun hanya ada satu daun yang bertangkai
panjang dengan upih yang menyerupai selaput.
 Di dalam akar selalu ada mikoriza.
 Daun biasanya mempunyai bagian yang steril yang khusus untuk asimilasi dan bagian fertile
yang menghasilkan spora. Bagian daun yang fertile itu berbentuk malai atau bulir dan keluar
dari tangkai, dari pangkal, dari tengah atau dari tepi daun yang steril.
 Sporangium besar tidak mempunyai annulus.
 Bersifat homospor.
 Protalium berumah satu, berklorofil, hidup dalam tanah.
 Anteridium dan arkegonium terbenam dalam jaringan protalium yang berbentuk umbi dan
dapat berumur sampai beberapa tahun.
 Hidup sebagai paku tanah atau epifit, hanya terdiri dari 3 marga, yaitu: Ophiglossum,
Botrychium, Helminthostachys.

gambar: Tahap awal dalam pengembangan gametofit dari Ophioglossum crotalophoroides.


Lingkaran menunjukkan inti dan lingkaran bertitik adalah inti sel menghadap belakang sel. 1.
Berkecambah spora. 2. Dua-bersel gametofit. 3. Tiga-bersel gametofit. 4. Empat-bersel
gametofit. 5. Lima-bersel gametofit. Spora mantel dihilangkan dalam Gambar. m
gambar: Gametophytes dari Ophioglossum crotalophoroides . 6. Gametofit muda dengan sel
proksimal terbuka, 7. Lendir (panah) pada sel proksimal. Alcian pewarnaan biru. 8. Bulat
atau bulat gametofit, 9. Bulat atau bulat gametofit dengan rhizoid, 10. Rhizoid dengan lendir
(panah); alcian pewarnaan biru, 11. Gametofit muda dengan cekung (panah) antheridia, 12.
Gametofit muda dengan antheridia cekung (panah), panah menunjukkan sel opercular, 13.
Bagian membujur melalui daerah apikal gametofit dengan antheridia cekung, panah
menunjukkan sel opercular dari, antheridium

gambar: 4 -17. Gametophytes dan muda sporophyte dari Ophioglossum crotalophoroides. 14.
Gametofit dengan dua archegonia muda (panah) dan antheridia cekung (panah), 15.
Archegonia, 16. Longitudinal bagian melalui daerah apikal gametofit dengan archegonium
(panah) dan, antheridia 17. Sporofit muda, panah menunjukkanpaku fertil abortif.
gambar: (atas) Botrychum daucifolium. (bawah) Helmithostachys zeylanica

b. Bangsa Marattiales
 Bangsa ini hanya terdiri satu suku Marattiaceae
 Batang pendek dan tegak
 Daun amat besar, majemuk menyirip ganda beberapa kali
 Tangkai daun lunak mempunyai stipula yang tebal
 Daun fertile sama dengan daun steril
 Sporangium berdinding tebal, tidak mempunyai annulus.
 Bersifat homospor
 Protalium di atas tanah mempunyai mikoriza, berwarna hijau bentuknya menyerupai talus
lumut hati.
 Meliputi 4 marga yaitu Christensenia, Angiopteris, Marattia, dan Danaea.

2. Anak Kelas Leptosporangiatae


 Sporangium terbentuk dari sel permukaan. Dari hasil pembelahan pertama, sel yang luar
membentuk sporangium lengkap termasuk tangkai, dinding tapetum dan jaringan sporogen.
Sel yang dalam tidak ikut dalam pembentukan sporangium.
 Tumbuhan yang termasuk dalam anak kelas ini tersebar di daerah tropika, meliputi jenis-
jenis paku yang berukuran hanya beberapa millimeter saja sampai paku yang berupa pohon.
 Kebanyakan berupa terna dengan rimpang yang mendatar atau bangkit ujungnya, dan
biasanya jarang bercabang.
 Daun yang masih muda selalu tergulung, disebabkan karena sel-sel pada sisi bawah daun
lebih cepat pertumbuhannya. Susunan anatomi daun sudah menyerupai daun Spermatophyta.
Tulang daun bercabang-cabang dengan bermacam-macam pola.
 Pada batang, tangkai daun, kadang sebagian daun tertutup oleh lapisan rambut yang
berbentuk sisik yang disebut palea.
 Sporangium terdapat dalam jumlah banyak di sisi bawah daun. Biasanya sporofil
mempunyai bentuk yang sama dengan daun-daun yang steril, hanya pada beberapa jenis saja
sporofil berbeda dengan tropofil.
 Anak kelas Leptosporangiatae terbagi menjadi beberapa suku, yaitu:
a. Suku Osmundaceae
 Sporangium tidak tersusun berkelompok, tidak bertangkai, tanpa annulus, tetapi mempunyai
sekelompok msel berdinding tebal yang akan retak jika sudah masak.
 Sporangium tersebar, kadang menutupi sebagian besar permukaan daun. Indusium tidak ada,
tidak terdapat sisik-sisik, tetapi pada daun yang muda seringkali terdapat rambut-rambut yang
menghasilkan lender.

gambar: Osmunda claytoniana

b. Suku Schizaeceae
 Kelompok tumbuhan ini merupakan kelompok kecil tetapi sangat luas daerah
penyebarannya.
 Kebanyakan hidup pada daerah yang beriklim panas.
 Perkembangan sporangia dalam sorus tipe simplices, yaitu sporangium di dalam sorus terjadi
secara serempak.
 Sporangium mempunyai annulus yang letaknya terminal.
 Anggota suku ini meliputi 4 marga yaitu: Schizaea, Lygodium, Aremia, dan Mohria.
gambar: Schizaea pusilla

c. Suku Gleicheniaceae
 Kebanyakan anggotanya hidup sebagai xerofit, mempunyai rizoma.
 Terdiri dari 2 marga, yaitu Stromatopteris dan Gleichenia.
 Batangnya bercabang menggarpu, dan pada kebanyakan jenis daun-daunnyapun terbentuk
secara menggarpu. Tetapi dikotomi daun-daun itu ternyata palsu, sebab pada ketiak
percabangan batang itu terdapat suatu mata kuncup.
 Tidak ada perbedaan antara bagian daun yang steril dan yang fertile.
 Sporangium terdapat dalam sorus pada permukaan dorsal dari daun yang berwarna hijau.
Sorus tanpa indusium dan mengandung sedikit sporangia.
 Sporangia dalam sorus termasuk tipe simplices.
 Struktur anatomi batang amat sederhana.
 Gametofit biasanya mempunyai tulang di bagian tengah di kiri dan kanan tulang melebar
menyerupai sayap.
gambar: Gleichenia pectinata

d. Suku Matoniaceae
 Mempunyai 2 marga yaitu Phanerosorus dan Matonia
 Perkembangan sporangium tipe simplices, bedanya dengan suku lain adalah cara retaknya
sporangium yang melintang disebabkan karena annulus letaknya membujur, dan terdapatnya
indusium yang berbentuk seperti payung.
 Mempunyai rizomayang bercabang menggarpu, dari rizoma keluar tonjolan daun ke atas
yang pada ujungnya bercabang menggarpu. Percabangan menggarpu dari tangkai daun
tersebut berulang-ulang sampai beberapa kali, hanya setiap kali cabang yang satu sisi saja
yang keluar anak daunnya hingga bentuk daun keseluruhan menjadi seperti kipas.
 Sporangium terkumpul dalam sorus yang bentuknya bulat. Letak sorus dekat dengan ibu
tulang daun.
 Gametofit menyerupai gametofit Gleichenia.
gambar: Matonia pectinata

e. Suku Hymenophyllaceae
 Paku ini banyak dijumpai di daerah tropika, hidup sebagai epifit, dan sangat suka akan
tempat yang lembab. Tetapi ada juga yang xerofit dan hidup pada batuan bersama dengan
lumut dan lichens.
 Hanya memuat dua marga, yaitu Hymenphyllum, dan Trichomanes.
 Daun kecil dan tipis, sering kali hanya terdiri dari 1 lapis sel. Tetapi ada juga yang berukuran
lebih besar dengan tebal daun dapat 3-4 lapis sel.
 Bentuk daun fertile sama dengan daun steril.
 Sporangium terkumpul dlam sorus yang letaknya di tepi daun. Sorus mempunyai indusium
berbentuk seperti piala atau bibir.
 Sporangium bertangkai pendek atau tidak bertangkai, mempunyai annulus yang letaknya
melintang atau serong.
 Paku ini termasuk gradate, yaitu sporangium di dalam sorus timbulnya dari atas ke bawah
(basipetal) Jumlah spora dalam tiap sporangium antara 32-420 buah.
 Protalium berbentuk piala.
gambar: Hymenophyllum australe

f. Suku Cyatheaceae
 Anggota dari suku ini tergolong sebagai paku pohon, banyak dijumpai di daerah tropika dan
sub tropika.
 Terdiri dari 3 marga, yaitu: Alsophila, Hemitelia, dan Cyathea.
 Batangnya kuat sehingga sering digunakan untuk bahan bangunan. Tinggi batang dapat
mencapai 1,5-5 meter, diameter 25-50 cm.
 Daun besar dan panjang, berupa daun majemuk menyirip ganda.
 Sporangium terdapat di dalam sorus yang letaknya di bawah daun. Sorus berbentuk bola,
termasuk tipe gradate. Sorus dilindungi oleh indusium atau induk.
gambar: Cyathea medullaris

g. Suku Dicksoniaceae
 Suku ini meliputi golongan paku tiang atau paku dengan rizoma yang merayap. Terdiri dari
9 marga, diantaranya: Cibotium, Dicksonia, dan Dennastaedtia.
 Kebanyakan hidup di daerah tropika dan beberapa jenis hidup di daerah beriklim panas.
 Rizoma besar, berguna sebagai bahan makanan karena mengandung banyak pati.
 Pada batang dan tangkai daunnya terdapat rambut-rambut panjang dan halus yang berguna
sebagai bahan pembalut dan bahan bantalan.
 Daun yang fertile tidak berbeda dengan daun yang steril.
 Sporangium terletak dalam sorus dan termasuk tipe gradate, kecuali Dennastaedtia sorusnya
merupakan peralihan ke tipe mixtae. Tiap sorus mempunyai indusium berbentuk seperti bibir.
Sporangium bertangkai dan berisi 64 spora.
h. Suku Polypodiaceae
 Suku ini sangat besar, memuat lebih dari 115 marga dan kira-kira 3.000 jenis.
 Habitusnya bermacam-macam sekali.
 Daunnya tunggal atau majemuk dengan bentuk dan ukuran yang beragam.
 Rizoma merayap dengan ruas-ruas yang panjang, jarang memperlihatkan batang yang nyata.
 Akar dan daunnya sering kali bersisik atau berambut.
 Daun yang fertile sama dengan daun yang steril, meskipun ada juga yang dimorfisme.
 Pada warga suku Polypodiaceae, sporangium terkumpul manjadi sorus. Sebelum masak,
sorus tertutup oleh selaputindusium. Sporangium muncul dari tonjolan jaringan daun yang
disebut reseptakulum. Dinding sporangium memiliki suatu cincin/annulus yang terdiri atas
sel-sel yang menonjol keluar dengan penebalan pada dinding radial dan dinding dalam.
Cincin itu meliputi punggung, ujung, sampai bagian tengah sisi perut, sedangkan bagian sisi
perut yang sel-selnya tidak menebal disebut stomium. Annulus bekerja melalui mekanisme
kohesi yang dapat menyebabkan terbentuknya sporangium serta terlemparnya spora melalui
celah stomium.
 Sorus bentuknya bermacam-macam, letaknya ditengah atau tepi daun, dan dapat pula pada
urat-urat daun, berbentuk garis memanjang atau membulat.
 Kadang-kadang sporangia menutupi seluruh permukaan bawah daun yang fertile, bertangkai
dengan annulus yang membujur tidak sempurna. Jika masak, sporangium pecah dengan celah
melintang.
 Indusium ada atau tidak ada, bila ada melekat pada satu sisi saja atau dapat pula hanya
berupa tepi daun yang melipat.
 Semua sorus bertipe mixtae, yaitu pembentukan sporangium di dalam sorus tidak beraturan.

gambar: Pteridium aquilinum


gambar: Nephrolepis cordifolia

gambar: Oleandra musifolia

gambar: Blechnum patersonii


gambar: Dryopteris arguta

gambar: Pteris ensiformis

gambar: Adiantum cuneatum


gambar: Anogramma leptophylla

gambar: Anthrophyum formosanum


gambar: Polypodium vulgare

3. Anak Kelas Hydropteris


 Berupa tumbuhan air atau tumbuhan rawa.
 Selalu heterospor, makro dan mikrosporangium berdinding tipis, tidak berannulus, terdapat
di pangkal daun pada sporokarpium yang berdinding tebal.
 Makrosporangium menghasilkan makrosporayang nantinya tumbuh menjadi makroprotalium
dengan arkegonium. Mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang nantinya tumbuh
menjadi mikroprotalium dengan anteridium.
 Spora meliputi perisporium dengan bentuk susunan yang aneh.
 Meliputi 2 bangsa, yaitu Marsileales dan Salviniales.
a. Bangsa Marsileales
 Bangsa ini meliputi segolongan kecil tumbuhan air yang hidup di paya-paya, dengan akar
yang melekat di dasar atau di dalam lumpur.
 Selalu heterospor, makro dan mikrosporangiumnya berdindin tipis dan tidak mempunyai
annulus.
 Sporangium terkumpul dalam sorus, semua sorus dalam satu sporofil terdapat dalam
sporokarpium.
 Terdiri dari satu suku yaitu Marsileaceae, dengan cirri-ciri: batangnya merayap, kemudian ke
atas membentuk daun-daun dank e bawah membentuk akar-akar; daun bertangkai panjang;
helaian daun berbelah empat atau dua atau tanpa helaian daun; bertangkai atau tidak; bangun
ginjal atau bulat dengan dinding yang kuat.
 Mempunyai 3 marga yaitu: Marsilea, Pilularia, dan Regnellidum.

gambar: Marsilea vestita

b. Bangsa Salviniales
 Meliputi segolongan kecil tumbuhan paku air yang hidupnya terapung bebas.
 Heterospor, sporangium terdapat di dalam sorus dan termasuk tipe gradate. Sorus terdapat
dalam sporokarpium. Tiap sporokarpium mengandung 1 sorus yang hanya membentuk
mikrosporangium dan makrosporangium saja.
 Bangsa ini dibedakan menjadi suku, yaitu Salviniaceae dan Azollaceae.
I. Suku salviniaceae
- Tumbuhan paku air yang mengapung bebas di permukaan air.
- Daun berkarang, pada tiap-tiap buku terdapat 3 daun, dua di sebelah atas dan berhadapan
serta merupakan alat pengapung, sedangkan daun yang ketiga tenggelam. Daun yang
tenggelam itu berbuku-buku dan berbulu tebal serta mempunyai bentuk seperti akar, tetapi
terdiri dari banyak sel.
- Batang berupa rizoma, padanya terdapat saluran udara.
- Sporokarpium terdapat pada buku-buku dari daun yang tenggelam. Jumlahnya 4-20,
letaknya merupakan barisan atau tandan. Bentuk sporokarpium bulat panjang atau sedikit
pipih. Dindin sporokarpium berasal dari bahan basal indusium, yang tumbuh memanjang dan
melengkung menutupi sorus.

gambar: Salvinia natans

II. Suku Azollaceae


- Merupakan tumbuhan air yang mengapung bebas, tetapi ukuranya sangat kecil, lunak dan
bercabang-cabang.
- Daunnya hanya berukuran 1 mm saja, tersusun berseling dalam dua baris. Tiap daun
berbelah dua, bagian atas terapung karena berisi ruang udara yang didalamnya terdapat
koloni Anabaena yang dapat mengasimilasi N2 dari udara.
- Daun bagian bawah hanya terdiri dari lapis sel saja dan tidak berwarna, berfungsi untuk
membantu penyerapan air dan zat makanan.
- Akar terdapat di sisi bawah.
- Sporokarpium dibentuk pada cabang-cabang yang pendek.
- Makrosporokarpium berbeda bentuk dan ukurannya dengan mikrosporokarpium.
Mikrosporokarpium bulat dan besar, sedang makrosporokarpium bulat memanjang dan kecil.
- Mikrospora keluar dari mikrosporangium berupa 5-8 gumpalan yang diselubungi oleh
periplasmodium dinamakan masula. Tiap gumpalan berisi 8-2 mikrospora, dan pada masula
tersebut terdapat semacam kait yang disebut glokidium.
- Makrospora pada bagian atasnya membentuk alat renang yang terisi udara, sehingga bisa
terapung-apung. Oleh glokidium makrospora dapat dikait hingga saling berdekatan
gambar: Azolla filiculoides

Daftar Pustaka
Rustaman, N dan S. Redjeki.1994. Biologi 1 untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Penerbit
Balai Pustaka Jakarta
Smith, G.M. 1979. Cryptogamic Botany (Bryophyta and Pteridophyta). Mc Graw-Hill, Inc. New
York
Tjirosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuhan: Scyzophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Posted in: BTR
Reaksi:
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

0 komentar:

Poskan Komentar

Search

 Like
 Label
 Follow

Share
1615419

Arsip Coretan
 ▼ 2012 (19)
o ► November (1)
o ► Maret (7)
o ► Februari (8)
o ▼ Januari (3)
 Kelas Charophyceae (Ganggang Karang)
 Tentang Jamur Ragi
 DIVISI PTERIDOPHYTA

 ► 2011 (134)

 ► 2010 (27)

Follow Ya!

Facebook

Chat Yuk!!

Link suka!!
 Album Photo
 Biologi Cenat Cenut
 Biologi Kuncup
 Fakta Terselubung
 Heello
 Photo Diary
 Plurk
 Saling sapa

Coretan
Anatomi Dan Fisiologi Hewan (23) Anatomi Dan Fisiologi Tumbuhan (16) Biokimia (36)
Biologi Sel (57) Biologi Umum (14) Bioteknologi (2) BTR (13) BTT (1) Ekologi (1) Evolusi
(4) Genetika (3) Ilmu Lingkungan (7) Jamur (10) Kesehatan (11) Klasifikasi (5) Makalah
(36) Monera (2) Pendidikan (3) Protista (5) Umum (3) Virus (2) Zoologi Invertebrata (3)
Zoologi Vertebrata (1)
Copyright © 2011 KUNCUP BIO | Powered by Blogger
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes |
Free Samples By Mail

farieda
Sabtu, 30 April 2011
Ophioglossum

Ophioglossum
Anggota L. Ophioglossum genus (Ophioglossaceae) (Ophioglossaceae) dikenal
sebagai lidah ular or adder's tongue ferns. atau lidah penambah pakis. Genus ini terdiri dari,
seluruh dunia, sebuah 28-58 diperkirakan (Panigrahi & Dixit 1969) to 40 species (Singh et al.
2009). 1969) menjadi 40 spesies (Singh et al). 2009. Di India, itu diwakili oleh 12 spesies
(Yadav & Tripathi 2002; Goswami et al. Goswami et al. 2008; Singh et al. 2008; Singh et al.
2009). 2009). Pullaiah et al. et al. (2003)) mencatat tiga spesies dari genus untuk negara
bagian Andhra Pradesh, yaitu, Ophioglossumgramineum Willd., O.nudicaule L.f. gramineum
L.f. Willd., O.nudicaule and O. dan O.reticulatumreticulatum L. Namun, sebelumnya Rao et
al. (1999) reported O. (1999) melaporkan O.pedunculosum Desv. pedunculosum Desv.
menjadi umum di perbukitan Tuni Godavari Timur Kabupaten yang identik dengan
Ohioglossum costatum R.Br. Ohioglossum costatum R.Br. Yang berbeda, luas jenis sering
salah diidentifikasi dengan O. nudicauleO. nudicaule Lf Kehadiran upaya kertas untuk
melihat ini masalah dan menambahkan catatan pada lapangan identitas dan terjadinya pakis
paleotropical, Ophioglossum costatum R.Br di Andhra Pradesh (Pullailah,2003).

Bangsa Ophioglossales hanya terdiri atas satu suku Ophioglossaceae dengan beberapa
jenis saja. Tumbuhan ini biasanya mempunyai batang di dalam tanah yang pendek, pada
bagian bawah masi mempunyai protostele, tetapi ke atas mengadakan diferensiasi dalam
berkas pengangkutannya. Ophioglossaceae bersifat isospor. Protalium berumah satu, tidak
mengandung klorofil, didalam tanah, dan hidup sebagai saprofit dengan pertolongan
cendawan mikoriza. Anteridium dan arkegonium terbenam dalam jaringan protalium yang
berbentuk umbi dan dapat berumur sampai beberapa tahun. Anteridium menyelubungi suatu
kompleks jaringan spermatogen yang menghasilkan spermatozoid berbentuk spiral dengan
banyak bulu-bulu cambuk. Pada beberapa jenis embrionya sampai beberapa tahun tetap di
dalam tanah. Akar di bentuk lebih dulu daripada daun dan tunasnya. Ophioglossaceae hidup
sebagai paku tanah dan epifit. Suku ini hanya terdiri atas tiga marga, yaitu ophioglossum,
sporangium dalam dua baris, letaknya berhadapan pada suatu bulir, jika masak membuka
dengan suatu retak melintang. Daun yang steril bertepi rata atau berbagai menggarpu 1-2 kali,
bertulang jala tanpa ibu tulang yang nyata. Contoh Ophioglossum vulgatum(eropa),
Ophioglossum reticulatum (indonesia)(Citrosoepoemo,1994).

1. Ophioglossum costatum
Klasifikasi
Kingdom plantai
Subkingdom viridaeplanta
Phylum tracheophyta
Subphylum euphyllopytina
Class filicopsida
Order ophioglossales
Family ophioglossaceae
Genus ophioglossum
Spesies Ophioglossumcostatum

Rhizoma tuberosus, untuk 1 m diameter, 7 mm tinggi, bantalan akar berdaging


banyak. Daun sekitar 18 cm panjang, 3 pada rimpang; Phyllomophore sampai 30 cm;
trophophyll oblong-lan ceolate, akut di puncak, sempit cuneate di pangkalan, 4,5-6,5 cm. 1,3-
1,8 cm lebar; berbeda costae di permukaan keduanya; urat melapisi dgn gambaran yg mirip
kisi-kisi, areoles utama 3 atau 4 baris pada setiap sisi costae, aredes lebih kecil, sering dengan
termasuk veinlets bebas; tekstur agak berdaging, lembut rumputan; sporophyll sederhana,
dengan tangkai sekitar 10 cm, paku menjadi 4,5 cm. sporangia sekitar 0,5 mm; spora gelap,
dengan agak kasar melapisi dgn gambaran yg mirip kisi-kisi exospor(Van Den Brink,1979)

Taksonomi identitas

Di herbarium, seringkali, perbedaan antara O.costatum dan O.nudicaule are not


nudicaule tidak dianggap benar dan bingung ketika khusus bagian bawah tanah seperti bentuk
rimpang, ukuran,jumlah akar berserat, asal trophophylls, kedalaman di mana rimpang
dimakamkan, kehadiran stolons, dll. tidak ada atau tidak ditunjukkan. memberikan
perbedaan antara spesies untuk yang tepat identification. Meskipun daun steril timbul dari
bawah tanah bagian dari rimpang di.O.nudicaule dan O.polyphyllum, tanaman mencapai
ketinggian sekitar 4cm, rimpang ini berbonggol, dengan titik berkembang, stolons membantu
dalam perbanyakan vegetatif, sudut antara gagang bunga dan lamina adalah 90 0 0 dan venasi
dari daun palem steril tidak ganda dalam O.nudicaule . nudicaule. Tanaman dapat mencapai
rimpang ini bulat, tuberous dengan sebuah cupule apikal, tidak ada stolons tapi beruang
berlimpah lateral akar dan trophophyll adalah dengan pelepah pucat yang berbeda ,
sedangkan, daun steril banyak . (2-5, biasanya 4) dan tanpa costa berbeda dalam
O.polyphyllum (Panigrahi,1969).
Sifat Ophioglossum costatum
Tinggi tanaman 13-19,7 cm
Rimpang (diameter/panjang) 0,9 cm
Akar : Asal Basipetal
Panjang 3,8-6 cm
Distribusi Timbul terutama pada keliling,tombol seperti
rimpang
Stolon Tidak ada(propagasi vegetative oleh)
Steril daun: Asal Dari ujung rimpang
Jumlah 1-4 atau 1-2 pertanam
Bentuk Bulat telur
Lamina Tersebar dipermukaan tanah membentuk
sudut 40-600 dengan segmen subur
Trophophore Sekitar 70-90% dari panjang bawah tanah
tersebut.
Pelepah Sessil, yang timbul dari dasar substratum,
tidak ujung steril
Panjang spike 1,2-2,9 cm lebar 0,2-0,25cm. tidak ada ujung
steril
sporangi 25-35 pasang per spike

(After the present study; Yadav & Tripathi 2002; Singh et al. 2009)
2. Ophioglossum gramineum

Klasifikasi
Kingdom plantai
Subkingdom viridaeplantae
Phylum tracheophyta
Subphylum euphyllopytina
Class filicopsida
Order ophioglossales
Family ophioglossaceae
Genus ophioglossum
Spesies Ophioglossumgramineum
Publishing author : Willd. Publication : Schrift. Ak. Erfurt 1802. 18 t. 1 f. 1. Prantl 311 t. 7 f. 4. NPfl. 466 1802

Rhizoma agak bulat, bantalan akar beberapa berdaging dan 1-2 (untuk tanaman
Thailand, sampai 10 untuk orang asing) daun secara bersamaan. Daun 6-8 cm;
phyllomophore 1-3 cm; trophophyll linier-lanset, akut di puncak, sempit cuneate di
pangkalan tetap, 1,2-2,2 cm panjang, sampai 2,5 mm luas, costales tidak berbeda; vena
melapisi dgn gambaran yg mirip kisi-kisi membentuk sangat panjang-membentang areoles
tanpa veinlets disertakan, tekstur yg mirip kertas; sederhana sporophyll, dengan tangkai 2-4
cm; paku 1-1,2 cm(Van Den Brink,1979)

3. Ophioglossum petiolatum
Klasifikasi
Kingdom plantai
Subkingdom viridaeplantae
Phylum tracheophyta
Subphylum euphyllopytina
Class filicopsida
Order ophioglossales
Family ophioglossaceae
Genus ophioglossum
Spesies Ophioglossumptiolatum
Rhizoma silinder, berdiameter 2-4 mm, untuk 1,2 cm, dengan banyak akar daun 12-25
cm 1 atau 2 di Rimpang; phyllomophore sampai 10 m panjang; trophophyll dalam beberapa
kasus, bulat cuneate atau lebih umum mendalam berbentuk hati di dasar, 1,5-6,5 cm, lebar
1,5-5 cm; costae tidak dibedakan; urat melapisi dgn gambaran yg mirip kisi-kisi, areoles
terlihat, banyak veinlets termasuk bebas sering hadir, sederhana atau bercabang; tekstur
lembut herba, agak berdaging; sederhana sporophyll, dengan tangkai 6 - 12 cm; paku panjang
1,5-4,5 cm sporangia sampai dengan 0,5 mm; spora gelap, exospores dengan retikulum halus,

tampaknya halus(Van Den Brink,1979)

4. Ophioglossum pendulum
Klasifikasi
Kingdom plantai
Subkingdom viridaeplantae
Phylum tracheophyta
Subphylum euphyllopytina
Class filicopsida
Order ophioglossales
Family ophioglossaceae
Genus ophioglossum
Spesies Ophioglossumpendulum

Rhizoma horisontal, sampai dengan 3 cm, berdaging, serta dikenakan beberapa daun.
phyllomophore pendek, tidak berbeda dari trophophyll, sampai dengan 20 cm, bulat panjang
dan berbentuk tali, kadang-kadang membagi dlm dua cabang beberapa kali, 50-100 cm
panjang termasuk stipes, trophophyll untuk akut di puncak, seluruh, paling 4 cm yang luas;
venasi berbeda, melapisi dgn gambaran yg mirip kisi-kisi membentuk areoles sempit
biasanya tanpa veinlets disertakan, costae tidak dibedakan; sporophyll timbul dari bagian
tengah daun steril, sederhana, dengan tangkai hingga 7 cm; lonjakan hingga 30 cm. sporangia
untuk 3 mm; dengan retikulum halus, tampaknya halus(Van Den Brink,1979)
Bila dilihat secara sepintas lalu jukut siraru bentuknya tidak begitu menyerupai
tumbuhan paku. Orang menyebutnya pula tunjuk langit. Di almahera di kenal dengan nama
cum hale atau jumu tufa. Jukut siraru kebnyakan tumbuh pada tempat-tempat yang terkena
sinar matahari penuh atau agak sedikit terlindungi, di pematang-pematang sawah atau bawah
pohon karet di perkebunan. Tempat yang agak basah berhumus adalah tempat yang
disukanya. Ketinggian tempat inilah menjadi masalah untuh tumbuhnya. Orang mengambil
daun-daun mudanya untuk dikukus dan bumbui. Ada pula yang mengambilnya untuk di buat
sayur, yaitu dengan mencampurnya kepada sayur-sayuran lain. Paku siraru berimpang kecil,
pendek dan tumbuhnya tegak. Pada umumnya, entalnya hanya sedikit yaitu 2-3 batang saja.
Panjang tangkainya 2-8 cm. bentuk dan ukuran entalnya seringkali bermacam-macam.
Biasanya bundar telur dengan ujung yang tumpul dan pada pangkalnya berbentuk jantung.
Daunya tak bertangkai. Biasanya tumbuh pada tempat-tempat yang kena sinar matahari
banyak ukuran daun menjadi lebih kecil dan bentuknya menjadi jorong. Ukurannya pun
mengecil. Sori terdapat dalam butir yang panjangnya sampai 2-6 cm. bulir dan tangkainya
dapat mencapai ukuran sorinya sendiri terletak di celah-celah lekukan bulir. Bentuknya bulat-
bulat. Penyebarannyka luas. Umum dijumpai tumbuh di daerah-daerah tropic dan Asia
subtropik(lembaga biologi nasional-lipi,1979).
REFERENCES
Balakrishnan, N.P., K. Thothathri & A.N. Henry (1960). Some Indian Ophioglossums - taxonomy
and distribution. Bulletin of the Botanical Survey of India 2(3&4): 335-339.
Goswami, H.K., S.C. Verma & B.D. Sharma (2008). Biology of Pteridophytes – I. Ophioglossum L.
Bionature Monograph, Catholic Press Ranchi, Jharkhand-India, 135pp.
Lembaga Biologi Nasional – LIPI. 1979. Jenis Paku Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka
Panigrahi, G. & R.D. Dixit (1969). Studies in Indian Pteridophytes. IV. The family Ophioglossaceae
in India. Proceedings of the National Institute of Sciences of India 35B: 230-266.
Pullaiah, T., A. Ahmed & P.A. Lakshmi (2003). Ophioglossum: pp. 38-42. In: Pteridophytes in
Andhra Pradesh, India. Regency Publications, New Delhi.
Rao, R.S., S. Sudhakar & P. Venkanna (1999). Flora of East Godavari District, Andhra Pradesh,
India. INTACH, A.P. State Chapter, Hyderabad, p.801.
Singh, A.P., S. Mishra, S. Gupta, S.K. Behera & P.B. Khare (2009). Studies on the genus
Ophioglossum L. in Pachmarhi Biosphere Reserve, Madhya Pradesh, India. Taiwania 54(4):
353-364.
Tjitrosoepoemo, Gembong.1994. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thalophyta, Bryophyta.
Bandung: UGM Presss
Van Den Brink Jr, R.C. Bakhuizen, dkk. 1979. Flora of Thailand. Bangkok: Printed in Thailand at
The Tistr Press.
Yadav, B.L. & M.K. Tripathi (2002). Ophioglossum in Rajasthan - taxonomy and distribution. pp.
248-267. In: Trivedi, P.C. (ed.), Advances in Pteridology. Pointer Publisher, Jaipur.

Diposkan oleh farieda di 05.45


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog
 ▼ 2011 (1)
o ▼ April (1)
 Ophioglossum

Mengenai Saya
farieda
Lihat profil lengkapku

You might also like