Professional Documents
Culture Documents
Penanaman Tanaman Padi
Penanaman Tanaman Padi
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 6
1. Ani Domiah (141510601167)
2. Lilik Laeliyah (141510601019)
3. Lingga Mareta Hadi (141510601061)
4. Nuril Muyassaroh (141510601108)
5. M. Syauqi Hasbi (141510601147)
LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mengetahui cara menanam padi secara langsung di lahan sawah dengan
jarak tanam konvensional (bujur sangkar) dan jejer legowo 2 : 1 dan 4 : 1.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3.2.2 Alat
1. Tali rafia yang sudah diberi tanda sesuai jarak tanam yang digunakan.
PENANAMAN PADI
Bibit yang telah ditanam terlihat rapi dan lurus, sesui dengan jarak
tanam yang telah ditentukan ( 20x20 cm)
3 Keterangan:
3 Keterangan:
2 Hasil Pekerjaan:
3 Keterangan:
c. Jajar legowo 4 : 1
Nerupakan sistem penanaman padi dimana setiap empat baris tanaman
diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak
tanaman antar barisan. Dengan adanya sistem legowo ini maka setiap barisan
tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang
diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir
(baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar
barisan. Sistem jajar legowo 4 : 1 memilki ukuran 20 cm (antar barisan dan
pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong). Tipe
jajar legowo 4 : 1 terbukti terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah
tinggi.
Dari beberapa macam sistem tanam tersebut terdapat salah satu sitem yang
dapat menghasilkan kualitas padi lebih baik daripada sistem tanam padi lainnya.
Sistem tanam tersebut adalah sistem tanam jajar legowo 4 : 1. Metode jajar legowo
4 : 1 memiliki kualitas padi yang lebih baik dibandingkan dengan metode jajar
legowo 2 : 1 karena pada sistem jajar legowo 4 : 1 terdapat tanaman pagar yang
mendapatkan penyinaran matahari yang cukup, dimana penyinaran matahari
tersebut dapat meningkatkan proses fotosintesis pada daun tanaman sehingga bobot
bulir padi yang dihasilkan lebih berat dan jarang sekali ditemukan bulir padi yang
tidak bernas. Pola jarak tanam jajar legowo 4:1 juga digunakan untuk penangkaran
padi untuk tujuan mendapatkan bulir gabah berkualitas benih. Bulir gabah yang
dihasilkan dengan menggunakan jarak tanam 4:1 sangat bermutu atau berkualitas.
Sedangkan untuk pola jajar legowo 2 : 1 akan menambah populasi tanaman sampai
sekitar 33,3%. Dengan adanya penambahan tersebut, tujuan budidaya padi untuk
konsumsi bisa tercapai. Karena pada saat ini kebutuhan konsumsi beras semakin
meningkat dengan seiring bertambahnya penduduk. Banyak para petani yang ingin
mendapatkan produksi gabah tinggi menggunakan pola jarak tanam jajar legowo
2:1 ini dalam membudidayakan padi. Jadi pola jarak tanam jajar legowo 2:1 ini
cocok untuk budidaya padi dengan tujuan untuk konsumsi. Oleh karena itu, pola
tanam jajar legowo 4 : 1 dapat menghasilkan kualitas padi yang lebih baik
dibandingkan jajar legowo 2 : 1.
Berdasarkan praktikum penanaman padi yang telah dilakukan, cara tanam
konvensional dapat dilakukan dengan mudah karena jarak tanam yang tunggal,
namun dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo pola tanam konvensional
ini memilki beberapa kekurangan antara lain : (1) tidak dimungkinkan
dilakukannya sistem pengembangan agribisnis, (2) produktivitas padi lebih rendah
yakni sekitar 160.000 rumpun/ha, (3) tidak adanya efek tanaman pinggir
mengakibatkan produksi gabah yang dihasilkan kurang berkualitas dan maksimal,
(4) pemanfaatan unsur hara tanaman kurang maksimal akibat tidak adanya ruang
kosong antar baris tanaman, dan (5) pengawasan terhadap OPT relatif sulit untuk
dilakukan. Sistem tanam konvensional disamping memilki kekurangan juga
memililki kelebihan yaitu lebih mudah dalam penanamannya karena jarak
tanamnya yang seragam. Sistem tanam konvensional menggunakan jarak tanam 20
x 20 cm. Sistem tanam jajar legowo merupakan sistem tanam yang memberikan
ruang tumbuh yang longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan terhadap sistem tanam padi jajar legowo 2 : dan 4
: 1, dapat ditemukan perbedaan yang jelas antara keduanya, yakni dimana dalam
sistem jajar legowo 2 : 1 Setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar
dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang memanjang
dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan, sedangkan sistem tanam
jajar legowo 4 : 1 Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong
dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam yang dipinggir setengah dari
jarak tanam yang ditengah. jarak tanam yang digunakan dalam jajar legowo 2 : 1
adalah 20 x 10 x 40 cm dalam 2 baris, sedangkan pada jajar legowo 4 : 1 adalah 20
x 10 x 40 cm dalam 4 baris. Pengaturan jarak tanam jarwo dan konvensional
tersebut menggunakan kinco untuk menyamakan jarak tanam antar tanaman. sistem
tanam jajar legowo memilki beberapa keuntungan antara lain : (1) dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sinar matahari bagi tanaman pinggir, (2) mengurangi
kemungkinan serangan hama, terutama tikus karena tikus kurang suka hidup di
tempat yang terbuka, (3) menekan serangan penyakit, (4) menambah populasi
tanaman sehingga produktivitasnya lebih besar, (5) berpotensi untuk
pengembangan sistem agribisnis seperti padi-ikan atau padi-ikan-bebek (Bobihoe,
2013).
Secara teknis, setiap budidaya suatu tanaman harus memperhatikan
kondisi iklim serta kondisi lahan di sekitar tanaman tersebut tumbuh. Dalam
kenyataan di lapangan, iklim dan cuaca sangat sulit untuk
dimodifikasi/dikendalikan sesuai dengan kebutuhan, kalaupun bisa memerluan
biaya dan teknologi yang tinggi. Iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor
pembatas produksi pertanian. Faktor iklim mempunyai peranan yang sangat penting
dalam perencanaan dan sistem produksi pertanian karena seluruh unsur iklim
berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologis, pertumbuhan dan produktivitas
tanaman. Keadaan iklim aktual (cuaca) pada periode tertentu sangat menentukan
pola tanam padi, jenis varietas, teknologi usahatani, pertumbuhan , produksi
tanaman, serangan hama/penyakit dan lain-lainnya. Pertumbuhan dan produksi
tanaman padi merupakan hasil akhir dari proses fotosintesis dan berbagai fisiologi
lainnya. Selain radiasi surya, proses fotosintesis bulir padi sangat ditentukan oleh
ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan suhu udara. Sedangkan proses respirasi dan
beberapa proses metabolisme tanaman secara signifikan dipengaruhi oleh suhu
udara dan beberapa unsur iklim lain. Selain proses metabolisme, proses
pembungaan, pengisian biji dan pematangan biji atau buah tanaman padi juga
sangat dipengaruhi oleh radiasi surya (intensitas dan lama penyinaran), suhu udara
dan kelembaban nisbi serta angin. Oleh sebab itu, produkstivitas dan mutu hasil
tanaman padi yang banyak ditentukan pada fase pengisian dan pematangan biji atau
buah sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur iklim dan cuaca, terutama radiasi
surya dan suhu udara. Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200
mm/bulan, ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl dengan suhu optimal sekitar
23°C. pada saat musim kemarau berlangsung, ketersediaan air harus terjaga untuk
meningkatkan produktivitas (Nurhidayat, 2010).
Selain kondisi iklim, kondisi lahan juga turut berperan terhadap
produktivitas tanaman padi. Kondisi lahan yang baik untuk tanaman padi adalah
tanah yang digunakan untuk tempat budidaya harus benar-benar subur, terbebas
dari pathogen dalam tanah, tidak terdapat gulma di dalam petakan sawah,
kelembapan tanah juga harus terjaga, serta kadar air tanah dalam kondisi kapasitas
lapang. Tanah untuk budidaya tanaman padi harus banyak mengandung humus
serta bahan organic dan unsure hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi itu sendiri. Tanah yang
baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah yang mengandung pasir, debu,
maupun lempung.
Setelah mengetahui berbagai metode penanaman padi sawah, terdapat
sistem penanaman yang mampu menghasilkan produk yang berkualitas serta
berkuantitas tinggi. menurut saya sistem penanaman yang berpotensi untuk
menghasilkan produk berkualitas dan berkuantitas tinggi adalah sistem penanaman
padi jajar legowo. Dalam sistem penanaman jajar legowo, terdapat barisan kosong
yang memungkinkan sinar matahari dapat masuk ke barisan tanaman secara
maksimal sehingga dapat memperlancar proses fotosintesis. Selain itu,
pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman menjadi lebih mudah untuk
dilakukan dibandingkan dengan sistem tanam konvensional. Jumlah populasi
sistem tanam jajar legowo juga lebih banyak sehingga produktivitas yang
dihasilkan dari sistem tersebut jauh lebih maksimal dibandingkan sistem tanam
konvensional. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sistem tanam jajar
legowo 4 : 1 digunakan untuk mendapatkan bulir gabah berkualitas benih
sedangkan sistem tanam 2 : 1 digunakan untuk mendapatkan produksi gabah
tertinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam penanaman pada
budidaya padi yaitu :
1. Mutu Bibit Padi
Sebelum melakukan penanaman, harus mengetahui mutu bibit yang akan
ditanam. Dalam menentukan mutu bibit yang baik, sebelumnya perlu adanya
penyeleksian benih. Benih padi diseleksi terlebih dahulu, agar benih yang tidak
bermutu tidak akan digunakan dan dibuang, dan untuk benih yang bermutu,
benih padi tersebut akan digunakan untuk persemaian untuk menghasilkan bibit
padi yang bermutu. Bibit padi yang bermutu ini, salah satu yang akan
menentukan keberhasilan dalam penanaman budidaya padi.
2. Cara tanam
Cara tanam bibit padi sangat menentukan keberhasilan dalam penanaman dalam
budidaya padi. Apabila cara tanam yang dilakukan dengan baik dan sesuai
dengan prosedur yang ditentukan, maka keberhasilan dalam penanaman akan
baik. Tapi sebaliknya, jika cara tanam itu salah, seperti jarak tanam terlalu dekat,
penancapan bibit kedalam lubang tanam terlalu dalam dan sebagainya.Hal
tersebut justru dapat menyebabkan keberhasilan dalam penanama akan semakin
rendah atau buruk, sehingga cara tanam harus diperhatikan dalam melakukan
penanaman.
3. Jarak tanam
Dalam melakukan penanam jarak tanam juga harus diperhatikan dimana jarak
tanam merupakan kesesuaian antara tanama satu dengan tanama lainnya. Jarak
tanam yang baik, jarak tanam yang sesuai dengan jenis tanaman, kesuburan
tanah, dan juga ketinggian tempat atau musim. Jika sesuai dengan hal-hal
tersebut, maka keberhasilan dalam penanaman budidaya padi akan berhasil.
Sebaliknya, jika dalam memberikan jarak tanam yang tidak sesuai seperti
menimbulkan kompetisi antar tanaman dalam memperebutkan unsur hara, maka
salah satu tanaman akan berakibat kekurangan unsur hara. Hal tersebut, akan
mengakibatkan tingkat keberhasilan penanaman menjadi buruk bahkan bisa
menyebabkan kematian tanaman.
4. Pola jarak tanam
Pola jarak tanam juga menentukan keberhasilan dalam budidaya padi.
Pengaturan pola jarak tanam yang baik adalah seperti pola jarak tanam jajar
legowo. Pola jarak tanam tersebut dapat menekan serangan hama seperti tikus
dan penyakit, sehingga pola jarak tanam yang digunakan atau yang diterapkan
dalam keadaan tersebut, dapat membatu dalam keberhasilan penanaman
budidaya padi. Jarak tanam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman
padi. Jarak tanam yang sesuai dengan tanaman padi yang ditanam akan
berdampak positif pada pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Jarak tanam
yang sesuai atau tidak terlalu dekat, tidak akan berpotensi terjadinya kompetisi
antar tanaman dalam memperebutkan unsur hara didalam tanah. Tanaman padi
akan cepat tumbuh dan mampu berproduksi tinggi atau antar tanaman padi tidak
akan saling mengganggu, akan tetapi jika jarak tanam tidak sesuai dengan
tanaman padi akan berdampak buruk bagi tanaman tersebut. Pertumbuhan
tanaman padi akan terhambat dan produksi tanaman padi tidak maksimal atau
kurang. Hal tersebut diakibatkan karena adanya kompetisi antar tanaman padi
dalam memperebutkan unsur hara di dalam tanah.
Dari beberapa sistem tanam padi yang telah dibahas dalam kegiatan
praktikum, petani lebih menyukai sistem tanam padi konvensional dengan jarak 20
x 20 cm atau 25 x 25 cm. Hal tersebut disebabkan karena dalam sistem tanam jajar
legowo lebih banyak membutuhkan tenaga kerja karena harus mengatur jarak
tanam antar barisan tanaman. Pada sistem tanam konvensional pengaturan jarak
tanam seragam sehingga lebih mempermudah petani dalam melakukan penanaman.
Petani mengetahui bahwa pola tanam konvesional tersebut lebih mempersulit
mereka dalam perawatan padi, akan tetapi pola tanam tersebut masih digunakan
oleh petani hingga saat ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petani terhadap
pola tanam jajar legowo sehingga petani tidak menghiraukan sistem tanam padi
jajar legowo tersebut.
Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode sistem
penanaman padi yaitu konvensional dan jajar legowo, maka perlu dilakukan
penyuluhan oleh dinas pertanian atau lembaga yang terkait di dalamnya.
Penyuluhan terhadap para petani perlu dilakukan agar para petani bersedia untuk
berpindah sistem tanam dari konvensional ke jajar legowo. Selain itu, penyuluhan
juga bertujuan untuk membantu para petani agar dapat meningkatkan
produktivitasnya sehingga kesejahterann petani akan tercapai.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Cara menanam padi secara konvensional yaitu metode penanaman padi
dengan bentuk bujur sangkar atau jarak tanam tunggal. Jarak tanam yang
dipakai umumnya 20 x 20 cm atau bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau
25 cm sesuai dengan pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau
tingkat kesuburan tanahnya.
2. Cara menanam padi jajar legowo 2 : 1 adalah cara tanam padi sawah dimana
setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki
jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam
barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian
jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) x
10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
3. Cara menanam padi jajar legowo 4 : 1 yaitu cara tanam padi sawh dimana
setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki
jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan.
5.2 Saran
Sistem tanam padi jajar legowo terbukti bisa meningatkan produktivitas
padi jauh lebih banyak dibandingkan sistem tanam basa. Oleh karena itu, petani
yang telah terbiasa menggunakan sistem tanam konvensional diharapkan beralih ke
sistem tanam jajar legowo yang lebih menguntungkan petani. Selain itu,
kemudahan dalam perawatan pada sistem tanam jajar legowo juga turut
memudahkan petani dalam melakukan pengendalian terhadap OPT yang
menyerang tanaman padi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Fita., A. Suryanto, dan N. Aini. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit
pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Produksi
Tanaman, 1(2): 52-60.
Bobihoe, Julistia. 2013. Sistem Tanam Padi Jajar Legowo. Jambi : Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jambi.
Hatta, Muhammad. 2012. Uji Jarak Tanam Sistem Legowo Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Beberapa Varietas Padi pada Metode SRI. Agrista, 16(2): 87-93.
Lalla, Hajrah., M.S.S. Ali, dan Saadah. 2012. Adaptasi Petani Padi Sawah Terhadap
Sistem Tanam Jajar Legowo 2 : 1 di Kecamatan Polong Bangkeng Utara,
Kabupaten Takalar. Sains dan Teknologi, 12(3): 255-264.
Nurhasanah., Supardi, dan Syakur. 2012. Kesuburan Tanah Pada Sistem Budidaya
Konvensional dan SRI di Kabupaten Aceh Besar. Manajemen Sumber
Daya Lahan, 1(2): 151-158.
Sriyanto, Sugeng. 2010. Panen Duit dari Bisnis Padi Organik. Jakarta : AgroMedia
Pustaka.
Suparwoto. 2010. Penerapan Sistem Tanam Legowo pada Usaha Tani Padi untuk
Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Petani. Pembangunan Manusia,
volume 10 nomor 1.