You are on page 1of 10

PENDETEKSIAN KUALITAS UDARA PERKOTAAN

MELALUI KARAKTERISTIK EPIPHYTIC LICHEN PADA PERSIMPANGAN JALAN

Sumarlin1, Dikman Maheng2

Dosen Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik


Universitas Muhammadiyah Kendari

Penurunan kualitas udara pada lingkungan dapat dideteksi melalui keragaman dan karakteristik
makroskopik epiphytic lichen. Penelitian bertujuan ingin mengetahui; gambaran volume
kendaraan pada persimpangan jalan, keragaman jenis dan karakteristik makroskopis lichen pada
simpang jalan serta korelasi antara keragaman lichen dengan volume kendaraan kaitannya dengan
kualitas udara di Kota Kendari yang diuji dengan metode spearman colleration. Secara
pourposive sampling dipilih lima simpang jalan yaitu Bundaran Adibahasa, Simpang Empat
Wua-Wua Jaya, Bundaran Stainless, Bundaran Tank Andounohu, dan Bundaran Gubernur.
Melalui metode survey didapatkan volume lalulintas tertinggi terdapat di Bundaran Tank (1.0219
smp/jam) sedangkan Bundaran Adibahasa merupakan persimpangan dengan keragaman dan
tutupan lichen tertinggi (32.5%, 8 spesies). Karakteristik lichen yang ditemukan semakin tinggi
volume lalulintas warna lichen semakin pucat. Uji spearmen menunjukkan semakin tinggi
volume lalulintas maka pada suatu persimpangan maka persentase kehadiran dan spesies lichen
semakin sedikit, zat-zat polutan dari gas buang kendaraan bermotor sangat mungkin berperan.
Phycia aipolia ditemukan di Bundaran Adibahasa dan Bundaran Gubernuran, yang menandakan
kualitas udara di area Bundaran Adibahasa tercemar ringan; Parmeliaceae sp. dan Graphidacea
ditemukan di Simpang Empat Wua-Wua Jaya dan Bundaran Stainless, dan Bundaran Tank ini
menandakan di area tersebut, kualitas udaranya telah tercemar sedang. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa beberapa persimpangan jalan di Kota Kendari telah terjadi pencemaran udara tingkat
ringan dan sedang.

Kata Kunci: Lichen, Pencemaran Udara, Simpang Jalan,

PENDAHULUAN

Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di perkotaan merupakan salah satu faktor


antropogenik yang memicu terjadinya degradasi kualitas lingkungan udara perkotaan. Pada skala
global jumlah kendaraan bermotor yang signifikan di perkotaan akan berdampak serius
terhadap kualitas udara, paling tidak emisi kendaraan bermotor bertanggungjawab terhadap 29%
NOx antropogenik di China (MEP, 2014), 37% di Amerika Serikat (US EPA, 2014 ), dan 40% di
Uni Eropa (EEA, 2014). Senyawa-senyawa polutan kendaraan bermotor terdiri atas senyawa
organik, nitrogen oksida terutama dalam bentuk oksida nitrat dan partikulat, namun banyak dan
sedikitnya emisi dipengaruhi oleh modus mengemudi (pelan, sedang, cepat atau sangat cepat),
jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi (Flagan &Seinfield, 1988; Jones,
2008, Tugaswati; 2012).
Jumlah kendaraan bermotor yang terus mengalami peningkatan jumlah juga sudah mulai nampak di
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Menurut data SLHD Kota Kendari (2014) terjadi peningkatan
prosentase kendaraan bermotor di Kota Kendari pada tahun 2014 sebesar 88.4% dari tahun
sebelumnya ( tahun 2013 sebanyak 130.951 unit; tahun 2014 sebanyak 148.114 unit). Pertambahan
jumlah kendaraan tersebut memungkinkan untuk memicu peningkatan parameter SO2 dan PM10.
Parameter SO2 pada tahun 2014 sebesar 127.97µg/Nm3 dan tahun 2015 sebesar 219, 4 µg/Nm3
atau meningkat sebesar 41,7%. Parameter PM10 pada tahun 2014 sebesar 119.1 4 µg/Nm3 dan
tahun 2015 sebesar 184,6 µg/Nm3 meningkat sebesar 35,47% (BLH Sultra, 2015).
Paparan polusi udara menurut WHO (2017) telah menjadi penyebab meninggalnya 570.000 anak
setiap tahun karena infeksi saluran pernapasan, lebih dari setengah dari jumlah tersebut terjadi di
negara-negara miskin dan negara berkembang. Menurut Villareal et. al (2008) polusi udara dari
kendaraan bermotor telah menyebabkan radang saluran napas akut dan penurunan fungsi paru
pada anak sekolah di Mexico City. Dampak polusi udara dari lalulintas juga di ungkap oleh
Schultz et al. (2012) yakni paparan polusi udara saat umur kanak-kanak mempengaruhi fungsi
paru pada anak sampai dengan 8 tahun. Semantara itu, Lelivield et. al (2015) menyatakan emisi
dari penggunaan energi residensial seperti pemanasan dan memasak berdampak pada kematian
dini secara global di India dan China. Sedangkan Moulton dan Yang (2012) menyatakan ada
hubungan antara polusi udara dengan penyakit saraf pusat, efek polusi pada otak kemudian
bermanifestasi sebagai peradangan saraf, stress oksidatif dan neurodegerasi.
Kontrol kualitas udara dengan menggunakan alat monitor membutuhkan sumberdaya yang tidak
sedikit, sementara indikator biologi dianggap dapat menggambarkan karakteristik dampak (Holt
dan Miller, 2011), dan lebih efisen dibandingan dengan alat monitor. Oleh karena itulah
penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran volume lalulintas yang melintasi persimpangan
jalan, keragaman jenis dan karakteristik makroskopis lichen yang tumbuh pada pohon simpang
jalan, mengetahui korelasi antara keragaman lichen dengan volume kendaraan kaitannya dengan
pencemaran udara di persimpangan jalan.

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling didasarkan pada pertimbangan
volume lalu-lintas yang berkaitan erat dengan kualitas udara di area tersebut, yaitu Bundaran
Adibahasa, Simpang Empa t Wua-Wua Jaya, Bundaran Stainless, Bundaran Tank dan Bundaran
Gubernur.
Peubah yang Diamati dan Diukur
1. Volume lalulintas
Pengukuran volume lalu lintas dilakukan dengan menghitung total kendaraan bermotor
yang melewati stasiun penghitungan tiap jam dengan menggunakan hand tally counter.
Volume lalulintas diukur setiap hari Senin (awal pekan), Rabu (tengah pekan) dan Jumat
(akhir pekan) pada setiap persimpangan jalan, masing-masing pada pukul 06.30-07.30 WITA
(pagi hari), pukul 10.30-11.30 WITA (tengah hari) dan 15.30 -16.30 WITA (sore hari).

2. Epiphytic Lichen
Pengamatan sampel lichen berdasarkan pengamatan yang dilakukan Sujetoviene (2010)
dengan membuat plot ukuran 10m x10m masing-masing dipilih pada jarak 5 m, 25 m, 45 m
dari pusat simpang jalan dan mengikuti arah angin dominan pada titik pengamatan. Di dalam
plot yang telah dibuat diamati vegetasi yang ada, kemudian dilakukan pengukuran dan
pengambilan sampel lichen dengan dipilih diameter vegetasi dipilih memiliki diameter lebih
dari 5 cm dan berada pada ketinggian 50-200 cm diatas permukaan tanah. Sampel lichen
diambil dengan cara dikerik dari permukaan kulit batang pohon pada kedua sisi batang
pohon, setelah itu dilakukan pengamatan langsung mengenai warna, bentuk, dan penutupan
lichen kemudian di dokumentasikan.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey. Variabel dan informasi yang didapatkan dalam
penelitian ini dideskripsikan secara kualitatif terkait keragaman jenis dan karakteristik
makroskopis epiphytic lichen pada persimpang jalan kaitannya dengan kualitas di persimpangan
jalan

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan data
primer dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh
dari hasil hasil pengukuran dan observasi yang dipandu dengan instrumen penelitian,
sedangkan data kualitatif diperoleh setelah data-data hasil pengukuran dan observasi didapat,
kemudian dideskripsikan secara kualitatif yang ditunjang oleh data sekunder.

2. Teknik Analisis Data

a. Volume Lalulintas yang melewati simpang

b. Karakteristik Lichen
Analisis karakteristik makroskopis diidentifikasi jenis berdasarkan struktur morfologi,
keadaan, tipe, dan warna dengan menggunakan panduan yang terdapat pada situs:
www.tropicallichens.net(collection of tropical lichen), www. lichens.lastdragon.org
(photographs of Scottissh and other British lichen), www. lichenportal.org (consorsium of
North American Lichen Herbaria). Noer dalam Pratiwi (2006) menyatakan parameter
yang digunakan dalam penelitian lichen untuk mengukur pencemaran udara adalah
keanekaan diukur dari jumlah jenis yang terdapat di setiap substrat yang diamati;
pertumbuhan, diamati dengan melihat keadaan morfologi dan warna talusnya;
frekuensi perjumpaan jenis adalah kehadiran lumut kerak pada setiap pohon contoh di
masing-masing stasiun pengamatan.

Frekuensi perjumpaan jenis

Persentase penutupan (density); diukur dengan menghitung luas penutupan lichen pada
substrat atau habitat yang diamati yaitu

Analisis rata-rata penutupan menggunakan rumus penutupan perplot yaitu:

c. Korelasi antara variabel penelitian


Korelasi antar variabel penelitian menggunakan persamaan korelasi spearman runk
adalah:
dimana

ρxy = Korelasi rho


N = Jumlah sampel
D = Selisih rangking antara variabel x dan y untuk tiap subyek
1 dan 6 = Angka konstan
(Sugiono, 2012)

Setelah didapatkan nilai-nilai kuntitas berbagai variabel yang diukur atau diamati sebagai
data primer, selanjutnya dideskripsikan secara kualitatif yang dikompilasi dari informasi data
sekunder.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Volume lalulintas pada Simpang Jalan
Secara umum di semua lokasi pemantauan, jenis kendaraan sepeda motor paling banyak melintas
di Bundaran Tank yaitu rata-rata 3.090 smp/jam (26,1%) dan paling sedikit di Bundaran
Gubernuran yakni rata-rata 1.790 smp/jam (15,1%), jenis kendaraan ringan paling banyak
melintas di Bundaran Tank yaitu sebanyak 6.656 smp/jam (29,0%) dan paling sedikit di bundaran
Gubernur yakni rata-rata 3.959 smp/jam (15,1%), sedangkan jenis kendaraan berat paling banyak
melintas di Bundaran Gubernuran yaitu rata-rata 781 smp/jam dan paling sedikit di Simpang
Empat Wua-Wua Jaya yaitu rata-rata 187 smp/jam. Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut.

7000 Sepeda Motor


6000 Kendaraan Ringan
Kendaraan Berat
5000
4000
3000
2000
1000
0
Bundaran Adibahasa
Simpang 4 Wua-Wua
Bundaran StainlessBundaran Tank
Bundaran Gubernuran

Gambar .1. Volume lalulintas yang melintasi stasiun pemantauan


berdasarkan klasifikasinya

Jenis kendaraan sepeda motor dan jenis kendaraan ringan menggunakan sebagian besar berbahan
bakar bensin sedangkan jenis kendaraan berat kendaraaan berat berbahan bakar solar. Pengukuran
emisi kendaraan di Kota Kendari oleh Badan Lingkungan Hidup Sulawesi Tenggara (2015),
rerata tingkat kelulusan kendaraan yang berbahan bakar bensin sebesar 93%, sedangkan tingkat
kelulusan kendaraan berbahan bakar solar hanya 26%. Hal ini mengindikasikan sebagian besar
kendaraan berbahan bakar solar tidak lulus uji emisi menyebabkan gas buang kendaran berbahan
bakar solar akan mempercepat laju polusi udara terutama di persimpangan-persimpangan jalan di
Kota Kendari.
Pemantauan terhadap volume lalulintas di lima persimpangan di Kota Kendari, volume lalulintas
tertinggi terjadi di Bundaran Tank yakni rata-rata 1.0219 smp/jam (27,6%); selanjutnya di
Bundaran Stainless rata-rata 7.176 smp/jam (19,4%); Simpang Empat Wua-Wua Jaya rata-rata
6.639 smp/jam (17,9%); Bundaran Gubernuran rata-rata 6.563 smp/jam; dan volume lalulintas
terendah di Bundaran Adibahasa yaitu rata-rata 6.405 smp/jam (17,3%). Waktu puncak volume
lalulintas tertinggi terjadi di sore hari untuk tiga lokasi pemantauan (Bundaran Adibahasa,
Simpang Empat Wua-Wua Jaya, Bundaran Stainless) terjadi pada sore hari, sedangkan dua lokasi
lainnya terjadi di siang hari. Untuk lebih jelasnya digambarkan pada grafik berikut ini.
12000 10219
10000
6405 6639 7176 6563
8000
6000
Gambar 2. Volume Lalulintas di Lima Lokasi Pemantauan

Tinggi volume lalulintas pada suatu tempat tentu berkorelasi dengan kualitas udara di area
tersebut, paparan gas buang kendaraan bermotor yang secara terus menerus dengan intensitas
tinggi bukan saja berdampak pada menurunnya kualitas udara, tetapi akan berpengaruh pada
mahluk hidup yang lainnya termasuk tumbuhan dan manusia.
Perkembangan volume lalu lintas di perkotaan di Indonesia mencapai 15% pertahun
(Kusumanigrum, 2008), sedangkan di Kota Kendari perkembangan jumlah kendaraan pada tahun
2014 mencapai 11, 6% (BLH Kota Kendari, 2015) hal ini berdampak terjadinya peningkatan
parameter SO2 dan Parameter PM10. Parameter SO2 pada tahun 2014 sebesar 127.97µg/Nm3 dan
tahun 2015 sebesar 219, 4 µg/Nm3 atau terjadi peningkatan sebesar 41,7%. Parameter PM10 pada
tahun 2014 sebesar 119.1 4 µg/Nm3 dan tahun 2015 sebesar 184,6 µg/Nm3 atau terjadi
peningkatan sebesar 35,47%. Bertambahnya jumlah kendaraan memungkinkan emisi gas buang
dapat melewati ambang batas berpotensi membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia. Hal ini selaras dengan Zheng et al, (2005) menyatakan knalpot diesel dan
bensin terbukti menyumbangkan 8% PM2.5 di Beijing. Paparan PM2.5 ada kaitannya dengan
dampak kesehatan manusia, termasuk peningkatan tingkat rawat inap dan kematian (Pope III dan
Dockery, 2006). Komponen utama dari PM adalah Karbon hitam dilaporkan menjadi kontributor
utama kedua setelah karbon dioksida (CO2), pada pemanasan global saat ini (Ramanathan dan
Carmichael, 2008) dan juga mempengaruhi secara signifikan pada siklus hidrologi dan efek
regional (Menon et.al, 2002).

Karakteristik Epiphytic Lichen Pada Simpang Jalan


Secara umum, dari 5 (lima) lokasi pemantauan prosentase kehadiran lichen dan rata-rata tutupan
tertinggi ditemukan di Bundaran Adibahasa dan terendah ditemukan di Bundaran Tank.
Prosentase kehadiran lichen dan rata-rata tutupan secara jelas diperlihatkan pada gambar berikut.
Presentase Temuan Rata-Rata Penutupan
120
100
80 100 100 100
60 33 78 28
40 12 63
20 4 2
0
Bundaran Simpang 4 Bundaran Bundaran Bundaran
Adibahasa Wua-Wua Jaya Stainless Tank Gubernur

Gambar 3. Prosentase temuan lichen dan rata-rata tutupan

Tampakan makroskopis talus lichen yang ditemukan pada 5 titik secara umum didapatkan 2
(dua) tipe bentukan yakni bentukan seperti daun, datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang
mengkerut berputar, dan bentukan seperti bercak putih, seperti cakaran melekat erat pada kulit
pohon, datar dan tipis permukaannya. Menurut Nash (2008), lichen yang melekat erat pada
subsrat dan mungkin tidak bisa hilang karena permukaannya tipis adalah karakteristik lichen tipe
crustose, sedangkan lichen yang hanya melekat sebagian pada subrat, datar dan seperti daun
adalah ciri dari lumut tipe foliese. Berdasarkan hal tersebut ini berarti, tipe lichen yang ditemukan
pada 5 titik pengamatan adalah tipe foliese dan tipe crustose.
Tipikal lichen foliese adalah lobus menjari teratur, polanya melingkar (seperti parmeliaceae),
konsisten walaupun tanpa pasangan, lobus atau multilobus dengan pola percabangan terbatas,
semuanya menempel pada subrat melalui umbilicus tengah dari lapisan bawah, pada sisi atas
seperti berkerut, umbilicus terdiri darikemasan padatan, parallel secara teratur, hifa conglutin
tanpa sel photobion, saat-saat tertentu umbilici dapat berevolusi seperti Physciaceae (Nash,
2008). Menurut Moberg dan Galloway (2005), Physcia salah satu lichen foliese, lobus, lichen
yang longgar sampai rapat, permukaan atasnya keputih-putihan, pucat kehijauan, hijau abu-abu,
(ketika dibasahi warnanya sedikit berubah) sedikit gelap. Consorsium North America Lichen
Herbarium (2016) menyatakan famili Graphidaceae dan Arthoniceae yang termasuk lichen tipe
crustose (www.lichenportal. org). Menurut Thower (1988) ciri dari family graphidaceae adalah
polanya unik seperti hieroglyph, memanjang, bentuk askus linier, elongate, irregular sedangkan
ciri arthoniceae askorkap tertanam dalam stomata.
Berdasarkan karakteristik tipikal tersebut diatas, maka dapat dinyatakan lichen yang ditemukan
pada tiga titik pemantauan yakni Bundaran Adibahasa, Simpang Empat Wua-Wua Jaya, dan
Bundaran Stainless, Bundaran Tank, dan Bundaran Gubernuran adalah termasuk dalam Famili:
Graphidaceae, Parmeliaceae, Physciaceae dan Arthoniceae. Lichen yang ditemukan di sekitar
Bundaran Adibahasa, tergolong dalam famili Parmeliaceae 3 spesies, Physciaceae 1 spesies,
Graphidaceae 3 spesies, dan Arthoniceae 1 spesies. Lichen di area Simpang Empat Wua-Wua
dan terdiri 4 spesies; tergolong dalam famili Parmeliaceae 1 spesies, Graphidaceae 2 spesies,
dan Arthoniceae 1 spesies. Pada Bundaran Stainless lichen yang ditemukan tergolong dalam
family Parmeliaceae 1 spesies, Graphidaceae 2 spesi sedangkan satu tidak dapat teridentifikasi.
Pada Bundaran Tank lichen yang ditemukan tergolong dalam family Parmeliaceae 1 spesies,
Graphidaceae 2 spesies sedangkan Pada Bundaran Gumbernuran lichen yang ditemukan
tergolong dalam family Parmeliaceae 1 spesies, Graphidaceae 2 spesies
Pemastian nama spesies lichen yang ditemukan pada tiga titik pengamatan, diidentifikasi
berdasarkan kenampakan makroskopisnya, tipe dan familinya dan ditelusuri dengan panduan:
koleksi lichen tropis (www.tropicallichens.net), fotografi lichen Inggris dan Skotlandia
(www.lichens.lastdragon.org), Konsorsium Lichen Herbaria Amerika Utara
(www.lichenportal.org) dan aneka ragam lichen di Ghat Barat, India (www.ces.iisc.ernet.in).
Dengan demikian, dapat disimpulkan spesies lichen yang ditemukan di lima lokasi pengamatan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Spesies lichen yang ditemukan di lima lokasi pengamatan
Stasiun
Kode Pola Tumbuh Warna Tipe Famili Spesies
Pengamatan
Sp.A1 Membulat Hijau Foliese Parmeliaceae Parmelia soredian
Sp.A2 Membulat Hijau- krem Foliese Parmeliaceae Parmelinella wallichiana
Sp.A3 Tak teratur Hijau abu-abu Foliese Parmeliaceae Parmelinopsis minarum
Bundaran Sp.A4 Membulat Hijau abu-abu Foliese Physciaceaae Psyscia aipolia
Adibahasa Sp.A5 Tak teratur Grafis putih Crustose Graphidaceae Cryptothecia striata
Sp.A6 Tak teratur Grafis hitam Crustose Graphidaceae Phaeographis caesioradians
Sp.A7 Tak teratur Grafis putih Crustose Graphidaceae Phaeographis eluden
Sp.A8 Membulat Putih abu-abu Crustose Arthoniaceae Graphis flavovirens
Sp.B1 Membulat Putih abu-abu Foliese Parmeliaceae Parmelia Sp
Simpang Empat Sp B2 Tak teratur Grafis hitam Crustose Graphidaceae Graphis Sp
Wua-Wua Jaya Sp.B3 Tak teratur Putih-Bintik hitam Crustose Graphidaceae Graphis garoana
Sp.B4 Tak teratur Putih-silver Crustose Arthoniaceae Cryptotheciae. sp
Sp.C1 Membulat Krem Foliese Parmeliaceae Parmelia Sp
Bundaran
Sp.C2 Tak teratur Putih-Grafis hitam Crustose Graphidaceae Graphis flavovirens
Stainless
Sp.C3 Tdk teratur Putih-Bintik hitam Crustose Graphidaceae Phaeographis planiuscula
Sp. D1 Membulat Krem Foliese Parmeliaceae Parmelia Sp
Bundaran Tank Sp.D2 Membulat Putih Crustose Graphidaceae Graphis flavovirens
Sp. D3 Tidak teratur Putih-hitam Crustose Graphidaceae Cryptothecia striata
Sp. E1 Membulat Hijau mudah Foliese Parmeliceae Parmelia soredian
Bundaran Sp. E2 Membulat Grafis hitam Crustose Graphidaceae Graphis Sp
Gubernur Sp. E3 Membulat Putih Crustose Graphidaceae Graphis flavovirens
Sp. E4 Membulat Hijau-abu abu Foliese Parmeliaceae Parmelinopsis minarum
Gambar 4. Keragaman Lichen di Tiap Lokasi Pengamatan

Korelasi antara volume lalulintas dengan kemelimpahan lichen di setiap lokasi


pengamatan kaitannya dengan kualitas udara
Hubungan antara volume lalu lintas dan kemelimpahan lichen pada persimpangan di
Kota Kendari dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2 Hubungan antara volume lalu lintas dan kemelimpahan lichen pada persimpangan di kota kendari
Kemelimpahan Lichen
Volume
No Lokasi Pengamatan lalulintas Persentase Rata-Rata Jumlah Spesies
(smp/jam) Kehadiran Persentase Lichen yang
Lichen (%) Penutupan (%) Ditemukan
1. Bundaran Adibahasa 6405 100 32.5 8
2. Simpang Wua-Wua 6639 100 12.2 4
3. Bundaran Stainless 7176 78 3.8 3
4. Bundaran Tank 10219 63 2.1 3
5. Bundaran Gubernuran 6563 100 28.1 3
Jumlah 37001.6 440.3 78.7 21.0
Rata-Rata 7400.3 88.1 15.7 4.2
Standar Deviasi 1602.3 17.2 13.9 2.2

Pada Tabel 5.2 menunjukkan semakin volume lalulintas tinggi maka persentase kehadiran,
spesies lichen, persentase penutupan, jumlah spesies lichen disuatu persimpangan semakin
rendah. Hal ini berarti volume lalulintas berkorelasi dengan kehadiran lichen di suatu lingkungan.
Korelasi antara volume lalulintas dengan kemelimpahan lichen yang ditemukan pada 5 (lima)
titik pengamatan diuji dengan sprearman colerration. Adapun uji korelasi volume lalulintas dan
presentase kehadiran lichen pada setiap stasiun pengamatan didapatkan koefisien korelasi (r) = -
1,00 dengan probabilitas hitung (Phitung) = 0,0; Nilai (Phitung) lebih kecil daripada nilai signifikan
0,01, hal ini menunjukkan ada korelasi yang signifikan antara variabel yang diujikan. Hubungan
antara volume lalu lintas dan persentase kehadiran lichen dan penutupan lichen dapat dilihat pada
grafik berikut ini.
110
100
Kehadiran Lichen (%) 90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
6000 6500 7000 7500 8000 8500 9000 9500 10000 10500

Volume lalulintas (smp/jam)

Gambar 5.4. Hubungan antara volume lalu lintas dan persentase kehadiran lichen dan penutupan
lichen

Menurut Kusumaningrum dan Gunawan (2008) aktivitas kendaraan bermotor diperkotaan


menyumbang 70% terjadinya pencemaran udara. Terjadinya perubahan lingkungan berupa
berlebihnya jumlah zat-zat polutan udara ambien pada suatu lingkungan akan direspon oleh
organisme salah satunya adalah lichen. lichen sangat sensitive terhadap perubahan parameter
lingkungan seperti suhu, kelembaban, angin dan penurunan kualitas udara karena mereka tidak
memiliki sistem pembuluh dengan demikian menyerap air dan nutrisi secara pasif dari
lingkungan sekitarnya. Perubahan komposisi spesies lichen adalah alat yang sangat ampuh untuk
mendapatkan informasi tentang perubahan iklim, kualitas udara dan proses biologis. Lichen
responsive terhadap perubahan lingkungan dengan merefleksikan perubahan pada
keanekaragaman, kelimpahan, morfologi, fisiologi, akumulasi polutan (Kuldep dan Prodyut,
2015).
Korelasi antara volume lalulintas dengan jumlah spesies yang ditemukan di lima titik pengamatan
diuji dengan sprearman colerration. Adapun uji korelasi volume lalulintas dan presentase
kehadiran lichen pada setiap stasiun pengamatan didapatkan koefisien korelasi (r) = -1,00 dengan
probabilitas hitung (Phitung) = 0,0; Nilai (Phitung) lebih kecil daripada nilai signifikan 0,01, hal ini
menunjukkan ada korelasi yang signifikan antara variabel yang diujikan. Hubungan antara
volume lalu lintas dengan jumlah spesies yang ditemukan di lima titik pengamatan dapat dilihat
pada grafik berikut ini.

9
8
7
Jenis Lichen

6
5
4
3
2
1
0
6000 6500 7000 7500 8000 8500 9000 9500 10000 10500
Volume Lalulintas (smp/jam)

Gambar 5.5 Hubungan antara volume lalulintas dengan jenis lichen yang ditemukan disetiap lokasi

Volume lalulintas mempengaruhi presentase kehadiran lichen. Gambar 5.5 menunjukkan


bahwa semakin tinggi volume lalulintas maka pada suatu tempat maka presentase kehadiran
lichen semakin rendah. Volume lalulintas yang tinggi di persimpangan memungkinkan
terjadinya pencemaran udara, Noer dalam Pratiwi (2006) menjelaskan parameter yang
digunakan untuk mengungkapkan terjadinya pencemaran udara dengan menggunakan lichen
sebagai bioindikator adalah pada daerah dimana pencemaran telah terjadi, jumlah jenis yang ada
sedikit dan jenis-jenis yang peka sekali akan hilang. Semakin tinggi volume kendaraan warna
lichen semakin berubah. Lichen di daerah yang tercemar pertumbuhannya kurang baik,
warnanya pucat atau berubah. Tampakan lichen pada pohon ditiap simpangan dapat dilihat pada
gambar berikut.
Lokasi B. Adibahasa B.Gubernur S.Wua-Wua B. Stainless B. Tank

Tampakan
Talus

Volume 6405 smp/jam 6563 smp/jam 6639 smp/jam 7176 smp/jam 10219 smp/jam
Lalulintas
Gambar 5.6. Talus parmelia sp dan volume lalulintas di lokasi pengamatan

Berdasarkan gambar 5.6 tampakan talus lichen di Bundaran Adibahasa lebih subur dan terang
dibandingkan dengan tampakan warna dilokasi pengamtan yang lainnya. Spesies lichen yang
ditemukan di Bundaran Adibahasa adalah Parmelia soredian, Parmelinopsis minarum,
Parmelinella wallichiana, Psyscia aipolia, Phaeographis caesioradians, Phaeographis eluden,
Graphis flavovirens, Cryptothecia striata. Lichen yang ditemukan di Simpang Empat Wua-Wua
Jaya, yaitu Graphis garoana, Graphis sp, Cryptotheciae. Sp, Parmelia sp. Lichen yang
ditemukan di Simpang Bundaran Stainless yaitu Graphis flavoviren, sedangkan 3 spesiesnya
hanya bisa dipastikan familinya yaitu Graphis sp, Cryptotheciae. Sp, Parmelia sp. Lichen yang
ditemukan di Bundaran Tank hanya dapat diidentifikasi melalui family saja yaitu Parmelia .Sp
dan Cryptotheciae. Jenis lichen yang ditemukan di Bundaran Gubernuran mempunyai kemiripan
dengan jenis lichen yang ditemukan di Bundaran Adibahasa adalah Parmelia soredian, Graphis
Sp, Graphis flavovirens, Psyscia aipolia .
Menurut Lichen of Ireland Project (2016) Permeliacea hidup pada daerah yang berpolusi sedang
dan rendah, misalnya: Physcia aipolia hidup pada daerah yang berpolusi rendah (www.lichen ie).
Spesies Phycia aipolia ditemukan di Bundaran Adibahasa dan Bundaran Gubernur, maka dapat
dikatakan kualitas udara di area Bundaran Adibahasa tercemar ringan sedangkan pada Simpang
Empat Wua-Wua Jaya dan Bundaran Stainless ditemukan famili Parmeliaceae sp. dan
Graphidacea. Artinya di area Simpang Empat Wua-Wua Jaya, Bundaran Stainless dan Bundaran
Tank terjadi telah pencemaran sedang d. Berdasarkan hal tersebut diatas lichen tersebut diatas
dapat dikatakan bahwa di kawasan persimpangan jalan di Kota Kendari telah terjadi pencemaran
pada tingkat ringan dan sedang.
Daftar Pustaka

You might also like