ID Analisa Kuantitatif Residu Insektisida Profenofos Pada Cabai Merah PDF

You might also like

You are on page 1of 5

ANALISA KUANTITATIF RESIDU INSEKTISIDA PROFENOFOS PADA CABAI

MERAH SEGAR DAN CABAI MERAH GILING DI BEBERAPA PASAR


TRADISIONAL KOTA MEDAN
TAHUN 2012

Khodijah Tussolihin Dalimunthe1, Wirsal Hasan2 dan Taufik Ashar3


1
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Departemen Kesehatan Lingkungan
2 dan 3
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
E-mail: djmunthe899@yahoo.co.id

Abstract
Analysis quantitative of residues profenofos insecticide in the fresh red chili and milled
red chili several traditional markets in Medan year 2012. This research was a descriptive
survey research to describe the quantity of residues profenofos insecticide in the fresh red
chili and milled red chili several traditional markets in Medan. The samples are taken by
purposive sampling method from five traditional markets in Medan which a mount of fresh
red chili and milled red chili is taken from one of sellers at each five market. Gas
chromatographic with specific detector is used to determine the propenofos residues rate.
The result of this research shown that three of ten analyzed samples positively contained
profenofos insecticide residual which was fresh red chili that got from Pasar Aksara
contained a value as 0.733 mg/kg, fresh red chili from that got from Pasar Sukaramai
contained a value as 1.205 mg/kg, and milled red chili from Pasar Petisah with value as
0.128 mg/kg and these lied below the maximum residues limit (MRL) that have established
by Indonesian National Standard (SNI).

Key word: residues, Profenofos, Fresh Chili, Milled

Pendahuluan

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan Peningkatan jumlah permintaan cabai di


salah satu komoditas hortikultural penting masyarakat mengakibatkan meningkatnya
di Indonesia yang tidak dapat dipisahkan harga cabai di pasaran. Hal ini
dari kebutuhan sehari-hari di dalam menyebabkan petani cabai berusaha untuk
konsumsi rumah tangga tanpa menghasilkan cabai yang berkualitas dan
memperhatikan tingkat sosial. Dimana bisa bersaing di dunia pasar. Hal tersebut
kebutuhan akan cabai terus meningkat membuat petani cabai melakukan hal-hal
setiap tahun sejalan dengan meningkatnya yang bisa merugikan kesehatan
jumlah penduduk dan berkembangnya masyarakat salah satunya dengan
industri yang membutuhkan bahan baku menggunakan insektisida untuk
cabai. Cabai dimanfaatkan sebagai bumbu meningkatkan kualitas cabai dan paling
masak atau bahan campuran pada utama untuk mencegah kerusakan akibat
berbagai industri pengolahan makanan hama dan penyakit pada tanaman cabai,
dan minuman. Selain itu, juga digunakan dan beberapa petani menggunakan dosis
untuk pembuatan obat-obatan dan yang tidak tepat atau berlebihan sehingga
kosmetik (Santika, 1999). tidak sesuai dengan aturan yang

1
ditetapkan dalam pemakaian insektisida golongan organofosfat yang banyak
yang menyebabkan residu pada cabai dibeli.
tersebut.
Pestisida masuk kedalam tubuh manusia
Residu yang terdapat dalam tanaman melalui kulit, mulut, saluran pencernaan,
dapat berasal dari penyemprotan pada pernafasan. Di dalam darah manusia
tanaman. Residu insektisida terdapat pada pestisida ini akan berikatan dengan enzim
semua tubuh tanaman seperti batang, cholirenesterase yang berfungsi untuk
daun, buah dan juga akar. Khusus pada mengatur kerja syaraf karena adanya
buah, residu ini terdapat pada permukaan pestisida dalam darah maka
maupun daging dari buah tersebut. Acetilcholirenesterse (AChE) akan di ikat
Walupun sudah dicuci, atau dimasak oleh pestisida, sehingga enzim tidak dapat
residu pestisida ini masih terdapat pada melaksanakan tugasnya dalam tubuh
bahan makanan (Soemirat, 2009). terutama meneruskan untuk mengirim
perintah kepada otot-otot. Akibatnya otot-
Golongan organofosfat merupakan otot bergerak tanpa dapat dikendalikan
jumlah pestisida terbesar yang beredar di (Sudarmo, 1991).
pasar dan banyak digunakan dalam
bidang pertanian. karena tidak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
menyebabkan resistensi pada serangga. residu insektisida profenofos pada cabai
Dengan takaran yang rendah sudah merah segar dan cabai merah giling di
memberikan efek yang memuaskan, beberapa pasar tradisional Kota Medan.
selain kerjanya cepat dan mudah terurai.
Keracunan organofosfat dapat terjadi Metode Penelitian
melalui mulut, inhalasi, dan kulit.
Didalam tubuh organofosfat berikatan Penelitian dilakukan pada bulan Juni-
dengan enzim Asetilkolinesterase (AChE) Agustus 2012. Lokasi pengambilan
yang mengakibatkan penumpukan sampel dilakukan di beberapa Pasar
asetikolin pada syaraf (Achmadi, 2008 Tradisional di Kota Medan yaitu Pasar
dan Sartono, 2002). Padang Bulan, Pasar Petisah, Pusat Pasar,
Pasar Sukaramai, dan Pasar Aksara.
Profenofos merupakan salah satu jenis Penelitian dilakukan di Laboratorium
insektisida organofosfat dengan batas Pengujian Mutu dan Residu Pestisida
maksimum residu sesuai dengan Standar UPT BPTH I Medan.
Nasional Indonesia yaitu 5 mg/kg pada
cabai merah. Berdasarkan peraturan Bahan yang dipakai pada penelitian ini
Menteri Pertanian tahun 2009 yang adalah cabai merah segar dan cabai merah
ditetapkan oleh Depertemen Pertanian giling dari beberapa pasar tradisional
(Deptan), pestisida yang digunakan untuk Kota Medan yaitu Pasar Padang Bulan,
cabai merah adalah karbendazim, Pasar Petisah, Pusat Pasar, Pasar
profenofos, dan quinoxifen. Curacron Sukaramai, dan Pasar Aksara dengan
salah satu produk pestisida yang menggunakan alat Kromatografi Gas
digunakan untuk mengendalikan hama dilengkapi dengan detector spesifik.
pada cabai yang mempunyai bahan aktif
profenofos yang merupakan insektisida

2
Penelitian dilakukan secara kuantitatif Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Residu
Insektisida Profenofos Pada Cabai Merah
untuk mengetahui kadar profenofos pada Segar dan Cabai Merah Giling
cabai merah segar dan cabai merah giling. Residu Profenofos
No Sampel BMR
Perlakuan yang dilakukan pada kedua 1 Cabai Merah 0,733 mg/kg
sampel sama hanya pada cabai merah Segar A
2 Cabai Merah -
segar terlebih dahulu dicuci dibawah air Segar B
mengalir sambil digosok-gosok selama 2 3 Cabai Merah -
Segar C
menit. Dilakukan ekstraksi pada sampel 4 Cabai Merah -
cabai merah segar dan cabai merah giling, Segar D
5 Cabai Merah 1,205 mg/kg
sampel ditimbang seberat 15 gram. Segar E
5 mg/kg
Lumatkan dengan ultra turaks (blender) 6 Cabai Merah -
Giling A
selama 30 detik dengan tambahan 30 ml 7 Cabai Merah -
aseton, 30 ml diklormetan dan 30 ml Giling B
8 Cabai Merah 0,128 mg/kg
petroleum benzine. Saring dengan kertas Giling C
saring, setelah itu masukkan kedalam 9 Cabai Merah -
Giling D
labu bulat sebanyak 25 ml. Pekatkan 10 Cabai Merah -
dalam rotavapor pada suhu tangas air Giling E

400C, sampai hampir kering, kemudian


Keterangan :
dengan mengalirkan gas nitrogen sampai A : Pasar Aksara
kering. Larutkan residu dalam 5 ml iso
B : Pasar Padang Bulan
oktana :toluene dengan perbandingan C : Pasar Petisah
(90:10, v/v). Terakhir suntikan 1-2 µl
D : Pusat Pasar
ekstra dan larutan standar ke dalam E : Pasar Sukaramai
kromatograf gas.
BMR : Batas Maksimum Residu
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan Tabel 4.1. di atas dapat
dilihat dari 10 sampel yang diperiksa ada
Berdasarkan Pemeriksaan yang diperoleh 3 sampel yang positif mengandung residu
dari Laboratorium Pengujian Mutu dan insektisida profenofos. Cabai merah segar
Residu Pestisida UPT BPTH I Medan dari Pasar Aksara dengan nilai 0,733
dari 10 sampel cabai yaitu 5 (lima) cabai mg/kg, cabai merah segar dari Pasar
merah segar dan 5 (lima) cabai merah Sukaramai dengan nilai 1,205 mg/kg,
giling dengan menggunakan alat sedangkan cabai merah segar dari Pasar
kromatografi gas terlihat pada Table 4.1. Padang Bulan, Pasar Petisah dan Pusat
Pasar tidak mengandung residu
profenofos. Cabai merah giling dari Pasar
Petisah 0, 128 mg/kg, sedangkan Pasar
Petisah, Pasar Padang Bulan, Pasar
Petisah, Pusat Pasar dan Pasar
Sukararamai tidak mengandung residu
profenofos.

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara


kuantitatif diperoleh hasil yang berbeda
pada cabai merah segar dan cabai merah
giling. Hasil dari pemeriksaan tersebut

3
terdapat 3 (tiga) sampel yang positif Berdasarkan hasil wawancara yang
mengandung residu insektisida profenofos peneliti peroleh dari lima responden
yaitu 2 (dua) sampel cabai merah segar dimana pada cabai merah giling dari
dari Pasar Aksara dengan nilai 0,733 Pasar Petisah yang diproduksi sendiri
mg/kg dan Pasar Sukaramai dengan nilai oleh pedagang menjadi bumbu masak dan
1,205 mg/kg , sedangkan 1 (satu) sampel terlebih dahulu di cuci sebelum digiling
cabai merah giling dari Pasar Petisah sebanyak 2 kali yang dimasukkan dalam
dengan nilai 0,128 mg/kg . Cabai merah ember. Sedangkan cabai merah segar
segar dari Pasar Aksara dan Pasar yang diperoleh dari Pasar Aksara dan
Sukaramai positif mengandung residu Pasar Sukaramai terlebih dahulu dicuci
profenofos sedangkan cabai merah giling selama 2 menit sebelum diteliti
tidak mengandung residu profenofos. menggunakan kromatografi gas.
Cabai merah segar dari Pasar Petisah
tidak mengandung residu profenofos Residu insektisida profenofos yang
sedangkan cabai merah giling positif terdapat pada cabai masuk kedalam tubuh
mengandung residu profenofos. manusia melalui mulut, maka dapat
memberikan pengaruh terhadap kesehatan
Hal ini disebabkan karena sampel cabai manusia. Dampak terhadap konsumen
merah segar dan cabai giling dari Pasar umumnya berbentuk keracunan kronis
Aksara, Pasar Sukaramai dan Pasar yang tidak langsung dirasakan. Namun,
Petisah diambil dari satu penjual yang dalam waktu lama bisa menimbulkan
cabai gilingnya itu tidak berasal dari gangguan kesehatan. Seperti, gangguan
sampel cabai merah segar. Residu yang terhadap syaraf, hati (liver), perut, sistem
tedapat pada 3 (tiga) sampel yang diteliti kekebalan dan hormon. Gejala keracunan
masih berada dibawah batas maksimum ini baru kelihatan setelah beberapa bulan
residu (BMR) yang ditetapkan oleh atau tahun kemudian (Romeo,dkk.,
Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu 5 1990)
mg/kg.
Kesimpulan dan Saran
Hasil yang diperoleh dari laboratorium
terdapat 3 (tiga) sampel yang positif Hasil pemeriksaan dari Laboratorium
mengandung residu insektisida Pengujian Mutu dan Residu Pestisida
profenofos. Sampel cabai merah segar UPT BPTH I Medan, 10 sampel cabai
mempunyai residu paling tinggi yang diperiksa yaitu 5 (lima) cabai merah
dibandingkan dengan sampel cabai merah segar dan 5 (lima) cabai merah giling dari
giling. Penelitian Atmawidjaja tahun beberapa pasar Kota Medan dengan
2004 ada beberapa faktor yang menggunakan alat kromatografi gas.
mempengaruhi penurunan residu Terdapat 3 (tiga) cabai yang postif
insektisida antara lain (1) penguapan, (2) mengandung insektisida profenofos yaitu
perlakuan mekanis dan fisik, pestisida 2 (dua) cabai merah segar dan 1 (satu)
berkurang karena terlarut akibat cabai merah giling yang masih berada
pencucian dan (3) kimiawi (pencucian dibawah batas maksimum residu (BMR)
dengan detergen). yang ditetapkan oleh Standar Nasional
Indonesia (SNI) yaitu 5 mg/kg.

4
Dalam hal ini petani diharapkan agar
memperhatikan cara penggunaan
pestisida yang sesuai dengan aturan untuk
menghindari residu pada bahan makanan
dan kepada masyarakat agar mencuci
sayuran dan buah sebersih mungkin
dengan menggunakan air mengalir.

Daftar Pustaka

Achmadi, U. F., 2008. Manajemen


Penyakit Berbasis Wilayah.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Atmawidjaja, Tjahjono, Rudyanto., 2004.
Pengaruh Perlakuan Terhadap
Kadar Residu Pestisida
Metidation Pada Tomat, from
http://acta.fa.itb.ac.id. Diakses 5
September 2012.
Romeo dan Rengam, 1999. Awas
Pestisida Berbahaya Bagi
Kesehatan, Yayasan Duta
Awam (YDA), from
http://Health_module_BIndonesia.
pdf, Diakses Tanggal 22 Februari
2012.
Santika, A., 1999. Agribisnis Cabai.
Cetakan IV, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sartono., 2002. Racun dan Keracunan.
Cetakan I, Widya Medika, Jakarta.
Semua Pestisida Beracun from
http://hesperian.org/wpcontent/
uploads/pdf/, Diakses Tanggal 17
Februari 2012.
Soemirat, 2009. Toksikologi
Lingkungan, Cetakan III. Gadja
Mada University Press,
Yogyakarta.

You might also like