Professional Documents
Culture Documents
SKENARIO
Anto adalah anak bungsu dari keluarga pak Anwar yang mempunyai
5 orang anak. Anto mendapat asi dari ibunya dan bubur sebagai makanan
tambahan.
KATA SULIT
KATA/KALIMAT KUNCI
1. Anak diare
2. Tak ada muntah
3. Tak ada telur cacing/parasit
4. Rumah tanpa MCK
5. Belum ada PAM
6. Air dari sumur gali
7. Air dari sungai
1
8. Keluarga juga berak-berak
9. Anto minum ASI
10. Anto makan bubur
MIND MAP
Kasus Diare
Peranan Dokter
Hubungan dengan : Keluarga
Asupan Gizi
Lingkungan
Perilaku Penegakan Diagnosis
Sehat
2
PERTANYAAN
2. Kriteria rumah sehat, air bersih, hubungan aspek perumahan dengan diare!
3. Jelaskan hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan penularan dan
perjalan dari penyakit pada skenario !
4. Bagaimana asupan gizi yang tepat untuk keluarga pak Anwar sesuai
dengan penghasilannya?
3
BAB II
Pembahasan
Definisi
Diare didefinisikan sebagai buang air besar sebanyak tiga atau lebih dengan
konsistensi mencret atau encer (atau frekuensi yang lebih daripada normal).
Ini biasanya merupakan gejala infeksi saluran cerna, yang dapat disebabkan
oleh berbagai organisme bakteri, virus dan parasit. Infeksi menyebar melalui
makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau dari orang ke orang
sebagai akibat kebersihan yang buruk.
Klasifikasi
Menurut WHO, diare terbagi menjadi 3 tipe klinis yaitu :
Diare akut cair- berlangsung beberapa jam atau hari, dan termasuk kolera
Diare akut berdarah - juga disebut disentri
Diare persisten - berlangsung 14 hari atau lebih.
Etiologi
Infeksi : gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit,
yang sebagian besar disebarkan oleh air yang terkontaminasi faeces.
Infeksi lebih sering terjadi bila sanitasi, kebersihan, dan air bersih untuk
minum, memasak dan membersihkan kurang memadai. Rotavirus dan
Escherichia coli adalah dua agen etiologi paling umum diare di negara-
negara berkembang.
Malnutrisi : Anak-anak yang kekurangan gizi lebih rentan terhadap
diare. Setiap episode diare pada gilirannya membuat malnutrisi mereka
semakin parah.
Sumber: Air yang terkontaminasi kotoran manusia, misalnya dari septic
tank dan jamban. Kotoran hewan juga mengandung mikroorganisme
yang bisa menyebabkan diare.
4
Penyebab lainnya: Penyakit diare juga bisa menyebar dari orang ke
orang, diperparah oleh kebersihan diri yang buruk. Makanan merupakan
penyebab utama diare saat dipersiapkan atau disimpan dalam kondisi
tidak higienis. Ikan dan makanan laut dari air yang tercemar juga dapat
menyebabkan penyakit ini.
Patofisiologi
Diare adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus enteritis), bakteri atau
toksin (Salmonella, E. colli), dan parasit (Giardia Lambia). Beberapa
mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau cytotoksin. Penularan dapat melalui fekal oral
dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Komplikasi
Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan
sebagainya)
Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,
pengeluaran bertambah)
Hipoglikemia
Gangguan sirkulasi darah
5
2. Jelaskan kriteria rumah sehat, air bersih dan hubungan antara aspek
perumahan dengan penularan diare!
Pengertian
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, rumah
adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan Sehat menurut
World Health Organization (WHO) “Sehat adalah suatu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental, maupun Sosial Budaya, bukan hanya keadaan
yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan)”.
Persyaratan
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut : (Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007)
1. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah,
adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing
penghuni;
2. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
6
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan
yang cukup;
3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan
kecelakaan di dalam rumah;
Rumah yang sehat harus dapat mencegah atau mengurangi resiko
kecelakaanseperti terjatuh, keracunan dan kebakaran (Winslow dan
APHA). Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan
hal tersebut antara lain :
a. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat;
b. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api;
c. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari
bahaya racun dan gas;
d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh
dan kecelakaan mekanis dapat dihindari;
4. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan
dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang
mengganggu;
Beberapa aspek yang berkaitan dengan rumah sehat dapat dijelaskan sebagai
berikut :
A. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan
pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah
maupun mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat
dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu ruangan
tidakmempunyai sistem ventilasi yang baik dan over crowded maka
akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan (Gunawan et
al., 1982)
7
1990). Standart luas ventilasi rumah, menurut Kepmenkes RI No. 829
tahun 1999, adalah minimal 10% luas lantai. Menurut Frinck (1993) setiap
ruang yang dipakai sebagai ruang kediaman sekurang-kurangnya terdapat
satu jendela lubang ventilasi yang langsung berhubungan dengan udara
luar bebas rintangan dengan luas 10% luas lantai. Ruangan yang
ventilasinya kurang baik a kan membahayakan kesehatan khususnya
saluran pernapasan.
Terdapatnya bakteri di udara disebabkan adanya debu dan uap air. Jumlah
bakteri udara akan bertambah jika penghuni ada yang menderita penyakit
saluran pernapasan, seperti TBC, Influenza, dan ISPA.
Dalam pengertiaqn ventilasi ini dari aspek fungsi juga tercakup jendela.
Luas ventilasi atau jendela adalah luas lubang untuk proses penyediaan
udara segar dan pengeluaran udara kotor baik secara alami atau mekanis.
Ventilasi atau jendela mempunyai peran dalam rumah untuk mengganti
udara ruangan yang sudah terpakai.
Agar udara dalam ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan jendela
ini sebagai berikut :
1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan
luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum
5% luas lantai, dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari
langit-langit.
2. Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari
lantai dan jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm.
8
3. Udara yang masuk harus udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap
pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lain-lain.
4. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan
lubang hawa berhadapan antara dua dinding ruangan.Aliran udara ini
diusahakan tidak terhalang oleh barang-barang seperti almari,
dinding, sekat-sekat, dan lain-lain.
5. Kelembaban udara dijaga antara 40% s/d 70%.
B. Pencahayaan
Penerangan ada dua macam, yaitu penerangan alami dan buatan.
Penerangan alami sangat penting dalam menerangi rumah untuk
mengurangi kelembaban. Penerangan alami diperoleh dengan masuknya
sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela, celah maupun bagian
lain dari rumah yang terbuka, selain berguna untuk penerangan sinar ini
juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau serangga
lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu, misalnya
untuk membunuh bakteri adalah cahaya pada panjang gelombang 4000 A
sinar ultra violet (Azwar, 1990).
Penyakit atau gangguan saluran pernapasan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan yang buruk. Lingkungan yang buruk tersebut dapat berupa
9
kondisi fisik perumahan yang tidak mempunyai syarat seperti ventilasi,
kepadatan penghuni, penerangan dan pencemaran udara dalam rumah.
Lingkungan perumahan sangat berpengaruh terhadap terjadinya ISPA
(Ranuh,1997).
C. Penghawaan
Kualitas udara dipengaruhi oleh adanya bahan polutan di udara. Polutan di
dalam rumah kadarnya berbeda dengan bahan polutan di luar rumah.
Peningkatan bahan polutan di dalam ruangan dapat pula berasal dari
sumber polutan di dalam ruangan seperti asap rokok, asap dapur,
pemakaian obat nyamuk bakar (Mukono, 1997).
Rumah yang sehat harus mempunyai suhu yang diatur sedemikian rupa
agar suhu badan dapat dipertahankan sehingga tubuh tidak terlalu banyak
kehilangan panas atau tubuh tidak sampai kepanasan. Agar diperoleh suhu
ruangan yang yang memenuhi syarat kesehatan (18°C – 30°C) dapat
dilakukan dengan melakukan pertukaran udara setempat (kipas angin) atau
dengan udara baru (AC/Exhauser).
12
ventilasi kurang baik maka akan meningkatkan kelembaban yang
disebabkan oleh penguapan cairan tubuh dan uap pernafasan.
Udara yang kurang mengandung uap air maka udara terasa kurang
nyaman dan berbau (pengab), sebaliknya jika udara mengandung banyak
uap air maka udara basah yang dihirup akan berlebihan sehingga
mengganggu fungsi paru-paru. Rumah yang lembab akan mudah
ditumbuhi oleh kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit infeksi,
khususnya penyakit infeksi saluran pernafasan. Sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 kelembaban
udara berkisar antara 40% -70%.
13
Aspek perumahan yang tidak sehat tentunya dapat meningkatkan kejadian
penularan diare, biasanya rumah yang tidak sehat itu tidak memakai
sumber air dan jamban yang bersih. Air minum yang bersih merupakan
hal yang paling penting bagi kesehatan keluarga sehingga dapat mencegah
terjadinya penularan diare. Penularan diare juga bergantung pada perilaku
hidup bersih dan sehat seperti kebiasaan mencuci tangan dan membuang
sampah pada tempatnya
3. Jelaskan hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan penularan dan
perjalan dari penyakit pada skenario !
a. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan,
kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan
penyakit.
14
sebagainya haruslah bersih, agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari
penyakit.
6. Menggunakan jamban sehat
Setiap rumah tangga harus memiliki dan menggunakan jamban leher angsa
dan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai penampung akhir.
7. Rumah bebas jentik
Adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik berkala tidak
terdapat jentik nyamuk.
Menurut Depkes RI (2004), jalur penularan penyakit dari tinja atau kotoran
manusia sebagai sumber penyakit melalui mulut sehingga menjadi sakit
dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Tinja atau kotoran manusia mengandung agent penyakit sebagai
sumber penularan bila pembuangannya tidak aman maka dapat
mencemari tangan, air, tanah, atau dapat menempel pada lalat dan
serangga lainnya yang menghinggapinya.
16
2. Air yang tercemar tinja dapat mencemari makanan yang selanjutnya
makanan tersebut dimakan oleh manusia atau air yang tercemar
diminum oleh manusia.
3. Tinja dapat mencemari tangan atau jari-jari manusia selanjutnya dapat
mencemari makanan pada waktu memasak atau menyiapkan makanan,
demikian juga yang telah tercemar dapat langsung kontak dengan
mulut.
4. Tinja secara langsung dapat mencemari makanan yang kemudian
makanan tersebut dimakan oleh manusia, melalui lalat/serangga
kuman penyakit dapat mencemari makanan yang kemudian dimakan
oleh manusia.
5. Melalui lalat atau serangga lainnya kuman penyakit dapat mencemari
makanan sewaktu hinggap dimakanan yang kemudian dimakan oleh
manusia.
6. Tinja juga dapat mencemari tanah sebagai akibat tidak baiknya sarana
pembuangan tinja atau membuang tinja disembarang tempat di mana
tanah tersebut selanjutnya dapat mencemari makanan atau kontak
langsung dengan mulut manusia.
17
Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun
secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia
seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare
berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia
sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja,
air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang
tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang
kotor.
Menurut WHO/UNICEF, standar emas pemberian makan pada bayi dan anak
adalah;
Mulai segera menyusui dalam 1 jam setelah lahir
Menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan, dan
Mulai umur 6 bulan bayi mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang
bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya dan
Meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan atau lebih.
ASI Eksklusif memiliki kontribusi yang besar terhadap tumbuh kembang dan daya
tahan tubuh anak. Anak yang diberi ASI Eksklusif akan tumbuh dan berkembang
secara optimal dan tidak mudah sakit.
Memberikan makanan kepada balita selama diare (usia 6 bulan ke atas) akan
membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
Anak yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur
akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan meningkatkan
risiko terkena diare kembali.
Untuk bayi berusia 0-6 bulan, hanya diberikan ASI saja sesuai keinginan anak,
paling sedikit 8 kali sehari; pagi, siang, malam hari. Jangan berikan makanan atau
minuman lain selain ASI. Jika ibu memberikan susu formula atau makanan lain,
dukung ibu untuk hanya memberikan ASI karena ASI saja mencukupi kebutuhan
bayi meskipun sedang diare. Susui bayi lebih sering, lebih lama, pagi,siang
maupun malam. Secara bertahap kurangi pemberian susu formula atau makanan
lain.
18
Untuk bayi berusia 6-24 bulan, teruskan pemberian ASI. Dan mulailah
memberikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) yang teksturnya lembut seperti
bubur, susu,pisang. Secara bertahap sesuai pertambahan umur berikan bubur tim
lumat ditambah kuning telur/ayam/ikan/tempe. Setiap hari berikan makanan
sebagai berikut;
Usia 6 bulan : 2 x 6 sdm
Usia 7 bulan : 2-3x7 sdm
Usia 8 bulan : 3 x 8 sdm
Selama diare dan selama masa penyembuhan berikan ASI lebih sering dan lebih
lama. Berikan makanan pendamping juga lebih sering, sedikit-sedikit, leboh
bervariasi dan lebih lembut. Pemberian ASI saat anak diare sangat diperlukan
karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh
bayi, berikan ASI hingga anak berusia 24 bulan.
Pada penderita diare mungkin dapat disertai dengan keadaan lactosa
intolerance, oleh karena itu sementara hindari pemberian makanan atau minuman
yang mengandung susu sampai diarenya membaik. Makanan yang pedas atau
banyak mengandung lemak dapat memperberat penyakitnya.
Berikut ini sejumlah kandungan makanan yang bisa membantu kesembuhan
penderita diare :
19
Makanan yang rendah lemak sangat baik dikonsumsi ketika diare karena lemak
jenuh dapat memperburuk kondisi tubuh yang melemah akibat kehilangan
cairan secara berlebihan. Hindari makanan berupa gorengan dan santan kental
ketika diare.
Buah, Sayur
Beberapa jenis buah yang memiliki kandungan zat tertentu sehingga membantu
mempercepat proses penyembuhan diare tersebut. Buah-buahan yang mempunyai
tekstur lembut dapat dijadikan asupan yang mampu meringankan gejala diare. Lalu
apa saja kategori buah-buahan yang dapat mengatasi diare? Berikut penjelasannya :
1. Pisang
Pisang merupakan jenis buah-buahan yang lembut dan lunak ketika dikonsumsi
serta dapat membantu menenangkan sistem saluran pencernaan yang terganggu
ketika proses pembentukan feses. Berikut beberapa kandungan yang terdapat
didalam pisang :
2. Wortel
Wortel merupakan jenis sayur-sayuran yang kaya akan nutrisi dan sangat baik
untuk sistem pencernaan. Selain itu, kandungan vitamin yang terdapat pada
wortel dapat meredakan kondisi usus yang tidak normal akibat diare. Ada
beragam cara untuk mengkonsumsi wortel yang dapat dijadikan sebagai
asupan kebutuhan nutrisi dari sayur-sayuran selama diare. Sebaiknya mengolah
wortel dengan cara direbus atau dihaluskan menjadi sebuah jus supaya sistem
pencernaan tidak kewalahan saat memprosesnya didalam usus.
20
Jenis Karbohidrat
1. Nasi
Nasi merupakan menu utama bagi kebanyakan orang di negara Asia. Namun
terlepas dari fungsinya sebagai asupan karbohidrat sehari-hari ternyata nasi juga
dapat membantu proses terbentuknya feses atau tinjau didalam usus serta
memadatkannya. Akan tetapi nasi merah dan nasi hitam ternyata tidak baik
dikonsumsi ketika diare karena kandungan serat yang tinggi didalamnya.
2. Kentang
Kentang merupakan jenis makanan yang mengandung karbohidrat tinggi dan
sangat baik dikonsumsi ketika diare. Pada umumnya kentang ini dijadikan
pilihan alternatif ketika tidak dapat mengkonsumsi nasi karena sebab tertentu.
Cara pengolahannya tidak boleh menggunakan minyak untuk menggoreng
karena kandungan gizi dan nutrisi didalamnya akan hilang sedangkan minyak
itu sendiri akan memperparah kondisi tubuh ketika diare.
Diagnosis holistik adalah Salah satu standar dalam praktik pelayanan kedokteran
keluarga, melihat individu sebagai bagian dari komunitasnya (keluarga, tempat
kerja, budaya, negara) dan memahami bahwa pasien merupakan seorang makhluk
yang utuh yang terdiri dari fisik, psikis dan jiwa (body, mind and spirit).
21
4. Aspek risiko eksternal dan psikososial: berasal dari lingkungan (keluarga,
tempat kerja, tetangga, budaya)
5. Derajat Fungsional: Kualitas Hidup Pasien. Penilaian dengan skor 1 – 5,
berdasarkan disabiltas dari pasien
A. Aspek Personal
Pada kasus skenario keluhan utamanya yaitu BAB encer seperti air lebih dari 10
kali sehari dan tidak adanya muntah pada skenario kasus diare ini, keluarga
pasien mengharapkan anaknya sembuh sehingga anaknya diantar ke puskesmas
dengan rasa kekhawatiran. Diare ini dapat disembuhkan apabila dilakukan
penatalaksanaan yang baik dan benar.
B. Aspek Klinis
Anamnesis
a. Keluhan Utama: BAB encer >10 kali sehari dan tidak ada muntah
Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja,
lendir dan/darah dalam tinja.
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.
Jumlah cairan yang masuk selama diare.
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi
makanan yang tidak biasa.
Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
Pemeriksaan Fisik
22
Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa
haus, turgor kulit abdomen menurun.
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut, dan lidah.
Berat badan.
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti nafas cepat
dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hypokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia).
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut:
o Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan).
Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan.
Keadaan umum baik, sadar.
Ubun ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada ,
mukosa mulut dan bibir basah.
Turgor abdomen baik, bising usus normal.
Akral hangat.
o Dehidrasi ringan sedang/tidak berat (kehilanagn cairan 5-10% berat badan).
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan.
Keadaan umum gelisah atau cengeng.
Ubun ubun besar sedikut cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir sedikit kering.
Turgor kurang, akral hangat.
o Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10%berat badan).
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda
tambahan.
Keadaan umum lemah, letargi atau koma.
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,
mukosa mulut dan bibir sangat kering.
Turgor sangat kurang dan akral dingin.
23
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tinja tidak ada telur cacing atau parasite usus
lainnya.
Rencana Terapi
Sesuai pada skenario sendiri bahwa pasien adalah bayi yang menyusui maka
disarankan rencana terapinya adalah:
Perilaku individu dan gaya hidup (life style) pasien, kebiasaan yang menunjang
terjadinya penyakit, atau beratnya penyakit.
Umur 6 bulan masih rentan untuk terkena berbagai jenis infeksi, kecuali
apabila dilakukan pengawasan kebersiahan yang baik dari peran orangtuanya
Saat ini anggota keluarga tidak ada yang mengalami diare, namun hal seperti
ini selalu di derita oleh kelurga pa anwar (ayah pasien)
Makanan yang didapatkan oleh pasien baik yaitu ASI dari ibunya dan
makanan tambahan
Pada skenario dijelaskan bahwa pak anwar bekerja sebagai pelayan toko
kelontong tradisional, hal ini harus diberitahukan kepada pa anwar sendiri
bahwa jika sehabis pulang bekerja disarannkan untuk membersihkan diri
terlebih dahulu dan jangan langsung bermain bersama anak anaknya.
Pada skenario di jelaskan bahwa rumah tinggal yang ditinggali oleh kelurga pa
anwar termasuk padat dengan berisi 9 orang dalam satu rumah panggung 4x7
meter.
24
Pada skenario dijaleskan bahwa kampung yang ditingali oleh keluarga pa
anwar belum ada fasilitas PAM, jadi mereka hanya mengandalkan air dari
sumur gali dan sebagian warga lainnya mengandalkan air sungai yang
mengalir di kampung yang mereka tinggali.
Belum semua rumah mempunyai MCK
Dari berbagai aspek risiko eksternal diatas bisa menimbulkan berbagai
penyakit
kesehatan akibat hygene maka peran dokter keluarga disini sangat penting
guna memberikan penyuluhan atas berbagai masalah yang ada di kampung
tersebut dan memberikan berbagai macam solusi yang dapat diatasi seperti
contohnya membuat air besih.
E. Derajat Fungsional
Kemampuan melakukan aktifitas fisik : tidak dijelaskan pada skenario dan juga
dilihat dari usia pasien yang masih 6 bulan
26
iii. Penyebarluasan Hasil Interpretasi
Hasil analisis dan interpretasi terhadap data yang telah dikumpulkan,
diumpanbalikkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada
pimpinan di daerah (kecamatan hingga Dinkes Propinsi) untuk
mendapatkan tanggapan dan dukungan penangganannya.
27
Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan
kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau
Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau
ketenagaan.
Prosedur Rujukan
c. Membuat surat rujukan dan juga melampirkan hasil diagnosis pasien dan
catatan medisnya;
28
i. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Askes, Jamkesmas, Jamkesda, SKTM
dan badan penjamin kesehatan lainnya tetap berlaku.
e. Membuat surat rujukan kepada sarana pelayanan kesehatan lebih tinggi dan
mengirim tembusannya. kepada sarana kesehatan pengirim pertama; dan
f. Membuat rujukan balik kepada fasilitas pelayanan perujuk bila sudah tidak
memerlukan pelayanan medis spesialistik atau subspesialistik dan setelah melihat
kondisi pasien.
29
8. Bagaimanakah penatalaksanaan pada kasus di skenario?
1. Berikan oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai memberikan
oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan seperti air tajin,
kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit
yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual
dan muntah. Oralit merupakan cairan terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di
bawa ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pertolongan cairan melalui
infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
a) Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah atau lebih :
- Keadaan umum : baik
- Mata : normal
- Rasa haus : normal
- Turgor kulit : kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi :
o Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
o Umur > 1 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
o Umur diatas 5 tahun : 1 - 1½ gelas setiap kali anak mencret
30
c) Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah atau lebih :
- Keadaan umum : lesu, lunglai, atau tidak sadar
- Mata : cekung
- Rasa haus : tidak bis minum atau malas minum
- Turgor kulit : kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke puskesmas
untuk di infus.
5. Pemberian nesehat
Ibu dan pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila
- Diare lebih sering
32
- Muntah berulang
- Sangat haus
- Makan/minum sedikit
- Timbul demam
- Tinja berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari.
33
BAB III
Kesimpulan
34
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi V. Jakarta:
InternaPublishing
Annisa V. Kajian Dokter Layanan Primer oleh ISMKI. 2013. p. 1–12. Available
from: http://issuu.com/vichaannisa/docs/kajian_dlp_oleh_ismki.doc
Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer On Family
Medicine Practice. Singapore International Foundation : Singapore.
Diarrhoea: Why children are still dying and what can be done, UNICEF/WHO,
Geneva : 2009.
Entjang, I., 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cetakan ke XIII. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti.
Irianto, J. dkk, 1996. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak
Balita, Buletin Penelitian Kesehatan, Th 1996, No. 24: 494-499.
Subdit Pengendalian Diare dan Penyakit Pencernaan Lainnya. 2011. Buletin Situasi
Diare di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK-Yarsi : Jakarta
35
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga Medical Series.
________. 2009. Panduan Penyelenggaraan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia,
Jakarta.
36
37
38
39