You are on page 1of 11

PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT

DEPRESI PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL WENING WARDOYO


UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

Neky Noorwinda Idealita


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT

Depression is a period of disturbed human functions by feeling sad, hopeless and helpless,
and having suicidal thought. The adequate management for depression in elderly people can be
performed by doing exercises or sports. One form of exercises is ergonomic gymnastics. Through
ergonomic gymnastics, the elderly people with depression are trained to do regular breath, to improve
blood flow and to stimulate nerves, as well as to stimulate the release of happiness hormones
(endorphins, dopamine, endogenous opioids). The purpose of this study is to analyze the influence of
ergonomic gymnastics toward to decrease depression level in elderly people at Wening Wardoyo
Social Rehabilitation Unit Ungaran.
The was a quasi-experimental study with pretest-posttest with control group design. The
population in this study was all elderly people at the Wening Wardoyo Social Rehabilitation Unit
Ungaran as many as 96 people. The samples in this study were 30 respondents in which 15
respondents in the intervention group and 15 respondents in the control group. The data were sampled
by using purposive sampling technique whereas data instrument used the Geriatric Depression Scale
(GDS). The data analysis used parametric t-test.
The results of this study indicated that there was an influence of ergonomic gymnastics to
decrease depression levels in elderly people at Wening Wardoyo Social Rehabilitation Unit Ungaran
with p-value of 0.000 <  (0.05).
For the society, the elderly people, and health workers should use ergonomic gymnastics as
an alternative intervention for the management to decrease depression levels.

Keywords: ergonomic gymnastics, depression, depression levels of elderly people

PENDAHULUAN Berdasarkan data penduduk Indonesia


yang dikeluarkan oleh BPS, orang lanjut usia
Lanjut usia merupakan suatu proses alami di Indonesia paling banyak berada di
yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Semua orang akan mengalami proses menjadi Apabila dilihat dari laju pertambahan
tua dan masa tua merupakan masa hidup penduduk, maka jumlah orang lanjut usia
manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kenaikan sebesar 72%, sedangkan
mengalami kemunduran fisik, mental dan jumlah penduduk seluruhnya mengalami
sosial secara bertahap (Azizah, 2011). kenaikan 32%. Hal ini menunjukkan bahwa
Menurut Dinas Kependudukan Amerika kelompok lanjut usia naik lebih dari dua kali
Serikat (1999) dalam Padila (2013), jumlah dibandingkan dengan laju pertambahan
populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih penduduk seluruhnya (Indriana, 2012).
diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang Implikasi ekonomis yang penting dari
dan diproyeksikan menjadi 2 miliar pada tahun peningkatan jumlah penduduk lanjut usia
2050, pada saat itu lansia akan melebihi adalah peningkatan ratio ketergantungan usia
jumlah populasi anak (0-14 tahun). Di lanjut yang disebabkan kemunduran fisik,
Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan psikis dan sosial lanjut usia yang dapat
pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34% digambarkan melalui tiga tahap yaitu,
berjumlah 28.822.879 jiwa. kelemahan, keterbatasan fungsional,
ketidakmampuan, dan keterhambatan yang

Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi 1
Sosial Wening Wardoyo Ungaran
dialami bersamaan dengan proses kemunduran gejala depresi pada lansia. Depresi menyerang
akibat proses menua (Azizah, 2011). 10-15% lansia 65 tahun keatas yang tinggal
Akibat dari proses penuaan menimbulkan dikeluarga dan angka depresi meningkat secara
beberapa perubahan, meliputi perubahan fisik, drastis pada lansia yang tinggal di institusi,
mental, spiritual, psikososial adaptasi terhadap dengan sekitar 50-75% penghuni perawatan
stres mulai menurun. Menurut Maramis jangka panjang memiliki gejala depresi ringan
(1995) dalam Azizah (2011), pada lanjut usia sampai sedang (Stanley & Beare, 2007 dalam
permasalahan yang menarik adalah kurangnya Azizah, 2011).
kemampuan dalam beradaptasi secara Dampak gangguan depresi pada lanjut
psikologis terhadap perubahan yang terjadi usia yang berada di institusi berasal dari faktor
pada dirinya. Penurunan kemampuan psikologis dan faktor psikososial yang saling
beradaptasi terhadap perubahan dan stres berinteraksi secara merugikan dan
lingkungan sering menyebabkan gangguan memperburuk kualitas hidup dan produktifitas
psikososial pada lansia. Masalah kesehatan kerja pada lanjut usia. Faktor psikologis
jiwa yang sering muncul pada lansia adalah meliputi kondisi sosial ekonomi dan
gangguan proses pikir, dementia, gangguan kepribadian premorbid, sedangkan faktor
perasaan seperti depresi, harga diri rendah, psikososial yang berpengaruh adalah
gangguan fisik dan gangguan prilaku (Azizah, berkurangnya interaksi sosial dan dukungan
2011). sosial mengakibatkan penyesuaian diri yang
Depresi pada lanjut usia terus menjadi negatif pada lansia (Kaplan dan Sadock, 2010).
masalah kesehatan mental yang serius Penatalaksanaan yang adekuat untuk
meskipun pemahaman kita tentang penyebab depresi pada lansia menggunakan kombinasi
depresi dan perkembangan pengobatan terapi psikologis dan farmakologis disertai
farmakologis dan psikoterapeutik sudah pendekatan multidisiplin yang menyeluruh
sedemikian maju. Gejala-gejala depresi ini (Sudoyo dkk, 2009). Program latihan efektif
sering berhubungan dengan penyesuaian yang dalam menurunkan keparahan kondisi akibat
terhambat terhadap kehilangan dalam hidup stres seperti hipertensi, kegemukan, sakit
dan stressor. Stressor pencetus seperti pensiun kepala migrain, keletihan, keletihan mental,
yang terpaksa, kematian pasangan, dan depresi (McCubbin & McCubbin, 1993
kemunduran kemampuan atau kekuatan fisik dalam Potter & perry, 2005). Untuk
dan kemunduran kesehatan serta penyakit meningkatkan daya tahan dan kekebalan baik
fisik, kedudukan sosial, keuangan, penghasilan fisik maupun mental, olah raga adalah salah
dan rumah tinggal sehingga mempengaruhi satu caranya. Misalnya, jalan pagi, lari pagi,
rasa aman lansia dan menyebabkan depresi ataupun senam yang dapat dilakukan setiap
(Friedman, 1998 dalam Azizah, 2011). hari atau paling tidak 2 kali seminggu (Hawari,
Hawari (2008), menyebutkan Depresi 2008). Salah satu senam yang dapat dilakukan
adalah gangguan alam perasaan (mood) yang adalah senam ergonomis sebagai latihan senam
ditandai dengan kemurungan dan kesedihan rutin setiap hari, atau sekurang-kurangnya 2-3
yang mendalam dan berkelanjutan sehingga kali seminggu (Sagiran, 2012).
menyebabkan hilangnya kegairahan hidup, Senam ergonomis adalah senam
tidak mengalami gangguan dalam menilai fundamental yang gerakannya sesuai dengan
realitas (Reality Testing Ability/RTA masih susunan dan fungsi fisiologis tubuh. Tubuh
baik), kepribadian yang utuh (tidak mengalami dengan sendirinya terpelihara homeostasisnya
keretakan kepribadian/spliting of personality), (keteraturan dan keseimbangannya) sehingga
perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam tetap dalam keadaan bugar. Gerakan-gerakan
batas-batas normal. ini juga memungkinkan tubuh mampu
Prevalensi depresi pada lansia tinggi mengendalikan, menangkal beberapa penyakit
sekali, sekitar 12-36% lansia yang menjalani dan gangguan fungsi sehingga tubuh tetap
rawat jalan mengalami depresi. Angka ini sehat. Senam ergonomis merupakan
meningkat menjadi 30-50% pada lansia dengan kombinasi dari gerakan otot dan pernafasan,
penyakit kronis dan perawatan lama yang pada saat gerakan berdiri sempurna seluruh
mengalami depresi (Mangoenprasodjo, 2004 saraf menjadi satu titik pada pengendaliannya
dalam Azizah, 2011). Menurut Kaplan et all di otak dan saat itu pikiran dikendalikan oleh
(2010), kira-kira 25% komunitas lanjut usia kesadaran akal untuk sehat dan bugar, dan
dan pasien rumah perawatan ditemukan adanya pada saat badan membungkuk dalam gerakan

2 Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran
tunduk syukur dapat memasok oksigen ke METODOLOGI PENELITIAN
kepala dan menambah aliran darah kebagian
atas tubuh terutama kepala yang dapat Desain Penelitian
menstimulasi respon relaksasikan tubuh kita Desain penelitian yang digunakan oleh
dari seluruh ketegangan fisik dan mental peneliti adalah rancangan eksperimen semu
(Sagiran, 2012). Latihan meningkatkan (Quasi Eksperiment Design) dengan jenis
pelepasan opioid endogen yang menciptakan rancangan pretest posttest dengan kelompok
perasaan sejahtera (McCubbin & McCubbin, kontrol (Pretest-Posttest with Control Group).
1993 dalam Potter & perry, 2005). Melalui
senam ergonomis, lansia yang mengalami Populasi dan Sampel
depresi dilatih untuk melakukan olah nafas,
melancarkan darah dan stimulasi syaraf, serta Populasi
merangsang pelepasan hormon (endorfin, Populasi pada penelitian ini adalah
opioid endogen) (Haruyama, 2011). seluruh lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
Berdasarkan studi pendahuluan yang Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten
peneliti lakukan di Unit Rehabilitasi Sosial Semarang sebanyak 100 lansia.
Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten
Semarang, didapatkan data bahwa jumlah Sampel
lansia yang tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Pengambilan sampel pada penelitian ini
Wening Wardoyo Ungaran saat ini sebanyak menggunakan purposive sampling yaitu
100 lansia. Ketua Unit Rehabilitasi Sosial pengambilan sampel yang didasarkan pada
Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
Semarang mengatakan bahwa sebagian besar peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening populasi yang sudah diketahui sebelumnya
Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang dengan cara mengidentifikasi semua
mengalami depresi atau sekitar 70%. Peneliti karakteristik populasi.
mengajukan kuesioner Geriatric Depression Dalam penelitian ini, peneliti mengambil
Scale (GDS) untuk mengukur tingkat depresi sampel sebanyak 30 lansia dimana kelompok
dengan mengambil 15 lansia secara acak intervensi berjumlah 15 lansia dan kelompok
didapatkan 4 lansia mengalami depresi tingkat kontrol berjumlah 15 lansia yang memenuhi
berat, 6 lansia berada pada tingkat sedang , 4 kriteria inklusi dan eksklusi.
lansia berada pada tingkat ringan , dan 1 lansia Adapun kriteria inklusi dalam penelitian
tidak ada depresi. Sejauh ini penanganan ini adalah : 1) Lansia yang mengalami depresi;
depresi yang sudah dilakukan pasien di Unit 2) Lansia yang bersedia sebagai responden
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran dan diberikan senam ergonomis; 3) Lansia
Kabupaten Semarang hanya dengan yang tidak memiliki gangguan fisik.
mendengarkan musik dan bercanda bersama Sedangkan kriteria eksklusi dalam
teman-teman lansia dan dengan perawat yang penelitian ini adalah: 1) Lansia yang tidak
bertugas di Unit Rehabilitasi Sosial Wening kooperatif yaitu yang tidak mengikuti kegiatan
Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang, secara penuh; 2) Lansia dengan demensia
belum mengaplikasikan cara menangani berat; 3) Lansia dengan depresi berat.
depresi pada lansia dengan senam ergonomis.
Senam ergonomis terdiri dari gerakan Tempat dan waktu Penelitian
yang menyerupai gerakan sholat, sehingga Penelitian ini dilakukan di Unit
lansia mudah mengaplikasikan gerakan senam Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran
ini. Berdasarkan fenomena diatas peneliti Kabupaten Semarang pada tanggal 11 sampai
tertarik untuk mengambil masalah penelitian 14 Maret 2014.
tentang “pengaruh senam ergonomis terhadap
penurunan tingkat depresi pada lansia di Unit Pengumpulan Data
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Sumber data pada penelitian ini adalah
Kabupaten Semarang”. data primer. Data primer terdiri dari
pengukuran tingkat depresi pada lansia.
Instrumen pengumpul data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS)

Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi 3
Sosial Wening Wardoyo Ungaran
untuk mengukur tingkat depresi pada lansia lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening
yang terdiri dari 30 poin pernyataan. Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang pada
awal dan akhir penelitian terhadap kelompok
Analisa Data intervensi dan kelompok kontrol.

Analisis Univariat Analisis Bivariat


Analisis ini dilakukan dengan tujuan Analisis ini dilakukan dengan tujuan
untuk menjelaskan atau mendiskripsikan untuk menguji variabel-variabel penelitian
karakteristik tiap variabel penelitian secara yaitu variabel independen dengan variabel
terpisah dengan cara membuat tabel rata-rata dependen. Hal ini berguna untuk membuktikan
yang menghasilkan distribusi frekuensi dari atau menguji hipotesis yang telah dibuat.
masing-masing variabel. Menguji komparatif rata-rata dua sampel
Dalam penelitian ini, peneliti dengan menggunakan uji statistik parametrik
menggunakan analisis univariat distribusi karena datanya berbentuk interval.
frekuensi yang menggambarkan dua variabel Hasil uji kesetaraan data dengan
penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel. membandingkan hasil pengukuran pretest pada
Adapun variabel yang dianalisis adalah tingkat masing-masing kelompok dengan uji statistik
depresi pada lansia kelompok intervensi t-test independent. Hasil uji t-test independent,
sebelum dan sesudah diberikan senam diperoleh nilai t hitung sebesar 0,581 dengan
ergonomis, serta perbedaan tingkat depresi p-value 0,566.

HASIL PENELITIAN

Analisis Univariat

Tingkat Depresi Lansia Sebelum Diberikan Senam Ergonomis pada Kelomok Intervensi dan Kontrol
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi Lansia Sebelum Diberikan Senam
Ergonomis pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran Kabupaten Semarang, 2014
Intervensi Kontrol
Depresi
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
Tidak Depresi 0 0,0 0 0,0
Depresi Ringan 7 46,7 6 40,0
Depresi Sedang 8 53,3 9 60,0
Jumlah 15 100 15 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui lansia (53,3%), sedangkan pada kelompok


bahwa sebelum diberikan senam ergonomis, kontrol sebagian besar lansia juga mengalami
sebagian besar lansia kelompok intervensi depresi sedang sejumlah 9 lansia (60,0%).
mengalami depresi sedang, yaitu sejumlah 8

Tingkat Depresi Lansia Sesudah Diberikan Senam Ergonomis pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi Lansia Sesudah Diberikan Senam
Ergonomis pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran Kabupaten Semarang, 2014
Intervensi Kontrol
Depresi
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
Tidak Depresi 1 6,7 0 0,0
Depresi Ringan 11 73,3 8 53,3
Depresi Sedang 3 20,0 7 46,7
Jumlah 15 100 15 100

4 Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui lansia (73,3%), sedangkan pada kelompok
bahwa sesudah melakukan senam ergonomis, kontrol yang tidak melakukan senam, sebagian
sebagian besar lansia kelompok intervensi besar lansia mengalami depresi ringan,
mengalami depresi ringan, yaitu sejumlah 11 sejumlah 8 lansia (53,3%).

Analisis Bivariat

Perbedaan Tingkat Depresi Lansia Sebelum dan Sesudah Melakukan Senam Ergonomis pada
Kelompok Intervensi
Tabel 3.
Perbedaan Tingkat Depresi Lansia Sebelum dan Sesudah Melakukan Senam Ergonomis pada
Kelompok Intervensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten
Semarang, 2014
Variabel Perlakuan n Mean Sd T p-value
Tingkat Depresi Sebelum 15 20,07 3,105 6,194 0,000
Sesudah 15 16,80 3,950

Hasil uji t dependent menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan tingkat depresi
nilai t hitung sebesar 6,194 dengan p-value lansia sebelum dan sesudah melakukan senam
sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < ergonomis di Unit Rehabilitasi Sosial Wening
 (0,05), ini menunjukkan bahwa ada Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang.

Perbedaan Tingkat Depresi Lansia Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol
Tabel 4.
Perbedaan Tingkat Depresi Lansia Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol di
Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang, 2014
Variabel Perlakuan n Mean Sd t p-value
Tingkat Depresi Sebelum 15 20,67 2,526 1,547 0,144
Sesudah 15 20,07 3,011

Hasil uji t dependent menunjukkan bahwa perbedaan tingkat depresi lansia sebelum dan
nilai t hitung sebesar 1,547 dengan p-value sesudah perlakuan pada kelompok kontrol di
sebesar 0,144. Terlihat bahwa p-value 0,144 > Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
 (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada Ungaran Kabupaten Semarang.

Pengaruh Senam Ergonomis terhadap Penurunan Tingkat Depresi pada Lansia di Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang
Tabel 5.
Perbedaan Tingkat Depresi Lansia Sesudah Melakukan Senam Ergnomis antara Kelompok
Intervensi dan Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten
Semarang, 2014
Variabel Kelompok N Mean Sd T p-value
Tingkat Depresi Intervensi 15 16,80 3,950 -2,547 0,017
Kontrol 15 20,07 3,011

Hasil dari uji t-test independent, diperoleh Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten
nilai t hitung = -2,547 dengan p-value sebesar Semarang. Ini juga menunjukkan bahwa ada
0,017. Oleh karena p-value 0,017 <  (0,05), pengaruh yang signifikan senam ergonomis
maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan terhadap tingkat depresi lansia di Unit
yang signifikan tingkat depresi lansia sesudah Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran
melakukan senam ergnomis antara kelompok Kabupaten Semarang.
intervensi dan kontrol di Unit Rehabilitasi

Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi 5
Sosial Wening Wardoyo Ungaran
Analisis Univariat peduli dengan masalah yang sedang dia
hadapi, ketika sakit tidak ada yang merawat.
Gambaran tingkat depresi lansia sebelum Hal ini sejalan dengan pendapat Kaplan
diberikan senam ergonomis pada kelomok (2010), yang menyatakan bahwa salah satu
intervensi dan kontrol di Unit Rehabilitasi penyebab terjadinya depresi pada lansia yaitu
Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten teori psikoedukatif yang merupakan hal-hal
Semarang yang dipelajari atau diamati individu pada
Rata-rata skor tingkat depresi pada kedua orang tua usia lanjut misalnya
kelompok didapatkan rata-rata data yang ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh
homogen atau tidak ada perbedaan yang keluarga, tiadanya sanak saudara ataupun
signifikan atau berada dalam tingkat depresi perubahan-perubahan fisik yang diakibatkan
sedang. Dapat diartikan bahwa pada kelompok oleh proses penuaan dapat memicu terjadinya
intervensi maupun kelompok kontrol di Unit depresi pada usia lanjut. Lansia yang
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran mengalami depresi sedang tersebut
Kabupaten Semarang memiliki tingkat depresi menunjukkan suasana perasaan yang sedih,
sedang. murung, takut sesuatu yang buruk terjadi pada
Depresi memiliki arti yang sangat luas, dirinya, merasa lemah dan tidak berguna,
dari deskripsi perasaan sedih yang normal, kurangnya aktifitas fisik, merasa kesepian,
melalui perasaan dan cara berfikir yang serta nafsu makan kurang.
pervasif dan persisten, hingga psikosis Sebagian besar lansia menyatakan bahwa
(Davies, 2009). Depresi adalah suatu perasaan mereka merasa kesepiaan, jauh dari keluarga
sedih yang sangat mendalam yang terjadi dan jarang dikunjungi yang membuat mereka
setelah mengalami suatu peristiwa dramatis merasa sedih dan tidak berguna. Sejalan
atau menyedihkan, misalnya kehilangan dengan pendapat Suardiman (2011), yang
seseorang yang disayangi. Seseorang bisa jatuh menyatakan bahwa depresi pada lansia yang
dalam kondisi depresi jika ia terus-menerus berada di panti ditandai oleh suasana afek
memikirkan kejadian pahit, menyakitkan, depresif, pesimistis, gagasan tentang rasa
keterpurukan dan peristiwa sedih yang bersalah dan tidak berguna, gangguan perasaan
menimpanya dalam waktu lama melebihi sedih atau putus harapan, kesepian, tingkat
waktu normal (Junaidi, 2012). aktivitas rendah, kelelahan fisik, gangguan
Kememampuan adaptasi dan lamanya tidur, gangguan nafsu makan, pandangan masa
tinggal di panti mempengaruhi terjadinya depan yang suram dan konsentrasi, gangguan
depresi. Sulit bagi lansia meninggalkan tempat membuat keputusan, serta keluhan fisik
tinggal lamanya. Pada lansia yang harus lainnya.
meninggalkan rumah tempat tinggal lamanya Depresi pada lansia dapat menjadi
(relokasi) oleh karena masalah kesehatan atau penyakit yang sangat mengganggu kehidupan
sosial ekonomi merupakan pengalaman yang sehari-hari, namun depresi pada lansia bisa
traumatik karena berpisah dengan kenangan diobati dengan beberapa terapi (Lubis, 2009).
lama dan pertalian persahabatan yang telah Salah satu terapi yang dapat digunakan adalah
memberikan perasaan aman dan stabilitas senam ergonomis yang merupakan perpaduan
sehingga sering mengakibatkan lansia merasa antara gerakan otot dan olah nafas yang
kesepian dan kesendirian bahkan kemerosotan terkontrol yang dapat menstimulasi respon
kesehatan dan depresi (Friedman, 1995 dalam relaksasi tubuh (Sagiran, 2012).
Azizah, 2011). Gambaran tingkat depresi lansia sesudah
Lansia kelompok intervensi dan kontrol diberikan senam ergonomis pada kelompok
sebagian besar mengalami depresi sedang intervensi dan kelompok kontrol di Unit
disebabkan karena perpisahan dengan Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran
keluarga, jarang dikunjungi keluarga, Kabupaten Semarang.
kehilangan jabatan dan pekerjaan. Selain itu Berdasarkan hasil penelitian skor tingkat
juga disebabkan karena kondisi dan situasi depresi sesudah diberikan senam ergonomis
Panti yang tidak sama dengan rumahnya, tidak pada kelompok intervensi dengan rata-rata
ada tempat berbagi dan mencurahkan skor tingkat depresi lansia kelompok intervensi
permasalahan yang sedang dihadapi karena sebesar 16,80 (73,3%), skor ini lebih rendah
tidak ada teman dekat yang setiap saat bisa jika dibandingkan pada kelompok kontrol yang
saling membantu, teman satu wisma tidak

6 Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran
tidak melakukan senam ergonomis sebesar maupun mental (Hawari, 2008). Efek minimal
20,07 (53,3%). yang dapat diperoleh dengan mengikuti senam
Data tersebut menunjukkan bahwa ada adalah bahwa lansia merasa senantiasa
pengaruh yang signifikan tingkat depresi pada berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur
kelompok intervensi yaitu kelompok yang lebih nyenyak, dan pikiran tetap segar
diberikan senam ergonomis, dimana sesudah (Widianti, 2010). Senam ergonomis dapat
melakukan senam ergonomis didapatkan rata- menstimulasi respon relaksasi dari seluruh
rata skor tingkat depresi sebesar 16,80 (73,3%) ketegangan fisik, mental, dan psikologis, dan
yang sebelumnya didapatkan hasil rata-rata dengan adanya latihan dapat meningkatkan
skor tingkat depresi sebesar 20,07 (53,3%). pelepasan epioid endogen yang menciptakan
Sedangkan pada kelompok kontrol yang hanya perasaan sejahtera dan mengeluarkan senyawa-
diperkenankan melihat tidak memiliki senyawa baik seperti endorfin yang dapat
perbedaan yang bermakna yaitu pada awal meningkatkan energi dan mood.
penelitian didapatkan rata-rata skor tingkat Melalui senam ergonomis, lansia yang
depresi sebesar 20,67 (60,0%), dan pada akhir mengalami depresi dilatih untuk melakukan
penelitian sebesar 20,07 (53,3%). olah nafas, melancarkan darah dan stimulasi
Hasil pengukuran tingkat depresi pada syaraf, serta merangsang pelepasan hormon
lansia menggunakan Geriatrik Depression (endorfin, opioid endogen). Hormon tersebut
Scale (GDS) setelah dilakukan senam merupakan hormon kebahagiaan yang dapat
ergonomis diadapatkan sebagian besar lansia dirangsang sekresinya dengan melakukan
kelompok intervensi menyatakan bahwa ketika olahraga yang bisa memunculkan perasaan
melakukan senam ergonomis perasaannya bahagia yang sulit dilukiskan dan berpengaruh
menjadi senang, lebih segar dan berenergi, positif terhadap peningkatan daya ingat,
tidak merasa resah dan gelisah lagi dan penurunan agresivitas dalam relasi antar-
merasakan bahwa masih banyak orang-orang manusia, terhadap semangat, daya tahan,
yang tidak mendapatkan tempat tinggal dan kreativitas, dan dapat menurunkan depresi
makan teratur seperti dirinya, mencoba untuk (Haruyama, 2011).
lebih sering berkumpul dan bersilaturrahmi
dengan teman-teman di panti. Sedangkan pada Analisa Bivariat
kelompok kontrol yang tidak di berikan
perlakuan tapi mengalami sedikit penurunan Perbedaan tingkat depresi pada lansia
rata-rata skor tingkat depresi yang disebabkan sebelum dan sesudah diberikan senam
oleh kegiatan lansia berkumpul dan bercanda ergonomis pada kelompok intervensi di Unit
bersama teman-temannya. Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran
Salah satu penatalaksanaan depresi yang Kabupaten Semarang.
dianggap efektif adalah dengan olahraga, Pada kelompok intervensi dapat diketahui
misalnya jalan pagi, lari pagi, ataupun senam bahwa rata-rata skor tingkat depresi responden
(Hawari, 2008). Salah satu olahraga yang sebelum melakukan senam ergonomis sebesar
dapat digunakan adalah senam ergonomis. 20,07, kemudian setelah melakukan senam
Senam ergonomis adalah senam fundamental ergonomis berkurang menjadi 16,80.
yang gerakannya sesuai dengan susunan dan berdasarkan hasi uji t-test dependent
fungsi fisiologis tubuh. Tubuh dengan didapatkan bahwa p-value 0,000<(α=0,05)
sendirinya terpelihara homeostasisnya yang berarti bahwa ada perbedaan yang
(keteraturan dan keseimbangannya) sehingga signifikan tingkat depresi lansia sebelum dan
tetap dalam keadaan bugar. Kombinasi dari sesudah melakukan senam ergonomis di Unit
gerakan otot dan pernafasan dalam senam Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran
ergonomis dapat merelaksasikan tubuh kita Kabupaten Semarang.
dari seluruh ketegangan fisik dan mental Lansia kelompok eksperimen sebelum
(Sagiran, 2012). diberikan senam ergonomis sebagian besar
Lansia yang mengalami depresi pada mengalami depresi sedang yaitu sebanyak 8
kelompok intervensi diberikan perlakuan yaitu lansia (53,3%). Lansia tersebut mengalami
pemberian senam ergonomis selama 25 menit suasana perasaan sedih, kesepian, merasa diri
sehari yang diberikan selama empat hari. lemah dan tidak berharga, merasa bahwa
Olahraga adalah salah satu cara untuk kehidupannya saat ini tidak bisa berubah
meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik menjadi lebih baik lagi, merasa bahwa orang

Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi 7
Sosial Wening Wardoyo Ungaran
lain kehidupannya lebih beruntung dibanding stabilitas emosional dan kecerdasan
dirinya yang tinggal di panti dan jauh dari intelektualnya, maupun kemampuan
keluarga dan jarang dikunjungi, merasa takut bersosialisasi dengan lingkungannya nyata
jika sesuatu yang buruk akan terjadi pada lebih unggul. Telah banyak penelitian yang
dirinya, nafsu makan berkurang serta sulit menunjukkan bahwa olahraga dapat mencegah,
berkonsentrasi dan pelupa. memperbaiki dan bahkan meningkatkan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti derajat kebugaran jasmani serta kualitas hidup,
dengan cara pemberian senam ergonomis kesejahteraan dan kenikmatan hidup yang
selam 25 menit dalam sehari yaitu pada sore lebih baik. Olahraga bagi lansia dapat
hari jam 16.00 WIB yang diberikan selama memelihara kemandirian dalam kehidupan
empat hari pada lansia yang mengalami bio-psiko-sosiologiknya sehari-hari
depresi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening (Giriwijoyo dan Sidik, 2013).
Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang.
Setelah diberikan senam ergonomis selama 25 Perbedaan tingkat depresi pada lansia
menit dalam sehari selama empat hari, sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok intervensi mengalami penurunan kelompok kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial
skor tingkat depresi. Dan ada perbedaan skor Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten
tingkat depresi antara sebelum dan sesudah Semarang
pemberian senam ergonomis pada lansia yang Pada kelompok kontrol rata-rata skor
mengalami depresi di Unit Rehabilitasi Sosial tingkat depresi responden sebelum perlakuan
Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten sebesar 20,67, kemudian sedikit berubah
Semarang. menjadi 20,07 setelah perlakuan. Hasil uji t-tes
Setelah diberikan senam ergonomis dependent didapatkan bahwa p-value
tingkat depresi lansia kelompok intervensi 0,144>(α=0,05) yang berarti bahwa tidak ada
mengalami penurunan yaitu sebagian besar perbedaan yang bermakna tingkat depresi
mengalami depresi ringan sejumlah 11 lansia lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada
(73,3%), sedangkan sebelum diberikan senam kelompok kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial
ergonomis didapatkan 7 lansia (46,7%) yang Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten
mengalami depresi ringan. Ini menunjukkan Semarang. Pada kelompok kontrol yang tidak
bahwa terdapat peningkatan pada lansia yang di berikan perlakuan tapi mengalami sedikit
mengalami depresi ringan. Peningkatan ini penurunan rata-rata skor tingkat depresi yang
didapatkan dari lansia yang awalnya disebabkan oleh kegiatan lansia berkumpul dan
mengalami depresi sedang turun menjadi bercanda bersama teman-temannya.
depresi ringan. Awal penelitian lansia kelompok kontrol
Tingkat depresi lansia kelompok menunjukkan suasana perasaan sedih, nafsu
intervensi mengalami penurunan setelah makan berkurang, merasa hidupnya tidak
diberikan senam ergonomis karena senam berharga karena jauh dari kelurga dan jarang
ergonomis membuat hati dan pikiran tenang, dikunjungi, merasa diri lemah dan tidak
segala keresahan, kegundahan dan ketakutan berguna lagi karena sudah tidak bisa bekerja
dalam hati menjadi hilang, serta terciptanya dan karena penyakit fisik yang dideritanya,
energi positif dalam hati dan pikiran. Senam merasa kesepian dan tidak punya keluarga
ergonomis adalah senam fundamental yang seperti kebanyakan orang lain, merasa bahwa
gerakannya sesuai dengan susunan dan fungsi orang lain yang tinggal bersama anak dan
fisiologis tibuh. Tubuh dengan sendirinya keluarganya mempunyai hidup yang lebih baik
terpelihara homeostasisnya (keteraturan dan dari dirinya, merasa pelupa dan sulit
keseimbangannya) sehingga tetap dalam berkonsentrasi, merasa bahwa hidupnya sudah
keadaan bugar. Gerakan-gerakan ini juga tidak ada harapan lagi untuk menjadi lebih
memungkinkan tubuh mampu mengendalikan, baik serta merasa takut bahwa sesuatu yang
menangkal beberapa penyakit dan gangguan buruk akan terjadi pada dirinya.
fungsi sehingga tubuh tetap sehat (Sagiran, Menurut Maramis (1995) dalam Azizah
2012). (2011), pada lanjut usia permasalahan yang
Olahraga merupakan alat untuk menarik adalah kurangnya kemampuan dalam
merangsang perkembangan fungsional beradaptasi secara psikologis terhadap
jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis- perubahan yang terjadi pada dirinya. Rasa
antropometris dan fungsi fisiologisnya, kurang percaya diri atau tidak berdaya dan

8 Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran
selalu menganggap bahwa hidupnya telah menjadi lambat, mafsu makan berkurang dan
gagal karena harus menghabiskan sisa kondisi tubuh yang lain juga mengalami
hidupnya jauh dari orang-orang yang dicintai kemunduran (Padila, 2013). Proses penuaan
mengakibatkan lansia dalam berdaptasi menimbulkan beberapa perubahan, meliputi
terhadap situasi baru tinggal di institusi. perubahan fisik, mental, spiritual, psikososial
Kunjungan keluarga yang kurang, adaptasi terhadap stres mulai menurun.
berkurangnya interaksi sosial dan dukungan Menurut Maramis (1995) dalam Azizah
sosial mengakibatkan penyesuaian diri yang (2011), pada lanjut usia permasalahan yang
negatif pada lansia. Menurunya kapasitas menarik adalah kurangnya kemampuan dalam
hubungan keakraban dengan keluarga dan beradaptasi secara psikologis terhadap
berkurangnya interaksi dengan keluarga yang perubahan yang terjadi pada dirinya.
dicintai dapat menimbulkan perasaan tidak Penurunan kemampuan beradaptasi terhadap
berguna, merasa disingkirkan, tidak perubahan dan stres lingkungan sering
dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat berperan menyebabkan gangguan psikososial pada
dalam terjadinya depresi. Tinggal di institusi lansia. Salah satu masalah kesehatan jiwa yang
membuat konflik bagi lansia antara integritas, sering muncul pada lansia adalah depresi.
pemuasan hidup dan keputusasaan karena Akan tetapi Meskipun demikian, ada beberapa
kehilangan dukungan sosial yang hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi
mengakibatkan ketidakmampuan untuk resiko penurunan kemampuan beradaptasi
memelihara dan mempertahankan kepuasan terhadap perubahan dan stres lingkungan di
hidup dan self-esteemnya sehingga mudah usia senja. Salah satunya adalah dengan
terjadi depresi pada lansia (Stoudemire, 1994 melakukan kegiatan olahraga senam
dalam Azizah, 2011). ergonomis selama 25 menit dalam sehari yang
sangat efektif untuk membantu menurunkan
Pengaruh pemberian senam ergonomis tingkat depresi pada lanisia.
terhadap tingkat depresi pada lansia kelompok Hal ini didukung oleh hasil penelitian
intervensi dan kelompok kontrol di Unit yang dilakukan oleh (Rahmawati, 2013), yaitu
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran gambaran kualitas tidur lansia setelah
Kabupaten Semarang. diberikan senam ergonomis yang dilakukan
Hasil uji t-test independent didapatkan empat kali dalam dua minggu memperlihatkan
bahwa p value sebesar 0,017<(α=0,05), maka bahwa pada kelompok perlakuan banyak
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang mengalami perbaikan pada kualitas tidur
signifikan pemberian senam ergonomis mereka dimana gangguan kualitas tidur juga
terhadap tingkat depresi pada lansia di Unit merupakan salah satu tanda gejala depresi.
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Olahraga dapat memperbaiki denyut jantung
Kabupaten Semaranng. dan sistem otonomik tubuh yang sangat
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperlukan untuk menanggulangi stress. Senam
dengan cara pemberian senam ergonomis pada yang merupakan rangkaian gerak badan juga
lansia selama 25 menit dalam sehari yaitu pada dapat digolongkan sebagai olahraga yang tidak
sore hari jam 16.00 WIB yang dilakukan hanya membantu merasa lebih baik tapi juga
selama empat hari di Unit Rehabilitasi Sosial bisa membantu seseorang mendapatkan
Wening wardoyo Ungaran Kabupaten kualitas tidur yang baik, menurunkan stress,
Semarang. Setelah diberikan senam ergonomis depresi, dan memberikan rasa senang selama
selama empat hari, kelompok intervensi melakukan latihan.
mengalami penurunan skor tingkat depresi. Pemeliharaan dan peningkatan derajat
Ada perbedaan skor tingkat depresi pada lansia sehat merupakan bagian dari upaya
antara sebelum dan setelah diberikan senam pencegahan, yang terdiri dari upaya
ergonomis di Unit Rehabilitasi Sosial Wening pencegahan kepada faktor lingkungan dan
Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang. upaya pencegahan langsung kepada faktor
Memasuki usia tua banyak mengalami manusianya. Olahraga merupakan bagian dari
kemunduran misalnya kemunduran fisik yang upaya pencegahan langsung terhadap faktor
ditandai dengan kulit menjadi keriput karena manusia, dan merupakan upaya pemeliharaan
berkurangnya bantalan lemak, rambut dan pencegahan yang terpenting, termurah dan
memutih, pendengaran berkurang, penglihatan paling fungsional (fisiologis) (Giriwijoyo dan
memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas Sidik, 2013).

Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi 9
Sosial Wening Wardoyo Ungaran
Kehidupan sosial menciptakan kelompok- berfungsi untuk mengatur emosi (Pujiastuti,
kelompok sosial dalam masyarakat. 2013).
Pengelompokan terjadi karena adanya
kepentingan dan/atau ciri sejenis. Manusia, Keterbatasan Penelitian
khususnya lanjut usia (Lansia) yang terasing Penelitian ini tentunya memiliki
dari kelompoknya secara berkepanjangan keterbatasan yaitu peneliti tidak dapat
tanpa dapat menyesuaikan diri dengan melakukan pengawasan secara intensif
lingkungannya, dapat menjadi kesepian, terhadap faktor yang dapat menurunkan atau
frustasi dan mengalami depresi yang dapat meningkatkan tingkat depresi seperti olahraga,
menurunkan kualitas hidup (Giriwijoyo dan susah tidur, kegiatan keagamaan, terapi, rasa
Sidik, 2013). tidak nyaman dengan teman-teman di wisma
Senam ergonomis terdiri dari satu gerakan serta kondisi panti yang tidak sesuai dengan
pembuka dan lima gerakan fundamental, lingkungan tempat tinggalnya, dan kelemahan
dengan gerakan pembuka berdiri sempurna, karena penyakit fisik. Disini peneliti hanya
seluruh syaraf menjadi satu titik pada dapat menggambarkan tentang penanganan
pengendaliannya di otak. Pusat kendali di secara non farmakologis yaitu dengan
seluruh belahan otak bagian kanan kiri, depan pemberian senam ergonomis untuk
belakang, luar dalam dan atas bawah menurunkan tingkat depresi pada lansia.
dipadukan saat itu pada satu tujuan. Saat itu,
pikiran dikendalikan oleh kesadaran akal untuk KESIMPULAN
sehat dan bugar, tubuh dibebaskan dari beban
pekerjaan, berat tubuh ditumpukan dengan Ada perbedaan yang signifikan rata-rata
pembagian beban yang sama pada kedua skor tingkat depresi pada lansia sebelum dan
kakinya. Gerakan memutar lengan pada saat sesudah diberikan senam ergonomis pada
melakukan gerakan pertama, lapang dada kelompok intervensi dengan nilai p-value
membangkitkan biolistrik di dalam tubuh 0,000<(α = 0,05).
sekaligus terjadi sirkulasi oksigen yang cukup, Tidak ada perbedaan rata-rata skor tingkat
sehingga tubuh akan terasa segar dan adanya depresi pada lansia sebelum dan sesudah
tambahan energi. Gerakan tunduk syukur dan diberikan perlakuan pada kelompok kontrol
duduk perkasa, adalah gerakan memasok dengan nilai p-value 0,144> (α = 0,05).
oksigen ke kepala, menambah aliran darah ke Ada pengaruh pemberian senam
bagian atas tubuh terutama kepala yang dapat ergonomis terhadap skor tingkat depresi pada
menstimulasi respon relaksasi. Gerakan lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening
terakhir, berbaring pasrah menjadi puncak Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang
relaksasi tubuh dari seluruh ketegangan fisik dengan nilai p-value 0,017<(α = 0,05).
dan mental (Sagiran, 2012).
Melalui senam ergonomis, lansia yang SARAN
mengalami depresi dilatih untuk melakukan
olah nafas, melancarkan darah dan stimulasi Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan
syaraf, serta merangsang pelepasan hormon pertimbangan agar lebih yakin dalam
(endorfin, opioid endogen) yang dapat menggunakan senam ergonomis sebagai
menurunkan depresi. Latihan meningkatkan penatalaksanaan non farmakologi sehingga
pelepasan opioid endogen yang menciptakan dapat menggunakan intervensi yang tepat
perasaan sejahtera (McCubbin & McCubbin, dalam menurunkan tingkat depresi.
1993 dalam Potter & Perry, 2005). Endorfin Dengan penelitian ini diharapkan para
adalah Neuro peptida yang dihasilkan tubuh petugas kesehatan lebih memperhatikan
pada saat relaks/tenang. Endorfin dihasilkan keadaan lansia dan meningkatkan pelayanan
diotak dan susunan syaraf tulang belakang. kesehatan pada lansia yang mengalami depresi
Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat dengan salah satu alternatif intervensi yaitu
penenang alami yang diproduksi otak yang senam ergonomis dan dapat dijadikan sebagai
melahirkan rasa nyaman. Ketika seseorang kegiatan rutin.
melakukan senam, maka b-endorphin akan Bagi peneliti selanjutnya, mengingat
keluar dan ditangkap oleh reseptor didalam masih adanya keterbatasan dari penelitian yang
hypothalamus dan system limbik yang telah dilakukan, maka diharapkan kepada
peneliti selanjutnya dapat melakukan

10 Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran
pengawasan yang lebih intensif terhadap faktor [12] Lubis, N. L. (2009). Depresi Tinjauan
yang dapat menentukan hasil penelitian dalam Psikologis. Jakarta : Kencana
menurunkan tingkat depresi pada lansia.
[13] Maryam, R. S., Ekasari, M. F.,
Rosidawati., Jubaedi, A., & Batubara, I.
DAFTAR PUSTAKA
(2008). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta :Salemba Medika.
[1] Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : [14] Noorkasiani, S. T. (2008). Kesehatan
Rineka Cipta. Usia Lanjut dengan Pendekatan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
[2] Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011).
Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : [15] Notoatmodjo, Soekidjo. (2010).
Graha Ilmu. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
[3] Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan
Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : [16] Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan
Nuha Medika. Gerontik & Geriatrik. Jakarta : EGC.
[4] Davies, Teifion. (2009). ABC Kesehatan [17] Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan
Mental (ABC of Mental Health. Alih Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.
bahasa : dr. Alifa Dimanti. Jakarta : EGC. [18] Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
[5] Haruyama, Shigeo. (2011). The Miracle Fundamental Keperawatan : Konsep,
of Endorphin. Bandung : Penerbit Kaifa. Proses, dan Praktik (ed 4). Jakarta : EGC.
[6] Hawari, Dadang. (2008). Manajemen [19] Sagiran. (2012). Mukjizat Gerakan Shalat.
Stres Cemas Dan Depresi. Jakarta : Balai Jakarta : Qultum Media.
Penerbitb Fakultas Kedokteran [20] Stanley dan Beare. 2007. Buku Ajar
Universitas Indonesia. Keperawatan Gerontik ed. 2. Alih bahasa
[7] Giriwijoyo, Santosa., dan Sidik, Dikdik Juniarti dan Kurnianingsih. Jakarta: EGC.
Zafar. (2013). Ilmu Kesehatan Olahraga. [21] Suardiman, S. P. (2011). Psikologi usia
Bandung : PT Remaja Rosdakarya. lanjut. Yogyakarta : Gadjah Mada
[8] Indriana, Yaniar. (2012). Gerontologi dan University Press.
Progreria. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. [22] Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
[9] Junaidi, Iskandar. (2012). Anomali Jiwa. K. Simadibrata., M., & Setiati, S. (2009).
Yogyakarta : ANDI Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Internal
Publishing.
[10] Kaplan dan Sadock. 2010. Ilmu
Kedokteran Jiwa Darurat. Alih bahasa [23] Sugiyono. (2012). Statistika untuk
Wicaksana. Jakarta : Widya Medika. penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
[11] Keliat, B. A., Wiyono, A. P., Susanti, H. [24] Widianti, Anggriyana Try., dan
(2011). Manajemen Kasus Gangguan Proverawati, Atikah. (2010). Senam
Jiwa. Jakarta : EGC. Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi 11
Sosial Wening Wardoyo Ungaran

You might also like