You are on page 1of 4

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005
KARSINOMA SERVIKS

A. PENGERTIAN
Karsinoma serviks adalah pertumbuhan sel-sel ganas pada serviks
B. INSIDENSI
Karsinoma serviks adalah kondisi yang jarang terjadi dibanding sebelumnya akibat deteksi dini dengan Pap
Smear. Selama 40 tahun terakhir, karsinoma serviks invasif telah menurun telah menurun dari 45/100.000
hingga 15/100.000. Meskipun demikian, kondisi ini masih merupakan kanker reproduktif wanita ketiga yang
paling umum, tidak termasuk kanker payudara. Pertama menampakkan diri pada usia menarche, sampai umur
35 tahun relatif sedikit, setelah itu terjadi peningkatan sampai usia 55-60 tahun, kemudian menurun. Hal ini
dipengaruhi oleh populasi wanita berdasarkan usia. Frekuensi tertinggi terdapat antara usia 50-55 tahun,
penyebaran umur dari 18-95 tahun
Di Belanda angka kematian 5,8/100.000/tahun atau kira-kira 325 wanita/tahun atau kira-kira 325 wanita
meninggal setiap tahunnya karena penyakit ini.
C. PATOFISIOLOGI
Secara umum tumor terjadi sebagai akibat perubahan sel disebabkan oleh adanya beberapa faktor seperti faktor
genetik, faktor lingkungan, faktor biologis, sehingga sel dapat melepaskan diri dari mekanisme pengaturan
pertumbuhan sel normal. Perubahan ini disebut transformasi. Sebagai dasar transformasi adalah gangguan
kelainan (mutasi) di dalam genom dari sel yang mengalami transformasi tersebut. Perubahan sel yang terus
berlanjut dapat menyebar lebih jauh baik melalui darah (hematogen) maupun limfe (limfatogen). Tergantung
kepada kearah mana penyebaran sel-sel ganas tersebut, maka ditempat penyebaran akan terjadi perubahan sel
dan kelainan fungsi. Penyebaran yang sering terjadi menuju ginjal, paru-paru dan usus, namun tidak menutup
kemungkinan menuju organ lain.

D. STADIUM
STADIUM KETERANGAN

Stadium 0 Inti sel bertambah besar, berlapis namun bentuk sel masih normal

Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks

Stadium Ia 1 Karsinoma preklinis (hanya dapat ditentukan dengan mikroskop), desakan


kurang dari 3 mm

Stadium Ia 2 Luka-luka dapat diukur dengan kedalaman 3-5 mm dan lebar ≤ 7 mm

Stadium Ib Luka-luka dengan ukuran yang lebih besar dari stadium Ia 2

Stadium Ib 1 Diameter < 4 cm

Stadium Ib 2 Diameter > 4 cm

Stadium II Karsinoma meluas ke luar serviks, tapi belum sampai ke dinding panggul,
karsinoma menyebar ke dalam vagina tapi tidak sampai 1/3 bawah

Stadium IIa Tidak ada perluasan ke parametrium(lapisan luar otot rahim)


Stadium IIb Jelas ada perluasan ke parametrium

Stadium III Karsinoma telah meluas sampai dinding panggul, tumor tumbuh sampai 1/3
bagian bawah vagina,terdapat gangguan ginjal.

Stadium IIIa Tidak ada perluasan ke dinding panggul, tetapi pertumbuhan terus sampai 1/3
bagian bawah vagina

Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul,ginjal tidak berfungsi

Stadium IV Karsinoma telah meluas ke luar dinding panggul dan telah tumbuh ke kandung
kencing dan anus

Stadium IVa Pertumbuhan tumor tembus ke organ-organ di sekelilingnya

Stadium IVb Perluasan ke organ-organ jarak jauh

E. FAKTOR RESIKO
 Hubungan seksual usia dini
 Melahirkan usia muda
 Memiliki banyak pasangan seksual
 Pemajanan terhadap Human Papiloma Virus (HPV)
 Infeksi HIV
 Merokok
 Pemajanan terhadap dietilstilbestrol (DES) in utero
F. TANDA DAN GEJALA
 Kehilangan darah pervaginamyang abnormal (intermenstruasi)
 Perdarahan kontak
 Fluor vaginalis yang abnormal( putih atau purulen yang berbau dan tidak gatal)
 Gangguan miksi( obstruksi total vesika urinaria)
 Gangguan defekasi
 Nyeri perut bawah atau menyebar
 Limfedema
 Edema dan Ascites
 Keluhan cepat lelah, pucat
 Anemia
 BB menurun
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pap Smear, menunjukkan adanya displasi, sel-sel atipik persisten
 Biopsi, identifikasi adanya neoplasme intra-epitel (CIN) atau lesi intra-epitel skuamosa tingkat tinggi (HGSIL)
 Biopsi Punch
 Kolposkopi
 Konisasi
 Dilatasi dan kuretase
 Pemindai CT
 MRI
 Urogram intravena (IVU)
 Sistogram
 Rontgen barium , Servikografi
 Pemeriksaan fisik: servik teraba membesar, ireguler teraba lunak.Tampak lesi pada porsio atau sampai vagina.
 Pap net ( pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitif).
H. PENATALAKSANAAN
1. CIN III ( displasia berat dan karsinoma in situ) dapat diterapi lokal dengan bedah beku (cryosurgery dengan
oksida nitrat), terapi laser atau loop diatermik jika lesi dan zone transformasi dapat dilihat penuh dengan
kolposkopi atau dapat dikerjakan konisasi (pengangkatan bagian yang berbentuk kerucut dari serviks)
2. Karsinoma mikroinvasif diterapi dengan ekstirpasi uterus. Pada wanita muda cukup dikerjakan konisasi asal ini
radikal luas dan tidak ada vasoinvasi dan follow up sitologik adekuat.
3. Karsinoma serviks invasif, tergantung pada stadium penderita waktu datang. Stadium I dan IIa baik radioterapi
maupun teknik operasi radikal (Wertheim-Meigs, Kobayashi) memberikan hasil baik. Indikasi untuk radioterapi
postoperatif adalah pertumbuhan tumor ke dalam parametrium, pinggir-pinggir irisan yang yang tidak bebas dan
metastase kelenjar limfe. Stadium IIb dan III pada umumnya memerlukan radioterapi primer
4. Beberapa pasien dengan kekambuhan kanker servikal dipertimbangkan untuk menjalani eksenterasi pelvis,
dimana sebagian besar isi pelvis diangkat. Edema tungkai unilateral, skiatika, dan obstruksi uretral menunjukkan
kemungkinan progresivitaas penyakit. Pasien dengan gejala ini tidak dipertimbangkan untuk menjalani
pembedahan mayor. Komplikasinya besar dan dan mencakup edema pulmoner, infark miokard, CVA, hemoragi,
sepsis, obstruksi usus halus, pembentukkan fistula, obstruksi perkemihan akibat konduit ileus dan pielonefritis.
5. Kemoterapi
I. PROSEDUR BEDAH
 Histerektomi total ; pengangkatan uterus, serviks dan ovarium
 Histerektomi radikal (Wertheim) : pengangkatan uterus, adneksa, vaginaproksimal, dan nodus limfe bilateral
melalui insisi abdomen.
 Histerektomi vaginal radikal (Schauta) ; pengangkatan vagina uterus, adneksa dan vagina proksimal (radikal
menunjukkan bahwa suatu area ekstensif paravaginal, paraservikal, parametrial, dan jaringan uterosakral
diangkat bersama uterus)
 Limfadenektomi pelvis bilateral ; pengangkatan organ-organ pelvis, termasuk nodus limfe kandung kemih dan
rektum serta konstruksi konduit diversional, kolostomi dan vagina
 Salpingo-oovarektomi (bilateral) ; pengangkatan tuba falloopi dan ovarium
 Eksenterasi pelvis ; sebagian besar isi pelvis diangkat.

DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Kapita Selkta jilid 1, Media Aesculapius, FKUI, 1999.
Mc Closkey, J.C. dan Bulechek, G.M, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), Secaond Edition, Mosby Year Book
Inc., St. Louis
NANDA INTERNATIONAL, 2005, Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2005-2006, NANDA INTERNATIONAL
, Philadelphia.
Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Volume 2, EGC, Jakarta
Van de Velde, C.J.H. dkk, 1999, Onkologi, Edisi 5 (revisi), Panitia Kanker RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
Yulianti, A.R. Laporan Pendahuluan Karsinoma Servik, 2005

You might also like