You are on page 1of 5

Nur

dan Arief│ Seorang Wanita Usia 56 Tahun dengan Stroke Vertebrobasiler

Perempuan 56 Tahun dengan Stroke Vertebrobasiler



Nur Amalina Dianati, Arief Taufiqurrohman
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Wanita, 56 tahun riwayat penyakit sekarang ± sejak 8 jam SMRS OS mengeluh pusing berputar hebat disertai sempoyongan,
hilang timbul, makin lama makin sering dan kuat apabila OS kelelelahan. Riwayat darah tinggi ada sejak ± 5 tahun dan
riwayat hipertensi (+). Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah
o
140/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,5 C, keadaan gizi indeks massa tubuh (IMT) 20.56 (normal).
Dari pemeriksaan mata, telinga, hidung dan mulut normal. Tenggorokan, leher, abdomen, paru, dan jantung, kelenjar getah
bening (KGB) normal. Ekstremitas dekstra melemah dan ekstremitas sinistra normal. Pada pemeriksaan nervus kranialis
pada nervus I, II, III, IV, V, VI, VIII, XI, X, XII normal. Pada pemeriksaan nervus VII terdapat kelainan wajah saat kontraksi
tertarik kearah kiri. Pada pemeriksaan nervus XII saat dijulurkan lidah tertarik kesebelah kiri. Pada pemeriksaan tanda
perangsangan selaput otak dalam batas normal. Pada pemeriksaan sistem motorik ekstremitas kanan dan kiri dengan
perbandingan 4/5. Pada pemeriksaan reflek fisiologis dalam batas normal dan reflek patologis negatif. Pada pemeriksaan
tes koordinasi didapatkan hasil gerakan yang kurang terkoordinasi tunjuk telunjuk hidung berulang. Pasien ini didiagnosis
dengan vertigo sentral e.c stroke vertebrobasiler. Penatalaksanaan pada pasien stroke vertebrobasiler akan diberikan terapi
medikamentosa dan non medikamentosa.

Kata kunci: stroke, stroke hemoragik, stroke iskemik, stroke vertebrobasilar

A 56 Years Old Woman with Stroke Vertebrobasiler

Abstract
The woman, 56-year history of present illness since 8 hours ± before entering the hospital complained of dizziness
accompanied staggered rotating, intermittent, becoming more and more frequent and stronger as the fatigue. A history of
high blood existed since ± 5 years and a history of hypertension (+). Physical examination found the patient appears ill
being, awareness compos mentis, blood pressure of 140/80 mm Hg, pulse 80 x/min, respiration 20 x/minute, the
o
temperature 36,5 C, 20,56 body mass index (BMI) nutritional state (normal). From the examination eyes, ears, nose and
mouth normally. Throat, neck, abdomen, lungs, heart, lymph gland was normal. Dextra weakened limb and the left limb
was normal. On examination of the cranial nerves in the nerve I, II, III, IV, V, VI, VIII, XI, X, XII was normal. On examination
there are abnormalities facial nerve VII contraction attracted towards the left. On examination of the tongue nerve XII
when the extended tongue interested either left. On examination of the lining of the brain stimulation signs within normal
limits. On examination of the motor system left and right extremity with a ratio of 4/5. On examination of the physiological
reflex in normal and pathological reflexes negative. On examination of the test results obtained by the movement
coordination less coordinated point of recurring nasal index. This patient was diagnosed with central vertigo e.c
vertebrobasilar stroke. Management of vertebrobasilar stroke patients will be given medical treatment and non medical
treatment.

Keywords: hemorragic stroke, ischemic stroke, stroke, stroke vertebrobasiler

Korespondensi : Nur Amalina Dianati, S.Ked., alamat Bandar Lampung, HP 081377787029, email
nuramalina093@gmail.com


Pendahuluan datang. Oleh karena tingginya kejadian stroke
Stroke merupakan masalah bagi negara- dan adanya kecenderungan untukmeningkat
negara berkembang. Di dunia penyakit stroke karena berbagai sebab, menyebabkan usaha
meningkat seiring dengan modernisasi. Di pemerintah dalam menekan angka kematian
Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab dan derajat kecacatan akibat stroke lebih
kematian yang ketiga setelah penyakit jantung ditujukan pada penanganan saat pasien stroke
dan kanker. Diperkirakan ada 700.000 kasus dirawat di rumah sakit. Menurut data Riset
stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi
200.000 diantaranya dengan serangan stroke di Indonesia 12,1 per 1.000 penduduk.
berulang.1,2 Di Indonesia sendiri walaupun data Angka itu naik dibandingkan Riskesdas 2007
studi epidemiologi stroke secara komprehensif yang sebesar 8,3 persen. Stroke telah jadi
dan akurat belum ada, dengan meningkatnya penyebab kematian utama di hampir semua
harapan hidup tendensi peningkatan kasus rumah sakit di Indonesia, yakni 14,5 persen.3,4
stroke akan meningkat di masa yang akan Stroke merupakan penyebab kematian utama

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 85


Nur dan Arief│ Seorang Wanita Usia 56 Tahun dengan Stroke Vertebrobasiler

di Indonesia. Stroke vertebrobasiler merupakan vertebrobasilar atau semua cabang-


6
bagian dari stroke non hemoragik dimana yang cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah
terganggu adalah sistem arteri vertebrobasilar kejaringan otak terputus selama 15 sampai 20
memperdarahi medula, otak kecil, pons, otak menit akan terjadi infark atau kematian
tengah, talamus, dan korteks oksipital.3 jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu
Klasifikasi stroke berdasarkan patologik arteri tidak selalu menyebabkan infark di
dibagi menjadi dua yaitu stroke iskemik dan daerah otak yang diperdarahi oleh arteri
stroke hemoragik. Stroke iskemik sangat erat tersebut. Alasannya adalah bahwa mungkin
hubungannya dengan aterosklerosis terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke
(terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis. daerah tersebut. Proses patofisiologi penyakit
Stroke hemoragik yang merupakan sekitar 15% ini dapat berupa: 1) keadaan penyakit pada
sampai 20% dari semua stroke dapat terjadi pembuluh itu sendiri, seperti pada
apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding
ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam pembuluh, atau peradangan; 2) berkurangnya
ruang subaraknoid atau langsung ke dalam perfusi akibat gangguan status aliran darah,
jaringan otak. Untuk membedakan jenis stroke misalnya syok atau hiperviskositas darah; 3)
iskemik dengan stroke perdarahan dilakukan gangguan aliran darah akibat bekuan atau
pemeriksaan radiologi Computed embolus infeksi yang berasal dari jantung atau
Tomoghraphy (CT-Scan) kepala. Pada stroke pembuluh ekstrakranium; atau 4) ruptur
hemoragik akan terlihat adanya gambaran vaskular di dalam jaringan otak atau ruang
hiperdens, sedangkan pada stroke iskemik subaraknoid.4,6-8
akan terlihat adanya gambaran hipodens.4 Lesi dalam sistem vertebrobasilar
Sistem arteri vertebrobasilar memperdarahi memiliki beberapa karakteristik klinik yang
medula, otak kecil, pons, otak tengah, talamus, membedakan mereka dari lesi di bagian
dan korteks oksipital. Oklusi makrovaskular hemisfer otak, termasuk yang berikut: 1) ketika
dalam sistem ini biasanya menyebabkan cacat saraf kranial atau inti terlibat, tanda-tanda
berat atau kematian, kebanyakan pasien yang klinis yang sesuai adalah lesi dan tanda-tanda
menderita stroke vertebrobasilar memiliki kortikospinalis yang berlawanan, melibatkan
tingkat kecacatan yang signifikan karena lengan dan kaki yang berlawanan; 2) tanda
keterlibatan dari batang otak dan otak kecil serebral (misalnya, dismetria, ataksia) sering
yang menyebabkan disfungsi multisistem terjadi; 3) keterlibatan sensori ascending
(misalnya, quadriplegia atau hemiplegia, pathway dapat mempengaruhi jalur
ataksia, disfagia, dysarthria, kelainan tatapan, sfinotalamik atau lemniskus medial (kolom
neuropati kranial). Namun, lesi vertebrobasilar dorsal) menghasilkan kondisi yang dimana
banyak timbul dari penyakit pembuluh kecil kehilangan sensoris yang terpisah yaitu kondisi
tergantung pada lokasi mereka di dalam ketika ada kehilangan sensoris di satu sisi
batang otak. Pasien dengan lesi kecil biasanya tetapi tidak disisi yang berlawanan; 4) disartria
memiliki prognosis yang jinak dengan dan disfagia; 5) vertigo, mual, dan muntah,
pemulihan fungsional yang wajar.5 bersama dengan nistagmus, merupakan suatu
Faktor risiko terjadinya stroke dapat keterlibatan dari sistem vestibular; 6) selain itu
dibagi menjadi faktor yang tidak dapat sindrom Horner dapat terjadi jika lesi di batang
dimodifikasi dan faktor yang dapat otak; 7) lesi di lobus oksipital mengakibatkan
dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat hilangnya lapangan visual atau defisit
dimodifikasi meliputi usia, jenis kelamin, visuospatial; 8) berbeda dengan lesi di
herediter, ras/etnik. Sedangkan faktor yang hemisfer, defisit korteks, seperti gangguan
dapat dimodifikasi meliputi riwayat stroke, afasia dan kognitif, tidak ada.5,8,9
hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, Penatalaksanaan untuk stroke
Transient Ischemic Attack (TIA), vertebrobasiler yang pertama adalah dengan
hiperkolesterol, obesitas, merokok, alkoholik, memperbaiki hemodinamik pasien untuk
hiperurisemia, peningkatan hematokrit.4,5 meminimalisir cedera iskemik. Pada pasien
Patofisiologi gangguan pasokan aliran darah normal, batas autoregulasi berada dalam
darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam kisaran 50-150 mm Hg dari Mean Arterial
arteri-arteri yang membentuk Sirkulus Willisi Pressure (MAP).7,9 Pada pasien hipertensi
yaitu arteria karotis interna dan sistem kronis, kurva autoregulasi bergeser ke atas.

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 86



Nur dan Arief│ Seorang Wanita Usia 56 Tahun dengan Stroke Vertebrobasiler

Pada pasien dengan penyakit berat oklusi badan 165 cm, indeks masa tubuh (IMT) 20,56
vaskular serebral, MAP dan tekanan perfusi (normal). Dari pemeriksaan mata, telinga,
serebral (CPP) menjadi penting dalam hidungdan mulut dalam batas normal.
memelihara aliran darah otak. Pasien dengan Tenggorokan, leher, abdomen, paru, dan
hipotensi harus diterapi untuk jantung, kelenjar getah bening (KGB) dalam
mengoptimalkan MAP dan akibatnya aliran batas normal. Ekstremitas superior dekstra
darah tergantung pada tekanan darah serebral. sedikit melemah dan ekstremitas sinistra
Upaya maksimal harus dilakukan untuk dalam batas normal. Ekstremitas inferior
mempertahankan volume intravaskuler normal dextra melemah dan ektremitas inferior dalam
menggunakan solusi isotonik. Penatalaksanaan batas normal. Pada pemeriksaan nervus
yang kedua adalah dengan manajemen kranialis pada nervus I, II,III, IV, V,VI, VIII, XI, X,
respiratori pengelolaan jalan nafas sangat XII dalam batas normal. Pada pemeriksaan
penting karena keterlibatan saraf kranial dan nervus VII terdapat kelainan wajah saat
penurunan kesadaran pada pasien dengan kontraksi tertarik kearah kiri. Pada
iskemia batang otak. Kemudian yang ketiga pemeriksaan nervus XII saat dijulurkan lidah
dengan pemberian trombolisis berupa tissue tertarik kesebelah kiri. Pada pemeriksaan
plasminogen activator (TPA) sebelum 3-4,5 jam tanda perangsangan selaput otak dalam batas
dari onset kejadian. Obat-obat yang digunakan normal. Pada pemeriksaan sistem motorik
dalam pengobatan pasien dengan stroke ekstremitas kanan sedikit melemah
vertebrobasilar termasuk agen trombolitik, dibandingkan ekstremitas kiri dengan
antikoagulan, dan agen antihipertensi dan perbandingan 4/5. Pada pemeriksaan reflek
antiplatelet. Pasien dengan komorbiditas berat fisiologis dalam batas normal dan tidak
dan atau aktif seperti infark miokard akut ditemukan adanya reflek patologis yang positif.
mungkin memerlukan agen inotropik Selain itu pada pemeriksaan sensibilitas,
administrasi dan vasopresor. Pada beberapa susunan saraf otonom dan fungsi luhur dalam
kasus stroke yang ditimbulkan karena batas normal. Pada pemeriksaan tes koordinasi
hipertensi dapat diberikan antihipertensi.5,7,8 didapatkan hasil yang kurang pada saat pasien
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh diminta untuk melakukan gerakan tunjuk
stroke vertebrobasiler diantaranya adalah telunjuk hidung berulang.
infark miokard, trombosis vena dalam, emboli Pada pemeriksaan laboratorium darah
pulmonar. Komplikasi tersebut dapat terjadi rutin didapatkan hemoglobin 11,2 gr/dl,
karena berkurangnya atau terganggunya aliran hematokrit 34%, leukosit 11.500/ul, eritrosit
darah ditubuh.7,9,10 4,5 juta/ul, trombosit 305.000/mm3. SGOT 20
U/L, SGPT 13 U/L.Pada pemeriksaan
Kasus radiologistidak didapatkan kelainan.Pasien ini
Wanita, 56 tahun riwayat penyakit didiagnosis dengan vertigo sentral e.c stroke
sekarang kurang lebih sejak 8 jam sebelum vertebrobasiler. Selanjutnya penatalaksanaan
masuk rumah sakit (SMRS) orang sakit (OS) pada pasien ini adalah dilakukan dengan
mengeluh pusing berputar hebat disertai meletakkan kepala pasien pada posisi 300,
sempoyongan, hilang timbul, makin lama kepala dan dada pada satu bidang; ubah posisi
makin sering dan kuat apabila OS terlalu lelah. tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap
Riwayat darah tinggi ada sejak ±5 tahun yang bila hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya,
lalu dan ada riwayat hipertensi pada keluarga bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2
yaitu ibu kandung pasien. Pasien mengatakan liter/menit Pemberian nutrisi dengan cairan
sudah memeriksa keluhannya ke dokter namun isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL
keluhan makin berat dan disertai bicara pelo. dan elektrolit 20 tpm. Pemberian nutrisi
Tidak ada riwayat kencing manis, riwayat asma, menggunakan selang nasogastrik. Pemberian
riwayat operasi, riwayat sakit jantung, riwayat antihipertensi captopril 3x12,5mg dan
hipertensi dan tidak merokok. diberikan obat betahistin metylat 3x1 tablet.
Dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam.
pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi Pembahasan
80x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36,5oC, Berdasarkan anamnesis keluhan pusing
keadaan gizi lebih, berat badan 56 kg, tinggi berputar hebat menunjukkan adanya lesi pada

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 87


Nur dan Arief│ Seorang Wanita Usia 56 Tahun dengan Stroke Vertebrobasiler

sistem vestibularis. Lesi pada sistem vesibularis paresis N VII dekstra, paresis N VIII dekstra,
disebut dengan “Stroke Vestibuler”. Lesi pada paresis N XII sinistra.
sistem vestibularis memiliki tanda serebral Pada pemeriksaan tes koordinasi
(misalnya dismetria dan ataksia), kehilangan didapatkan hasil yang kurang pada saat pasien
sensoris pada bagian yang terpisah, disartria diminta untuk melakukan gerakan tunjuk
dan disfagia, vertigo, mual, dan muntah, telunjuk hidung berulang hal ini menunjukan
bersama dengan nistagmus, lesi di lobus adanya dismetria dimana dismetria merupakan
oksipital mengakibatkan hilangnya lapangan salah satu kelainan yang timbul dari stroke
visual atau defisit visuospatial. Berbeda dengan vertebrobasiler.
lesi di hemisfer, defisit korteks, seperti Pilihan tatalaksana pada kasus ini adalah
gangguan afasia dan kognitif, tidak ada.10,11 dengan pemberian terapi non medikamentosa
Pasien mengalami kelemahan pada berupa meletakkan kepala pasien pada posisi
anggota gerak bagian kanan, bicara pelo dan 300, kepala dan dada pada satu bidang; ubah
sudut bibir yang mencong ke arah kiri ketika posisi tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai
dikontraksikan. Riwayat hipertensi kronis tidak bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
terkontrol diakui. Hipertensi dapat Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen
menyebabkan 2 mekanisme yang mendasari 1-2 liter/menit. Pemberian nutrisi dengan
terjadinya stroke yang pertama hipertensi akan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-
mempercepat proses aterosklerosis yang 2000 mL dan elektrolit 20 tpm. Pemberian
menyebabkan oklusi pada pembuluh darah nutrisi menggunakan selang nasogastrik.
besar sehingga terjadi adanya infark lakuner.12 Pemberian antihipertensi captopril 3x12,5 mg
Pada keadaan normal endotel memiliki fungsi dan diberikan obat betahistin metylat 3x1
dualistik yaitu mengelurkan bahan yang tablet. Sesuai dengan penatalaksanaan
menyebabkan vasodilatasi dan vasokonstriksi manajemen penatalaksanaan stroke
pembuluh darah. Pada hipertensi terjadi vertebrobasiler.
disfungsi endotel yang menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi, proliferasi sel-sel Kesimpulan
otot polos pembuluh darah, agregasi Penyakit stroke merupakan terjadinya
trombosit, adesi leukosit, dan peningkatan gangguan fungsional otak fokal maupun global
permeabilitas untuk makromolekul, seperti secara mendadak dan akut yang berlangsung
lipoprotein, fibrinogen, dan imunoglobulin. lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah
Kondisi ini akan mempercepat terjadinya otak. Stroke merupakan penyebab kematian
aterosklerosis. Aterosklerosis memegang utama di Indonesia. Penyakit stroke dibagi
peranan yang penting untuk terjadinya stroke menjadi dua yaitu stroke hemoragik dan stroke
infark. Dan yang kedua pada hipertensi kronis non hemoragik. Stroke vertebrobasiler
dapat terjadi nekrosis dapat terjadi nekrosis merupakan bagian dari stroke non hemoragik
fibrinoid (lipohialinosis) sehingga dinding dimana yang terganggu adalah sistem arteri
arteriol menjadi lemah, terjadi herniasi atau vertebrobasilar memperdarahi medula, otak
terjadi ruptur tunika intima dan terbentuk kecil, pons, otak tengah, talamus, dan korteks
mikroaneurisme arteriole (Chargot-Bouchard). oksipital. Penanganan pada stroke ditujukan
yang merupakan penyebab utama perdarahan untuk mencegah keparahan penyakit.
intraserebral spontan sewaktu ada lonjakan Mengurangi keluhan dan faktor- faktor yang
tekanan darah sitemik.13,14,15 memperberat.
Pada pasien didapatkan mulut yang
tertarik kesebelah kiri dan pada pasien juga Daftar Pustaka
terdapat kelainan berupa berbicara pelo yang 1. Badan Penelitian dan Pengembangan
menandakan adanya parese N VII dan N XII tipe Kesehatan. Riset kesehatan dasar. Jakarta:
Upper Motor Neuron (UMN). Sistem Kementerian Kesehatan RI; 2013.
vertebrobasiler (pons, mesensefalon) karena 2. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
gejala yang timbul merupakan gejala gangguan Indonesia. Guideline stroke. Jakarta:
sistem vertebrobasiler berupa gangguan PERDOSI; 2007.
motorik pada wajah satu sisi dengan tubuh 3. World Health Organization. Atlas country
(anggota gerak) yaitu hemiparese dekstra, resources for neurological disorders.
Geneva: Department of Mental Health

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 88



Nur dan Arief│ Seorang Wanita Usia 56 Tahun dengan Stroke Vertebrobasiler

and Substance Abuse, World Health interventional management of stroke II


Organization; 2004. trial. AJNR. 2008; 29(1):582–7.
4. Goldstein LB, Adam R, Albert MJ, Appel LJ, 10. Echiverri HC, Rubino FA, Gupta SR.
Brass LM, Bushnell CD. 2006. Primary Fusiform aneurysm of the vertebrobasilar
prevention of ischemic stroke. Stroke. arterial system. Stroke. 1989; 20(1):1741–
7.
37(6):583-633.
11. Schoen JC, Boysen MM, Warren CR,
5. Ropper AH, Samuels MA, Klein J. Adams Chakravarthy B, Lotfipour S.
and victor’s cerebrovasculer diseases in Vertebrobasilar Artery Occlusion. Western
principles of neurology. Edisi ke-8. USA: J Emergency Med. 2011; 12(2):233-9.
McGraw-Hill Proffesional; 2005. hlm. 660- 12. Prasetya Y. Faktor risiko yang
7. berpengaruh terhadap kejadian stroke
6. Fischer U, Arnold M, Nedeltchev K, non hemoragik. Semarang: Universitas
Brekenfeld C, Ballinari P, Remonda L. Diponegoro; 2006.
NIHSS score and arteriographic findings in 13. Isabel C, Samatra DP, Nuartha A.
acute ischemic stroke. Stroke. 2005; Penentuan stroke hemoragik dan
36(10):2121-5. nonhemoragik memakai scoring stroke.
7. Misbach J. Clinical pattern of hospitalized Sanur-Bali: Kongres Nasional V; 2003.
strokes in 28 hospitals in Indonesia. Med J 14. Goldstein LB, Adams R, Alberts MJ, Appel
Indonesia. 2000; 9(1):29-34. LJ. Primary prevention of ischemic stroke:
8. Schoenwille WJ, Wijman CA, Michel P, et a guideline from the american heart
al. Treatment and outcomes of acute association/american stroke association
basilar artery occlusion in the basilar stroke counsil. Stroke. 2006; 37(1):1583-
artery international cooperation study 633.
(BASICS): a prospective registry study. 15. Yuniadi Yoga. Intervensi pada stroke non
Lancet Neurol. 2009; 8(1):724–30. hemoragik. Jurnal Kardiologi Indonesia.
9. Tomsick T, Broderick J, Carrozella J, et al. 2010; 31(1):153-5.
Revascularization results in the

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 89

You might also like