Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sehingga
penyusun mampu menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam kepada sang pendidik sejati Rasulullah SAW, serta para
sahabat, tabi’in dan para umat yang senantiasa berjalan dalam risalahnya. Dengan
terselesainya makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada semua pihak yang memberikan sumbangan baik moral maupun spiritual.
Selanjutnya penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini banyak
terdapat kekurangan, walaupun penyusun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
membuat yang terbaik. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang
sempurna. Begitu juga dalam penyusunan makalah ini, yang tidak luput dari kekurangan
dan
kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah
ini. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amiin.
B. RUMUSAN MASALAH
Secara garis besar terdapat beberapa rumusan masalah, diantaranya:
A. Pengertian Qiraat.
B. Sejarah Perkembangan Qiraat.
C. Tokoh-tokoh Ilmu Qiraat dan Karya Ilmiahnya.
D. Mengenal Imam-Imam Qiraat.
E. Syarat-syarat Sahnya Qiraat.
F. Pengaruh Qiraat Terhadap Istinbat Hukum.
G. Manfaat Perbedaan Qiraat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qiraat
Menurut bahasa, qira’at ( )قراءاتadalah bentuk jamak dari qira’ah ( )قراءةyang
merupakan isim masdar dari qaraa ()قرأ, yang artinya : bacaan.
Pengertian qira’at menurut istilah cukup beragam. Hal ini disebabkan oleh keluasan makna
dan sisi pandang yang dipakai oleh ulama tersebut. Berikut ini akan diberikan dua
pengertian qira’at menurut istilah.
Qira’at menurut al-Zarkasyi merupakan perbedaan lafal-lafal al-Qur'an, baik
menyangkut huruf-hurufnya maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut, sepeti takhfif,
tasydid dan lain-lain.
Dari pengertian di atas, tampaknya al-Zarkasyi hanya terbatas pada lafal-lafal al-
Qur'an yang memiliki perbedaan qira’at saja. Ia tidak menjelaskan bagaimana perbedaan
qira’at itu dapat terjadi dan bagaimana pula cara mendapatkan qira’at itu.
Ada pengertian lain tentang qira’at yang lebih luas daripada pengertian dari al-
Zarkasyi di atas, yaitu pengertian qira’at menurut pendapat al-Zarqani.
Al-Zarqani memberikan pengertian qira’at sebagai : “Suatu mazhab yang dianut oleh
seorang imam dari para imam qurra’ yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan
al-Qur’an al-Karim dengan kesesuaian riwayat dan thuruq darinya. Baik itu perbedaan
dalam pengucapan huruf-huruf ataupun pengucapan bentuknya.”
Ada beberapa kata kunci dalam membicarakan qiraat yang harus diketahui. Kata
kunci tersebut adalah qira’at, riwayat dan tariqah. Berikut ini akan dipaparkan pengetian
dan perbedaan antara qira’at dengan riwayat dan tariqah, sebagai berikut :
Qira’at adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang imam dari qurra’
yang tujuh, sepuluh atau empat belas; seperti qira’at Nafi’, qira’at Ibn Kasir, qira’at Ya’qub
dan lain sebagainya.
Sedangkan Riwayat adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang perawi
dari para qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas. Misalnya, Nafi’ mempunyai dua
orang perawi, yaitu Qalun dan Warsy, maka disebut dengan riwayat Qalun ‘anNafi’ atau
riwayat Warsy ‘an Nafi’.
Adapun yang dimaksud dengan tariqah adalah bacaan yang disandarkan kepada
orang yang mengambil qira’at dari periwayat qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas.
Misalnya, Warsy mempunyai dua murid yaitu al-Azraq dan al-Asbahani, maka disebut
tariq al-Azraq ‘an Warsy, atau riwayat Warsy min thariq al-Azraq. Bisa juga disebut
dengan qira’at Nafi’ min riwayati Warsy min tariq al-Azraq.
ُنْ ا
ْس اراحاْ اج ِميال َّْ س ِ ِّر ُحوه
او ا
Terjemahnya:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang
beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya, maka sekali-
kali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka
berilah mereka mut'ah, dan lepaskanlah mereka itu dengan cara sebaik-baiknya."
Ayat di atas menjelaskan, bahwa seorang istri yanng diceraiakn oleh suaminya
dalam keadaan belum disetubuhi, maka tidak ada masa iddah baginya. Masa iddah adalah
masa menunggu bagi seorang wanita yang diceraikan suaminya, sebelum wanita tersebut
dibolehkan kawin lagi dengan laki-laki lain.
Berkenaan dengan ayat di atas, Hamzah dan al-Kisa'I, membacanya dengan (ِْم ْنقا ْب ِل ْأ ا ْن
ْ)ت امآسُّوه َُّن, sementara Ibn Kasir, Abu 'Amer, Ibn 'Ashim, dan Nafi' membaca: (ِْم ْن ْقا ْب ِل ْأ ا ْن
ْ)ت ا امسُّوه َُّن. Perbedaan bacaan tersebut tidak menimbulkan perbedaan maksud atau ketentuan
hukum yang terkandung di dalamnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang qiraat di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai
berikut :
1. Qira’at Sab’ah bukanlah Sab’atu ahruf, tetapi qira’at Sab’ah adalah qira’at yang
diriwayatkan oleh para imam qiraat yang tujuh orang, dan merupakan bagian dari Sab’atu
Ahruf.
2. Qira’at ‘Asyarah adalah shahih dan sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah
SAW, maka boleh membaca al-Qur’an dengan qiraat manapun diantara salah satu dari
yang sepuluh itu, di luar itu adalah Qiraat Syadz serta tidak boleh dipakai untuk membaca
al-Qur’an.
3. Qira’at, baik shahih maupun syadz, dapat dipakai untuk menetapkan hukum syar’i,
sebagaimana pendapat jumhur ulama.
4. Umat Islam sangat mementingkan masalah al-Qur’an beserta qiraatnya yang bermacam-
macam itu sehingga banyak ulama mengkhususkan diri dalam maslah qiraat dengan
mendalaminya, mengajarkannya dan menulis kitab-kitab tentang qiraat. Hal ini merupakan
salah satu upaya untuk menjaga kemurnian al-Qur’an.
5. Perbedaan qira’at yang ada mempunyai banyak manfaat bagi umat Islam, terutama
dalam memudahkan membaca al-Qur’an dan mengambil hukum dari al-Qur’an.
B. Saran-Saran
Dengan selesainya makalah ini tentunya masih banyak yang kurang di dalamnyai
maka dari itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari
Bapak dosen yang membawakan mata kuliah ini.
Selanjutnya selaku Penyusun makalah ini kami hanya memberikan himbauan
khususnya kepada teman-teman mahasiswa karena seperti yang kita ketahui bahwa
mahasiswa “agent social of change dan agent social of control”, maka untuk
mengaplikasikannya itu maka kita dituntut untuk mengadakan inovasi dan tidak lupa kita
harus membenahi diri kekurangan yang ada untuk menuju kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Nur, Muhammad Qadirun. 2001. Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. Jakarta. Pustaka Amani.
Ash-Shabuni, Muhammad Ali. 2003. At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an. Jakarta. Darul Kutub
Al- Islamiyah.
Al-Qattan, Manna Khalil. 1973. Mabahis Fi Ulumil Qur’an. Surabaya. Al-hidayah.
Al-Qodi, Abdul Fattah Abdul Ghoni. 2009. Al-Wafi fi Syarhi Asy-Syathibiy. Mesir. Dar
el-Islam