You are on page 1of 56

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM

TAHUN 2009 - 2029

BAB 4
RENCANA POLA RUANG KOTA MATARAM

Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam
wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pada bagian ini akan diuraikan pemanfaatan ruang
Kota Mataram secara menyeluruh terdiri dari kawasan lindung (non budidaya) meliputi
kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya (resapan air), kawasan
perlindungan setempat/RTH (Sempadan Sungai, Sempadan pantai, kawasan mata air, taman
kota, taman lingkungan, jalan-jalan utama dan pemakaman umum), kawasan cagar budaya
dan kawasan rawan bencana, sedangkan kawasan budidaya meliputi kawasan
perumahan/permukiman, pertanian, pemerintahan, jasa dan perdagangan, industri, dan
kawasan pariwisata serta rekreasi.

4.1 RENCANA POLA KAWASAN LINDUNG


Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam serta sumber daya buatan
guna pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan dan mengacu
pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung, kawasan lindung di Kota
Mataram seharusnya dapat mengacu pada kawasan lindung ideal sesuai dengan luas
minimial yang ditetapkan oleh Departemen kehutanan, yaitu 30 % dari luas wilayah Kota
Mataram.
Jenis kawasan lindung yang terdapat di Kota Mataram meliputi kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan
Cagar budaya dan kawasan rawan bencana. Penetapan kawasan lindung selain mengacu
kriteria pada (Kriteria Kawasan Lindung), juga mengacu Keppres No. 32 tahun 1990
mengenai Pengelolaan Kawasan Lindung Dalam konteks RTRW Kota penetapan hutan
lindung dibedakan menurut fungsinya, yaitu sebagai berikut :
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu:
 Kawasan hutan lindung;
 Kawasan Resapan Air.
2. Kawasan perlindungan setempat;

IV - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

 Sempadan pantai;
 Sempadan sungai;
 Kawasan sekitar danau/waduk.
3. Kawasan suaka alam;
 Kawasan Cagar alam;
 Kawasan Cagar Budaya.
4. Kawasan rawan bencana alam;
 Kawasan rawan bencana Gempa;
 Kawasan rawan bencana banjir.

1) Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya


Kawasan perlindungan terhadap kawasan bawahnnya adalah kawasan lindung dan resapan
air. Yang dimaksud dengan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya adalah kawasan resapan air yang terdapat di wilayah Kelurahan Sayang-
sayang, Selagalas, Pejeruk dan Mandallika dan kawasan hutan lindung/kota direncanakan
pada beberapa lahan pecatu yang ada di Kota Mataram. Dimana luas hutan Kota yang
direncanakan adalah seluas ±40 Ha.
Kawasan resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan
air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai
sumber air. Perlindungan terhadap kawasan resapan air, dilakukan untuk memberikan ruang
yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan
kebutuhan air tanah dan pengendalian banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun
kawasan yang bersangkutan.
Kriteria kawasan resapan air adalah :
a. Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1.000 mm per tahun;
b. Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm;
c. Mempunyai kemampuan meluluskan air dengan kecepatan lebih dari 1 meter per
hari;
d. Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 meter terhadap muka tanah setempat;
e. Kelerengan kurang dari 15 %;
f. Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah
dalam.
2) Kawasan Perlindungan Setempat
a. Jalur sempadan sungai.
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk

IV - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai


dilakukan untuk melindungi fungsi sungai dari kegiatan budidaya yang dapat
mengganggu dan merusak kondisi sungai dan mengamankan aliran sungai. Adapun
sungai-sungai di Kota Mataram yang memerlukan penertiban sempadan pantai antara
lain: sungai Midang, sungai Jangkok, Sungai Brenyok dan sungai Ancar.
Kriteria jalur sempadan sungai adalah:
 Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar kawasan
perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan
perkotaan;
 Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 m di kanan kiri
sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
 Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman tidak lebih dari 3 m;
 Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m;
 Sekurang-kurangnya 30 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 20 m.
Ketentuan garis sempadan sungai diatur lebih lanjut oleh Peraturan Daerah yang
berlaku.
b. Kawasan sekitar mata air.
Kriteria untuk kawasan lindung ini yaitu kawasan di sekitar mata air dengan radius
sekurang-kurangnya 200 m. Perlindungan untuk kawasan sekitar mata air dapat
dilakukan melalui membangun batas pengaman terhadap mata air dari pencemaran
lingkungan serta dengan mempertahankan kelestarian lingkungan dengan penanaman
pohon di sekitar mata air. Pemerintah Kota Mataram sendiri melalui instansi terkait
perlu melakukan monitoring serta sosialisi kepada masyarakat khususnya penduduk
disekitar mata air agar lebih menjaga keberadaan mata air serta membina masyarakat
dalam pengelolaan keberadaan mata air. Adapun rencana pemeliharaan terhadap
keberadaan mata air di kota mataram adalah di beberapa titik sebagai berikut:
 Kelurahan Sayang-sayang terdapat 3 titik;
 Kelurahan Karang Taliwang terdapat 1 titik;
 Kelurahan Monjok Barat, dilingkungan Oloh terdapat 1 titik;
 Kelurahan Pagesangan Barat terdapat 1 titk;
 Kelurahan Pagutan, lingkungan Petemon 1 titik
 Kelurahan Dasan Agung 1 titik;

IV - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

 Kelurahan Dasan Cermen 1 titik;


 Kelurahan Pejeruk 1 titik
c. Taman kota, taman lingkungan, jalan-jalan utama kota dan pemakaman umum
disesuaikan dengan standar prasarana kota dan besaran atau lokasi.
Rencana pola pengembangan kawasan lindung setempat yang berfungsi pula sebagai
ruang terbuka hijau ini adalah:
 Menambah jalur hijau jalan di sepanjang jaringan jalan utama yang ada dan
direncanakan termasuk jalur hijau jalan kelektor sehingga diperkirakan seluas 2
% dari total wilayah Kota Mataram.
 Intensifikasi dan ekstensifikasi RTH di sepanjang sempadan sungai, jaringan jalan
dan sempadan jalan.
 Intensifikasi dan ekstensifikasi RTH di kawasan taman kota, pemakaman umum,
serta di sepanjang jalan-jalan utama Kota Mataram.
 Secara mikro dilakukan penyediaan taman-taman lingkungan yang berada di
pusat-pusat lingkungan perumahan dengan standar sebagai berikut:
- Taman lingkungan RT atau untuk 250 penduduk dengan luas 250 m2, atau
satandar 1 m2/penduduk.
- Taman lingkungan RW atau untuk 2500 penduduk dengan luas 1.250 m2
atau standar 0,5 m2/penduduk, yang dapat berdekatan dengan fasilitas
pendidikan SD.
- Taman skala kelurahan atau untuk 25.000-30.000 penduduk dengan dan
taman-taman dengan luas 9.000 m2;, atau standar 0,3 m2/penduduk.
- Taman skala kecamatan atau untuk 120.000 penduduk dengan luas 24.000
m2, atau standar 0,2 m2/penduduk.
- Taman skala wilayah pengembangan atau untuk 480.000 penduduk
dengan luas 12,4 Ha atau 0,3 m2/penduduk.
Bentuk upaya Intensifikasi ruang terbuka hijau dapat dilakukan dengan pemilihan jenis
tanaman, letak tanaman, ruang antar permukiman, taman-taman rumah, selain itu
dilakukan juga diantaranya melalui penataan ulang makam dan taman kota yang
dijadikan SPBU. Untuk ekstensifikasi RTH dilakukan dengan pembuatan RTH-RTH baru.

3) Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya


Merupakan lingkungan alami yang memiliki nilai historis dan budaya Kota Mataram. Kriteria
kawasan lindung untuk cagar budaya yaitu tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai
budaya tinggi dan situs yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu

IV - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

pengetahuan. Fungsi bangunan pada kawasan ini dapat berubah dengan mempertahankan
bentuk asli bangunan.

4) Kawasan Rawan Bencana Alam


A. Rawan Banjir, Longsor, Gempa Bumi dan Tsunami
Rawan bencana di Kota Mataram berupa rawan banjir, rawan gempa dan tsunami karena
terletak berbatasan dengat laut (Selat Lombok). Jenis bencana banjir ini sebagian besar
terdapat di wilayah Selatan Kota Mataram berupa fisiografi landai dengan kemiringan lereng
0-10 % dan mempunyai sifat fisik yang tidak dapat meresap rembesan air. Kawasan ini
meliputi Kelurahan Karang Pule, Kelurahan Pagutan, Kelurahan Tanjung Karang dan
Kelurahan Jempong Baru. Sedangkan untuk kawasan rawan tsunami berada dibagian barat
kota yang berbatasan langsung dengan laut. Sebagai antisipasi korban jiwa dalam bencana
tsunami diperlukan jalur-jalur evakuasi serta penetapan kawasan-kawasan darurat sebagai
tempat mengungsi korban. Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Jalur Evakuasi Bencana
Tsunami dapat dilihat pada peta 4.1. Sedangkan Untuk rincian klasifikasi kawasan lindung
dan lokasi dapat dilihat pata tabel 4.1

Tebel 4.1
Rincian Klasifikasi Kawasan Lindung dan Lokasi
Klasifikasi Kawasan
Rincian Lokasi
No. Lindung
1 Kawasan yang Kawasan lindung yang terletak di Sayang-sayang, Selagalas,
memberikan bagian Utara Kota Mataram kawasan Pejeruk dan Mandallika
perlindungan terhadap resapan air tersebar di
kawasan bawahannya. beberapa kelurahan.
2 Kawasan 1. Jalur sempadan sungai 1. Tersebar sepanjang sungai
perlindungan 2. Jalur sempadan pantai, 2. Ampenan, Bintaro
Setempat (ruang dibutuhkan pengelolaan khusus (pemakaman)
terbuka hijau) untuk perlindungan kawasan ini 3. Cakranegara Barat, Dasan
sepanjang 8 km jalur pantai Kota Agung Baru, Ampenan
Mataram Tengah, Dasan Agung,
3. Pemakaman umum dan Udayana, Mandalika dan
Kawasan taman kota tersebar di pusat-pusat
lingkungan berdasarkan
kriteria yang ditentukan di
atas

IV - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Klasifikasi Kawasan
Rincian Lokasi
No. Lindung
3 Kawasan Cagar kawasan yang mempreservasi Cilinaya, Mayure, Tanjung
Budaya bangunan fisik serta mengkonservasi Karang, Dayan Peken, Ampenan
lingkungan alam yang memiliki nilai Tenga.
historis dan budaya Kota Mataram.
4 Kawasan Rawan kawasan yang diidentifikasi sering Karang Pule, Pagutan,
Bencana dan berpotensi tinggi mengalami Tanjung Karang dan
bencana alam seperti bahaya banjir. Jempong Baru
Sumber: Hasli Rencana

B. Rawan Kebakaran
1) Identifikasi Sarana dan Prasarana PMK
Pos PemAdam Kebakaran Kota Mataram terdapat 1 unit.
Terdapat:
 21 unit Alat pemadam api ringan (APAR)
 8 unit mobil pompa, kondisi layak pakai 5 unit.
 0 unit mobil tangga.
Kendala-kendala dalam operasional:
- Banyaknya jaringan jalan dilingkungan permukiman yang sempit sehingga
mobil pemadam tidak dapat masuk ke TKP.
- Tinggi pembatas Gapura (Gang/Jalan) tidak sesuai, sehingga mobil
pemadam tidak dapat memasuki TKP.
- Hydrant dibeberapa ruas jalan tidak berfungsi optimal, sehingga pengisian
harus kembali ke pos, dimana pengisian ulang tanki sekitar 10 mnt.
- Debit air hydrant pada siang hari sangat kecil, karena bersumber dari
PDAM.

IV - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

IV - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Titik lokasi Hydrant:


 Jalan Langko ;
 Jalan Pejanggik ;
 Jalan Sandubaya ;
 Jalan Yos Sudarso ;
 Jalan RA Kartini (Pasar Cemara) ;
 Pasar Kebon Roek, Pasar Pagutan, Pasar Rembiga, Pasar Seni Mandalika ;
 Jalan Pelita ;
 Jalan Ismail Marzuki ;
 Jalan Hasanudin ;
 Jalan Panca Usaha.

Rencana Pengembangan Pos Pemadam Kebakaran.


a. 1 unit di Kecamatan Ampenan
b. 1 unit di Kecamatan Sandubaya
c. Rencana penempatan di tiap-tiap kecamatan
Permasalahan dalam rencana pengembangan:
- Ketidak tersediaan lahan dan dana untuk pengembangan.
Program Kantor Pemadam Kebakaran
- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

2) Penanggulangan Kebakaran Perkotaan


a. Analisa Prasarana Kebakaran Kota
1. Analisa Manajemen Penanggulangan Kebakaran Kota
 Manajemen penanggulangan kebakaran (MPK) perkotaan adalah bagian
dari Manajemen Perkotaan, untuk mengupayakan kesiapan: Instansi
Pemadam Kebakaran, pengelola, penghuni dan masyarakat terhadap
kegiatan pemadaman kebakaran yang terjadi pada bangunan dan/atau
lingkungan di dalam kota.
 Manajemen penanggulangan kebakaran (MPK) lingkungan adalah
bagian dari Manajemen Estate, untuk mengupayakan kesiapan:
pengelola, penghuni dan Regu Pemadam Kebakaran terhadap kegiatan
pemadaman yang terjadi pada suatu lingkungan.
 Manajemen penanggulangan kebakaran (MPK) bangunan gedung
adalah bagian dari Manajemen Bangunan, untuk mengupayakan
IV - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

kesiapan pengelola, penghuni dan Regu Pemadam Kebakaran terhadap


kegiatan pemadaman yang terjadi pada suatu bangunan gedung.
 Bangunan gedung adalah konstruksi bangunan yang diletakkan secara
tetap dalam suatu lingkungan, di atas tanah/perairan, melayang,
ataupun di bawah tanah/perairan, tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk tempat tinggal, berusaha, maupun kegiatan
sosial dan budaya. Sedangkan mengenai klasifikasi bangunan gedung
adalah sesuai dengan Keputusan Menteri PU No. 441/ KPTS/1998
tentang Persyaratan Teknik Bangunan Gedung.
 Perencanaan sistem proteksi kebakaran di perkotaan didasarkan
kepada penentuan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK).
 Perencanaan harus dimulai dengan evaluasi terhadap tingkat resiko
kebakaran dalam suatu WMK oleh instansi kebakaran setempat.
 Unsur utama yang penting dalam perencanaan ini adalah penentuan
penyediaan air untuk pemadaman kebakaran di setiap WMK.
2. Angka Resiko Kebakaran
a) Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran 3
- Angka klasifikasi ini harus mempertimbangkan resiko bahaya
kebakaran yang paling rawan, dimana jumlah dari isi bahan mudah
terbakarnya sangat tinggi. Kebakaran dalam tingkat klasifikasi ini
dapat diperkirakan berkembang sangat cepat dan mempunyai nilai
pelepasan panas yang tinggi.
- Bangunan yang berdekatan dengan bangunan yang mempunyai
angka klasifikasi resiko bahaya kebakaran 3, harus dianggap
sebagai bagian dari klasifikasi tersebut jika jaraknya 15 m atau
kurang.
Angka klasifikasi resiko bahaya kebakaran 3, antara lain ditunjukkan
pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2
Bangunan Dengan Angka Resiko Kebakaran Bahaya 3
NO PERUNTUKAN BANGUNAN
1 Hangar pesawat terbang
2 Pabrik gandum
3 Pabrik kimia
4 Pemintalan
5 Penyulingan
6 Pabrik/gudang bahan mudah terbakar
IV - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

NO PERUNTUKAN BANGUNAN
7 Penggilingan Lemak
8 Gudang padi
9 Penggilingan minyak pelicin
10 Gudang penyimpanan kayu
11 Penyulingan minyak
12 Pabrik/gudang plastik
13 Penggergajian kayu
14 Pemisahan minyak pencuci logam
15 Tempat penyimpanan jerami
16 Pabrik pernis dan cat
Sumber :Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000

b) Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran 4


- Angka klasifikasi ini harus dipertimbangkan sebagai Resiko Bahaya
Kebakaran Tinggi, dimana kuantitas dan kandungan bahan mudah
terbakarnya tinggi.
Kebakaran dalam tingkat klasifikasi ini dapat diperkirakan
berkembang cepat dan mempunyai nilai pelepasan panas yang
tinggi.
- Bangunan yang berdekatan dengan bangunan yang mempunyai
angka Klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran 4, harus dianggap
sebagai bagian dari klasifikasi tersebut jika jaraknya 15 m atau
kurang.
Angka klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran 4, antara lain ditunjukkan
pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3
Bangunan Dengan Angka Resiko Kebakaran Bahaya 4
NO PERUNTUKAN BANGUNAN
1 Kandang kuda
2 Gudang bahan bangunan
3 Pusat perbelanjaan
4 Ruang pamer, auditorium, dan bioskop
5 Tempat penyimpanan
6 Terminal pengangkutan
7 Pertokoan
8 Pemrosesan kertas
9 Pelabuhan
10 Bengkel
11 Pabrik karet
12 Gudang untuk : mebel, umum, cat, kertas, dan minuman keras
13 Industri kayu
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000

IV - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

c) Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran 5


Angka klasifikasi ini harus dipertimbangkan sebagai hunian bahaya
sedang, dimana kuantitas dan kandungan bahan mudah terbakarnya
sedang dan tinggi tumpukan bahan mudah terbakarnya tidak melebihi
dari 3,7 m. Kebakaran dalam tingkat klasifikasi ini dapat diperkirakan
berkembang sedang dan mempunyai nilai pelepasan panas yang
sedang. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran 5, antara lain
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4
Bangunan Dengan Angka Resiko Kebakaran Bahaya 5
NO PERUNTUKAN BANGUNAN
1 Tempat hiburan
2 Pabrik pakaian
3 Gudang pendingin
4 Gudang kembang gula
5 Gudang hasil pertanian
6 Ruang pamer dagang
7 Binatu
8 Pabrik penyamakan kulit
9 Perpustakaan (dengan buku yang besar)
10 Kios sablon
11 Toko mesin
12 Toko besi
13 Asrama perawat
14 Pabrik farmasi
15 Percetakan
16 Rumah makan
17 Pabrik tali
18 Pabrik gula
19 Pabrik perekat
20 Pabrik tekstil
21 Gudang tembakau
22 Bangunan kosong
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000

d) Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran 6


Angka klasifikasi ini harus dipertimbangkan sebagai resiko bahaya
rendah, dimana kuantitas dan kandungan bahan mudah terbakarnya
sedang dan tinggi tumpukan bahan mudah terbakarnya tidak lebih dari
2,5 m. Kebakaran dalam tingkat klasifikasi ini dapat diperkirakan
berkembang sedang dan mempunyai nilai pelepasan panas sedang.
Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran 6, antara lain seperti pada
tabel di bawah ini.

IV - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Tabel 4.5
Bangunan Dengan Angka Resiko Kebakaran Bahaya 6
NO PERUNTUKAN BANGUNAN
1 Gudang minyak
2 Parkir mobil
3 Pabrik roti
4 Tempat potong rambut
5 Pabrik minuman
6 Ruang boiler
7 Pabrik bier
8 Pabrik bata
9 Pabrik kembang gula
10 Pabrik semen
11 Rumah ibadah
12 Pabrik susu
13 Tempat praktek dokter
14 Pabrik elektronik
15 Tungku/dapur
16 Pabrik pakaian bulu hewan
17 Pompa bensin
18 Pabrik gelas
19 Kamar mayat
20 Gedung pemerintah
21 Kantor pos
22 Rumah pemotongan hewan
23 Kantor telepon
24 Pabrik arloji/perhiasan
25 Pabrik anggur
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000

e) Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran 7


Angka dalam klasifikasi ini harus dipertimbangkan sebagai resiko bahaya
rendah, dimana kuantitas dan kandungan bahan mudah terbakarnya
rendah. Kebakaran dalam tingkat klasifikasi ini dapat diperkirakan
berkembang rendah dan mempunyai nilai pelepasan panas relatif
rendah. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran 7, antara lain seperti
pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6
Bangunan Dengan Angka Resiko Kebakaran Bahaya 7

NO PERUNTUKAN BANGUNAN
1 Apartemen
2 Universitas
3 Asrama
4 Perumahan

IV - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

NO PERUNTUKAN BANGUNAN
5 Pos kebakaran
6 Asrama paroki
7 Rumah sakit
8 Hotel dan motel
9 Perpustakaan (tanpa gudang buku)
10 Museum
11 Rumah perawatan
12 Perkantoran
13 Kantor polisi
14 Penjara
15 Sekolah
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000

3. Klasifikasi Konstruksi Bangunan


Klasifikasi Kontruksi Bangunan ditunjukkan pada Tabel 6 Dalam hal
tedapat beberapa macam tipe kontruksi dalam satu bangunan yang diteliti
maka angka klasifikasi ditentukan dari angka klasifikasi konstruksi tertinggi.
Jika terdapat bangunan lain dengan luas lebih besar dari 10 m2 dalam jarak
tidak lebih dari 15 m, maka bangunan lain tersebut dipandang sebagai
bangunan berdekatan yang mempunyai resiko ancaman kebakaran
(exposure hazard) sehingga kebutuhan air untuk kebakaran pada bangunan
induk ditentukan dengan perkalian 1,5.

Tabel 4.7
Klasifikasi Konstruksi Bangunan

RESIKO ANGKA
KEBAKARAN KETERANGAN KLASIFIKASI
KONSTRUKSI KONSTRUKSI
Tipe I Bangunan yang dibuat dengan bahan tahan api (beton, bata 0.5
(konstruksi tahan dan lain-lain dengan bahan logam yang dilindungi) dengan
api) struktur yang dibuat sedemikian, sehingga tahan terhadap
peruntukan dan perambatan api.
Tipe II dan IV Bangunan yang seluruh bagian konstruksinya (termasuk 0.8
(tidak mudah dinding, lantai dan atap) terdiri dari bahan yang tidak mudah
terbakar, terbakar yang tidak termasuk sebagai bahan tahan api,
konstruksi kayu termasuk bangunan konstruksi kayu dengan dinding bata, tiang
berat) kayu 20,3 cm, lantai kayu 76 mm, atap kayu 51 mm, balok
kayu 15,2 X 25,4 cm
Tipe III Bangunan dengan dinding luar bata atau bahan tidak mudah 1.0
(biasa) terbakar lainnya sedangka bagian bangunan lainnya terdiri dari
kayu atau bahan yang mudah terbakar
Tipe IV Bangunan (kecuali bangunan rumah tinggal) yang strukturnya 1.0
(kerangka kayu) sebagian atau seluruhnya terdiri dari kayu atau bahan mudah
terbakar yang tidak tergolong dalam konstruksi biasa (tipe III)
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000

IV - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

4. Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)


 Berdasarkan pengelompokan hunian yang memiliki kesamaan kebutuhan
proteksi kebakaran dalam batas wilayah yang ditentukan secara alamiah
maupun buatan. Daerah layanan dalam setiap WMK tidak melebihi dari
radius 7,5 km. Di luar daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah
yang tidak terlindungi (unprotected area).
 Perencanaan lokasi Pos Pemadam Kebakaran dalam Wilayah Manajemen
Kebakaran (WMK) ditentukan berdasarkan standar waktu tanggap
(Response-time) terhadap pemberitahuan kebakaran di wilayah tersebut.
 Waktu tanggap terhadap pemberitahuan kebakaran (selanjutnya disebut
waktu tanggap) adalah total waktu dari saat menerima
berita/pengiriman pasukan dan sarana pemadam kebakaran ke lokasi
kebakaran sampai dengan kondisi siap untuk melaksanakan pemadaman
kebakaran. Waktu tanggap terdiri atas waktu pengiriman pasukan dan
sarana pemadam kebakaran (dispatch time), waktu perjalanan menuju
lokasi kebakaran, dan waktu menggelar sarana pemadam kebakaran
sampai siap untuk melaksanakan pemadaman.
 Faktor-faktor yang menentukan waktu tanggap adalah:
a. Tipe layanan yang dilakukan oleh instansi penanggulangan
kebakaran,
b. Ukuran atau luasan wilayah yang dilayani termasuk potensi bahaya
di lokasi WMK dan kapasitas kemampuan yang ada,
c. Kesadaran dan persepsi masyarakat terhadap waktu tanggap
termasuk perjalanan yang diperlukan petugas dan sarana pemadam
menuju lokasi kebakaran.
 Waktu tanggap terhadap pemberitahuan kebakaran untuk kondisi di
Indonesia tidak lebih dari 15 (lima belas) menit yang terdiri atas:
a. Waktu dimulai sejak diterimanya pemberitahuan adanya kebakaran
di suatu tempat, interpretasi penentuan lokasi kebakaran dan
penyiapan pasukan serta sarana pemadaman selama 5 menit,
b. Waktu perjalanan dari pos pemadam menuju lokasi selama 5 menit,
c. Waktu gelar peralatan di lokasi sampai dengan siap operasi
penyemprotan selama 5 menit.
 Rencana Induk Sistem Penanggulangan Kebakaran Kota (City Fire
Protection Master Plan) didasarkan atas penentuan persyaratan
IV - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

kebutuhan air untuk melindungi wilayah atau daerah yang perlu


dilindungi melalui penerapan wilayah-wilayah Manajemen Kebakaran
(WMK). Kebutuhan air untuk setiap WMK ditentukan dengan analisa
resiko kebakaran dengan memperhitungkan potensi bahaya kebakaran
yang terdapat dalam WMK, yang dinyatakan dalam volume bangunan
yang terkena kebakaran, kelas bahaya hunian, kelas konstruksi
bangunan dan faktor bahaya kebakaran.
 Dari kebutuhan air total yang dibutuhkan pada setiap WMK, serta
dengan memperhitungkan laju pengeluaran air (delivery rate) dan laju
penerapan air efektif (application rate) untuk pemadaman kebakaran,
maka dapat ditentukan kebutuhan pos atau stasiun kebakaran yang
memadai, termasuk sarana hidran, mobil tangki dan titik-titik pengisapan
air yang diperlukan untuk menjamin efektifitas pemadaman kebakaran.
Dari volume kebutuhan ini, maka dapat direncanakan jumlah dan
kualifikasi personil, sarana, peralatan dan kelengkapan penunjang
lainnya.

5. Sarana dan Prasarana Penanggulangan Kebakaran


Prasarana Penanggulangan Kebakaran
a. Pasokan air untuk keperluan pemadam kebakaran diperoleh dari
sumber alam seperti; kolam air, danau, sungai, jeram, sumur
dalam dan saluran irigasi; maupun buatan seperti; tangki air,
tangki gravitasi, kolam renang, air mancur, reservoir, mobil tangki
air dan hidran.
b. Bahan pemadam bukan air, meliputi foam atau bahan kimia lain.
Penggunaan bahan pemadam bukan air harus disesuaikan dengan
kebutuhan berdasarkan potensi bahaya kebakaran dan harus
memenuhi ketentuan dan standar yang berlaku termasuk aman
terhadap lingkungan.
c. Aksesibilitas, Pasokan air untuk keperluan pemadam kebakaran
harus dapat dijangkau oleh peralatan pemadam kebakaran
setempat, harus menetapkan batas pembebanan maksimum yang
aman dari jalan, belokan, jalan penghubung, jembatan serta
menetapkan jalur masuk ke lokasi sumber air pada berbagai
kondisi alam.
IV - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

d. Bangunan Pemadam Kebakaran, dengan persyaratan seperti dalam


Tabel 7.

Tabel 4.8
Prasarana Pemadam Kebakaran

BANGUNAN BANGUNAN
BANGUNAN POS
SEKTOR WILAYAH
NO RUANG PEMADAM
PEMADAM PEMADAM
KEBAKARAN
KEBAKARAN KEBAKARAN
1 Luas lahan 200 m2 400 m2 1600 m2
2 Ruang siaga 2 regu (@12 orang) 4 regu 4 regu
3 Ruang administrasi Ada Ada Ada
4 Ruang tunggu Ada Ada Ada
5 Ruang ganti Ada Ada Ada
6 Ruang rapat - Ada Ada
7 Ruang komando - - Ada
8 Garasi 2 mobil pompa 4000L 2 mobil pompa 2 mobil pompa 4000L
4000L 1 mobil tangga 17
1 mobil tangga 17 mtr
mtr 2 mobil tangga>30
2 mobil tangga>30 mtr
mtr 2 mobil ambulance
2 mobil ambulance 2 mobil pemadam
1 mobil pemadam 2 mobil alat bantu
1 mobil alat bantu pernafasan
pernafasan 2 perahu karet
2 perahu karet
9 Tandon air 12000 L 24000 L 24000 L
10 Halaman latihan Ada Ada Ada
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000

e. Komunikasi, pusat alarm kebakaran untuk bangunan vital dan yang


beresiko tinggi terhadap ancaman kebakaran sebaiknya memiliki
Pusat Alarm Kebakaran yang terhubung secara langsung ke Kantor
Wilayah Pemadam Kebakaran. Setiap kota perlu menyediakan
nomor telepon khusus untuk pelayanan pemadam kebakaran dan
bencana.
Sarana Penanggulangan Kebakaran
1) Kendaraan operasional lapangan antara lain: Mobil pompa
pengangkut air dan foam berikut kelengkapannya, seperti selang,
kopling dan nozzle; Mobil tangki berikut kelengkapannya; Mobil
tangga; Snorkel; Mobil BA; Mobil komando; Mobil rescue; Mobil
ambulans; Perahu karet; Mobil pendobrak (Bridge squad); Mobil
angkut pasukan pemadam kebakaran, dan lain-lain.

IV - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

2) Peralatan teknik operasional antara lain: Peralatan pendobrak


antara lain: kapak, gergaji, dongkrak, linggis, spreader; Peralatan
pemadam, antara lain: pompa jinjing (portable pump) dan
kelengkapannya; Peralatan ventilasi, antara lain: blower jinjing
(portable blower) dan kelengkapannya; Peralatan penyelamat
(rescue), antara lain: sliding roll, davy escape, fire blanket, alat
pernafasan buatan, usungan.
3) Kelengkapan perorangan, antara lain: pakaian dan sepatu tahan
panas, topi (helm tahan api), alat pernafasan buatan jinjing (self
contained breathing apparatus), peralatan Komunikasi perorangan
(HT).
6. Peran Serta Masyarakat
 Satlakar merupakan wadah partisipasi dan rasa tanggung jawab
masyarakat dalam rangka mengatasi ancaman bahaya kebakaran. Satlakar
menjadi bagian dari pelayanan pemadaman kebakaran. Satlakar sekurang-
kurangnya diberlakukan pada suatu lingkungan padat hunian, rumah
susun, dan pasar. Satlakar mempunyai tugas membantu masyarakat dalam
upaya menjaga bangunan, penghuni, harta, dan lingkungannya serta
memberikan informasi kejadian kebakaran kepada Instansi Pemadam
Kebakaran. Fungsi Satlakar melakukan pemadaman dini sebelum Instansi
Pemadam Kebakaran datang ke tempat terjadinya kebakaran.
 Pembinaan personel Satlakar menjadi tanggung jawab Lurah, sedangkan
pembinaan kemampuan teknis pemadaman kebakaran ditangani oleh
Pemerintah Daerah dan atau oleh Instansi Pemadam Kebakaran.
 Masyarakat profesi adalah orang perorangan dan atau badan yang
mempunyai profesi terkait, dalam hal ini yang berhubungan dengan disiplin
pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Sedangkan forum komunikasi
adalah forum yang terdiri dari anggota yang berasal dari asosiasi profesi
dan tokoh masyarakat.
 Peran Masyarakat Profesi dan Forum Komunikasi adalah :
a. Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran perlu

mengikutsertakan pihak swasta, dalam hal ini masyarakat profesi dan


atau forum komunikasi.

IV - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

b. Kontribusi masyarakat profesi yaitu dalam bentuk tenaga bantuan,


sumberdaya, pemikiran, dan atau pengawasan yang diberikan oleh
masyarakat profesi dan atau forum komunikasi.
c. Memberikan saran teknis terutama untuk lingkungan hunian padat, di
mana hasil kajiannya menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah untuk
meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan.
 Pola Kemitraan meliputi kegiatan :
a. Kerjasama dengan Laboratorium Uji Api Dalam rangka memperoleh
data dan informasi mengenai daya tahan bahan bangunan dan
konstruksi terhadap bahaya kebakaran
b. Inspeksi bangunan gedung yang beresiko kebakaran dilakukan oleh
masyarakat profesi untuk mendapatkan sertifikat layak huni. Hasil
inspeksi menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah untuk memberikan Ijin
Perpanjangan Penggunaan Bangunan (IPPB) untuk bangunan gedung
fungsi umum.
c. Peringatan Dini (Early Warning), dengan menggunakan alat yang
secara otomatis atau manual berhubungan langsung dengan Instansi
Pemadam Kebakaran bilamana terjadi kebakaran.
7. Proteksi Bahaya Kebakaran
i. Bangunan gedung harus diproteksi terhadap kemungkinan terjadinya
bahaya kebakaran melalui penyediaan prasarana dan sarana proteksi
kebakaran serta kesiagaan akan kesiapan pengelola, penghuni dan
penyewa bangunan dalam mengantisipasi dan mengatasi kebakaran,
khususnya pada tahap awal kejadian kebakaran.
ii. Bangunan gedung melalui penerapan MPK harus mampu mengatasi
kemungkinan terjadinya kebakaran melalui kesiapan dan keandalan sistem
proteksi yang ada, serta kemampuan petugas menangani pengendalian
kebakaran, sebelum bantuan dari instansi pemadam kebakaran tiba.

b. Analisa Potensi Kerawanan


Analisa potensi kerawanan merupakan penentuan wilayah rawan kebakaran
berdasarkan data dan kondisi eksisting wilayah kecamatan dengan
mempertimbangkan perhitungan kriteria rawan kebakaran serta wilayah potensial
kebakaran di Kota Mataram. Berikut ini duraikan beberapa pertimbangan yang
mempengaruhi potensi kerawanan suatu wilayah
IV - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Perhitungan Kriteria Rawan Kebakaran


Kriteria Rawan Kebakaran didapatkan dari hasil perhitungan dengan memberikan
penilaian terhadap kriteria-kriteria rawan kebakaran dengan variabel perhitungan
antara lain :
- Kepadatan Penduduk.
Kepadatan penduduk menjadi salah satu kriteria penentuan daerah rawan
kebakaran dimana wilayah kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk
tinggi memiliki tingkat rawan kebakaran yang tinggi.
- Kepadatan Bangunan.
Kepadatan bangunan merupakan perbandingan luas lahan dengan jumlah
bangunan yang ada di suatu wilayah. Wilayah dengan kepadatan bangunan
tinggi memiliki urutan paling rawan terjadinya kebakaran.
- Data Kejadian Kebakaran.
Dari data kejadian kebakaran selama 5 tahun terakhir dapat dilihat wilayah
kecamatan yang memiliki intensitas kejadian kebakaran paling banyak yang
dijadikan dasar penentuan wilayah rawan kebakaran.
- Kondisi Bangunan
Kondisi bangunan terbagi atas kondisi baik, sedang dan buruk yang ditentukan
berdasarkan konstruksi bangunan permanen dan sei permanen. Oleh karena
itu, penilaian terhadap kondisi bangunan meliputi angka klasifikasi konstruksi
bangunan serta angka klasifikasi bahaya resiko kebakaran yang ditetapkan
dalan Keputusan Menteri PU No. 11/KPTS/2000.
- Proporsi Kegiatan Terbangun dengan Luas Lahan
Proporsi kegiatan terbangun adalah perbandingan luas lahan dengan luas
kegiatan terbangun. Suatu wilayah dengan proporsi kegiatan terbangun tinggi
memiliki tingkat kerawanan yang tinggi pula.
- Ketersediaan air
Potensi sumber air juga mempengaruhi tingkat kerawanan suatu daerah
mengingat air sangat dibutuhkan dalam upaya memadamkan api. Selain
sumber air alam dan cadangan, ketersediaan sumur kebakaran juga menjadi
salah satu faktor daerah rawan kebakaran.

IV - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Tabel 4.9
Wilayah Prioritas Penanganan Berdasarkan Potensi Kerawanan Kebakaran

TINGKAT KERAWANAN
NO KECAMATAN
KEBAKARAN
1 Ampenan Sangat Tinggi
2 Sekarbela Sangat Tinggi
3 Selaparang Sangat Tinggi
4 Mataram Tinggi
5 Cakranegara Tinggi
6 Sandubaya Tinggi
Sumber : Hasil Analisa
Wilayah Potensial Rawan Kebakaran
Selain itu potensi kerawanan juga mempertimbangkan lokasi kawasan industri di
Kota Mataram, mengingat kawasan industri merupakan daerah yang memiliki
potensi kerawanan yang cukup tinggi, sekalipun jumlah kepadatan bangunan
rendah dan jumlah penduduk rendah. Data analisa potensi kerawanan
dipergunakan sebagai dasar untuk penanganan prioritas penambahan sarana
dan prasarana pencegahan dan penaggulangan kebakaran. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 9 Wilayah Prioritas Penanganan Berdasarkan Potensi
Kawasan Industri.

Tabel 4.10
Wilayah Prioritas Penanganan Berdasarkan Potensi Kawasan Industri
TINGKAT KERAWANAN
NO KECAMATAN
KEBAKARAN
1. Sekarbela Sedang
2. Sandubaya Sedang
3. Cakranegara Sedang
4. Mataram Rendah
Sumber : Hasil Analisa

c. Analisa Sarana Dan Prasarana Pencegahan Dan Penanggulangan


Kebakaran
Di lingkungan Kota Mataram, saat ini terdapat beberapa sarana dan prasarana
pencegahan dan penanggulangan kebakaran berupa Pos Pemadam Kebakaran
serta perlengkapan pemadam kebakaran. Akan tetapi ketersediaan sarana dan
prasarana tersebut ditinjau dari kualitas dan kuantitasnya dirasakan belum
mencukupi untuk seluruh wilayah Kota Mataram. Oleh karena itu, penanggulangan
sarana dan prasarana dititik beratkan pada 2 hal, yaitu :
 Perbaikan kualitas, dengan pengoptimalan sarana dan prasarana yang telah
tersedia
IV - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

 Perbaikan kuantitas, dengan penambahan sarana dan prasarana baru.

d. Analisa Kebutuhan Pos Pemadam Kebakaran


Analisa kebutuhan pos pemadam kebakaran pada dasarnya merupakan penentuan
jumlah dan lokasi pos pemadam kebakaran yang sesuai dengan karakteristik
wilayah Kota Mataram dengan memepertimbangkan beberapa faktor, antara lain :
- Wilayah yang mempunyai tingkat kerawanan kebakaran sangat tinggi dan
tinggi;
- Wilayah memiliki potensial rawan kebakaran seperti kawasan industry;
- Faktor-faktor yang dapat memicu adanya perubahan lahan sehingga
menimbulkan kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, daerah rawan
kebakaran seperti adanya pembangunan jalan baru, perluasan usaha industry
pada permukiman padat, rencana-rencana pembangunan fasilitas umum dan
fasilitas sosial dimasing-masing Kecamatan, dan lain sebagainya;
- Standart penentuan radius pencapaian tidak melebihi 7,5 Km, unit pemadam
kebakaran sampai di lokasi kebakaran mencapai 15 menit. Serta standart
penentuan lokasi Pos Pembantu Pemadam Kebakaran dengan radius 2,5 km di
Kota Mataram;
3) Kebijakan
Kebijakan terkait yang dijadikan acuan dalam penentuan kebutuhan Pos Pemadam
Kebakaran yaitu Keputusan Menteri PU No. 11/KPTS/2000 dan RPJMD Kota Mataram
yang diuraikan berikut ini :
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/KPTS/2000
 Daerah layanan dalam setiap WMK tidak melebihi dari radius 7,5 km. Di luar
daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah yang tidak terlindungi
(unprotected area).
 Perencanaan lokasi Pos Pemadam Kebakaran dalam Wilayah Manajemen
Kebakaran (WMK) ditentukan berdasarkan standar waktu tanggap (Response-
time) terhadap pemberitahuan kebakaran di wilayah tersebut.
 Bangunan Pemadam Kebakaran, dengan persyaratan seperti dalam Tabel 4.11
Standart Prasarana Pemadam Kebakaran.

IV - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Tabel 4.11
Standart Prasarana Pemadam Kebakaran
BANGUNAN POS BANGUNAN
BANGUNAN
N PEMBANTU WILAYAH
RUANG SEKTOR PEMADAM
O PEMADAM PEMADAM
KEBAKARAN
KEBAKARAN KEBAKARAN
1 Luas lahan 200 m2 400 m2 1600 m2
2 Ruang siaga 2 regu (@12 orang) 4 regu 4 regu
Ruang
3 Ada Ada Ada
administrasi
4 Ruang tunggu Ada Ada Ada
5 Ruang ganti Ada Ada Ada
6 Ruang rapat - Ada Ada
7 Ruang komando - - Ada
8 Garasi 2 mobil pompa 4000L 2 mobil pompa 4000L 2 mobil pompa 4000L
1 mobil tangga 17 mtr 1 mobil tangga 17 mtr
2 mobil tangga>30 2 mobil tangga>30
mtr mtr
2 mobil ambulance 2 mobil ambulance
1 mobil pemadam 2 mobil pemadam
1 mobil alat bantu 2 mobil alat bantu
pernafasan pernafasan
2 perahu karet 2 perahu karet
9 Tandon air 12000 L 24000 L 24000 L
10 Halaman latihan Ada Ada Ada
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000

 RPJMD Kota Mataram


Berdasarkan RPJMD Kota Mataram dengan kebijakan Prasarana Pos Pemadam
Kebakaran antara lain:
 Waktu tempuh unit pemadam kebakaran sampai di lokasi kebakaran mencapai
15 menit.
 Target akselerasi tiba di lokasi kebakaran dengan waktu tempuh 15 menit
dapat dilakukan dengan cara menempatkan pos-pos pemadam kebakaran
dengan tetap memperhatikan biaya investasi dengan tetap memperhatikan
UPTD dan Pos Pembantu yang sudah permanen dan membangun Pos
Pemadam Kebakaran yang baru
 Standart ideal pos pembantu dapat melayani radius 2,5 km
4) Hasil Analisa
Hasil analisa berdasarkan kondisi eksisting dan kebijakan terkait yang telah disebutkan
diatas, meliputi :
 Untuk pelayanan ideal waktu tempuh 15 menit dengan radius pelayanan 7,5 km,
Kota Mataram membutuhkan 1 Pos Pemadam Kebakaran
 Untuk Pos Pembantu Pemadam Kebakaran dengan radius 2,5 km di Kota Mataram
membutuhkan 2 Pos Pembantu.
IV - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

a. Analisa Kebutuhan Kelengkapan PMK


Analisa kebutuhan kelengkapan Pos Pemadam Kebakaran pada masing-masing
alternative lokasi disesuaikan dengan kondisi keuangan Pemerintah Kota Mataram.
Untuk kebutuhan Perlengkapan Pemadam Kebakaran untuk setiap pos pembantu
prioritas dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut ini :

Tabel 4.12
Kebutuhan Perlengkapan Pemadam Kebakaran Untuk Setiap Pos Pembantu

BANGUNAN POS PEMBANTU &


NO RUANG KELENGKAPAN PERALATAN
PEMADAM KEBAKARAN

1 Luas lahan 200 m2


2 Ruang siaga 2 regu (@12 orang)
3 Ruang administrasi Ada
4 Ruang tunggu Ada
5 Ruang ganti Ada
6 Ruang rapat -
7 Ruang komando -
8 Garasi 1 Unit Mobil Volume 4.000 L
1 Unit Mobil Volume 2.500 L
1 Unit Collecting Box
10 Roll Selang
9 Tandon air 12000 L
10 Halaman latihan Ada
Sumber : Hasil Analisa

b. Analisa Pasokan Air


Analisa Lokasi Pembangunan dan Rehabilitasi Sumur Kebakaran
Untuk menentukan lokasi pembangunan dan rehabilitasi sumur kebakaran terlebih
dahulu ditentukan kondisi sumur pada masing-masing lokasi, dengan
mempertimbangkan :
 Pengolahan data-data jumlah dan kondisi sumur yang diperoleh dari Dinas
Kebakaran, Bappeko, Studi GIS, dan hasil survey.
 Penentuan kondisi sumur terbagi atas sumur kondisi baik, rusak ringan, rusak
sedang dan rusak berat yang dapat dilihat pada Tabel 4.13 dengan Kriteria
klasifikasi sebagai berikut :
 Baik
- Sumur Siap Pakai
- Asfluiter Baik
 Rusak Ringan
- Sumur Siap Pakai/Baik
IV - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

- Asfluiter Rusak/Belum Terpasang


 Rusak Sedang
- Sumur Rusak
- Asfluiter Baik
 Rusak Berat
- Sumur Rusak
- Asfluiter Rusak/Belum Terpasang
 Dominasi Kegiatan Terbangun Pada Setiap Wilayah Manajemen Kebakaran
(WMK),
 Volume sumur kebakaran dibedakan pada setiap kegiatan terbangun dengan :
 Permukiman Kepadatan Rendah : 4.000 L
 Permukiman Kepadatan Sedang : 4.000 L
 Permukiman Kepadatan Tinggi : 6.000 L
 Industri dan Pergudangan : 12.000 L
 Perdagangan dan jasa : 12.000 L
Angka diatas didapatkan dengan asumsi bahwa permukiman kepadatan rendah
dan sedang memiliki potensi kerawanan rendah, permukiman kepadatan tinggi
dengan potensi kerawanan sedang serta Industri/pergudangan dan
Perdagangan Jasa dengan potensi kerawanan tinggi.
 Standart Kebutuhan air untuk memadamkan api pada setiap kegiatan
terbangun, antara lain ;
 Permukiman Kepadatan Rendah : 37.300 L
 Permukiman Kepadatan Sedang : 37.300 L
 Permukiman Kepadatan Tinggi : 96.000 L
 Industri dan Pergudangan : 112.000 L
 Perdagangan dan jasa : 112.000 L
Kebutuhan air tersebut didasarkan atas perhitungan lamanya waktu yang
diperlukan untuk memadamkan api pada setiap jenis kegiatan terbangun
dimana setiap 45 menit kejadian kebakaran membutuhkan air sebanyak
12.000L. Berdasarkan tingkat kejadian kebakaran, rata-rata kejadian
kebakaran setiap tahun di setiap kecamatan yaitu 7 kejadian. Maka kebutuhan
air untuk memadamkan api dikalikan jumlah kejadian kebakaran
 Dengan pertimbangan jumlah sumur yang ada disetiap WMK dimana rata-rata
volume sumur eksisting adaLah 1.200 L, maka didapatkan standart kebutuhan

IV - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

sumur kebakaran pada setiap WMK dengan kegiatan terbangun tertentu. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.13
c. Analisa Potensi Sungai Sebagai Sumber Air Cadangan
Tinjauan mengenai keberadaan pasokan air cadangan meliputi debit air,
kemudahan jangkauan peralatan kebakaran terhadap sumber air, dan jarak antara
sumber air dengan lokasi kebakaran. Permasalahan lain yang terjadi adalah tidak
semua sumber air dapat dimanfaatkan dengan baik pada musim hujan dan musim
kemarau. Agar kebutuhan akan air cadangan ini dapat selalu terpenuhi, maka
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan sumber air cadangan
yang telah ada dengan menambah sumber air baru.

d. Analisa Manajemen Penanggulangan Kebakaran Lingkungan


Lingkungan dimaksud meliputi lingkungan perdagangan, superblok, hunian padat,
dan hunian di atas air. Lingkungan khusus, seperti lingkungan industri, lingkungan
dalam pangkalan-pangkalan Militer (darat, laut, dan udara), diatur dalam
Manajemen Penanggulangan Kebakaran khusus.
Klasifikasi Resiko bahaya kebakaran lingkungan berdasarkan :
 Lingkungan beresiko kebakaran rendah. Yang dimaksud dengan lingkungan
beresiko kebakaran rendah adalah lingkungan yang berada dalam WMK
beresiko rendah dan mempunyai bangunan-bangunan gedung yang juga
beresiko kebakaran rendah.
 Lingkungan beresiko kebakaran tinggi. Yang dimaksud dengan lingkungan
beresiko kebakaran tinggi adalah lingkungan yang berada dalam WMK
beresiko tinggi dan mempunyai bangunan-bangunan yang juga beresiko
kebakaran tinggi.
Wilayah Manajemen Kebakaran lingkungan yang mempunyai manajemen estat,
merupakan bagian dari manajemen estat tersebut yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab khusus dalam penanggulangan kebakaran pada lingkungan yang
bersangkutan. Untuk lingkungan yang tidak mempunyai manajemen estat harus
dibentuk Tim SATLAKAR yang terlatih.
Manajemen penanggulangan kebakaran lingkungan ini harus dilengkapi dengan
prasarana penanggulangan kebakaran yang antara lain terdiri dari:
1. Pasokan air. Untuk keperluan pemadaman kebakaran, pasokan air diperoleh
dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam) maupun buatan
(tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air dan hidran).
IV - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Tabel 4.13
Perhitungan Kebutuhan Air dan Sumur Kebakaran per Kecamatan Berdasarkan Klasifikasi Peruntukkan Lahan
TOTAL
KEBUTUHAN
KEBUTUHAN RATA-RATA KEBUTUHAN
KLASIFIKASI LAMA SEKALI TOTAL KAPASITAS KEBUTUHAN
AIR/45 JUMLAH VOLUME AIR
NO KEGIATAN PEMADAMAN PERJALANAN KEKURANGAN SUMUR SUMUR
MNT KEBAKARAN SELAMA
TERBANGUN (MENIT) (LITER)/2 AIR (LITER) (UNIT)
(LITER) PER TAHUN PEMADANAN
POS
(LITER)
F=C XDXEX
A B C D E G H=E-F I J = G/H
45 menit
Permukiman
1 Kepadatan 20 12.000 7 37.300 18.000 19.300 4.000 5
Sedang/Rendah
Permukiman
2 45 12.000 7 84.000 18.000 66.000 6.000 11
Kepadatan Tinggi
Perdagangan &
3 60 12.000 7 112.000 18.000 94.000 15.000 6
Jasa
Industri &
4 60 12.000 7 112.000 18.000 94.000 15.000 6
Pergudangan
Sumber : Hasil Analisa

IV - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

2. Jalan lingkungan. Jalan lingkungan dengan lebar jalan minimum 3,5 meter,
yang pada saat terjadi kebakaran harus bebas dari segala hambatan apapun
yang dapat mempersulit masuk keluarnya mobil pemadam kebakaran.
3. Sarana Komunikasi.
Sedangkan sarana penanggulangan kebakaran yang antara lain terdiri dari:
1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR). APAR yang tersedia pada Pos Kebakaran
Lingkungan minimal 10 (sepuluh) buah dengan isi bersih 10 (sepuluh) kg
untuk setiap buahnya.
2. Mobil pompa.
3. Mobil tangga.

e. Perencanaan Tapak Untuk Proteksi Kebakaran


 Lingkungan Perumahan, Perdagangan, Industri dan atau Campuran harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga :
- Tersedia sumber air berupa hidran lingkungan, sumur kebakaran atau
reservoir air dan sebagainya yang memudahkan instansi pemadam
kebakaran untuk menggunakannya.
- Tersedia sarana komunikasi umum yang siap pakai.
- Tersedia jalan lingkungan dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh
kendaraan pemadam kebakaran.
- Tersedia jalur akses dan ditentukan jarak antar bangunan dengan
mempertimbangkan ketinggian bangunan gedung, agar dapat melakukan
proteksi terhadap meluasnya kebakaran.
 Akses Petugas Pemadam Kebakaran ke Lingkungan
Berkenaan dengan akses petugas pemadam kebakaran ke lingkungan,
terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu lapisan perkerasan dan hidran
halaman.
1) Lapisan Perkerasan
Untuk bangunan hunian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Gambar 1 Posisi Perkerasan Pada Rumah Hunian

f. Analisa Manajemen Penanggulangan Kebakaran Gedung


i. bangunan umum termasuk apartemen yang berpenghuni minimal 500 orang,
atau yang memiliki luas lantai minimal 5.000 m2, atau mempunyai ketinggian
bangunan lebih dari 8 lantai, atau bangunan rumah sakit, diwajibkan
menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK).
ii. Khusus bangunan industri yang memiliki luas bangunan minimal 5.000 m2, atau
dengan beban hunian 500 orang, atau dengan luas areal/site minimal 5.000 m2,
atau terdapat bahan berbahaya yang mudah terbakar diwajibkan menerapkan
Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK). Untuk bangunan selain yang
disebutkan di atas seperti instalasi nuklir, instalasi militer dan menara TV yang
mempunyai resiko kebakaran tinggi diatur secara khusus. Besar kecilnya
organisasi MPK ditentukan oleh resiko bangunan terhadap bahaya kebakaran.
iii. Hydrant Halaman
Suplai air untuk hidran halaman harus sekurang-kurangnya 38 L/detik pada
tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air minimal selama 30 menit.
Untuk satu hidran halaman, dapat dilihat pada Gambar 2. berikut :

28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Untuk bangunan selain hunian, dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :


Gambar 2 Perkerasan Untuk Keluar Masuknya Mobil Pemadam Kebakaran

5) Rencana Yang Diusulkan


Rencana yang diusulkan meliputi rencana Pos Pemadam Kebakaran dan Rencana Pos
Pembantu Pemadam Kebakaran.
 Pos Pemadam Kebakaran
 Kondisi eksisting 1 Pos Pemadam Kebakaran tetap dipertahankan;
 Idealnya pada Kota Mataram menambah 2 unit pos pemadam kebakaran untuk
mencapai waktu tempuh 15 menit. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat
terlaksana dengan beberapa pertimbangan, antara lain :
- Pada bagian Timur Mataram berdasarkan RTRW Kota Mataram
diperuntukkan untuk kawasan konservasi, sehingga untuk mengendalikan
kegiatan terbangun dengan tidak direncanakan lokasi pos pemadam
kebakaran dengan harapan bisa mengurangi laju pertumbuhan kegiatan
terbangun karena kelengkapan pelayanan penduduk tidak ditambahkan di
Kecamatan Cakranegara
- Dibagian Barat Mataram berdasarkan RTRW Kota Mataram dipergunakan
untuk area pengembangan tepatnya di Kecamatan Sekarbela dan
Ampenan, sehingga untuk mengendalikan kegiatan terbangun perlu
dilengkapi dengan pos pemadam kebakaran dengan harapan bisa
mengurangi mengantispasi dan pencegahan bencana kebakaran.

29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

 Menambah 2 pos pemadam kebakaran baru di Kecamatan Ampenan dan


Kecamatan Sandubaya Sedangkan berdasarkan hasil analisa kebutuhan Pos
Pemadam Kebakaran di Kecamatan Ampenan dan Kecamatan Sandubaya tidak
diperlukan penambahan;
 Prioritas Penambahan 5 tahun pertama yaitu pada kedua rencana Pos
Pemadam Kebakaran, dengan pertimbangan rata-rata kejadian kebakaran 6
kecamatan setiap tahun adalah 40 kali kejadian, dengan jumlah kejadian
kebakaran yang merata dalam arti tahun ini bisa rendah tahun kemarin tinggi;
 Dengan pertimbangan efisiensi biaya, maka pembangunan Pos Pemadam
Kebakaran pada dua lokasi untuk waktu tempuh 15 menit tidak lagi berbentuk
Pos Pemadam Kebakaran akan tetapi berupa Pos Pembantu Pemadam
Kabakaran.
 Pos Pembantu Pemadam Kebakaran
 Kondisi eksisting tiadak ada Pos Pembantu
 Menambah pos pembantu sebanyak 2 pos pembantu dengan sebaran yang
dapat dilihat pada Tabel 12
 Lokasi Prioritas 5 tahun pertama Penambahan Pos Pembantu dapat dilihat
pada Tabel 12

Tabel 4.14
Penambahan Lokasi Pos Pembantu

NO NOMOR POS KECAMATAN

1 1 Ampenan
2 2 Sandubaya
Sumber Data : Hasil Rencana

30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Tabel 4.15
Data Kejadian Kebakaran Kota Mataram Tahun 2005-2009

Sumber : Kantor Pemadam Kebakaran Kota Mataram, 2009

4.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA


1) Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan budidaya pertanian adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman di pinggiran Kota Mataram. Pertanian tanaman pangan yang ada dan telah beririgasi
seluas 758 Ha tetap dipertahankan, untuk pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan
basah ditetapkan seluas 1.799,92 Ha, dari luas tersebut yang perlu pengembangan irigasi adalah
seluas 1.022,92 Ha. Lahan pertanian yang dipertahankan umumnya berada dikawasan

31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

perbatasan, terutama kawasan sayang-sayang yang ditetapkan sebagai kawasan pariwisata


perikanan ikan budidaya air tawar.

2) Kawasan Peruntukan Perikanan


a. Kawasan Perikanan Darat
Budidaya perikanan darat yang ada di wilayah Kota Mataram terdiri dari kolam/empang,
mina padi dan air deras. Untuk kegiatan ini tidak dialokasikan secara khusus, karena kegiatan
perikanan darat terutama air deras tidak memerlukan lahan yang luas, sedangkan mina padi
sifatnya seperti tumpang sari dengan tanaman padi pada saat tanam. Pengembangan intensif
perikanan darat dikembangkan di Kecamatan Ampenan dan Mataram.

b. Kawasan Perikanan Laut


Produksi perikanan laut terdapat di kecamatan-kecamatan sepanjang pantai Barat, yaitu
Kecamatan Ampenan. Pengembangan secara intensif perikanan laut dikembangkan di Kelurahan
Ampenan Tengah, Ampenan Selatan, Tanjung Karang, Selaparang, Bintaro, Jempong Baru dan
Karang Pule. Kawasan perikanan laut perlu ditunjang dengan dermaga-dermaga nelayan, tempat
pelelangan ikan dan pengembangan kampung-kampung nelayan. Belum optimalnya pemanfaatan
sumber daya yang ada di bagian barat Kota Mataram, yaitu Kawasan pantai ampenan merupakan
indikator utama yang menyebabkan lambatnya perkembangan di wilayah tersebut. Kurangnya
sumber daya manusia dan modal serta kurangnya pelayanan sarana dan prasarana merupakan
faktor pendukung yang menyebabkan perkembangan usaha perikanan di Kawasan Ampenan
belum optimal. Dengan keberadaan laut ini memiliki potensi yang cukup besar dibidang perikanan
dan objek wisata, namun sampai saat ini potensi tersebut masih belum dapat dikembangkan
secara optimal.
Potensi dan pengembangan perikanan yang cukup menjanjikan ini masih belum bisa
terwujud, meskipun usaha ke arah sana telah ada, misal; adanya investor yang tertarik
mengembangkan usaha tersebut. Potensi sumber daya alam ini sebenarnya dapat dijadikan
sebagai sektor unggulan bagi Kawasan Ampenan terutama dalam rangka meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat. Sampai saat ini masyarakat setempat hanya mengandalkan dari hasil tangkapan ikan
(perikanan/pertanian) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apabila potensi perikanan atau
tambak ikan/udang dikembangkan maka secara tidak langsung dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat sehingga dapat membantu mengatasi permasalahan
perekonomian masyarakat. Sangat disayangkan sekali apabila potensi yang ada tidak
dimanfaatkan secara optimal, selain itu kondisi alam yang mendukung untuk pengembangan

32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

budidaya ikan atau tambak terbuka luas hanya menunggu sentuhan dana dan pengelolaan yang
baik untuk pengembangan perikanan di Kawasan Ampenan. Untuk mendukung pengembangan
perikanan di Kawasan Ampenan maka perlu ditunjang dengan sarana dan prasarana untuk
memperlancar pengembangan perikanan. Dua hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam
pengelolaan tambak, yakni aspek kelestarian lingkungan dan aspek pelibatan masyarakat
setempat. Ada beberapa kendala/permasalahan di Kota Mataram, yaitu status tanah yang belum
jelas, perkembangan tambak-tambak masyarakat di Kota Mataram terjadi secara acak dan
sporadic, di sebagian lokasi telah berkembang permukiman masyarakat.
Berdasarkan potensi khas/karakteristik kawasan dan potensi konflik yang mungkin timbul
maka pengelolaan tambak diupayakan melalui suatu pola manajemen bersama (corporate) yang
belum pernah di terapkan sebelumnya, yaitu “Tambak Estate”. Prinsip utamanya adalah
bagaimana mengelola pertambakan secara kolektif (corporate) pada suatu hamparan yang luas
dengan pola manajemen yang propesional dan terpadu. Manajemen pengelolaan didasarkan atas
kerjasama seluruh “pemegang saham” (stakeholders dan shareholders), yakni masyarakat pemilik
tanah dan pemilik modal serta investor perorangan lainnya. Manajerial dan operasional
pengelolaan tambak sehari-hari dilaksanakan oleh orang-orang yang profesional dan ahli dalam
hal pertambakan, pemasaran, pengemasan, lingkungan dan lain-lain. Tujuan utamanya adalah
optimalisasi pemanfaatan lahan dengan harapan dapat membuka peluang kerja bagi masyarakat
setempat sekaligus dapat meningkatkan perekonomian kawasan dengan menjadi prime mover
perekonomian kawasan ampenan.

3) Kawasan Peruntukan Industri


Sektor perindustrian yang akan dikembangkan di Kota Mataram berupa sektor industri
kecil dan menengah yang berwawasan lingkungan, sehingga industri polutif harus keluar Kota
Mataram. Hal ini sesuai dengan visi dan misi Kota Mataram yang menuju kota jasa dan
perdagangan, dengan mempertimbangkan kondisi fisik Kota Mataram masih mungkin untuk
mengembangkan industri besar, menengah maupun kecil khususnya yang industri-industri yang
berbasis pada hasil pertanian dan perikanan.
Rencana untuk pengembangan kawasan industri ini adalah sebagai berikut :
 Industri kecil dan menengah berwawasan lingkungan yang ada di lingkungan permukiman
dapat dipertahankan selama tidak menimbulkan dampak negatif;
 Industri yang tidak berwawasan lingkungan dan menimbulkan dampak terhadap lalu lintas
dan jaringan jalan harus keluar dari kota secara bertahap;
 Lokasi industri tidak berwawasan lingkungan diarahkan untuk menjadi industri berwawasan
lingkungan atau dialihfungsikan menjadi kegiatan jasa.

33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

4) Kawasan Peruntukan Pariwisata


Pengembangan kegiatan pariwisata dan rekreasi yang direncanakan mencakup obyek
wisata dan rekreasi, serta sarana pariwisata dan rekreasi. Obyek wisata dan rekreasi yang
dikembangkan meliputi wisata budaya dan bangunan bersejarah, wisata ibadah, wisata belanja,
wisata budaya, wisata konferensi dan obyek rekreasi.
Rencana pengembangan kegiatan pariwisata dan rekreasi ini adalah sebagai berikut :
 Mempertahankan budaya dan bangunan bersejarah yang ada;
 Mempertahankan mengembangkan objek wisata ibadah yang ada serta
mengembangkannya sesuai dengan visi Kota Mataram;
 Mengembangkan obyek wisata belanja baru di wilayah Mataram bagian Timur dan barat;
 Mempertahankan obyek wisata pantai di lokasi yang ada, dan mengembangkan obyek
wisata baru di wilayah Ampenan.
Sesuai dengan potensi pariwisata Kota Mataram, maka akan dikembangkan objek wisata
belanja yaitu berupa pusat kerajinan emas dan perak yaitu Mataram Craft Center yang terletak di
Kelurahan Pagesangan serta Pasar Seni hasil kreatifitas seni dan budaya yang terletak di
Kelurahan Sayang-sayang.

5) Kawasan Peruntukan Permukiman


Kebutuhan perumahan di Kota Mataram terus meningkat seiring dengan perkembangan
jumlah penduduk. Sejalan dengan penerapan Konsep Pembangunan Mataram sebagai kota Jasa
dan perdagangan maka untuk memperoleh kualitas lingkungan kota yang baik dan nyaman,
sebaiknya luas lahan yang diperuntukan untuk permukiman pada tahun 2016 maksimal adalah 60
% dari luas keseluruhan Kota Mataram atau sebesar 3.678 Ha dan ini disiapkan untuk
menampung lebih kurang 462.938 jiwa. Sementara itu pada tahun 2005 luas lahan permukiman
sudah mencapai ± 46,80 % dari lahan keseluruhan, yaitu seluas 2.869,15 Ha menampung
356.748 jiwa. Karena itu untuk mencapai tingkat pelayanan permukiman dan yang memenuhi
persyaratan pelayanan prasarana dasar selain pengembangan horizontal juga pengembangan
vertikal berupa rumah susun. Pengembangan secara vertikal ini dilakukan kecuali di kawasan
yang ditetapkan sebagai cagar budaya, atau kapasitas prasarananya terbatas, atau tingkat
pelayanan jalannya rendah.
Pengembangan perumahan diklasifikasikan dengan perumahan kepadatan tinggi, kepadatan
sedang dan kepadatan rendah. Perumahan dengan kepadatan tinggi berbentuk rumah susun, flat
atau apartemen. Perumahan kepadatan sedang rata-rata kapling bangunan direncanakan 150 m2,
yaitu di Kelurahan Bitaro, Ampenan Tengah, Dayan Peken, Pejeruk, Pejarakan Karya, Kebon Sari,
Rembiga, Karang Baru, Kelurahan Sayang-sanyang, Kelurahan Banjar, Taman Sari, Kekalik Jaya,

34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Tanjung Karang Permai, Tanjung Karang, Karang Pule, Pagesangan Barat, Pagesangan,
PagesanganTimur, Abian Tumbuh Baru, Babakan, Cakranegara Selatan Baru, Turida, Mandalika,
Bertais, Mayura, Cakranegara Selatan, Cakranegara Timur, Cakranegara Barat, Cilinaya, Sapta
Marga, Pajanggik, Mataram Timur, Punia, Mataram Barat, Gomong, Dasan Agung Baru, Dasan
Agung, Mojok Barat, Mojok, Mojok Timur, Karang Taliwang, Cakranegara Utara dan Kelurahan
Selagalas. Perumahan kepadatan rendah rata-rata kapling bangunan direncanakan 200 m2,
yaitu di Kelurahan Bintaro, Ampenan Selatan, Tanjung Karang, Jempong Baru, Karang Pule,
Pagesangan Barat, Pagesangan, Rembiga, Selagalas, Rembiga, Ampenan Utara, Pejeruk,
Pejarakan Karya, Kebon Sari, Karang Baru, Sayang-sayang, Selagalas, Mandalika, Jempong Baru,
Pagutan, Turida, Babakan, Dasan Cermen, dan Kelurahan Taman Agung Pagutan.
Kepadatan perumahan yang direncanakan ini untuk rata-rata per kelurahan dan
kecamatan dengan pengembangan secara horizontal yang disesuaikan dengan ketersediaan
ruang untuk pengembangan perumahan. Dari rencana luas kapling perumahan ini
menunjukkan bahwa pengembangan perumahan di Kota Mataram semakin terbatas sehingga
pengembangan perumahan akan cenderung makin intensif di wilayah kota dan makin ekstensif
ke wilayah luar Kota Mataram. Selain itu, kebijakan pembangunan perumahan secara vertikal
diterapkan untuk perencanaan perumahan di kawasan sekitar Pusat Kota, yang saat ini
merupakan kawasan sangat padat yang sebagian besar merupakan slum area (daerah kumuh)
dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) yang mendekati 60 % - 70 %; sementara nilai lahannya
sangat strategis dan bernilai ekonomi tinggi. Selain itu terdapat perumahan yang tidak teratur
dan cenderung kumuh yang terdapat di Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan Tanjung Karang,
Kelurahan Pejeruk dan Kelurahan Sayang-sayang. Pada daerah kumuh ini akan dilakukan urban
renewal dan revitalisasi sehingga tercapai kualitas lingkungan yang baik, baik dengan cara
pendekatan land consolidation (konsolidasi lahan) maupun land sharing (sharing lahan).
Peremajaan kota (urban renewal) merupakan kegiatan untuk memperbaiki daerah kota;
bermaksud agar dapat meningkatkan pemanfaatan daerah-daerah yang dirasakan sudah kurang
menguntungkan bagi kehidupan sosial dan penghidupan ekonomi kota. Peremajaan Kota ini
sebagian besar dilakukan di Kecamatan Ampenan mengingat Kota ini dulunya menjadi salah satu
pusat ekonomi, pelabuhan regional dan memiliki daya tarik wisata pantai yang belum
dikembangkan dengan optimal. Salah satunya adalah perlunya relokasi permukiman padat dan
kumuh di sepanjang pantai di Kampung Bugis. Relokasi ini dapat dilakukan dengan mengarahkan
pembangunan perumahan pada lahan kosong di wilayah timur dan selatan Kota Mataram dengan
kebijakan insentif dan disinsentif sehingga dapat memudahkan pelaksanaannya.
Pembangunan kembali kota (urban redevelopment) merupakan pengaturan dan pembangunan
kembali lahan kota; berupa upaya meningkatkan manfaat lahan bagi masyarakat maupun

35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

pemerintah kota. Untuk pengembangan baru di wilayah Mataram bagian Timur meliputi
Kelurahan Sayang-Sayang, Selagalas, Bertais, Mandalika dan Turida akan dilakukan new
development, yaitu pembangunan baru lengkap dengan ketersediaan sarana dan prasarananya
dengan konsep pengembangan kota baru yang memiliki daya tarik tersendiri bagi perkembangan
wilayah kota. Pengembangan kota baru di Mataram sebelah Timur dan Selatan ini dapat
dengan konsep pembangunan kawasan siap bangun (Kasiba, minimal 3.000 unit) dan
lingkungan siap bangun (Lisiba) yang berdiri sendiri, minimal 1.000 unit.
Kawasan Siap Bangun (KASIBA) merupakan sebidang tanah yang fisiknya telah
dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam
satu atau lebih lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan perimer dan sekunder prasarana
lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan pemkot dan
memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan.
Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) merupakan sebidang tanah yang merupakan bagian dari
KASIBA ataupun berdiri sendiri yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana
lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persayaratan pembakuan tata
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun
kavling tanah matang; lisiba berdimensi lebih kecil daripada KASIBA. Ketentuan pembangunan
KASIBA dan LISIBA yang berdiri sendiri diatur dalam PP No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan
Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun.

6) Kawasan Peruntukan Perdagangan Dan Jasa


Jasa yang dimaksud dalam pembahasan ini meliputi jasa keuangan (bank, asuransi,
keuangan non bank, pasar modal), jasa pelayanan (komunikasi, konsultan, kontraktor), jasa
profesi (pengacara, dokter praktek, psikolog), jasa perdagangan (ekspor-impor dan perdagangan
berjangka) dan jasa pariwisata (agen dan biro perjalanan serta penginapan).
Rencana pengembangan kawasan kegiatan jasa ini adalah :
 Mengembangkan dan memprioritaskan kegiatan jasa profesional, jasa perdagangan, jasa
pariwisata, dan jasa keuangan ke wilayah Mataram bagian barat.
 Memprioritaskan pengembangan kegiatan jasa profesional, jasa perdagangan, jasa
pariwisata, dan jasa keuangan di pusat-pusat sekunder dan sisi jalan arteri primer dan arteri
sekunder sesuai dengan peruntukannya.
Pengembangan kegiatan perdagangan meliputi pengembangan perdagangan formal (pasar,
pusat perbelanjaan, pertokoan) dan perdagangan informal.

36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

a. Pasar
Pasar merupakan salah satu orientasi pergerakan penduduk. Oleh sebab itu dengan mengadopsi
konsep yang telah diterapkan oleh Belanda dalam penataan Kota, maka peletakan pasar dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Mataram pada tahun 2029 akan mengadopsi konsep yang
sama yaitu sebagai bagian dari pelayanan pusat sekunder yang berfungsi untuk menahan
pergerakan penduduk ke pusat kota (sebagai buffer). Pasar-pasar tersebut akan berada di sekitar
pusat kegiatan, yang akan dijadikan sebagai pusat sekunder.
Bentuk pasar ini bisa berupa pasar modern ( shopping mall ), ataupun pasar tradisional namun
dengan penataan dan pengaturan yang ketat agar terjaga lingkungannya (sebaiknya berupa
pasar tertutup/dalam gedung). Rencana pengembangan fasilitas pasar adalah sebagai berikut:
 Peningkatan Pasar Kerajinan Mutiara terpadu dengan pengembangannya di Kawasan
Pusat Pagesangan.
 Redevelopment kawasan Pasar lelede, Dasan Agung ,Pasar Pagutan, Pasar Sayang-
sayang, Pasar Cemara dan Pasar Rembiga.
 Pengaturan dan penataan pasar yang masih sesuai dengan peruntukannya di seluruh
kelurahan.
 Relokasi pasar lingkungan kelurahan/ kecamatan dan sekitarnya yang sudah tidak
sesuai lagi peruntukannya dalam rencana tata ruang kota. Untuk jelasnya lihat peta
4.2.
b. Pusat Belanja
Pusat perbelanjaan sudah cukup banyak di Kota Mataram Sampai dengan tahun 2008 jumlah
pusat sebagian besar terkonsentrasi di sekitar mataram dan cakranegara. Karena itu
perkembangan pusat perbelanjaan di wilayah tengah Kota Mataram tersebut harus
dikendalikan dan diarahkan ke wilayah Mataram Timur. Selain itu perkembangan pusat
perbelanjaan yang cenderung terpusat juga harus dikendalikan mengingat perkembangan
terpusat cenderung memicu terjadinya kemacetan.
c. Pertokoan
Pertokoan adalah pelayanan perdagangan berdiri sendiri atau secara kelompok. Pertokoan
secara kelompok biasanya berkembang secara linier mengikuti jalur jalan utama kota melengkapi
kegiatan perkotaan lain, seperti pendidikan, perkantoran dan perdagangan lainnya. Bentuk lain
berkembangnya pertokoan di Kota Mataram adalah berkembangnya Toko-toko perhiasan
mutiara, yang tidak pernah dilupakan pendatang yang berkunjung untuk membelinya.
Keberadaan Toko perhiasan dan Toko kerajinan ini bisa menguntungkan Kota Mataram karena
bisa menjadi tujuan wisata belanja dan menyerap tenaga kerja.

37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

d. PKL (Pedagang Kaki Lima)


Persoalan mengenai PKL yang muncul di Kota Mataram adalah jumlah yang banyak, tidak
tertampung, tidak dikelola dengan baik dan sebagian dari para PKL tersebut bukan warga
Mataram. Pengelolaan PKL akan menyangkut aspek kependudukan (dalam hal pencatatan status
kependudukan) dan aspek ekonomi (khususnya terkait dengan usaha kecil dan informal).
Permasalahan PKL ini ditangani oleh berbagai pihak dalam tubuh pemerintahan dari tingkat
walikota hingga RT. Oleh karena itu, dalam pengelolaannya, menyangkut tugas pokok dan fungsi
instansi terkait.
Menjamurnya PKL terutama di pusat-pusat perdagangan dan pusat kota, misalnya di sekitar
Pusat Kota. Jika PKL ini tidak segera mendapat penanganan yang serius maka akan menimbulkan
masalah-masalah perkotaan lain diantaranya adalah kesemrawutan kota dan kemacetan
lalulintas. Rencana penanganan PKL Kota Mataram dilakukan dengan penetapan lokasi-lokasi
kegiatan perdagangan informal yang tidak mengganggu kepentingan umum sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku. Rencana Penataan PKL dapat dilihat pada peta 4.3.

7) Kawasan Peruntukan Perkantoran Pemerintah


Kawasan pemerintahan kota dan provinsi yang dikembangkan di Kota Mataram mengalami
penambahan lahan untuk lahah perkantoran dan pemerintahan. Pengembangan untuk kawasan
pemerintahan dialokasikan di kawasan perkantoran Pejanggik, Udayana, Jempong Baru dan
Dasan Agung. Kegiatan pemerintahan yang ada di Kota Mataram terdiri dari kegiatan
pemerintahan provinsi dan kota. Kota Mataram mengemban fungsi sebagai pusat pemerintahan
Provinsi Nusa Tenggara Barat, maka fasilitas pemerintahan di Kota Mataram tidak hanya fasilitas
pemerintahan Kota Mataram saja tetapi juga fasilitas pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Rencana pengembangan kawasan pemerintahan ini adalah
 Mempertahankan perkantoran pemerintah provinsi dan kota pada lokasi saat ini.
 Membatasi konsentrasi perkantoran jasa di wilayah Mataram tengah, pejanggik dan
udayan khususnya kawasan pusat kota.
Berdasarkan uraian diatas mengenai Rencana Pola Ruang Kota mataram, maka telah ditentukan
rencana Penggunaan Lahan Kota Mataram Tahun 2009-2029 pada peta 4.4.

39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

4.3 RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA


PRASARANA DAN SARANA UMUM
1) Ruang Terbuka Hijau Kota
Taman kota yang ada di Kota Mataram bisa berupa taman yang dikelompokkan dengan fasilitas
pendukung lainnya, misalnya taman kota yang menyatu dengan fasilitas lapangan olah raga, baik
dengan skala lingkungan maupun wilayah. Bisa juga taman kota yang menyatu dengan fasilitas
tempat bermain. Fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dibutuhkan terdiri dari tempat
bermain, taman, lapangan olah raga. Standar yang digunakan adalah untuk 1 unit RTH setiap
30.000 jiwa penduduk dengan skala lingkungan kelurahan, 1 unit RTH skala kecamatan setiap
120.000 jiwa penduduk dan 1 unit RTH skala wilayah setiap 480.000 jiwa penduduk. Angka-
angka standar dikalikan dengan konstanta tertentu sesuai dengan kepadatan penduduk di Kota
Mataram. Untuk mengetahui kebutuhan fasilitas ruang terbuka hijau dapat dilihat pada Tabel
4.16 dan Rencana kawasan RTH yang digabung dengan kawasan konservasi dapat dilihat pada
Peta 4.5 di bawah ini.
Kebutuhan akan RTH kota sampai akhir tahun perencanaan (Tahun 2029) di Kota Mataram
adalah sebesar 5 unit, dengan luasan total 8,9 Ha. Untuk RTH Lingkungan tahun 2029 untuk
kecamatan Ampenan 4 unit dengan luas 3,39 Ha, Kec. Cakranegara 4 unit, luas 3.21 ha, Kec.
Mataram 2 unit, dengan luasan 2.25 ha, Kec. Sandubaya 2 unit dengan luas 1.70 ha, Kec
sekarbela 2 unit dengan luas 1.94 Ha dan kecamatan Selaparang 3 unit dengan luasan 2.46 ha.
Luasan total RTH untuk setiap kecamatan di Kota Mataram tahun 2029 adalah di Kecamatan
Ampenan 54.59 Ha, Kecamatan Cakranegara 49.96 Ha, Kecamatan Mataram 37.49 Ha,
Kecamatan Sandubaya 22,61 Ha, Kecamatan Sekarbela 30.35 Ha dan Kecamatan Selaparang
43.96 Ha.
Penghijauan kota dapat berfungsi sebagai paru-paru kota, disamping mempunyai nilai estetika,
juga membantu membersihkan udara dan sebagai alat peredam kebisingan kota. Kebutuhan
ruang terbuka bagi suatu kota sangat penting. Menurut penyelidikan, setiap orang membutuhkan
 0,5 – 2 kg oksigen sehari, sedangkan setiap hektar lahan yang ditumbuhi pepohonan dapat
menghasilkan  240 kg oksigen setiap hari, menurut Buku Pedoman Pelaksanaan Penghijauan,
jika dalam satu hektar tanah ditanami pohon pelindung atau tanaman tahunan sebanyak 200
pohon, berarti dari satu pohon akan menghasilkan oksigen sebanyak 1,2 kg. Berdasarkan
pembahasan diatas, maka pengaturan ruang terbuka hijau di Kota Mataram berpedoman pada
jumlah penduduk. Disetiap unit lingkungan kecil akan mendapat taman dan tempat bermain,
sedangkan setiap 2 atau 3 unit lingkungan besar akan memperoleh lapangan olah raga dan
tempat rekreasi. Dengan berpedoman kepada hal-hal tersebut, maka pengembangan tata hijau di
Kota Mataram meliputi taman dan lapangan olah raga. Pengembangan taman dan lapangan olah

42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

raga berupa penataan lansekap yang lebih baik sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi.
Tabel 4.16
Jumlah Kebutuhan RTH Tahun 2009-2029

a. Tata Hijau Lingkungan Perumahan


Penataan Pola Tata Hijau Lingkungan Perumahan. Yang dimaksud dengan Pola Tata Hijau
Lingkungan Perumahan adalah taman-taman yang dibuat berdasarkan kebutuhan ruang terbuka
hijau dengan memperhatikan kepadatan penduduk. Sarana-sarana disamping fungsi utamanya
sebagai taman, tempat main anak-anak dan lapangan olah raga, juga memberikan kesegaran
menetralisasi polusi udara. Kebutuhan ruang terbuka hijau di lingkungan pemukiman dapat
dikelompokan menjadi :
 Taman sebagai pengikat lingkungan dan sekaligus tempat bermain anak-anak yakni
setiap 250 jiwa minimal 1 taman.
 Ruang terbuka untuk 2.500 jiwa (1 RW) sebanyak 1 buah, sebaiknya dalam bentuk
taman atau lapangan olah raga.
 Taman dan lapangan olah raga untuk kelompok 30.000 jiwa. Sarana ini dapat melayani
aktivitas-aktivitas kelompok ruang terbuka. Sarana ini sebaiknya berbentuk taman yang
dilengkapi dengan lapangan olah raga/sepak bola. Sedangkan untuk peneduh dapat di
tanam pohon disekelilingnya. Lokasinya sebaiknya digabung dengan sekolah, sehingga
dapat bermanfaat bagi murid-murid sekaligus peredam bising (buffer).

44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

b. Tata Hijau Sepanjang Alur Sungai


Maksud penghijauan sepanjang alur sungai adalah untuk menahan erosi, serta fungsi-fungsi
lainnya yaitu :
 Menjaga ketersediaan air, mengamankan sumber air dan mengatur tata air.
 Memberikan lingkungan yang mendukung kehidupan, aman terhadap bencana banjir.
Jenis vegetasi yang sebaiknya ditanam di kawasan ini berupa tanaman yang mempunyai akar
panjang yang menembus jauh kedalam tanah dengan jarak tanam cukup rapat. Hal ini
dimaksudkan agar jalur hijau ini mampu menyimpan cadangan air yang cukup banyak.
c. Tata Hijau Pemakaman
Tata hijau pemakaman berfungsi antara lain sebagai :
 Pembatas fisik
 Estetika dan resapan air
 Iklim mikro
d. Tata Hijau Jalur Jalan
Rencana jalur hijau ditempatkan pada setiap jaringan jalan dan saluran/parit. Rencana jalur hijau
pada jaringan jalan pada dasarnya selain memperhatikan kontruksi jalan dan biaya juga
memperhatikan kualitas jalan dengan mempertimbangkan faktor estetika baik lingkungan
maupun pemakai jalan. Rencana jalur hijau disepanjang jalan/saluran dimaksudkan untuk :
 Memberikan kenyamanan baik pemakai jalan.
 Pengendalian polusi yang disebabkan oleh asap kendaraan.
 Memberikan pengarah dan keselamatan bagi pemakai kendaraan yang melaluinya.
 Membantu menurunkan suhu di sekitar ruang jalan, mengurai gas CO di udara, mengurai
tekanan air hujan yang jatuh kepermukaan jalan, menekan erosi dan lain sebaginya.
 Kontrol visual, dapat mengurangi sinar matahari dan sinar lampu pada malam hari.
 Penahan kecepatan angin
 Unsur keindahan/estetika
Vegetasi yang ditanam sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Mempunyai nilai estetika.
 Kuat dan tidak rapuh.
 Tahan terhadap gas buangan kendaraan.
 Daunnya tumbuh sepanjang tahun.

45
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

2) Ruang Terbuka Non Hijau Kota


a. Ruang Terbuka Utilitas Kota
Lahan terbuka yang secara langsung dimanfaatkan untuk sarana utilitas (penunjang), lahan
produksi dan lahan tempat pembuangan limbah. Lahan tersebut antara lain:’
 Lahan-lahan yang mempunyai sumber mineral, yaitu lahan dan /atau air yang
mengandung sumber mineral, seperti: lahan kehutanan; lahan-lahan yang
mengandung mineral; lahan pertanian; danau dan sungai yang berfungsi sebagai
sumber atau penyimpanan dan cadangan air dan lain-lain.
 Lahan pengendali drainase da banjir, yaitu lahan-lahan yang tidak sesuai untuk hunian
atau bangunan dan lahan-lahan ini dilindungi karena merupakan lansekap sensitiv
yang digunakan sebagai perlindungan kota terhadap berbagai bencana yang
disebabkan oleh air, misalnya: daerah aliran sungai; daerah pantai; daerah denga
kemiringan yang terjal dan rawan erosi/ longsor dan lain-lain.
 Ruang penunjang kota, yaitu ruang-ruang yang direncanakan dan digunakan untuk
keperluan-keperluan kota sebagai lahan/tempat pembuangan atau lahan-lahan kosong
sisa hasil pembangunan atau belum digunakan untuk pembangunan, seperti: waduk
dan tandon air, lahan untuk pembuangan limbah/sampah, ruang-ruang dibawah
jembatan, ruang di bawah tegangan tinggi/ SUTET dan lain-lain.
 Lahan cadangan dan lahan yang dilindungi, yaitu lahan-lahan atau area perairan yang
secara alami dan direncanakan untuk perlindungan sebagai keperluan sumber daya
alami dan direncanakan untuk perlindungan sebagai keperluan sumber daya alam
dimasa depan, seperti hutan konservasi yang tidak boleh diproduksi dan digunakan
untuk rekreasi, area untuk perlindungan satwa dan lahan-lahan cadangan untuk
pembangunan kota.
b. Ruang Terbuka Koridor
Lahan-lahan yang umumnya berbentuk jalur/lorong dan merupakan ruang untuk pergerakan
yang berfungsi untuk: sirkulasi, pertemuan sistem transportasi dan atau prasarana, seperti:
 Rights-of-way, yaitu: jalur-jalur yang dirancang untuk penggunaan sirkulasi khusus,
seperti: jalan toll, jalan arteri, jalur sungai, kanal, jalur tepian kereta api, jalur pipa
gas, jalur irigasi, area landing pesawat.
 Terminal dan/atau pelabuhan, tempat mendarat, yaitu ruang-ruang yang dirancang
khusus untuk terminal atau peralihan moda, seperti: area parkir; area bongkar muat;
lapangan berawa.
Berdasarkan karakterstiknya, ruang terbuka koridor terbagi menjadi:
1) Ruang terbuka tepian, yaitu:

46
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

2. Ruang terbuka yang berbentuk memanjang, yang biasanya merupakan peralihan


antara daratan dan air;
3. Ruang ini memiliki nilai “ecotone” sangat tinggi, karena merupakan area transisi,
sehingga memiliki dua karakteristik antara ekosistim daratan dan ekosistim air.
2) Ruang terbuka penghubung, yaitu:
4. Ruang terbuka yang menghubungkan antar ruang terbuka dan ruang terbuka hijau
dengan area-area utilitas;
5. Biasanya berbentuk koridor atau lorong yang bersifat menerus.
3) Ruang terbuka penyangga, yaitu:
6. Ruang-ruang terbuka yang menembus dari daerah pinggiran menuju daerah inti;
7. Ruang ini biasanya menjadi ruang bernafas dan penyangga serta memberikan
keseimbangan bagi ruang inti.
4) Ruang terbuka inti, yaitu:
Ruang-ruang yang menjadi orientasi dan/atau tengaran bagi suatu area serta menjadi
pemersatu antar ruang, baik ruang terbuka maupun ruang terbangun;
5) Ruang terbuka kontinyu, yaitu:
Gabungan dari beberapa ruang-ruang terbuka yang mempunyai karakter yang sama,
sehingga membentuk suatu sistim ruang terbuka.
3) Jaringan Angkutan Umum
Moda angkutan umum yang digunakan oleh penduduk terdiri dari angkutan darat, laut
dan udara. Berdasarkan kepemilikan dan peruntukan moda angkutan terdapat 3 (tiga) macam
yaitu angkutan umum, barang dan pribadi.
Jenis angkutan darat umum yang beroperasi untuk melayani penduduk di Kota Mataram terdiri
atas angkutan trayek dan non trayek. Untuk angkutan umum trayek dilayani oleh kendaraan bus
besar, bus kecil, elf, minibus (angkot), sedangkan angkutan non trayek dilayani becak, Cidomo,
taxi, dan ojek. Angkutan non trayek lainnya yaitu angkutan barang dilayani oleh kendaraan
barang seperti truk besar, truk kecil dan pick up. Trayek angkutan umum yang melayani Kota
Mataram terdiri dari trayek utama, trayek cabang dan trayek ranting.
Trayek Utama meliputi :
 Mandalika – Cakranegara – Mataram – Ampenan
 Ampenan – Mataram – Cakranegara – Mandalika
Trayek Cabang meliputi:
 Mandalika - Mataram – BTN Taman – Ampenan
 Perumnas – Monjok – Mandalika
 Pagutan – Pagesangan – Rembiga - Gunung Sari

47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Trayek Ranting meliputi:


 Tanjung Karang – Pagesangan – Cakranegara
 Mandalika
 Mandalika – Cakranegara – Pagutan
 Ampenan – Pagesangan – Perampuan
 Ampenan – Perumnas – Tanjung Karang
 Mandalika – Babakan – Cakranegara
 Ampenan – Rembiga – Sesela – Meninting
 Mandalika – Cakranegara – BTN Perampuan – Ampenan
 Mandalika – Selagalas – Cakranegara – Ampenan
Angkutan umum direncanakan untuk menampung pengangkutan optimal penumpang di Kota
Mataram. Rencana perbaikan angkutan umum dilaksanakan dari sisi penyediaan kapasitas sistem
transportasi umum yang sesuai, jangkauan pelayanan, kualitas pelayanan penumpang,
keselamatan dan lingkungan.
1. Jenis Angkutan Umum
Angkutan umum terbesar yang melayani angkutan di Kota Mataram adalah kendaraan
minibus, angkot dan delman. Kapasitas angkut angkot adalah 9 (sembilan) orang,
dimana angkot ini melayani angkutan penumpang dari pinggir kota menuju pusat
kota. Untuk trayek-trayek pinggiran kota umumnya dilayani oleh kendaraan angkot
yang sudah tua.
2. Karakteristik Pelayanan Angkutan Penumpang Dalam Kota
Besarnya arus lalu lintas sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan ruang yang ada,
dimana kondisi tersebut sangat berpengaruh pada pelayanan angkutan kota.
Mataram sebagai Kota Transit (perjalanan dari Pulau Sumbawa, Flores dan Maluku
menuju Pulau Jawa) menyebabkan arus lalu lintas penumpang umum ataupun
angkutan barang di Kota Mataram cukup tinggi.
3. Alternatif Penataan Jaringan Rute Angkutan Umum
Memperhatikan permasalahan akibat penumpukan rute angkutan pada ruas jalan di
Kawasan Pusat Kota (khususnya Jalan Pejanggik, Hasanuddin dan Jalan Panca
Usaha), mengakibatkan harus adanya alternative-alternatif pemecahan masalah rute
angkutan umum tersebut. Pemecahan masalah tersebut harus dilakukan dengan multi
solution sehingga suatu kebijakan harus didukung oleh kebijakan-kebijakan lainnya.
Penataan kembali trayek atau rute angkutan umum yang ada ditujukan untuk meratakan beban
jalan akibat kendaraan angkutan umum. Hal ini dikarenakan rute angkutan umum merupakan
rute tetap, sehingga manajemen terhadap pola pergerakan harus lebih mudah dibandingkan

48
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

angkutan lainnya (khususnya angkutan pribadi). Selain itu pemerataan rute angkutan umum
kebeberapa ruas jalan lain akan meningkatkan aksesibilitas antar zona diKota Mataram.

4.4 RENCANA PENGEMBANGAN DAN DISTRIBUSI PENDUDUK


Rencana kependudukan adalah berkaitan dengan arahan dan kebijakan sektor kependudukan
Kota Mataram yang meliputi pengaturan pertumbuhan, kepadatan, komposisi dan penyebaran
penduduk.
1) Arahan Pengembangan Kependudukan
Arahan pengembangan kependudukan dilakukan melalui penyusunan berbagai kebijakan seperti
arahan pengembangan kependudukan, pengaturan pertumbuhan penduduk, pengaturan
penyebaran dan kepadatan penduduk, serta ketenagakerjaan dan pengembangan sumber daya
manusia. Kebijakan kependudukan ini perlu sejalan dengan kebijakan pembangunan lainya
seperti kebijakan pengembangan
kawasan, pengembangan ekonomi, dan lain-lain. Berdasarkan kebijakan-kebijakan tersebut
selanjutnya di masa mendatang perkembangan penduduk akan menjadi lebih baik dalam
beberapa hal berikut :
 Pertumbuhan penduduk tidak lagi hanya dipengaruhi oleh laju pertumbuhan alami melainkan
juga diperngaruhi oleh adanya pergerakan penduduk baik ke dalam maupun keluar. Oleh
karena itu untuk masa-masa selanjutnya diperlukan intervensi yang efektif mempengaruhi
pertumbuhan penduduk. Hal ini diperlukan untuk dapat mengantisipasi perkembangan
penduduk di masa mendatang agar lahan yang ada dapat memadai.
 Pertumbuhan penduduk perlu disebarkan secara merata ke seluruh wilayah kecamatan dan
kelurahan. Dalam hal ini diperlukan intervensi yang efektif untuk menyebarkan penduduk ke
wilayah kota-kota kecamatan dan wilayah sekitarnya yang baru dimekarkan melalui
penempatan pegawai negeri sipil (PNS), pembukaan kawasan permukiman, dan lain
sebagainya.
 Terjadinya transformasi yang efektif dalam struktur masyarakat yang mencakup struktur
umur, jenis kelamin, mata pencaharian, dan pendidikan. Dalam hal ini perlu upaya penyiapan
kualitas SDM yang mampu menyerap kemajuan tekonologi dan beradaptasi terhadap
perubahan struktur sosial dalam masyarakat yang lebih bersifat modern dan terbuka.
 Terjadinya transformasi dalam sosial budaya masyarakat secara positif meliputi perilaku,
kebiasaan, dan lainnya. Dalam hal ini perlu diantisipasi secara efektif agar masyarakat lokal
dapat menerima dan terbuka terhadap kemajemukan/keanekaragaman etnik dan budaya
dalam masyarakat secara

49
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

 keseluruhan. Dengan moto “Mataram Kota Ibadah (Indah, Bersih, Aman, Damai, Agamais dan
Harmonis) maju dan religius” dapat menjadi pedoman dan filter bagi masyarakat mataram
terhadap budaya informasi dan kejahatan yang datang dari luar.
Pola pengaturan seperti yang dimaksudkan di atas adalah untuk melakukan koreksi setiap lima
tahun sekali terhadap perkembangan jumlah penduduk agar antisipasi dapat dilakukan dari awal.
Pengaturan tersebut meliputi pertumbuhan, penyebaran penduduk, dan peningkatan kualitas
tenaga kerja serta keterbukaan di antara struktur dan lapisan masyarakat modern.
Adapun laju pertumbuhan rata-rata penduduk Kota Mataram sampai dengan tahun 2006 hanya
sebesar 2,82 % per tahun. Diperkirakan sampai 10 tahun mendatang laju pertumbuhan rata-rata
ini masih sesuai dengan daya tampung lahan. Pertumbuhan penduduk di Kota Mataram
diperkirakan akan mengalami beberapa periode perkembangan selama waktu perencanaan 10
tahun perkembangan penduduk dibagi dalam 2 (dua) periode (periode penyiapan dan periode
pertumbuhan konstan). Masing-masing periode ini tentunya disesuaikan dengan kondisi masing-
masing kecamatan dan kelurahan.
1. Periode I, tahun 2009 – 2019
Periode ini disebut periode penyiapan penduduk, dimana pada periode ini laju pertumbuhan
penduduk di Kota Mataram masih mengikuti tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata sekitar
2,82%. Pertumbuhan ini diperkirakan sudah merupakan pertumbuhan total mancakup
pertumbuhan alami dan migrasi. Dalam periode ini diasumsikan pertumbuhan penduduk
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
 Adanya titik-titik pertumbuhan baru berupa ibukota kecamatan baru seperti di Kelurahan
Tanjung Karang, Karang pule, Monjok, Dasan Agung, Selagalas dan Kelurahan Bertais. Selain
itu beberapa Kawasan pengembangan ekonomi dan pusat kota dalam lima tahun pertama
diperkirakan belum
 merupakan penarik bagi limpahan penduduk yang mencari kesempatan kerja dari luar daerah
ke Kota Mataram. Selain itu keberhasilan Pemerintah Kota Mataram dalam pelaksanaan
transmigrasi juga mempengaruhi pertumbuhan penduduk tersebut.
 Semakin membaiknya kondisi sosial, keamanan dan iklim usaha di Kota Mataram membawa
penduduk masuk ke kota tersebut, selain daya tarik wisata yang mulai kembali dikembangkan
akan dapat menarik penduduk sementara ataupun penduduk menetap dari wilayah lain.
 Pemekaran kecamatan dan kelurahan di Kota Mataram menjadi 6 kecamatan dan 50
kelurahan menjadikan semakin kecilnya lingkup pelayanan Kota kecamatan sebelumnya
dalam upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta dapat meningkatkan
kemampuan Pemerintah Kota khususnya di tingkat kecamatan dan kelurahan dalam

IV - 50
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

mengembangkan potensi sumber daya yang tersedia sehingga dapat menarik banyak
investor untuk menanamkan modal di kota tersebut.
2. Periode II, tahun 2019– 2029
Periode ini adalah periode pertumbuhan penduduk konstan. Diperkirakan pada periode ini
pembangunan sudah mulai berjalan dengan harapan berkembang dan lebih stabil dibandingkan
tahap sebelumnya. Laju pertumbuhan rata-rata tidak mengalami penurunan melainkan tetap
mengikuti kecenderungan periode sebelumya namun sudah mulai memasuki tahap awal menjadi
konstan. Hal ini berarti penduduk tetap bertumbuh secara positif. Hal ini diperkirakan
berdasarkan asumsi-asumsi berikut :
 Pembangunan pada periode sebelumnya telah cukup kuat menjadi landasan pembangunan
selanjutnya sehingga pertumbuhan penduduk dapat tetap meningkat dengan positif sesuai
dengan yang telah diarahkan.
 Situasi dan kondisi wilayah yang semakin kondusif dapat menarik investor-investor untuk
menanam modal Kota Mataram. Dampak dari hal ini adalah terciptanya kesempatan kerja yang
lebih luas sehingga akan memberikan penciptaan lapangan kerja.
 Meningkatnya aksesibilitas transportasi darat di Kota Mataram sehingga mempermudah
mobilitas penduduk antar-wilayah baik internal maupun eksternal.
 Kesempatan kerja yang ada sudah semakin terisi sehingga daya tarik migrasi penduduk untuk
 mencari kesempatan kerja di kota ini menurun.
 Tingkat persaingan yang semakin meningkat berdampak pada kemungkinan penduduk/tenaga
kerja mencari kesempatan berkerja di luar wilayah Kota Mataram semakin besar.

2) Rencana Pengaturan Penyebaran Dan Kepadatan Penduduk


Pengaturan dan penyebaran penduduk di Kota Mataram selanjutnya akan disesuaikan dengan
fungsi-fungsi setiap kelurahan dalam lingkup kecamatan dan kota. Kelurahan yang telah
ditetapkan sebagai ibukota kecamatan dan pusat pertumbuhan dianggap dapat menampung rata-
rata penduduk per satuan wilayah di atas rata-rata kota. Sedangkan kelurahan yang bukan pusat
pertumbuhan diarahkan untuk menampung jumlah penduduk yang lebih rendah dari rata-rata.
Penyebaran ini disesuaikan dan akan saling mendukung dengan arahan struktur ruang yang akan
dibentuk. Untuk jelasnya lihat tabel 4.17

IV - 51
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

TABEL 4.17
Klasifikasi Penyebaran Dan Kepadatan Penduduk
Kelas Rentang Kelurahan Kepadatan Distribusi
Kepadatan (jiwa/ha) (%)
T >180 jiwa/ha Kel. Dayan Peken 281.73 2.42
Kel. Dasan Agung 281.28 3.16
Kel. Ampenan Tengah 193.90 2.49
S 90 s/d 180 Kel. Cakranegara Selatan Baru 152.15 1.88
jiwa/ha Kel. Banjar 146.65 1.78
Kel. Kebon Sari 143.61 1.58
Kel. Pagesangan Barat 138.19 2.72
Kel. Cakranegara Barat 121.24 1.94
Kel. Sapta Marga 120.51 1.69
Kel. Gomong 112.72 1.34
Kel. Karang Pule 111.07 2.94
Kel. Pejanggik 107.84 2.77
Kel. Monjok Barat 102.61 1.56
Kel. Babakan 90.20 2.16
R < 90 jiwa/ha Kel. Bintaro 89.89 2.47
Kel. Abian Tubuh Baru 88.36 1.42
Kel. Cakranegara Selatan 87.98 1.83
Kel. Monjok 87.95 2.77
Kel. Punia 87.36 2.32
Kel. Pagesangan 83.27 2.07
Kel. Tanjung Karang Permai 77.12 2.51
Kel. Mataram Barat 76.73 1.68
Kel. Pagutan Barat 75.79 2.38
Kel. Karang Taliwang 74.98 1.56
Kel. Pejeruk 74.61 2.15
Kel. Mataram Timur 70.36 1.66
Kel. Monjok Timur 70.12 1.15
Kel. Cakranegara Timur 66.53 1.04
Kel. Cilinaya 65.62 1.92
Kel. Mayura 60.93 1.56
Kel. Ampenan Selatan 60.84 1.76
Kel. Dasan Agung Baru 54.67 2.03
Kel. Karang Baru 53.59 2.41
Kel. Cakranegara Utara 50.46 1.54
Kel. Pejarakan Karya 50.34 1.37
Kel. Kekalik Jaya 49.61 2.13
Kel. Bertais 48.79 1.85
Kel. Taman Sari 44.60 1.72
Kel. Pagutan 43.40 2.03
Kel. Pagesangan Timur 42.27 2.40
Kel. Taman Agung Pagutan 41.03 1.55
Kel. Rembiga 38.97 2.90
Kel. Turida 38.95 2.65
Kel. Selagalas 34.97 2.71
IV - 52
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Kelas Rentang Kelurahan Kepadatan Distribusi


Kepadatan (jiwa/ha) (%)
Kel. Tanjung Karang 33.58 1.55
Kel. Sayang Sayang 31.93 1.96
Kel. Mandalika 31.06 2.14
Kel. Ampenan Utara 22.13 1.44
Kel. Dasan Cermen 21.77 1.13
Kel. Jempong Baru 11.13 1.80
Sumber: Hasil Analisis Kependudukan, 2029

Berdasarkan analisis kependudukan, perkembangan penduduk di Kota Mataram cenderung


memiliki tingkat kepadatan tinggi pada kelurahan-kelurahan di Kecamatan Ampenan, Selaparang,
Mataram dan Cakranegara, ibukota kecamatan dan kelurahan yang memiliki fasilitas sosial dan
ekonomi yang relatif lebih lengkap dibandingkan dengan kelurahan lainnya di Kota Mataram.
Keadaan ini perlu diantisipasi terutama untuk mencegah perkembangan penduduk yang hanya
terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu serta untuk lebih meningkatkan efisiensi
pembangunan.
Terdapat 3 (tiga) kelompok kepadatan yang dapat dipakai sebagai masukan bagi arahan
penyebaran penduduk di Kota Mataram yaitu kepadatan tinggi, sedang dan rendah yang
semuanya diukur berdasarkan perbandingan relatif terhadap kelurahan lainnya. Kepadatan
penduduk Kota Mataram memiliki rentang yang cukup jauh pada beberapa kelurahan yaitu 3
kelurahan dengan kepadatan tinggi, 11 kelurahan dengan kepadatan sedang dan 36 kelurahan
dengan kepadatan rendah. Hal ini menegaskan bahwa keberadaan penduduk Kota Mataram
sudah mulai bertumbuh. Kelurahan dengan pertumbuhan tertinggi pada kelompok Kelas Tinggi
adalah Dayan Peken sebesar 281,73 jiwa/ha, sedangkan yang terendah adalah Kelurahan
Ampenan Tengah sebesar 193,90 jiwa/ha. Pada Kelas Sedang kepadatan tertinggi adalah
Kelurahan Cakranergara Selatan Baru sebesar 152,15 jiwa/ha, sedangkan yang terendah adalah
Kelurahan Babakan sebesar 90,20 jiwa/ha. Pada Kelas Rendah kepadatan tertinggi adalah
Kelurahan Bintaro sebesar 89,89 jiwa/ha, sedangkan yang terendah adalah Kelurahan Kekalik
Jaya sebesar 49,61 jiwa/ha.
Tingkat kepadatan dan penyebaran Kota Mataram seperti pada tabel di atas perlu mendapatkan
pengelolaan yang baik dari Pemerintah Kota. Pengendalian laju pertumbuhan dan pendistribusian
yang tepat di tiap-tiap kelurahan dapat mengantisipasi kebutuhan akan ruang yang semakin
meningkat bagi Kota Mataram. Pemerataan juga dimaksudkan sebagai wujud dari pandangan
atas hak-hak yang sama bagi setiap warga masyarakat Kota Mataram terhadap seluruh dimensi
pembangunan. Pertumbuhan dikembangkan dalam rangka peningkatan kualitas pembangunan

IV - 53
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

diberbagai bidang dalam rangka mewujudkan Kota Mataram sebagai wilayah yang makmur dan
bermartabat. Rencana sebaran kepadatan penduduk dapat dilihat pada Peta 4.6.
3) Rencana Ketenagakerjaan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Rencana penduduk yang menyangkut ketenagakerjaan dan pengembangan sumberdaya
manusia juga mempertimbangkan peran dan fungsi Kota Mataram dalam lingkup yang lebih luas.
Aspek ketenagakerjaan dipengaruhi oleh struktur umur dan peluang kerja yang terdapat di Kota
Mataram. Berdasarkan struktur usia kerja, penyebaran penduduk kelompok usia kerja di suatu
daerah berhubungan dengan peluang kerja. Diperkirakan pada akhir tahun perencanaan yaitu
tahun 2016 kondisi penduduk saat ini tidak akan jauh berubah, kecuali di daerah-daerah yang
memiliki potensi lapangan pekerjaan yang produktif seperti kawasan industri sehingga menyerap
banyak tenaga kerja baik, tenaga kerja lokal maupun tenaga kerja dari luar daerah.
Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh penyediaan dan persebaran sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai yang diimbangi oleh penyampaian teknologi tepat guna bagi
masyarakat. Pada dasarnya pengembangan sumberdaya manusia merupakan program jangka
panjang baik secara waktu pelaksanaan, pencapaiannya, bahkan keterkaitannya dengan sektor
lain. Dalam melaksanakan kebijakan ketenagakerjaan dan pengembangan sumberdaya manusia
dapat dilakukan secara bertahap, antara lain sebagai berikut :
1. Periode I, Tahun 2008-2018
Periode pertama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia
wilayah Kota Mataram melalui kerjasama dengan industri-industri yang berkaitan dengan potensi
sumberdaya alam yang ada sehingga dapat menarik invesatsi usaha-usaha di sektor industri di
wilayah ini. Selain itu perlu juga perlu meningkatkan pertahanan dan keamanan dalam rangka
mereduksi dan meredam potensi-potensi konflik antar penduduk, misalnya dengan menata pola
kehidupan masyarakat yang lebih terbuka dan toleran serta membangun kembali permukiman
penduduk yang belum teratur secara optimal.
Pengembangan sektor-sektor selain jasa dan perdagangan seperti pertanian, industri dan
pariwisata sehingga memberikan pilihan kesempatan kerja baru bagi penduduk, baik itu di pusat-
pusat maupun sub pusat perkembangan kota. Selain itu juga dapat dikembangkan ekonomi
padat karya khususnya dibidang pertanian misalnya industri pengolahan sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah. Membangun sarana dan prasarana untuk pendidikan dasar dan
pelatihan keterampilan melalui pembangunan fasilitas sekolah, pengintensifan program-program
pelatihan dan kursus-kursus keterampilan yang bersifat praktis dan tepat guna.
2. Periode II, Tahun 2019 – 2028
Peningkatan dan pengembangan kegiatan yang telah direalisasikan pada periode I sehingga
dapat menjangkau seluruh wilayah kecamatan dan kelurahan serta seluruh lapisan masyarakat.

IV - 54
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Pengembangan sektor-sektor perekonomian strategis sehingga terdapat keselarasan antara


potensi yang tersedia dengan kebutuhan lapangan kerja bagi penduduk usia produktif. Menjamin
kemudahan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi, sehingga akan
mempermudah masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja.

IV - 55
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

IV - 56

You might also like