You are on page 1of 7

TEKNIK INSTRUMENTASI EKSISI PADA TN.

S
DENGAN LIPOMA LENGAN KANAN
DI OK RST SOEPRAOEN MALANG

Oleh :
VIVIN RETNO KORDYASANTI
NIM 1501410022

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN PERIOPERATIF MALANG
2016

1
TEKNIK INSTRUMENTASI EKSISI PADA TN.S
DENGAN LIPOMA LENGAN KANAN

1. Definisi
Lipoma adalah tumor jinak yang mengandung atau terdiri dari jaringan
lemak. Lipoma adalah tumor kulit yang lazim ditemukan,yang terdiri dari sel
lemak matang. Tumor ini merupakan masa lunak tak nyeri yang timbul tunggal
dan jarang majemuk serta biasanya dieksisi untuk alasan kosmetik. Kadang-
kadang menimbulkan gejala ketaknyamanan lokal, mungkin tekanan pada syaraf
kulit.( David C. Sabiston :Buku Ajar Bedah).
2. Etiologi
1. Tidak diketahui dengan pasti
2. Bahan kimia
3. Lingkungan
4. Genetik,
5. Imunologi, virus
3. Manifestasi Klinis
Secara klinis, lipoma paling sering tanpa disertai gejala
(asymptomatic). Gejala Adapun gejala-gejala lipoma antara lain:
1) Predileksi : Lipoma terletak di bawah kulit dan tidak menonjol.. Lipoma
sering terjadi di leher, punggung, lengan dan paha.
2) Lipoma jika disentuh terasa empuk dan mudah bergerak jika sedikit ditekan
dengan jari.
3) Paling sering lipoma berukuran kecil, dengan diameter kurang dari 2 inci (5
cm). Tapi lipoma dapat tumbuh besar dengan diameter mencapai lebih dari 4
inci (10 cm).
4) Lipoma bisa juga menyakitkan jika tumor lemak ini tumbuh dan ditekan di
dekat saraf, atau jika mengandung banyak pembuluh darah. Karena
pertumbuhannya lambat, kita mungkin baru tahu memiliki lipoma setelah
bertahun-tahun. Etiologi Penyebab pasti dari lipoma belum jelas hingga saat
ini.

4. Patofisiologi
Lipoma adalah neoplasma jaringan lunak jinak yang paling sering terjadi
pada orang dewasa, yaitu sekitar 1% populasi. Lipoma paling sering ditemukan
antara usia 40-60 tahun.Neoplasma ini jinak tumbuh lambat yang terdiri dari sel-
sel lemak matang. Dimana tampak metabolik sel-sel lipoma berbeda dari sel
normal meskipun sel-sel tersebut secara histologis serupa.

2
Jaringan lemak berasal dari jaringan ikat yang berfungsi sebagai depot
lemak. Jaringan lemak ini adalah jaringan yang spesial terdiri dari sel spesifik
yang mempunyai vaskularisasi tinggi, berlobus dan berfungsi sebagai depot lemak
untuk keperluan metabolisme. Sel-sel lemak primitif biasanya berupa butir-butir
halus didalam sitoplasma. Sel ini akan membesar seperti mulberry sehingga
akhirnya derajat deposisi lemak menggeser inti ke arah perifer.
Jaringan lemak berasal dari sel-sel mesenkim yang tidak berdifferensiasi
yang dapat ditemukan di dalam tubuh. Beberapa sel-sel ini menjadi jaringan sel
lemak yang matang membentuk lemak dewasa.
Terjadinya suatu lipoma dapat juga disebabkan oleh karena adanya
gangguan metabolisme lemak. Pada lipoma terjadi proliferasi baik histologi dan
kimiawi, termasuk komposisi asam lemak dari jaringan lemak normal.
Metabolisme lemak pada lipoma berbeda dengan metabolisme lemak normal,
walaupun secara histologi gambaran sel lemaknya sama.
Pada lipoma dijumpai aktivitas lipoprotein lipase menurun. Lipoprotein
lipasepenting untuk transformasi lemak di dalam darah. Oleh karena itu asam
lemak pada lipoma lebih banyak dibandingkan dengan lemak normal. Hal ini
dapat terjadi bila seseorang melakukan diet, maka secara normal depot lemak
menjadi berkurang, tetapi lemak pada lipoma tidak akan berkurang bahkan
bertambah besar. Ini menunjukkan bahwa lemak pada lipoma bukan merupakan
lemak yang dibutuhkan oleh tubuh.
Apabila lipoma membesar akan tampak sebagai suatu penonjolan yang
dapat menekan jaringan di sekitarnya. Pada dasar mulut, pembesaran lipoma dapat
mengganggu fungsi pengunyahan dan fungsi bicara, sedangkan pertumbuhannya
menekan gigi geligi maka dapat menyebabkan tanggalnya gigi di sekitar lipoma
tersebut.

5. Penatalaksanaan
Pada dasarnya lipoma tidak perlu dilakukan tindakan apapun, kecuali
berkembangmenjadi nyeri dan mengganggu pergerakan. Biasanya seseorang
menjalani operasi bedahuntuk alasan kosmetik. Operasi yang dijalani merupakan
operasi kecil, yaitu dengan caramenyayat kulit diatasnya dan menluarkan lipoma
yang ada. Namun hasil luka operasiyang ada akan sesuai dengan panjangnya
sayatan. Untuk mendapatkan hasil operasi yang lebih minimal, dapat
dilakukan liposuction.

3
Sekarang dikembangkan tehnik dengan menggunakan gelombang
ultrasound untuk menghancurkan lemak yang ada. Yang perlu diingat adalah jika
lipoma yang ada tidak terangkat seluruhnya, maka masih ada kemungkinan untuk
berkembang lagi dikemudian hari.
6. Terapi
1. Terapi Medis
Terapi medis termasuk eksisi endoskopik tumor di traktur gastrointestinal
bagian atas, misalnya esophagus, perut dan duodenum atau colon.
2. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)
Pembedahan (complete surgical exision) dengan kapsul sangatlah penting
untuk mencegah kekambuhan setempat (local recurrence). Terapi
tergantung lokasi tumor. Pada lokasi yang tidak biasanya, pemindahan
lipoma menyesuaikan tempatnya.
a) Pemindahan setempat diindikasikan pada lipoma di dekat saluran
nafas utama (major airways). Lipoma paru-paru memerlukan resection
parenkim paru-paru atau saluran pernafasan yang terlibat (the
involved airway).
b) Pemindahan setempat diindikasikan pada lipoma usus (intestinal
lipomas) yang menyebabkan obstruction.
c) Lipoma isofagus tidak dapat dipindahkan dengan endoskopi, maka
diperlukan pembedahan (surgical exision).
d) Lipoma pada payudara (breast lipomas) dihilangkan jika pada
dasarnya meragukan.
e) Lipoma usus, khususnya duodenum sebaiknya dihilangkan baik secara
endoskopi maupun pembedahan karena dapat menyebabkan
obstruction, jaundice atau perdarahan (hemorrage)
f) Lipoma pada vulva dapat dihilangkan ditempat (locally excised).
7. Indikasi Pembedahan untuk Lipoma
1) Alasan kosmetik
2) Untuk mengevaluasi histologi (adakah keganasan pada jaringan), sehingga
dapat menyingkirkan kemungkinan liposarcoma.
3) Jika menyebabkan gejala
4) Jika berkembang menjadi lebih dari 5 cm
8. Komplikasi
1) Luminal obstruction
2) Perdarahan (hemorrhage)
3) Kanker
9. Tujuan
1. Mengatur alat secara sistematis di meja instrument
2. Memperlancar handling instrument

4
3. Mempertahankan kesterilan alat instrument
10. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Kondisi lokasi operasi
3. Kondisi fisik dan psikis
4. Kelengkapan instrument
11. Persiapan pasien
1. Persetujuan operasi (informed consent)
2. Alat-alat dan obat
3. Mengatur posisi terlentang
4. Memasang plat diatermi di bawah lutut pasien
12. Persiapan Instrumen
a. Persiapan alat di meja mayo
1. Desinfeksi klem (washing and dressing forcep) :1
2. Hanvant mess no. 3 (scalpel blad and handle) :1
3. Gunting metzenbaum (metzenbaum scissor) :1
4. Gunting kasar :1
5. Gunting benang lurus (surgical scissor straight) :1
6. Pinset chirurgis (dissecting forcep) :2
7. Pinset anatomis (tissue forcep) :2
8. Doek klem (towels klem) :5
9. Mosquito klem pean (delicate haemostatic forcep) :2
10. Kocher lurus (haemostatic forcep kocher straight) :2
11. Kocher bengkok panjang / manis :1
12. Nald voeder :2
13. Double langen beck :2
14. Haak kombinasi :2
15. Haak pyelum :2
16. Allise klem :2
17. Bengkok :2
18. Cucing :1
19. Couter dan kabel diatermi :1
b. Set tambahan
1. Gown steril :4
2. Doek besar :2
3. Doek sedang berlubang :1
4. Doek kecil :2
5. Sarung meja mayo :1
6. Bengkok :1
7. Kom :2
c. Bahan habis pakai:
1. Handscoen steril : secukupnya
2. Mess no. 15 :1
3. Povidin iodine : secukupnya
4. Kassa steril : secukupnya
5. Deepers steril : secukupnya
6. NaCl 0,9% : secukupnya
7. Sufratulle : secukupnya

5
8. Benang
- Safil 3-0 :1
- Premiline 4-0 :1

13. Teknik Instumentasi


1. Sign in
2. Membantu mengatur posisi pasien (supine) sebelum dilakukan pembiusan
3. Memasang plat diatermi.
4. Pasiendilakukan pembiusan General Anasthesi (GA)
5. Perawat instrument melakukan gowning (memakai baju operasi) dan
gloving (memakai handscoen).
6. Perawat instrument memakaikan baju operasi dan handscoen steril pada
tim operasi.
7. Antisepsis area yang akan di operasi. Perawat instrument memberikan
washing and dressing forcep, deepers dalam cucing yang berisi povidone
iodine pada operator.
8. Melakukan drapping area operasi. Perawat instrument memberikan doek
besar bawah 1, besar atas 1,doek kecil kanan/kiri 1 pada operator.
9. Perawat instrument memasang kabel couter, kemudian difiksasi
menggunakan doek klem.
10. Perawat instrument mendekatkan meja mayo ke dekat pasien.
11. Perawat instrument memberikan kassa basah dan kassa kering pada
operator.
12. Berikan pinset anatomi pada operator untuk marking area operasi.
13. Time out
14. Perawat instrumen memberikan handvant mess no.15 pada operator untuk
melakukan insisi.
15. Memberikan delicate haemostatic pean forcep dan kasa kecil pada asisten
operator untuk merawat perdarahan.
16. Operator memperdalam insisi lapis demi lapis dengan handvant mess,
kemudian berikan gunting metzenboum sampai massa terbebas.
17. Massa terangkat, perawat instrument memberikan pada operator dan
asisten delicate pean forcep untuk merawat perdarahan.
18. Sign out
19. Menghitung jumlah instrument dan kassa, pastikan semua dalam keadaan
lengkap.
20. Berikan pada operator nald vouder dengan benang safil 3/0 dan pinset
chirurgis pada operator untuk menjahit lapis demi lapis, dan memberikan
gunting kasar pada asisten. Setelah itu operator menjahit kulit, berikan

6
nald vouder dengan benang premiline 4/0 dan pinset chirrurgis pada
operator.
21. Membersihkan luka operasi dengan kasa basah dan keringkan.
22. Tutup luka dengan sufratul sesuai kebutuhan.
23. Tutup luka dengan kassa kering sesuai kebutuhan.
24. Tutup luka dengan hipafik sesuai kebutuhan.
25. Operasi selesai.
26. Pasien dibersihkan dan alat-alat dirapikan

Malang,……………………….
Pembimbing OK

(…………………………………)

DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. 2000. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Mosby: Philadelphia

Mansjoer, A, et all, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis,


Jakarta

Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan perioperatif. Jakarta: Salemba Medika


Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi dan fisiologis untuk paramedis. Jakarta: Gramedia
Smeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Vol 2, EGC, Jakarta

You might also like