Professional Documents
Culture Documents
Disertai lendir
Ketika mukosa usus (terutama pada mukosa usus besar) teriritasi oleh bakteri seperti Shigella,
C. Jejuni, E. Coli enteroinvasif, dan Salmonella. Mekanisme infeksinya ialah dengan menginvasi
mukosa dengan mengeluarkan toksin-toksin, yang dapat menyebabkan sel goblet menjadi lebih
aktif. Toksin yang dihasilkan juga menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga
peningkatan sekresi air dan elektrolit. Sehingga sel-sel goblet menghasilkan banyak mucus
yang berfungsi untuk proteksi mukosa. Ketika mucus jumlahnya terlalu berlebihan, maka
dapat muncul dalam feses dan bermanifestasi sebagai feses berlendir.
Disertai darah
Feses yang disertai darah diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah pada dinding saluran
cerna. Pembuluh darah pada dinding traktus gastrointestinal mulai terdapat pada lamina
propria tunika mukosa namun jumlah pembuluh darah yang banyak ditemukan pada tunika
submukosa. Hal ini berarti bahwa jika terdapat ulkus yang mengenai tunika submukosa, maka
dapat bermanifestasi sebagai feses disertai darah. Darah dapat bermanisfestasi sebagai
melena maupun hematokezia. Darah yang berwarna lebih gelap terjadi akibat oksidasi
hemoglobin oleh bakteri usus. Melena atau “darah hitam” menunjukkan bahwa perdarahan
saluran cerna terjadi pada bagian usus proximal atau bagian usus distal dengan masa transit
yang lama sehingga memberi kesempatan bakteri untuk mengoksidasi hemoglobin.
Sedangkan hematokezia atau “darah segar” dapat disebabkan oleh perdarahan saluran cerna
bagian distal (misalnya rektum) atau pada proximal usus tetapi dengan masa transit yang
singkat sehingga tidak memberi kesempatan bakteri usus untuk mengoksidasi hemoglobin
secara maksimal. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer
tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit,
didapatkan darah dan lendir dalam tinja
Sumber :
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Hal.
534. 549. 554