Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
NIM : 170414901149
Hari :
Tanggal :
Di susun oleh :
Mengetahui,
KEPALA UPT,
PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA
PASURUAN
A. LANSIA
3. Klasifikasi Lansia
Maryam (2008) menyebutkan bahwa klasifikasi lansia dibagi
dalam 5 bagian antara lain : Pralansia (prasenilis) adalah seseorang
yang berusia antara 45-59 tahun, Lansia adalah seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih, Lansia resiko tinggi adalah seseorang
yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan, Lansia potensial adalah lansia
yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang dan jasa, dan Lansia tidak potensial ialah
lansia yang tidak mampu mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain, sedangkan dalam Nugroho
(2008) menyebutkan bahwa lanjut usia terdiri dari 3 kategori, yaitu
young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old (diatas 80
tahun), dan dalam World Health Organization (2008) menyebutkan,
batasan lanjut usia yaitu sebagiap berikut : Usia pertengahan (middle
age) yaitu usia antara 45-59 tahun, Lanjut usia (elderly) yaitu usia
antara 60-74 tahun, Lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75-90 tahun,
dan Usia sangat tua (very old) yaitu diatas usia 90 tahun.
7. Teori Penuaan
Teori penuaan pada lansia, yaitu (Prastiwi, 2010) :
a. Teori biologis.
Teori ini menjelaskan mengenai proses fisik penuaan yang meliputi
perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan, panjang usia,
dan kematian (Stanley., 2006). Perubahan yang terjadi di dalam tubuh
dalam upaya berfungsi secara adekuat untuk dan melawan penyakit
dilakukan mulai dari tingkat molekuler dan seluler dalam sistem organ
utama. Teori biologis mencoba menjelaskan mengenai proses atau
tingkatan perubahan yang terjadi pada manusia mengenai perbedaan
cara dalam proses menua dari waktu ke waktu serta meliputi yang
mempengaruhi usia panjang, perlawanan terhadap organisme dan
kematian atau perubahan seluler.
b. Teori sosiologi.
Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status
hubungan sosial. Teori ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari
luar tubuh.
c. Teori psikologis.
Teori ini merupakan teori yang luas dalam berbagai lingkup karena
penuan psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, dan
melibatkan penggunaan kapasitas adaptif untuk melakukan kontrol
perilaku atau regulasi diri.
d. Teori Kejiwaan Sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah
kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia
lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
lanjut usia.
3) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1) kehilangan peran
2) hambatan kontak sosial
3) berkurangnya kontak komitmen
5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat dalam darah pada pria
dewasa kurang dari 7 mg/dL dan pada wanita kurang dari 6 mg/dL.
Apabila konsentrasi asam urat dalam darah lebih dari 7 mg/dL dan ginjal
tidak mampu mengeluarkan melalui urin akan mengakibatkan
penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya
berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara mendadak
kadarasam urat dalam darah. Jika kristal asam urat mengendap dalam
sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya
serangan gout, dengan adanya serangan yang berulang-ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan topi akan
mengendap dibagian perifer seperti ibu jari kaki dan tangan. Adanya
kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan
lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi.Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala
yang timbul. Serum urat meningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala.
Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya
penumpukan asam urat pada ginjal (Smeltzer., 2009).
6. PATHWAY
Gangguan metabolisme
purin
Di luar cairan tubuh
GOUT
Di dalam sendi
Pelepasan kristal monosodium urat
Penimbunan pd membran sinovial
Penimbunan kristal urat & tulang rawan
Pelepasan Akumulasi
mediator kimia cairan eksudat Pembentukan tukak Perubahan bentuk
oleh sel pd jaringan pd sendi tubuh pd tulang & sendi
(bradikinin,
intersitial
histamin,
Tofus-tofus mengering
prostaglandin)
Odema
jaringan Kekakuan pd sendi
Hipotalamus Gangguan konsep diri,
Pergerakan tubuh ↓ citra diri
Menstimulasi Penekanan pd
nosiseptor jaringan sendi
Nyeri
8. Penatalaksanaan.
Gout Arthritis atau asam urat dapat diobati dengan beberapa cara
berikut ini : pertama penatalaksanaan medik : yaitu dengan pemberian
obat-obatan penghilang rasa nyeri seperti analgesik, kortikosteroid, diet
rendah purin, hindari olkohol, perbanyak minum air, dan hindari obat-
obatan yang dapat meningkatkan kadar asam urat seperti tiazid, diuretik,
dan asam mekotinat yang menghambat ekskresi asam urat dari ginjal
(Mansjoer, 2009).
Kedua Penatalaksanaan Komplementer : yaitu dengan obat herbal,
jamu-jamuan, teknik distraksi, teknik relaksasi dan istirahat, ada pula
dengan cara teknik stimulasi kulit yaitu dengan cara pijatan, kompres
hangat (jahe) atau dingin, dan akupuntur (Sustrani et al, 2006).
9. Pengaturan Diit.
Klien dengan asam urat atau Gout Arthritis biasanya disarankan untuk
menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk, serta diet rendah
purin. Hindari alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan, sarden,
daging kambing, dan sebagainya), termasuk manis. Perbanyak minum.
Pengeluaran urin 2 liter/hari atau lebih akan membatu pengeluaran asam
urat dan mengurangi pembentukan endapan di saluran kemih.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Peradangan Pada Sendi
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kekakuan pada
sendi
c. Resiko Jatuh berhubungan dengan Penggunaan alat bantu
(tongkat)
3. Intervensi Keperawatan
Dx 1. Nyeri Akut berhubungan dengan Peradangan Sendi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x
dalam sehari di harapkan nyeri klien hilang atau berkurang
KH :
Skala nyeri berkurang
Wajah Klien tampak rileks
Klien menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Klien mampu mengontrol nyeri
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Lakukan BHSP 1. Untuk membina hubungan
2. Lakukan pengkajian nyeri saling percaya denan klien
secara komprehensif meliputi 2. Untuk mengetahui tingkat
lokasi,karakteristik, durasi, nyeri yang di rasakan klien
frekuensi, kualitas intensitas secara komprehensif
dan faktor pencetus. 3. Dengan posisi yang
3. Berikan posisi yang nyaman nyaman dapat mengurangi
4. Anjurkan klien untuk tirah nyeri klien.
baring/istirahat 4. Tirah baring dapat
5. Ajarkan teknik relaksasi dan membuat relaksasi dan
distraksi mengurangi nyeri
6. Berikan kompres hangat 5. Teknik relaksasi dan
7. Berikan Informasi mengenai distraksi membuat klien
penyebab nyeri rileks sehingga dapat
8. Kurangi faktor-faktor yang mengurangi dan mengontrol
dapat mencetuskan nyeri rasa nyeri yang dialami.
9. Kolaborasi dengan tim medis 6. Kompres hangat dapat
lainnya dalam pemberian mengurangi rasa nyeri
terapi. 7. Agar mampu mengetahui
tentang penyebab nyeri
yang dialami dan dapat
mengontrol nyeri
8. Agar mencegah penyebab
timbulnya nyeri yang di
alami
9. Menghilangkan rasa nyeri
dan mempercepat proses
penyembuhan klien
Dx 2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kekakuan pada
sendi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x
dalam sehari di harapkan klien mampu melakukan aktifitas
secara mandiri
KH :
Dapat melaksanakan ADL mandiri secara maksimal
Kekuatan otot bertambah/ dapat di pertahankan
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kemampuan ROM 1. Mengetahui tingkat kemampuan
2. Ajarkan teknik ROM kekuatan otot klien
3. Bantu klien dalam 2. ROM untuk melatih kemampuan
mengekspresikan nilai dan otot klien
kepercayaan serta tujuannya 3. Untuk meyakinkan klien dengan
dalam melakukan latihan otot tindakan yang akan di laksanakan
4. Bantu klien untuk mendapatkan 4. Untuk menambah pengetahuan
sumber yang di perlukan untuk klien bagaimana pentingnya melatih
terlibat dalam latihan otot otot
progresif 5. Untuk menambah informasi dan
5. Sediakan informasi mengenai pengetahuan klien
fungsi otot latihan fisiologis dan
progresif
Dx 3. Risiko Jatuh berhubungan dengan Penggunaan alat bantu
(tongkat)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x
dalam sehari di harapkan resiko jatuh klien dapat di
minimalisir
KH :
Klien mengetahui tentang factor resiko jatuh
Aktivitas ADL mandiri
Klien mengetahui strategi untuk mengatasi resiko jatuh
Klien dapat menunjukkan sikap melindungi diri sendiri dari
resiko jatuh
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan yang aman 1. Mencegah terjadinya resiko
bagi klien jatuh
2. Identifikasi kebutuhan, 2. Menentukan kebutuhan
keamanan klien, berdasarkan pasien terhadap keamanan
tingkat fisik, dan kognitif. dan menentukan intervensi
3. Identifikasi kognitif dan yang tepat
kekurangan fisik dari klien yang 3. Menentukan kebutuhan
mungkin meningkatkan klien dan menentukan
potensial untuk jatuh intervensi yang tepat
4. Identifikasi kebiasaan dan factor 4. Mengurangi resiko jatuh
resiko yang mempengaruhi untuk klien dari kebiasaan
untuk jatuh yang dilakukan dan factor-
5. Identifikasi karakteristik faktor penyebabnya.
lingkungan yang bisa 5. Mengetahui lingkungan
meningkatkan potensial untuk sekitar klien sehingga
jatuh. dapat dimodifikasi untuk
6. Monitor gaya berjalan, mengurangi resiko jatuh
keseimbangan dan tingkat 6. Menentukan intervensi
kelelahan yang dapat yang tepat untuk klien
memungkinkan klien untuk 7. Melatih klien untuk
jatuh meminimalisir factor
7. Ajari klien bagaimana cara penyebab resiko jatuh
duduk, berdiri dan berjalan
yang aman untuk
meminimalkan cedera
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2,
(Edisi 8) Jakarta : EGC
Gibson, John, 2012, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta :
EGC
Guyton dan Hall, 2013, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9). Jakarta : EGC
Suyono, Slamet. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI