Professional Documents
Culture Documents
REFLEKSI KASUS
Disusun oleh:
Najwa Farhana
30101307020
Pembimbing :
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A, M.Si. Med
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A, M.Si. Med
dr. Neni Sumarni, Sp. A
dr. Adriana Lukmasari, Sp. A
dr. Harancang Pandih Kahayana, Sp. A
NIM : 30101307020
Pembimbing
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. N.U.R
Umur : 1 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Sinar Surya IV/939C 10/01
Bangsal : Nakula IV
No. CM : 361xxx
Masuk RS : 12 Agustus 2017
1. ANAMNESIS ( ALLOANAMNESIS )
Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita pada tanggal 15
Agustus 2017 di ruang Nakula IV dan didukung dengan catatan
medis.
a. Keluhan Utama
Kejang
b. Keluhan tambahan
BAB cair (+); Muntah (+); Batuk (+); pilek (+)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk rumah sakit :
- Dua hari SMRS pasien BAB cair 5 kali dalam 1 hari,
terdapat ampas pada tinjanya. Tidak terdapat lendir, dan
darah pada tinja. Pasien juga muntah-muntah setiap makan.
Pasien menolak makan dan sering menangis. Pasien juga
batuk berdahak namun dahak sulit dikeluarkan yang tidak
teru-menerus. Pasien juga pilek disertai ingus berwarna
putih encer. Sebelumnya pasien dititipkan ke tempat
penitipan anak karena ibu sudah mulai bekerja.
- Satu hari SMRS pasien demam tinggi yang timbul
mendadak. Demam diukur dengan termometer oleh ibu
didapatkan suhu 38,50C. Demam dirasa terus-menerus dan
belum membaik dengan pemberian obat penurun panas.
Pasien menjadi semakin rewel dan susah makan. Pasien
masih BAB cair 3 kali dalam 1 hari, terdapat ampas, tidak
ada lendir dan darah pada tinja. Pasien masih batuk-pilek.
- Tiga jam SMRS pasien kejang 1 kali dirumah selama kurang
lebih 2 menit. Kejang terjadi saat demam. Saat kejang kaki
dan tangan kaku, menggenggam, berkelonjotan, tidak mata
melihat ke atas, dan tidak ada busa yang keluar dari mulut.
Sebelum kejang pasien sadar, saat kejang tidak sadar, dan
setelah kejang pasien sadar namun tampak lemah dan
langsung menangis.
- Pasien kemudian dibawa ke IGD RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro setelah kejang. Saat di IGD pasien tidak
kejang, masih demam, dan lemas. Suhu pasien di IGD
39,20C. Dokter IGD melakukan penanganan awal dengan
pemberian infus 2A½ N 8 tpm, injeksi dexamethason 3x¼
ampul, dan injeksi paracetamol 72 mg. Pasien kemudian
disarankan untuk rawat inap dikarenakan suhu badan pasien
tinggi.
Setelah masuk rumah sakit
- Hari ke-1 perawatan di rumah sakit (12/8/2017)
Pasien tampak sakit sedang, kejang (-), dan demam dirasa
sudah turun. Pasien masih BAB cair 3 kali, terdapat ampas,
darah (-), lendir (-). Pasien juga muntah berupa makanan dan
cairan jika diminumkan obat. Pasien masih batuk dan pilek.
BAK tidak ada keluhan. Perawatan dirumah sakit berupa
melanjutkan pengobatan dari IGD ditambah injeksi Ca
glukonas 2x3,5 cc IV perlahan.
KU kurang aktif, HR : 120x/mnt RR : 24x/mnt T : 36,50C
- Hari ke-2 perawatan di rumah sakit (13/08/2017)
Pasien tampak sakit ringan, kejang (-), demam dirasakan
sudah turun. BAB 1 kali cair, darah (-), lendir (-). Batuk (+),
pilek (+),mual (-); muntah (-), BAK tidak ada keluhan.
KU kurang aktif, HR : 100x/mnt RR : 22x/mnt T : 36,70C
- Hari ke-3 perawatan di rumah sakit (14/08/2017)
Pasien tampak sakit ringan, kejang (-), demam (-) dan perut
kembung. Batuk (+), pilek (+), mual (-); muntah (-), BAB
cair 1 kali, BAK tidak ada keluhan. Perawatan di rumah
sakit berupa infus 2A ½ N dan NaCl 3% 3 meq 21 cc/jam,
zink 1x20 mg, injeksi rantidin 2x ¼ ampul, inj ca glukonas
dihentikan, puyer ambroxol 1/6 tab; cetirizine ¼ tab; methil
predinisolon 0,5 mg 3x1, syrup paracetamol ¾ cth jika
pasien demam, dan gentamicin 1x35 mg jika masih BAB
cair.
KU kurang aktif, HR : 92x/mnt RR : 22x/mnt T : 370C
- Hari ke-4 perawatan di rumah sakit (15/08/2017)
Pasien tampak sakit ringan, kejang (-), demam (-), batuk (-),
pilek (-) BAB 1 kali konsistensi lembek, BAK tidak ada
keluhan. Perawatan di rumah sakit berupa infus 2A ½ N dan
NaCl 3% 3 meq 21 cc/jam.
KU aktif, HR : 110x/mnt RR : 22x/mnt T : 36,70C
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat kejang sebelumnya disangkal
- Riwayat trauma kepala disangkal
- Riwayat diare diakui beberapa minggu yang lalu tapi sudah
sembuh
- Riwayat batuk-pilek diakui beberapa hari yang lalu
- Riwayat sakit telinga yang ditandai dengan telinga keluar
cairan disangkal
e. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat kejang pada keluarga disangkal
- Riwayat epilepsi pada keluarga disangkal
- Riwayat batuk lama pada keluarga disangkal
f. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan merupakan anak
pertama. Ayah seorang wirasawasta dan ibu bekerja sebagai
karyawan swasta dan baru kembali bekerja. Sehari-hari pasien
diasuh oleh ibu, ketika ibu bekerja pasien diasuh oleh nenek,
namun beberapa hari ini dititipkan di tempat pengasuhan anak.
Keadaan rumah pasien cukup luas dan memiliki ventilasi yang
cukup. Biaya pengobatan ditanggung sendiri (rencana BPJS non
PBI).
Kesan : Sosial ekonomi cukup
g. Riwayat Persalinan dan Kehamilan :
Saat hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke
dokter. Pasien merupakan anak perempuan yang lahir dari ibu
G1P0A0, Usia 23 tahun, hamil 38 minggu, lahir secara SC ditolong
oleh dokter atas indikasi oligohidramnion, ketuban pecah sebelum
persalinan, terdapat masalah pada ibu waktu persalinan berupa
leukositosis (22.000), langsung menangis, berat badan lahir 3250
gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala dan lingkar dada saat
lahir ibu tidak ingat, tidak ada kelainan bawaan. Pasien tidak
dirawat di ruang bayi resiko tinggi.
Kesan : neonatus aterm, vigorous baby, lahir secara SC
h. Riwayat Pemeliharaan Prenatal :
Ibu memeriksakan kandungannya secara teratur ke dokter
kandungan. Mulai saat mengetahui kehamilan hingga usia
kehamilan 7 minggu pemeriksaan dilakukan 1x/bulan. Saat usia
kehamilan memasuki usia kandungan ke-8 bulan, pemeriksaan
rutin dilakukan 2x/bulan hingga lahir. Selama hamil ibu telah
mendapat suntikan TT 2x Ibu mengaku tidak pernah menderita
penyakit selama kehamilan. Riwayat perdarahan dan trauma saat
hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun
minum jamu disangkal.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik
i. Riwayat Pemeliharaan Postnatal :
Pemeliharaan postnatal dilakukan di dokter kandungan dan anak
dalam keadaan sehat.
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik
j. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak :
Pertumbuhan :
Lahir Juni Juli Agustus
BB (gram) 3250 6800 7000 7200
PB (cm) 49 69 70 71,2
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 15 Agustus 2017, di ruang
Nakula IV RSUD K.R.M.T Wongsonegoro, Semarang
Keadaan Umum : tampak sakit sedang, kompos mentis, kejang (-)
rewel
a. Tanda Vital
i. Nadi : 110 x/menit, reguler, isi tegangan cukup
ii. Pernapasan : 22 x/menit,
iii. Suhu : 36,5 0C (Axilla)
b. Status Gizi
Anak perempuan, usia 15 bulan
Berat Badan : 7,2 kg
Panjang Badan : 71,5 cm
Nilai simpang baku : selisih kasus dengan standar +1SD atau -1SD.
(BB anak bila lebih besar dari median berarti nilai +1SD dikurangi
median, BB anak bila kurang dari median berarti nilai median
dikurangi -1SD)
c. Status Internus
- Kepala : Normocephale, ubun-ubun besar tidak menonjol, kulit
kepala tidak ada kelainan, rambut hitam dan distribusi merata,
tidak ada kaku kuduk
- Kulit : Tidak sianosis, turgor agak melambat, petechie (-)
- Mata : Cekung (+), Pupil bulat, isokor, Ø 4mm/ 4mm, refleks
cahaya (+/+) normal, konjungtiva bulbi anemis (-/-),injeksi
konjungtiva (-/-)
- Hidung : Bentuk normal, sekret (+/+) serous berwarna bening,
nafas cuping hidung (-)
- Telinga : Bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-
/-)
- Mulut : Bibir kering (-) berdarah (-), sianosis (-), pendarahan
gusi (-), lidah kotor (-), tidak tremor
- Tenggorok: tonsil ukuran T2-T2, permukaan rata, kripte tonsil
tidak melebar, hiperemis (-)
- Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe mandibula (-).
- Thorax
1. Paru
Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris
dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi
suprasternal, intercostal dan epigastrial (-).
Palpasi : sterm fremitus dextra et sinistra simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar : vesikuler suara tambahan
: ronki (-/-), wheezing (-/-)
2. Jantung
Inspeksi : pulsasi Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial
linea mid clavicula sinistra, tidak melebar, tidak
kuat angkat
Perkusi batas jantung: Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-),
bising (-)
- Abdomen :
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi :supel, defense muscular (-), nyeri
tekan regio epigastrium (-)
- Genitalia : perempuan, tidak ada kelainan
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Petechie -/- -/-
Capillary Refill Time <2" <2"
- Tanda Dehidrasi
Keadaan Umum : Rewel
Mata : cekung
Keinginan minum : Kehausan
Turgor Kulit : Kembali agak lambat
- Status Neurologis :
Rangsang meningeal :
1. Kaku Kuduk : negatif
2. Brudzinsky I-IV
a. Neck Sign : negatif
b. Cheek Sign : negatif
c. Symphisis Sign : negatif
d. Leg Sign : negatif
3. Kernig Sign : negatif
Pemeriksaan Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Reflek Fisiologis (+) N/ (+) N (+) N/ (+) N
Reflek Patologis (-)/ (-) (-)/ (-)
Klonus (-)/ (-)
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan hematologi, kimia klinik, dan widal tanggal 29 Juli
2017
Pemeriksaan 12/8/17 14/8/17 16/8/17 Satuan Nilai Normal
Hematologi
- Hemoglobin 11,0 10,9 12,3 g/dL 11-15
- Hematokrit 31,20 32,20 37,60 % 35-47
- Jumlah Leukosit 7.4 7.3 9.4 /uL 3.6-11.0
- Jumlah trombosit 198 282 292 /uL 150-400
Kimia Klinik
- GDS 139 mg/dL 70-115
- Natrium 137.0 131.0 134 mmol/L 135.0-147.0
- Kalium 3.80 3-90 5.6 mmol/L 3.50-5.0
- Calsium 1.06 1.22 1.11 mmol/L 1.12-1.32
Feses Rutin
Warna Hijau -
Konsistensi Lembek Lembek
Bau Khas
Lendir Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Amoeba Negatif Negatif
Telur cacing Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Karbohidrat Negatif Negatif
Eritrosit 0-1
Leukosit 2-4
Bakteri Pos (+2)
Jamur
Lain-lain
III. RESUME
Seorang anak perempuan usia 15 bulan datang IGD RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang dengan keluhan utama kejang dan keluhan
tambahan demam tinggi (+), BAB cair dan sering (+), dan mual (+). Kejang
muncul 1 kali durasi kurang lebih 2 menit dan sebelumnya didahului demam
tinggi. Lengan dan kaki kaku serta berkelojotan, mata melihat ke atas dan
tidak ada busa yang keluar dari mulut dan lidah tidak tergigit, saat kejang
pasien tidak sadar, setelah kejang pasien sadar lalu menangis. BAB 5 kali
sehari konsistensi cair tanpa disertai lendir dan darah sejak 2 hari SMRS.
Demam dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit disertai batuk
(+), pilek (+), lemas (+), penurunan nafsu makan (+).
V. DIAGNOSIS KERJA
1. Diagnosis utama : Kejang Demam Simpleks
2. Diagnosis komorbid : Diare Akut tanpa Tanda Dehidrasi Berat
Infeksi Respiratorik Akut Atas
3. Diagnosis komplikasi :-
4. Diagnosis gizi : Gizi kurang
• Kondisi Umum
• Tanda Vital
• Kejang berulang
Ip Ex:
P/ O
PCT syr 3 x 1cth
Zinc 1 x 20 mg
L-Bio 2 x 1 sach
Ip Mx
Keadaan umum
Tanda vital
Tanda dehidrasi
Ip Ex
Memberikan makanan dan susu yang bergizi
Biasakan mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan
minuman dan setelah BAB dan BAK
Jaga kebersihan lingkungan
Bila anak diare buatkan oralit
Jika anak panas berikan obat turun panas sesuai anjuran dokter.
Menjelaskan kepada ibu agar anak tidak bermain ditempat yang kotor
dan tanah yang basah.
Selalu menjaga kebersihan alat masak dan makan.
Berikan makanan sesuai dengan kelompok umur anak
VII. PROGNOSIS
Qua ad vitam = ad bonam
Qua ad sanam = ad bonam
Qua ad fungsional = ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38OC) akibat suatu proses ekstra kranial.
Menurut consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah
suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan
5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu.(1)
II. KLASIFIKASI
Menurut ILAE, Commision on Epidemiology and prognosis.
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Berlangsung singkat (< 15 menit)
Umumnya akan berhenti sendiri
Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
Merupakan 80% diantara seluruh kejang demam
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi atau kejang umum yang
didahului kejang parsial. Kejang berulang dalah kejang 2 kali atau lebih
dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi
pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam
Perbedaan kejang demam dengan kejang disertai demam (Proses intrakranial)
Kejang demam Kejang disertai demam
Faktor predisposisi Besar Kecil / tidak bermakna
genetik
Lama kejang 1-3 min, jarang > 10 mnt
kejang lama
Manifestasi klinis Pada saat demam, Infeksi SSP
pada saat kejang sebagian besar krn (ensefalitis,meningitis)
ISPA
1. Kelainan neurologis
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung 5
IV. EPIDEMIOLOGI
Kejang demam adalah penyebab demam tersering pada anak-anak.
Angka kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di AS, Amerika Serikat,
dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan angka kejadiannya lebih tinggi dari 10-
15%. Peack incidence pada usia 14-18 bulan. Kejang demam agak lebih
sering dijumpai pada anak laki daripada perempuan, dengan perbandingan
1,4 dan 1,2:1. Predisposisi genetik diperkirakan berperan pada penderita
kejang demam yang memiliki saudara kandung dan orang tua dengan
riwayat kejang demam. Gen yang diperkirakan memiliki peranan penting
adalah gen pada kromosom 19p dan 8p13-21. Pola pewarisannya adalah
denga cara autosomal dominan. 3-5
V. ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebabnya kejang
demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, radang
telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak
selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak
begitu tinggi dapat menyebabkan kejang. 3-5
VI. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan suatu energy yang didapat dari metabolism. Bahan buku untuk
metabolism otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan
diteruskan keotak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energy otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. 5
IX. PENATALAKSANAAN
1. Saat Kejang
Dalam keadaan kejang obat yang paling cepat dalam menghentikan
kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosisnya
adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit
atau dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maksimal 20 mg. diazepam
dalam bentuk rectal dapat diberikan di rumah saat kejang. Dosis
diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan
lebih dari 10 kg atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di
bawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk di atas usia 3 tahun. Kejang
yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulangi dengan cara
dan dosis yang sama dalam interval waktu 5 menit. 7
2. Saat demam
Pemberian obat saat demam dapat digunakan antipiretik dan anti
konvulsan. Antipiretik sangat dianjurkan walaupun tidak ada bukti bahwa
penggunaannya dapat mengurangi resiko terjadinya kejang demam.
Dapat diberikan asetamenofen berkisar 10-15 mg/kg/kali diberikan 3 kali
sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4
kali sehari. 7
Pmekainan diazepam oral dosis 0,3 mg/kgbb setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang, dapat juga diberikan
diazepam rektal 0,5 mg/kbgg setiap 8 jam pada suhu >38,5˚C.
Fenobarbital, karbamazepin, denitoin pada saat demam tidak berguna
untuk mencegah kejang demam. 7
X. PENGOBATAN RUMATAN
Pengobatan rumatan yang diberikan bila kejang demam menunjukkan
cirri sebagai berikut:
XI. KOMPLIKASI
- Kejang demam berulang
Sekitar sepertiga dari semua anak dengan pengalaman berulangnya kejang
demam sejak kejang demam pertama. 8
- Epilepsi
XII. PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik.
Dari penelitian yangada, frekuensi terulangnya kejang berkisar antara 25%-
50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Apabila melihat kepada
umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga, Lennox-Buchthal(1973)
mendapatkan:
- Pada anak berumur <13 tahun, terulangnya kejang demam pada wanita 50% danpria
33%
- Pada anak berumur 14 bulan-3 tahun dengan riwayat keluarga adanya
kejang,terulangnya kejang adalah 50%, sedang pada tanpa riwayat kejang
25%
XIII. PENCEGAHAN
Edukasi pada Orang Tua
- Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis yang
baik
- Memberitahukan cara penanganan kejang
- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
- Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus
diingat adanya efek samping obat. 7,8
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA