You are on page 1of 88

2.

Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 mg ). Lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin ( Indrayani, 2013 ).


b. Macam-macam Persalinan
Menurut (Erawati, 2011), ada beberapa macam-

macam persalinan:
1)Menurut cara persalinan
a) Persalinan spontan
Persalinan dikatakan spontan jika persalinan

berlangsung dengan kekuatan ibunya sendiri dan

melalui jalan lahir


b) Persalinan buatan
Persalinan buatan adalah proses persalinan yang

berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar

misalnya ektraksi dengan forceps atau dilakukan

dengan operasi sectio cesarea


c) Persalinan anjuran
Persalinan anjuran adalah persalinan bila

kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan

misalnya pemberian pitocin dan prostaglandin.

2) Menurut lama kehamilan dan berat janin


a) Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup diluar kandungan,

berat janin < 500g dan umur kehamilan < 20

minggu
b) Persalinan immaturus
Persalinan immaturus adalah pengeluaran buah

kehamilan antara 22 minggu sampai 28 minggu

atau bayi dengan berat badan antara 500-999 gr


c) Persalinan prematuritas
Persalinan prematuritas adalah persalinan

sebelum umur hamil 28 minggu sampai 36

minggu dan berat janin < 1000-2499 gr


d) Persalinan aterm
Persalinan aterm adalah persalinan antara umur

hamil 37 minggu sampai 42 minggu dan berat

janin diatas 2500 gr


e) Persalinan serotinus atau post maturus atau post

date
Persalinan serotinus adalah persalinan melampaui

umur kehamilan 42 minggu dan pada janin

terdapat tanda-tanda post maturitis


f) Persalinan presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan

berlangsung cepat < 3 jam

c. Penyebab Mulainya Persalinan

Menurut Indrayani (2013), ada lima penyebab mulainya

persalinan yaitu sebagai berikut :


1) Penurunan kadar progesteron
Progesteron menurunkan relaksai otot uterus, sedangka

ekstrogen meningkat tekana otot uterus. Selama kehamilan

terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan ekstrogen

di dalam darah, namun pada akhir kehamilan kadar

progesteron menurun sehingga timbul his.


2) Teori oksitosin
Pada akhir kehamilan, kadar oksitosin bertambah. Oleh sebab

itu, timbul kontraksi otot uterus.


3) Keregangan otot
Uterus seperti halnya kandung kemih dan lambung. Jika

dindingnya teregang karena isinya bertambah, timbul kontraksi

untuk mengeluarkan isinya. Dengan bertambahnya usia

kehamilan, semakin teregang otot-otot uterus dan semakin

rentan.
4) Pengaruh janin
Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin tampaknya juga

memegang peranan karena pada anencefalus kehamilan sering

lebih lama dari biasanya.

5) Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, diduga menjadi

salah satu penyebab permulaan persalinan. Hasil percobaan

menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan

melalui intravena, intraamnial dan eksraamnial menimbulkan

kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini juga

disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi, baik


dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil

sebelum melahirkan atau selama persalinan.

d. Tanda-Tanda Persalinan

Menurut (Erawati, 2011), tanda-tanda persalinan yaitu :

1) Lightening

Baeberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa

bahwa keadaannya menjadi lebih ringan. Ia merasa kurang

sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih

sulit, dan sering terganggu oleh rasa nyeri pada anggota gerak

bagian bawah.

2) His persalinan

Sifat his persalinan meliputi :

(1) Nyeri melingkar dari punggung menyebar ke perut bagian

depan.

(2) Semakin lama, semakin singkat intervalnya, dan semakin

kuat intensitasnya.
(3) Jika berjalan, his bertambah kuat.

(4) Mempunyai pengaruh pada penipisan atau pembukaan

serviks.

3) Pengeluaran lendir dan darah

Dengan penipisan dan pembukaan serviks, lendir dari

kanalis servikalis keluar yang disertai dengan sedikit darah.

Perdarahan yang sedikit ini disebabkan oleh lepasnya selaput

janin pada bagian bawah segmen bawah uterus hingga

beberapa kapiler drah terputus.

4) Pengeluaran cairan ketuban

Ketuban pecah adalah keluarnya banyak cairan dengan

tiba-tiba dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah

atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah jika

pembukaan serviks lengkap atau hampir lengkap dan dalam

hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang sangat lambat.

Akan tetapi, kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan

kecil, bahkan kadang-kadang selaput janin robek sebelum

persalinan. Walaupun demikian, persalinan diharapkan akan

terjadi dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.

e. Mekanisme Persalinan

Menurut (Dwi Asri, 2012) gerakan utama kepala janin pada

proses persalinan sebagai berikut :


1) Engagement

pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat

persalinan dimulai kepala masuk lewat PAP, umumnya dengan

presentasi biparietal (diameter lebar yang paling panjang

berkisar 8,5 – 9,5 cm) atau 70% pada panggul ginekoid.

Masuknya kepala pada primi terjadi pada bulan terakhir

kehamilan, sedangkan pada multi terjadi pada permulaan

persalinan. Kepala masuk pintu atas panggul dengan sumbu

kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul

(sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas

panggul (asinklitismus anterior / posterior). Masuknya kepala ke

dalam PAP dengan fleksi ringan, sutura sagitalis / SS melintang.

2) Penurunan

Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur

pelvis dengan hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis

sehingga penurunan kepala berlangsung lambat.

Kepala turun kedalam rongga panggul, akibat tekanan

langsung dari his daerah fundus ke arah daerah bokong, tekanan

dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma

(mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang.

3) Fleksi
Pada umumnya terjadi flexi sempurna sehingga sumbu

panjang kepala sejajar sumbu panggul membantu penurunan

kepala selanjutnya, Fleksi kepala janin fleksi, dagu menempel

ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis

(puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus

(belakang kepala). Dengan majunya kepala fleksi bertambah

ukuran kepala yang melalui jalan lahir lebih kecil (Diameter

suboksipito bregmatika menggantikan suboksipito frontalis),

fleksi terjadi karena anak didorong maju, sebaiknya juga

mendapat tahanan dari PAP, serviks, dinding panggul / dasar

panggul.

4) Rotasi internal
Rotasi interna (putaran paksi dalam) selalu disertai

turunyya kepala, putaran ubun-ubun kecil kearah depan (ke

bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia

interspinarum dengan diameter biparietalis.

5) Ekstensi

Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala

makin turun dan menyebabkan perenium distensi. Pada saat ini

puncak kepala berada di simfisis dan dalam keadaan begini

kontraksi perut ibu yang kuat mendorong kepala ekspulsi dan

melewati introitus vaginae.

6) Restitusi
Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala

keposisi pada saat engagement. Dengan demikian bahu depan

dan belakang dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada, perut,

bokong dan seluruh tungkai.

7) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan dibawah simfisis

menjadi hipomuklion kelahiran bahu belakang, bahu depan

menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak : badan (toraks,

abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang,

tungkai dan kaki.

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan menurut Dwi Asri

H dan Cristine Clervo P, (2012) :

1)Passage

a) Passage atau jalan lahir terdiri dari bagian keras (tulang-

tulang panggul dan sendi-sendinya) dan bagian lunak (otot-otot,


jaringan dan ligamen). Tulang-tulang panggul meliputi 2 tulang

pangkal paha (ossa coxae), 1 tulang kelangkang (ossa sacrum),

b) bidang luas panggul

c) bidang sempit panggul

dan 1 tulang tungging (ossa cocygis) .


Pembagian bidang panggul meliputi :

d) pintu atas panggul (PAP)

e) pintu bawah panggul (PBP)

Dari bentuk dan ukuran berbagai bidang rongga panggul,

rongga ini merupakan saluran yang tidak sama luasnya di antara

tiap-tiap bidang. Bidang yang luas dibentuk pada pertengahan

simfisis dengan os sacral I-III, sehinggakepala janin

dimungkinkan bergeser melalui PAP masuk kedalam ruang

panggul. Kemungkinan kepala dapat lebih masuk ke dalam

ruang panggul jika sudut antara sakrum dan lumbal, yang

disebut inklinasi, lebih besar.

Dengan demikian, tulang jalan lahir sangat menentukan

proses persalinan apakah dapat berlangsung melalui jalan biasa

atau melalui tindakan operasi dengan kekuatan dari luar. Yang

perlu mendapat perhatian bidan di daerah pedesaan adalah

kemungkinan ketidakseimbangan antara kepala dan jalan lahir


dalam bentuk disproporsi sefalofelvik terjadi terutama pada

primigravida dengan kriteria sebagai berikut:

a) Kepala janin belum turun pada minggu ke-36 yang

disebabkan janin terlalu besar, panggul sempit,

terdapatlilitan tali pusat dan terdapat hidrosefalus

b) Kelaina letak (letak lintang, letak sungsang)

c) Pada multipara kemungkinan panggul dapat diduga dari

riwayat persalinan yang buruk dan persalinan dengan

tindakan operasi

2)Power

Power atau tenaga yang mendorong anak adalah

a. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada perslinan

His persalinan yang menyebabkan pendataran dan

pembukaan serviks.

Terdiri dari : His pembukaan, his pengeluaran, dan his

pelepasan uri

b. Tenaga mengejan

Terdiri dari : kontraksi otot-otot dinding perut, kepala di

dasar panggul merangsang mengejan, paling efektif saat

kontrksi / his
3) Passanger

Kepala janin merupakan bagian yang paling besar dan

keras dari pada bagian-bagian lain janin yang akan dilahirkan.

Jain dapat memengaruhi jalannya persalinan dengan besarnya

dan posisi kepala. Pengetahuan tentang ukuran-ukuran janin

(kepala, bahu, bokong) sangat penting dalam meramalkan

jalannya persalinan dengan adanya kelainan presentasi kepala.


Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu

pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetik dan

kebiasaan ibu yanng buruk dapat menjadikan pertumbuhannya

tidak normal, adanya kelainan genetik dan kebiasaan ibu yang

buruk dapat menjadikan pertumbuhannya tidak normal antara

lain :

a) kelainan bentuk dan besar janin

b) kelainan pada letak kepala

c) kelainan letak janin

Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan

menngalami kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang

besar pada ibu dengan diabetes melitus, terjadi kemungkinan

kegagalan persalinan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup

berbahaya karena dapat terjadi asfiksia. Persendian leher yang


masih lemah dapat merusak pusat-pusat vital jann yang

berakibat fatal.

Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala

dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas

dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasar kepala tidak

mempunyai mekanisme moulase, yang dapat memperkecil

volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian

persalinan kepala dalam letak sungsang atau versi ekstrasi letak

lintang harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan

morbiditas yang lebih tinggi.

Kelainan dari janin yang dapat memengaruhi proses

persalinan adalah kelainan bentuk dan besar janin, kelainan

pada letak kepala dan kelainan letak janin.

g. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Menurut Indriyani dan Margareth (2013), beberapa kebutuhan

dasar ibu bersalin yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

1) Kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik pada ibu bersalin, meliputi :
a) Kebersihan diri
Untuk menjaga kebersihan diri ibu, bidan dapat

menganjurkan ibu untuk membasuh daerah sekitar

kemaluannya sesudah BAK atau BAB dan menjaga tetap

bersih dan kering.


b) Berendam
Bidan juga dapat menganjurkan ibu untuk berendam.

Berendam dapat menjadi tindakan pendukung dan

kenyamanan yang paling menenangkan.


c) Kebersihan mulut
Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya

mempunyai nafas yang bau, bibir kering dan pecah –

pecah, tenggorokan kering terutama jika dia dalam

persalinan selama beberapa jam tanpa cairan oral dan

tanpa pperawatan mulut. Hal ini menimbulkan rasa tidak

nyaman dan tidak menyenangkan bagi orang di sekitar.

2) Kehadiran pendamping persalinan


Anjurkan ibu untuk di temani oleh suami atau anggota

keluarga atau temannyayang ia inginkan selama proses

persalinan, menganjurkan mereka untuk melakukan peran

aktif dalam mendukung ibu dan mengidentifikasi langkah –

langkah yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu.

Adapun dukungan yang dapat di berikan oleh pendamping

persalinan seperti mengusap keringat, menemani jalan –

jalan, memberikan minum.

3) Pengurangan rasa nyeri


Adapun asuhan yang dapat diberikan untuk mengurangi

rasa nyeri antara lain :


a) Pengaturan posisi

b) Relaksasi dan latihan pernafasan

c) Usapan di punggung atau abdominal

d) Pengosongan kandung kemih

4) Penerimaan terhadap kelakuannya dan tingkah laku

Penerimaan akan tingkah lakunya dan sikap juga

kepercayaannya, apapun yang ibu lakukan merupakan hal

terbaik yang mampu ibu lakukan pada saat itu. Biarkan

sikap dan tingkah laku, pada beberapa ibu mungkin

berteriak pada puncak kontraksi dan ada pula yang berusaha

untuk diam ada juga yang menangis.

5) Informasi Dan kepastian tentang hasil pemeriksaan


kemajuan persalinan.
Setiap ibu bersalin selalu ingin mengetahui apa yang terjadi

pada tubuhnya, terutama yang berkaitan dengan kemajuan

persalinannya sehingga dapat memberikan penjelasan

tentang persalinan.

h. Tahapan Persalinan

Menurut Erawati (2011), tahapan persalinan terbagi menjadi

empat, yaitu kala I, kala II, kala III, dan kala IV.

1) Kala I (pembukaan)
a) Pengertian
Kala I dimulai his persalinan yang pertama sampai

pembukaan serviks menjadi lengkap. Berdasarkan

kemajuan pembukaan serviks kala I dibagi menjadi :

(1) Fase laten


Fase pembukaan yang sangat lambat dari 0 sampai 3

cm yang membutuhkan waktu ±8 jam.


(2) Fase aktif
Fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi

menjadi :
(a) Fase akselerasi (fase percepatan), dari

pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai

dalam 2 jam.
(b) Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm

sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.


(c) Fase deselerasi (kurangnya kecepatan), dari

pembukaan 9 cm sampai 10 cm selam 2 jam.

b) Perubahan fisiologis yang terjadi pada kala I


Menurut Indriyana (2013), ada perubahan-perubahan

fisiologi yang terjadi pada ibu saat kala I persalinan

berlangsung, antara lain sebagai berikut :


(a) Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus terjadi mulai dari fundus dan

menyebar ke depan dan ke bawah abdomen,

kemudian berakhir dengan masa yang paling lama

dan paling kuat pada fundus uterus. Kontraksi

mencapai puncak secara bersamaan pada seluruh


bagian uterus dan berkurang bersamaan dengan

pembukaan serviks dan pengeluaran janin.


(b) Serviks
Serviks mengalami effacement (penipisan), yaitu

panjang serviks berkurang secara teratur sampai

menjadi sangat pendek. Serviks juga mengalami

dilatasi (pembukaan) yang progresif. Pembukaan

serviks diukur dengan menggunakan ukuran

sentimeter dengan jari tangan. Pada tahap persalinan

ini, umumnya ibu akan mengeluarkan lender darah

(bloody show) sedikit atau sedang dari serviks.

(c) Penipisan serviks


Serat otot yang mengelilingi lubang serviks akan

tertarik keatas oleh segmen atas uterus yang

beretraksi. Serviks menyatu ke dalam segmen bawah

rahim. Saluran serviks melebar ke arah lubang

serviks.
(d) Pembukaan serviks
Pembukaan serviks adalah proses pembesaran

lubang luar serviks dari tertutup rapat menjadi

lubang yang cukup besar untuk kelahiran bayi.

Pembukaan serviks yang lengkap berukuran 10 cm.

pembukaan serviks terjadi akibat kerja uterus dan

tekanan yang berlawanan oleh kantong ketuban dan

bagian janin yang turun. Kepala janin yang


menekan serviks akan membantu pembukaan secara

efisien.
c) Perubahan psikologis pada kala I
Perubahan sikap dan perilaku kebanyakan wanita

yang akan bersalin biasanya dipengaruhi oleh

dukungan yang diperoleh. Perubahan yang biasa

terjadi adalah kekhawatiran dan kecemasan ibu

dalam melalui proses pesalinan, baik dalam

penerimaan rasa nyeri dan pemahaman tentang

pengalaman persalinan. Dukungan terhadap

perubahan psikologis dapat diperoleh dari

lingkungan, teman yang mendukung, mobilitas,

pemberian informasi tentang teknik relaksasi,

percakapan dan dorongan semangat.


d) Pemeriksaan dalam
Melakukan pemeriksaan dalam antara lain:
(1) Menentukan tinggi fundus
(2) Memantau kontraksi uterus
(3) Memantau denyut jantung janin
(4) Menentukan presentasi
(5) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Penurunan bagian terbawah dengan metode

lima jari (perlimaan) yaitu:


a) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya

teraba di atas simfisis kepala berada di

hodge I.
b) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah

janin telah memasuki pintu atas panggul

dan berada di hodge II.

c) 3/5 jika sebagai (2/5) bagian terbawah

janin atau kepala janin berada di hodge III

(d) bagian terbawah janin masih berada di atas


simfisis dan (3/5) bagian melewati bidang
tengah telah memasuki rongga panggul dan

kepala berada dihodge III.

(e) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian rongga

panggul (tidak dapat digerakan), kepala

berada dihodge III +.

(f) 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat

meraba bagian terjadi janin yang berada di

atas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke

dalam rongga panggul, kepala berada

dihodge IV .
(g) 0/5 jika terbawah janin sudah tidak dapat

diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh

bagian terbawah janin sudah masuk ke

dalam rongga panggul, kepala berda

dihodge IV.

2. Kala II (pengeluaran)

Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi

JNPK-KR, (2008). Lama kala II pada multigravida

berlangsung 30 menit, sedangkan pada primigravida

berlangsung selama 1 jam. Erawati (2011)

1) Perubahan yang terjadi pada kala II

Menurut Indriyana (2013), ada perubahan-perubahan

uang terjadi pada ibu saat kala II persalinan,

diantaranya yaitu :

a) Kontraksi (his)

His pada kala II menjadi lebih terkoordinasi,

lebih lama, lebih cepat kira-kira 2-3 menit


sekali. Sifat kontraksi uterus simetris, fundus

dominan, diikuti relaksasi

b) Uterus

Pada saat kontraksi, otot uterus menguncup

sehingga menjadi lebih tebal dan lebih pendek,

kavum uterus lebih kecil serta mendorong janin

dan kantong amnion ke arah segmen bawah

uterus dan serviks.

c) Pergeseran organ dasar panggul

Organ-organ yang ada dalam panggul adalah

vesika urinaria, dua ureter, kolon, uterus,

rectum, tuba uterine, uretra, vagina, anus,

perineum dan labia. Pada saat persalinan,

peningkatan hormone relaksin menyebabkan

peningkatan mobilitas sendi dan kolagen

menjadi lebih lunak sehingga terjadi relaksasi

panggul.

2) Memilih posisi dalam persalinan

Menurut JNPK-KR (2008), posisi yang dianjurkan

dalam persalinan, yaitu sebagai berikut :

(a) Posisi jongkok atau berdiri

(b) Posisi duduk atau setengah duduk


(c) Posisi merangkak

(d) Posisi berbaring miring ke kiri

3) Pemantauan kala II persalinan

Menurut Indrayani ( 2013 ) Pemantauan kala II

persalinan meliputi :

a) Evaluasi terus-menerus kesejahteraan ibu

(1) Pemeriksaan denyut nadi setiap 30 menit

(2) Pemeriksaan tekanan darah setiap 4 jam.

(3) pemeriksaan kontraksi ibu setiap 30

menit untukmenilai kontraksi dan lamanya

kontraksi selama 10 menit.

(4) Tanyakan ibu dan palpasi kandung

kemih untuk memastikan kandung kemih

tersebut kosong.

(5) Upaya mengejan.

b) Evaluasi terus-meserus kesejahteraan janin

(1) Penurunan, presentasi dan sikap janin melalui

pemeriksaan dalam setiap 4 jam atau lebih

sering jika ada penyulit.


(2) Kondisi kepala janin (molase)

(3) Denyut jantung janin setiap 30 menit

(4) Warna cairan ketuban dan selaput ketuban yang

sudah pecah

(5) Pemantauan bayi setelah lahir

c) Asuhan dukungan berupa :

(1) Meningkatkan rasa aman dengan mendukung,

mendorong dan meyakinkan ibu.

(2) Membantu pernafasan.

(3) Membantu dalam teknik mengejan.

(4) Mengikut sertakan, menghormati anggota

keluarga atau teman yang mendampingi.

(5) Memberikan tindakan yang menyenangkan,

misalnya mengusap dahi.

(6) Memberikan dan menbantu ibu antara waktu

kontraksi.

(7) Secara terus-menerus mengamati prinsip

pencegahan infeksi dan dasar-dasar hygiene.

(8) Memastikan kandung kemih kosong dengan

membantu dan mendorong ibu

mengosongkannya secara rutin.


(9) Memberikan ibu asupan nutrisi seperti makan

dan minum disela-sela kontraksi

3. Kala III (kala uri)

Menurut Elisabeth 2015) Kala III (kala uri) yaitu waktu

pelepasan dan pengeluaran ari (plasenta). Setelah bayi lahir

kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras

dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang

menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian

timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1-5

menit plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan

lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand androw,

seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah

bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta biasanya kira-kira

disertai dengan pengeluaran darah 100-200cc.


Tanda kala III terdiri dari 2 fase :

a) Fase pelepasan uri

mekanisme pelepasan uri terdiri atas :

1) Schultze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu

di tengah kemudian terjadi reteroplasenter

hermatoma yang menolak uri mula-mula ditengah

kemudian seluruhnya, menurut cara ini perdarahan


biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak

setelah uri lahir.


2) Dunchan
Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir

terlebih dahulu dari pinggir (20%) dan darah akan

mengalir semua antara selaput ketuban.


3) Serempak dari tengah dan pinggir plasenta

b. Fase pengeluaran uri

perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu:

1) Kustner

Meletaknya tangan dengan tekanan pada diatas

simfisis, tali pusat diregangkan, bila plasenta masuk

bearti belum lepas, bila tali pusat diam dan maju

(memanjangkan) bearti plasenta sudah terlepas.

2) Klien

sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali

pusat kembali bearti belum lepas, bila diam dan turun

bearti sudah terlepas.


3) Strastman

Tegangkan tali pusat dn ketuk pada fundus, bila tali

pusat bergetar bearti belum lepas, bila tidak bergetar

bearti sudah terlepas.

4) Rahim menonjol di atas simfisis


5) Tali pusat bertambah panjang
6) Rahim bundar dn keras
7) Keluar darah secara tiba-tiba

4. Kala IV (pengawasan)
Menurut Indriyani (2013) Kala IV (pengawasan)

adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir

untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya

perdarahan pascapartum. Pengawasan pertama dilakukan

setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit

pada 1 jam kedua.

1) Hal-hal penting yang perlu di perhatikan pada kala IV

Persalinan :

(a) Kontraksi uterus : baik/tidak, dapat diketahui dengan

palpasi. Lakukan masase.


(b) Perdarahan : ada/tidak, banyak/biasa
(c) Kandung kemih : harus kosong. Jika penuh, minta

ibu untuk berkemih dan jika ibu tidak dapat

melaksanakannya, lakukan kateterisasi.


(d) Luka : jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak.
2) Perlukaan pada Alat Genitalia Akibat Persalinan

Tempat yang paling sering mengalami perlukaan akibat

persalinan adalah perineum dapat terbagi dalam

beberapa tingkat menurut JNPK-KR ( 2008), antara lain:

(a) Derajat I, Perlukaan ysng mengenai mukosa vagina,

komisura posterior dan kulit perineum.

(b) Derajat II, Perlukaan yang mengenai mukosa

vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot

perineum.

(c) Derajat III, Perlukaan yang mengenai mukosa

vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum dan otot spingter ani.

(d) Derajat IV, Perlukaaan yang mengenai mukosa

vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum, otot sfingter ani dan dinding depan

rektum.

5. Partograf

Menurut Erawati (2011), partograf adalah alat bantu

yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama

penggunan partograf, adalah sebagai berikut.


1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan

dengan menilai pembukaan serviks melalui

pemeriksaan dalam.

2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara

normal. Dengan demikian, partograf juga dapat

mendeteksi secara dini setiap kemungkinan

terjadinya partus lama.

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, parograf akan

membantu penolong persalinan untuk :

1. Mencatat kemajuan persalinan

2. Mencatat kondisibibu dn janinnya

3. Mencatat asuhan yang diberiksn selama persalinan dan

kelahiran

4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk bisa

mengidentifikasi secara dini adanya penyulit

5.Menggunakan informasi yang ad untuk membuat

keputusan klinis yang sesuai dn tepat waktu

Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan ibu dan

banyinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu,

selain itu mengggunakan partograf mencegah tejadinya

penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.


1) Pencatatan pendahuluan depan partograf

a) Informasi tentang ibu

b) Kesehatan dan kenyamanan janin

c) Denyut Jantung Janin (DJJ)

Denyut jantung janin (DJJ) di kaji dan di catat

setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-

tanda gawat janin). Kisaran normal DJJ pada

partograf terletak diantara garis tebal pada

angka 180x/menit dan 100x/menit. Akan tetapi,

penolong persalinan harus waspada jika DJJ

kurang dari 120x/menit atau lebih dari

160x/menit.

d) Warna dan adanya air ketuban

Kaji air ketuban setiap kali dilakukan

pemeriksaan dalam dan periksa air ketuban jika

selaput ketuban pecah. Gunakan lambing

berikut ini :
U : ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M :ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium.
D :ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah.

e) Molase (Penyusupan kepala janin)

Penyusupan kepala janin adalah indicator

penting seberapa jauh kepala janin dapat

menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul

ibu.

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura

denganmudah dapat dipalpasi.

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan.

2 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih,

tetapimasih dapat dipisahkan.

3 : tulang-tulang kepala janin tumpang-tindih

dan tidak dapat dipisahkan.

f) Kemajuan persalinan

- Pembukaan serviks

Kaji dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam

dengan menggunakan tanda “X” pada lembar

partograf sesuai dengan laju besarnya

pembukaan.
- Penurunan bagian terbawah janin atau

presentasi janin.

Kaji dan catat penurunan bagian terbawah

janin setiap 4 jam atau lebih sering jika ada

tanda-tanda penyulit persalinan. Gunakan

tanda “O” pada garis waktu yang sesuai.

g) Pukul dan waktu

Setiap melakukan pengkajian ataupun

pemeriksaan jangan lupa untuk menempatkan

ataupun mencatat waktu pemeriksaan.

h) Kontraksi uterus

Pemantauan kontraksi uterus dilakukan setiap

30 menit. Raba dan catat jumlah kontraksi

dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam

satuan detik.

- Memberi titik-titik di kotak yang sesuai

untuk menyatakan kontraksi yang lamanya

kurang dari 20 detik.

- Memberi garis-garis di kotak yang sesuai

untuk menyatakan kontraksi yang lamanya

20-40 detik.
- Mengisi penuh kotak yang sesuai untuk

menyatakan kontaraksi yang lamanya lebih

dari 40 detik.

i) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Oksitosin ataupun cairan infuse yang diberikan

kepada ibu tetap harus di catat.

j) Kesehatan dan kenyamanan ibu

Nadi, catatlah setiap 30-60 menit Tekanan

darah, catat setiap 4 jamSuhu badan, catat

setiap 2 jam.

Protein, aston dan volume urin, catat setiap

kali ibu berkemih. Jika temuan-temuan

melintas kearah kanan dari garis waspada,

rujukan yang tepat.

2) Pencatatan pada halaman belakang partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian

untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses

persalinan dan kelahiran serta tindakan yang

dilakukan sejak persalinan kala I sampai kala IV

(termasuk bayi baru lahir petugas kesehatan harus

melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin


dan segera mencari). Oleh sebab itu, bagian ini

disebut catatan persalinan. Halaman belakang

partograf diisi setelah seluruh proses persalinan

selesai. Unsur-unsur yang harus dicatat, adalah

sebagai berikut :

a) Data dasar

b) Kala I

c) Kala II

d) Kala III

e) Bayi baru lahir

f) Kala IV

i. Asuhan Persalinan Normal

1) Pengertian

Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang

bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir,

serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan

pascapersalinan, hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir.

Sementara focus utamanya mencegah terjadinya

komplikasi JNPK-KR, (2008).

2) Tujuan asuhan persalinan normal


Tujuan asuhan persalinan normal menurut Erawati,

(2011) adalah

1) Memberikan dukungan, baik fisik maupun

emosional kepada ibu dan keluarganya

selama persalinan dan kelahiran.

2) Melakukan pengkajian, membuat diagnosa,

mencegah komplikasi dengan pemantauan

ketat dan deteksi dini selama persalinan dan

kelahiran.

3) Memperkecil resiko infeksi dengan

melaksanakan pencegahan infeksi yang

aman.

3) Lima benang merah

Menurut Erawati, (2011), Lima aspek dasar atau

lima benang merah sangat penting dalam memberikan

asuhan persalinan dan kelahiran bayi yang bersih dan

amam. Berbagai aspej tersebut melekat pada setiap

persalinan baik normal maupun patologis. Lima benang

merah dalam asuhan persalinan, yaitu :

Membuat keputusan klinik


Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan

klinik :

(1) Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat diambil dari pengumpulan

data subjektif atau objektif

(2) Diagnosa

Setelah data terkumpul, penolong persalinan dapat

melakukan analisis data dan segera membuat

diagnosis secara tepat

(3) Penatalaksanaan asuahan atau perawatan

Berdasarkan data yang terkumpul dan diagnosis

yang pasti susun rencana penatalaksanaan sebagai

elemen asuhan atau perawatan yang memadai bagi

ibu dan bayi baru lahir.

(4) Evaluasi

Penatalaksanaan yang telah dilakukan harus

dievaluasi untuk menilai tingkat efektivitas asuhan.

b) Asuhan sayang ibu dan bayi


Asuhan sayang ibu adalah dengan prinsip saling

menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan dari


pasien dalam hal ini salah satu prinsip dasar asuhan

sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami

dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran

bayi.
c) Pencegahan Infeksi
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi:
(1) Semua individu (ibu, bayi baru lahir, maupun

penolong persalinan) harus dianggap dapat

menularkan penyakitnya karena infeksi yang

terjadi bersifat asimptomatik (tanda gejala).


(2) Setiap individu harus dianggap beresiko terkena

infeksi.
(3) Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan

benda-benda mukosa atau darah, harus dianggap

terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan

harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara

benar
(4) Apabila tidak diketahui apakah permukaan,

peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan

benar, harus dianggap telah dan masih

terkontaminasi.
(5) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total,

namun dapat dikurangi seminimal mungkin dengan

menerapkan tindakan pencegahhan infeksi yang

benar dan konsistensi Manuaba, (2010).


d) Pencatatan ( Dekomentasi)
Menurut JNPK-KR (2008), catat semua asuhan

yang telah diberikan kepada ibu dan bayinya. Jika


asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut

tidak dilakukan. Pencatatan adalah bagian penting dari

proses membuat keputusan klinik karena

memungkinkan penolong persalinan untuk terus

memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses

persalinan dan kelahiran bayi.

e) Rujukan
Persiapan yang harus diperhatiakn dalam

melakukan persiapan rujukan. Singkatan

BAKSOKUDA dapat digunakan untuk mengingat hal-

hal penting dalam mempersiapkan rujukan yaitu :


B (Bidan) : Selama tindakan rujukan ibu dan atau bayi

lahir didampingi oleh penolong persalinan

yang kompeten dan memiliki kemampuan

untuk melaksanakan kegawatdaruratan

obstetrik dan bayi baru lahir dibawa

kefasilitas rujukan .
A (Alat) :Bahan-bahan dan perlengkapan untuk

asuhan persalinan.
K (Keluarga):Ibu dan keluarga harus diberitahui
mengenai kondisi terakhir baik mengenai
kondisi ibu dan atau bayinya serta

mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk.


S (Surat) :Surat harus ada identifikasi mengenai ibu

dan atau bayi baru lahir cantumkan alasan

rujukan uraian hasil pemeriksaan, asuhan,

obat–obatan yang telah diberikan pada


ibu dan bayi baru lahir. lampirkan

partograf, kemajuan persalinan ibu saat

rujukan.
O (Obat) : Bawa obat–obatan assensial pada saat
mengantar ketempat rujukan.
K(Kendaraan) :Siapkan kendaraan yang memungkinkan

untuk merujuk ibu dalam kondisi yang

cukup aman
U (Uang) : Ingatkan pada keluarga agar membawa

uang dalam jumlah yang cukup untuk

keperluan ibu dan bayi selama tinggal

difasilitas rujukan.

DA (Doa dan Darah): Ingatkan pada ibu dan keluarga

untuk selalu berdoa serta ajak keluarga

dan tetangga yang mempunyai golongan

darah yang sama dengan pasien bila

kasusnya memerlukan transfusi darah.

j. 59 Langkah Asuhan Persalinan Normal


Menurut Indrayani (2013), 59 Langkah APN adalah :
(1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II
(2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan

termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukan

alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set


(3) Memakai celemek plastik
(4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci

tangan dengan sabun dan air mengalir


(5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg

akan digunakan untuk pemeriksaan dalam


(6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung

tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam

wadah partus set


(7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah

dengan gerakan vulva ke perineum


(8) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan

sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah


(9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5%, buka sarung tangan dalam

keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%


(10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi uterus selesai, pastikan

DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit)


(11) Beri tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his dan ingin

meneran
(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

untuk meneran
(13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran


(14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada

dorongan untuk meneran dalam 60 menit


(15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di

perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5 – 6 cm
(16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah

bokong ibu
(17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan


(18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
(19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 –

6 cm, pasang handuk bersih untuk mengeringkan janin

pada perut ibu


(20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
(21) Tunggu kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar

secara spontan
(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang

secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah

dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang


(23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum

ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah

bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas


(24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri

punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk

memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri

diantara kedua lutut janin)


(25) Melakukan penilaian selintas :
1) Apakah bayi menangani kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan ?
2) Apakah bayi bergerak aktif ?
(26) Mengeringkan tubuh bayi dari muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan


verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang

kering. Membiarkan bayi diatas perut ibu

(27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada


lagi bayi dalam uterus
(28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar

uterus berkontraksi baik


(29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin

10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral


(30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan

klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali

pusat ke arah distal dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm

distal dari klem pertama.


(31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali

pusat diantara 2 klem tersebut


(32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada

satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut

dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya


(33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan

memasang topi di kepala bayi


(34) Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm

dari vulva
(35) Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi

atas simfisis, untuk mendeteksi kontraksi uterus dan

tangan lain menegangkan tali pusat


(36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat

dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan

uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta


tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali

pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya

dan mengulangi prosedur


(37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong

menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian

kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan

tekanan dorso-kranial)
(38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan

plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),

pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran

searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan

mencegah robeknya selaput ketuban


(39) Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase pada fundus

uteri fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian

palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik

(keras)
(40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan

tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon

dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan

kedalam kantong plastik yang tersedia


(41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila laserasi agar tidak terjadi

perdarahan
(42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam
(43) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada

ibu paling sedikit 1 jam


(44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi,

beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg

intramaskuler di paha kiri anterolateral


(45) Lakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir
(46) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan

imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.


(47) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah

perdarahan pervaginam
(48) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus
(49) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
(50) Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap

30 menit selama jam kedua pasca persalinan


(51) Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik


(52) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan

bilas peralatan setelah di dekontaminasi


(53) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat

sampah
(54) Membersihkan ibu dengan air DTT. Membersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai

memakai pakaian bersih dan kering.


(55) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga

untuk membantu apabila ibu ingin minum


(56) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin

0,5%
(57) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%


(58) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
(59) Melengkapi partograf

You might also like