Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
ABSTRAK
Penyakit blendok (Xanthomonas albilineans) pada tanaman tebu merupakan penyakit penting
yang dihadapi oleh perkebunan tebu di Indonesia. Beberapa teknik pengendalian telah
dilakukan, seperti penggunaan bakterisida, pisau untuk memotong bibit diolesi lisol 20% atau
alkohol 70% sebagai desinfektan dan perawatan air panas (hot water treatment) selama 50
menit dengan suhu 52,5ᵒC namun teknik pengendalian tersebut belum efektif untuk
mengendalikan patogen ini. Pengendalian biologi dengan filtrat bakteri endofit sebagai agens
biokontrol merupakan alternatif pengendalian Xanthomonas albilineans. Penelitian ini
bertujuan mendapatkan metode sterilisasi dan konsentrasi filtrat bakteri endofit tanaman tebu
untuk mengendalikan penyakit blendok. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan April sampai
Desember 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan
20
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
3 faktor yaitu: 1. Filtrat bakteri endofit yang terdiri atas 3 jenis filtrat yaitu: Filtrat B2, B7,
dan B9, 2. Metode sterilisasi filtrat yaitu: tanpa sterilisasi (kontrol), autoclave, dan membran
filter dan 3. Konsentrasi filtrat bakteri endofit: 0,1%, 0,01%, 0,001% dan 0,0001%. Hasil
eksplorasi kesepuluh bakteri tersebut adalah B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7, B8, B9, dan B10.
Isolat yang menghasilkan zona bening ≥20mm pada pengujian in vitro adalah B9, B7, dan
B2. Hasil penelitian menunjukkan metode sterilisasi membran filter lebih baik bila
dibandingkan dengan sterilisasi autoclave yaitu: diameter zona hambat tertinggi dari bakteri
endofit pada perlakuan filtrat B9 dengan metode sterilisasi membran filter konsentrasi 0,1%
pada 3 hsi yaitu sebesar 23,00 mm.
Kata Kunci: endofit, bakteri, metode sterilisasi, Xanthomonas albilineans, tebu.
21
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
Interaksi diantara tanaman tebu dan Sejumlah bakteri endofit juga dapat
bakteri endofit yang sangat baik, biasanya menghasilkan antibiotik untuk dapat
lebih banyak digunakan sebagai pupuk menghambat pertumbuhan mikroba lain.
organik (Widayati et al., 2007). Pada Hasil ektraksi filtrat bakteri endofit juga
tanaman tebu misalnya, ditemukan banyak dilaporkan lebih baik
mikroba endofit antara lain efektifitasnya jika dibandingkan dengan
Gluconacetobacter diazotrophicus, pengaplikasian bakteri endofit. Filtrat
Azospirillum sp., Klebsiella sp., dan merupakan senyawa kimia yang dihasilkan
Pseudomonas sp. Khusus untuk tanaman mikroorganisme untuk dapat menghambat
tebu G. diazotrophicus sudah banyak dan meracuni pertumbuhan mikroba yang
digunakan di perkebunan tebu di Brasil di kendalikan. Berbagai metode telah
dan India. Populasi bakteri selain dilakukan untuk memperoleh filtrat murni
berfungsi menyehatkan tebu, seperti penggunaan sterilisasi membran,
G. diazotrophicus juga dapat menambat UV, gamma, dan alfa (Rosenblueth &
nitrogen dari udara. Begitu pula dengan Esperanza, 2006).
Azospirillum sp. dan Klebsiella sp. Disamping filtrat dan metode
Sedangkan Pseudomonas sp. berfungsi sterilisasi filtrat bakteri endofit juga sangat
melarutkan fosfat. Bakteri penambat penting untuk para peneliti mengentahui
nitrogen tersebut juga mampu dosis efektif penggunaan filtrat untuk
menghasilkan fitohormon Indole Acetic mengendalikan penyakit blendok pada
Acid (IAA), yang berfungsi sebagai tebu. Konsentrasi filtrat yang tepat akan
hormon pertumbuhan (Widayati, 2011). melahirkan pengendalian tepat sasaran,
Sejumlah bakteri endofit efektif dan ekonomis. Konsentrasi filtrat
diantaranya G. diazotropicus dan yang sangat pekat akan membuat
Herbaspirillum rubrisubalbicans telah pertumbuhan tanaman tidak seimbang dan
dilaporkan memiliki metabolit sekunder sistem imun tanaman terganggu
golongan tannin dan alkaloid yang dapat (de Matos, 2001). Sebaliknya konsentrasi
menolak kehadiran patogen tular tanah filtrat yang sangat sedikit akan
(Widayati, 2011). Hal yang sama juga menyebabkan patogen dapat tetap
dilaporkan oleh Widayati et al. (2007) berkembang di atas ambang ekonomi,
ditemukan mikroba endofit antara lain sehingga sangat dibutuhkan penelitian
G. diazotrophicus, Azospirillum sp., yang mengkaji kombinasi dan pengaruh
Klebsiella sp., dan Pseudomonas sp. yang filtrat bakteri endofit, metode sterilisasi
dapat menghasilkan enzim ektraseluler dan konsentrasi filtrat bakteri endofit
berupa kitinase, lipase dan protease yang untuk mengendalikan penyakit blendok
dapat mendegradasi dinding sel bakteri pada tanaman tebu.
patogen dan menghambat pertumbuhanya.
endofit yang terdiri atas tiga taraf, yaitu:
F1= Filtrat B2, F2= Filtrat B7, dan F3=
BAHAN DAN METODA Filtrat B9, Faktor 2: Metode sterilisasi
filtrat, yaitu: M1= Filtrat tidak disterilisasi,
Penelitian ini dilaksanakan di M2= Filtrat disterilisasi dengan autoclave,
Laboratorium Penyakit Tumbuhan M3= Filtrat disterilisasi dengan membran
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera filter, Faktor 3: Konsentrasi Filtrat, K1=
Utara, Medan dengan ketinggian tempat Konsentrasi 0,0001%, K2= Konsentrasi
±25 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan 0,001%, K3= Konsentrasi 0,01%,
pada bulan April sampai Desember 2014. K4=Konsentrasi 0,1%, dengan tiga
Penelitian ini menggunakan ulangan.
rancangan acak lengkap (RAL) dengan
tiga faktor, yaitu: Faktor 1: Filtrat bakteri
22
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
23
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
daun tembakau muda (±0.5-2 cm). aquades hingga larut kemudian larutan
Perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Setelah tersebut ditambahkan dengan HgCl2
itu dibungkus dengan plastik transparan hingga larut). Adanya endapan putih
dan diinkubasi pada suhu 24-260C. menandakan adanya alkaloid.
Pengamatan dilakukan setiap hari, isolat Uji saponin
yang patogenik akan menunjukkan gejala Uji saponin dilakukan dengan cara,
nekrotik pada daun yang digunting sebanyak 2 ml sampel dimasukkan ke
(Lelliot dan Stead, 1987). dalam tabung reaksi dan ditambahkan
dengan aquades. Campuran tersebut
Produksi metabolit bakteri endofit kemudian dikocok dengan kuat selama
Isolat bakteri endofit yang telah 10 menit. Terbentuknya busa atau buih
murni, ditumbuhkan dalam medium menandakan adanya saponin.
Nutrient Broth. Proses fermentasi bakteri Uji flavonoid
endofit menggunakan medium Mueller- Sampel sebanyak 1 ml
Hinton Broth (MHB). Media MHB ditambahkan dengan 1 gram bubuk Mg
biasa digunakan untuk mengetahui daya dan beberapa tetes HCl pekat.
antibakteri dengan kandungan pepton (6 Timbulnya warna kuning menunjukkan
g), kasein (17,5 g), pati (1,5 g) dalam 1 adanya senyawa flavonoid.
liter air. Isolat yang diambil sebelumnya Uji tanin
dipindahkan ke dalam 5 ml medium Uji tanin dilakukan dengan
MHB. Kemudian dihomogenkan memasukkan sebanyak 1 ml sampel ke
menggunakan tube stirrer hingga dalam tabung reaksi. Sampel kemudian
mencapai kekeruhan 0,5 Mc Farland ditambahkan dengan FeCl2 5%. Adanya
(1,5x10⁸cfu/ml). Suspensi koloni bakteri perubahan warna menunjukkan adanya
tersebut kemudian diambil sebanyak 1 ml senyawa tanin (fenolik).
dan dipindahkan ke dalam tabung Uji terpenoid
Eppendorf yang telah berisi 9 ml medium Uji terpenoid dan steroid
MHB. Eppendorf yang telah berisi dilakukan dengan cara, sebanyak 1 ml
suspensi bakteri kemudian diinkubasi sampel ditambahkan dengan 1 ml
selama 2x24 jam pada suhu 300C dan CH3COOH glasial dan 1 ml H2SO4 pekat.
kecepatan 130 rpm. Setelah 2x24 jam, Timbulnya warna merah menunjukkan
medium yang telah berisi suspensi adanya terpenoid sedangkan warna biru
bakteri kemudian disentrifugasi dengan atau ungu menunjukkan adanya steroid.
kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit.
Supernatan yang terbentuk diambil Karakterisasi Bakteri Endofit
dengan menggunakan mikro pipet steril Bakteri endofit yang didapat
dan dimasukkan ke dalam vial steril. dikarakterisasi dengan melihat ciri
Supernatan tersebut yang akan digunakan makroskopis dan mikroskopis meliputi uji
sebagai uji aktivitas antibiotik morfologi (Gambar1), fisiologi dengan
(Utami et al. 2008). panduan buku Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology
(Holt et al. 1994).
Uji kandungan senyawa metabolit
sekunder
Uji alkaloid
Sampel sebanyak 1 ml
ditambahkan dengan 5 tetes kloroform
dan beberapa tetes Pereaksi Mayer
(Pembuatan Pereaksi Mayer yaitu dengan
satu gram KI dilarutkan dalam 20 ml
24
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
25
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
26
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
berbentuk batang dengan kedua ujung yang mengikuti alur pembuluh. Jalur
membulat, berukuran pendek, dengan klorosis ini lama-lama menjadi kering
panjang berkisar antara 0,7-2,0 µm dan (Gambar 3a). Penyakit vaskular bakteri
lebar antara 0,4-0,7 µm, memiliki satu terlihat kira-kira 6 minggu hingga 8
flagel, tanpa spora. Ciri khas genus minggu setelah tanam. Jika daun terserang
Xanthomonas adalah koloninya berlendir, berat, seluruh daun bergaris-garis hijau
dan menghasilkan pigmen berwarna dan putih (Gambar 3b). Jika batang
kuning yang merupakan pigmen tanaman dibelah, tampak berkas-berkas
xanthomonadin dengan bentuk koloni pembuluh terdapat blendok yang berwarna
pada medium biakan adalah bulat, kuning sampai merah tua (Gambar 3c)
cembung dan berdiameter 1-3 mm. (Semangun, 2008).
a b
a b
c d
27
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
4.5
4
I 3.5
s 3
o 2.5 Akar
l 2 Batang
a 1.5 Daun
t 1
0.5
0
Daun Batang Akar
Uji hipersensitif
Hasil uji hipersensitif kesepuluh
isolat bakteri endofit yang dilakukan pada
tanaman tembakau diperoleh hasil yaitu
respon hipersensitif menunjukkan tidak
terdapat gejala penyakit pada tanaman
tembakau (tanaman sehat). Jaringan daun
tembakau yang telah diinokulasi dengan
Gambar 5. Uji hipersensitif pada daun
suspensi bakteri tetap terlihat sehat dan
tembakau setelah inkubasi 7 hari B1- B10
tidak menunjukkan adanya nekrotik pada
tanaman tembakau setelah diinkubasi 7
Karakterisasi Bakteri Endofit
hari (Gambar 5 ). Berdasarkan uji tersebut,
Selanjutnya ke-10 isolat bakteri
diketahui bahwa, bakteri yang berhasil
endofit tersebut diidentifikasi hasil
diisolasi dari akar, batang dan daun
selengkapnya adalah sebagai berikut:
tanaman tebu tidak menimbulkan nekrotik
pada daun tanaman tembakau (bersifat non
patogenik).
28
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
29
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
pemicu inang untuk memproduksi tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan
fitoaleksin, bertahan dalam kondisi stres. 5 %.
Perkembangan penyakit dapat dihambat
oleh endofit karena adanya siderofor atau Hasil penelitian menunjukkan
senyawa metabolit yang beracun bagi suspensi bakteri endofit yang memiliki
patogen, atau terjadinya kompetisi ruang zona hambat terbesar terdapat pada
dan nutrisi, mereduksi produksi toksin suspensi bakteri endofit B9. Hal ini
yang dihasilkan oleh patogen sehingga dikarenakan kemampuan bakteri ini
tidak patogenik terhadap tanaman atau menghasilkan metabolit sekunder berupa
menginduksi ketahanan tanaman terhadap HCN (Gambar 7) yang merupakan
serangan patogen. Pengendalian patogen senyawa metabolit sekunder yang bersifat
oleh bakteri endofit dapat melalui bakterisidal dan bakteri statis. Senyawa
anticendawan atau antibakteri, siderofor, tersebut berkorelasi dengan aktifitas
kompetisi terhadap nutrisi, menginduksi antagonis secara in vitro. HCN yang
ketahanan tanaman secara sistemis atau dihasilkan golongan Pseudomonas sp telah
meningkatkan ketersediaan hara tanaman dilaporkan oleh (Widodo, 1993) dapat
(Sturz et al. 2000; Sessitsch et al. 2004). mengendalikan Phytium ultimum pada
tanaman bit gula dan akar gada pada caisin
Uji Aktifitas Antagonisme Bakteri (Wiyono, 2003).
Endofit terhadap X. albilineans di
Laboratorium
30
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
a b c
31
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
Tabel 5. Uji kandungan kimia dengan sidik ragam menunjukkan bahwa nilai
metode hidrolisis bahan kimia zona hambat bakteri endofit berpengaruh
dan pemisahan senyawa nyata terhadap X. albilineans. Hal ini
Uji B2 B7 B9 dapat dilihat pada Tabel 6.
Alkaloid + - + Tabel 6. Pengaruh metode sterilisasi dan
Saponin - + - konsentrasi filtrat bakteri endofit terhadap
Flavonoid - + - X. albilineans secara In Vitro 3 Hsa (mm)
Tannin - + + Perlakuan Luas zona hambat (mm)
Terpenoid + + + Filtrat B2 kontrol konsentrasi 0,0001% 5,000u
Filtrat B2 kontrol konsentrasi 0,001% 7,333t
Filtrat B2 kontrol konsentrasi 0,01% 8,333s
Hasil pengujian crude filtrat Filtrat B2 kontrol konsentrasi 0,1% 9,000rs
bakteri endofit B2 menghasilkan senyawa Filtrat B2 autoclacve konsentrasi 0,0001% 9,333qr
alkaloid dan terpenoid, B7 mengandung Filtrat B2 autoclacve konsentrasi 0,001% 9,667pqr
senyawa saponin, flavonoid, tannin dan Filtrat B2 autoclacve konsentrasi 0,01% 10,000opq
Filtrat B2 autoclacve konsentrasi 0,1% 11,000n
terpenoid dan B9 mengandung senyawa Filtrat B2 filter konsentrasi 0,0001% 10,667no
alkaloid, tannin dan terpenoid. Filtrat B2 filter konsentrasi 0,001% 11,000n
Berdasarkan hasil dari penelitian diduga Filtrat B2 filter konsentrasi 0,01% 10,667no
bahwa bakteri endofit B2 termasuk ke Filtrat B2 filter konsentrasi 0,1% 10,667no
dalam genus Agrobacterium spp, bakteri Filtrat B7 kontrol konsentrasi 0,0001% 10,000opq
Filtrat B7 kontrol konsentrasi 0,001% 10,333nop
endofit B7 termasuk ke dalam genus Filtrat B7 kontrol konsentrasi 0,01% 11,333mn
Alcaligenes spp, dan bakteri endofit B9 Filtrat B7 kontrol konsentrasi 0,1% 12,000m
termasuk ke dalam genus Pseudomonas Filtrat B7 autoclave konsentrasi 0,0001% 12,000m
sp. Hal ini sesuai dengan pernyataan Filtrat B7 autoclave konsentrasi 0,001% 12,333lm
Dexa Medica (2009) yang menyatakan Filtrat B7 autoclave konsentrasi 0,01% 12,333lm
Filtrat B7 autoclave konsentrasi 0,1% 12,667klm
Agrobacterium spp. menghasilkan Filtrat B7 filter konsentrasi 0,0001% 12,667klm
alkaloid dan terpenoid yang berfungsi Filtrat B7 filter konsentrasi 0,001% 13,000jkl
untuk menghambat penyebaran patogen Filtrat B7 filter konsentrasi 0,01% 13,333ijk
tular tanah dan berfungsi sebagai penolak Filtrat B7 filter konsentrasi 0,1% 13,667hij
pertumbuhan pada sebagian bakteri gram Filtrat B9 kontrol 0,0001% 13,000jkl
Filtrat B9 kontrol 0,001% 13,333ijk
negatif dan perusak jaringan tubuh, Filtrat B9 kontrol 0,01% 13,333ijk
bakteri Alcaligenes spp. menghasilkan Filtrat B9 kontrol 0,1% 13,667hij
metabolit sekunder golongan tannin dan Filtrat B9 autoclave 0,0001% 14,333gh
terpenoid yang dapat meningkatkan Filtrat B9 autoclave 0,001% 15,000fg
induksi dan ketahanan sel terhadap Filtrat B9 autoclave 0,01% 15,667ef
Filtrat B9 autoclave 0,1% 16,000e
penetrasi berbagai patogen tular tanah Filtrat B9 filter 0,0001% 17,333d
dan Pseudomonas sp. menghasilkan Filtrat B9 filter 0,001% 18,667c
senyawa turunan berupa alkaloid, tannin Filtrat B9 filter 0,01% 20,333b
dan terpenoid. Filtrat B9 filter 0,1% 23,000a
Keterangan : Angka yang diikuti notasi
huruf yang sama pada tabel yang sama tidak
Pengaruh Metode Sterilisasi dan berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5 %.
Konsentrasi Filtrat Bakteri Endofit
terhadap Xanthomonas albilineans
Secara In Vitro 3 Hsi (mm)
Data pada Tabel 6 menunjukkan
Hasil pengujian 3 isolat bakteri diameter zona hambat tertinggi pada
endofit terhadap X. albilineans kombinasi perlakuan filtrat B2 dengan
menunjukkan kemampuan antibiosis metode sterilisasi membran filter
terhadap X. albilineans dengan diameter konsentrasi 0,1% pada 3 his yaitu sebesar
penghambatan yang bervariasi. Analisis 23,00 mm dan terendah terdapat pada
32
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
33
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
terdapat pada seluruh bagian tanaman, dengan merusak lipid pada membran
termasuk pada buah, tepung sari, dan akar. plasma mikroorganisme sehingga
Kegunaan flavanoid untuk tumbuhan menyebabkan isi sel keluar
diantaranya adalah untuk menarik (Pratiwi, 2008).
serangga, yang membantu proses Tanin ditandai oleh sifatnya yang
penyerbukan dan untuk menarik perhatian dapat menciutkan dan mengendapkan
binatang yang membantu penyebaran biji protein dari larutan dengan membentuk
(Sirait, 2007). Monalisa et al. (2011) juga senyawa yang tidak larut (Sirait, 2007).
menyatakan bahwa senyawa flavonoid Kadar tanin yang tinggi mungkin
dapat menggumpalkan protein, senyawa mempunyai arti pertahanan bagi
flavonoid juga bersifat lipofilik, sehingga tumbuhan, membantu mengusir hewan
dapat merusak lapisan lipid pada membran pemangsa tumbuhan. Beberapa tanin
sel bakteri. terbukti mempunyai aktivitas antioksidan,
Filtrat bakteri endofit yang menghambat pertumbuhan tumor dan
memiliki zona hambat terkecil adalah B2, menghambat enzim seperti enzim reverse
filtrat bakteri ini telah dianalisis transkriptase dan DNA topoisomerase.
mengandung senyawa kimia alkaloid, Tanin tersebar luas dalam
tannin dan terpenoid. Senyawa alkaloid tumbuhan berpembuluh, dalam
bersamaan dengan fenolik yang dihasilkan angiospermae terdapat khusus dalam
bersifat penolak kehadiran jaringan kayu. Dalam industri tanin adalah
mikroorganisme patogen tanaman dan senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang
meningkatkan daya tahan dan ketebalan mampu mengubah kulit hewan yang
sel. Reaksi ini berlangsung lama dan mentah menjadi kulit siap pakai karena
membutuhkan beberapa simbion bakteri kemampuannya menyambung silang
atau fungi di dalam jaringan. Hal ini protein. Di dalam tumbuhan letak tanin
sesuai dengan pernyataan Sirait (2007) terpisah dari protein dan enzim sitoplasma.
yang menyatakan alkaloid adalah senyawa Sebagian besar tumbuhan yang banyak
kimia tanaman hasil metabolisme bertanin dihindari oleh hewan pemakan
sekunder, yang terbentuk berdasarkan tumbuhan karena rasanya yang sepat
prinsip pembentukan campuran. Alkaloid (Rustaman et al. 2006). Secara garis besar
dapat ditemukan pada daun, kuncup muda, tanin terbagi menjadi dua golongan: tanin
akar, pada getah yang diproduksi di dapat terhidrolisis, yang terbentuk dari
tabung-tabung getah dalam epidermis dan esterifikasi gula (misalnya glukosa)
sel-sel yang langsung di bawah epidermis dengan asam fenolat sederhana yang
seperti pada korteks. Rustaman et al. merupakan tanin turunan sikimat
(2006) menyatakan bahwa alkaloid (misalnya asam galat), dan tanin tidak
merupakan senyawa organik siklik yang terhidrolisis yang kadang disebut tanin
mengadung nitrogen dengan bilangan terkondensasi yang berasal dari reaksi
oksidasi negatif yang penyebarannya polimerasi (kondensasi) antar flavanoid
terbatas pada makhluk hidup. (Heinrich et al. 2009).
Alkaloid juga merupakan golongan Pada perlakuan sterilisasi dengan
zat metabolit sekunder yang terbesar, yang metode autoclave filtrat B9, B7, dan B2
pada saat ini telah diketahui sekitar 5500 perlakuan ini tidak lebih baik dari
buah. Fenolik merupakan senyawa yang sterilisasi membran filter dikarenakan
mengandung fenol (senyawa turunan pada suhu tinggi antibiotik akan
fenol) yang secara kimiawi telah diubah mengalami pecah rantai kimia dan akan
untuk mengurangi kemampuannya dalam menurunkan efektivitas filtrat bakteri
mengiritasi kulit dan meningkatkan endofit. Beberapa senyawa bergolongan
aktivitas antibakterinya. Aktivitas protein juga akan mengalami denaturasi
antimikroba senyawa fenolik adalah pada suhu 121 0C. Hal yang sama juga
34
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
dinyatakan oleh Fennema (1996) yang misalnya (a) aktivitas enzim atau hormon
menyatakan denaturasi merupakan proses berkurang; (b) kelarutan dalam garam-
perubahan konfigurasi molekul protein garam atau asam-asam encer menurun; (c)
sehingga terjadi perubahan atau perusakan kemampuan membentuk kristal berkurang;
struktur sekunder, tersier dan kuartenernya dan (d) stabilitasnya menurun sehingga
tanpa menyebabkan kerusakan ikatan menggumpal (Damasceno et al. 2008).
peptide. Ada dua macam denaturasi, Dampak yang terjadi pada produk
pengembangan polipeptida dan pemecahan yang mengalami denaturasi dapat terjadi
protein menjadi unit yang lebih kecil tanpa perubahan seperti berkurang kelarutannya.
disertai pengembangan molekul. Lapisan molekul protein bagian dalam
Terjadinya kedua jenis denaturasi ini yang bersifat hidrofobik akan keluar,
tergantung pada keadaan molekul. Pertama sedangkan bagian yang hidrofilik akan
terjadi pada rantai polipeptida, sedangkan terlipat ke dalam. Pelipatan atau pembalik
yang kedua terjadi pada bagian-bagian akan terjadi bila larutan protein mendekati
molekul yang tergabung dalam ikatan pH isoelektris yaitu pH dimana protein
sekunder. memiliki muatan positif dan negatif yang
Selain sifat-sifat yang umum, sama, lalu protein akan menggumpal dan
kebanyakan protein alam masih mengendap (Santoso, 2008).
mempunyai satu atau lebih sifat khusus. Metode sterilisali filtrat terendah
Sifat khusus tersebut misalnya : (a) daya terdapat pada perlakuan kontrol. Hal ini
angkut oksigen; (b) mempunyai daya dikarenakan pada perlakuan ini filtrat tidak
sebagai alat pengangkut lipida; (c) disterilisasi. Pada perlakuan kontrol filtrat
mempunyai kelarutan tertentu dalam dan sel bakteri bercampur dengan partikel
garam encer atau asam encer; dan (d) asing sehingga menyebabkan filtrat tidak
mempunyai aktivitas sebagai enzim atau murni dan daya hambat menjadi paling
hormon. Protein tersebut yang dipengaruhi rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
oleh beberapa faktor seperti suhu yang Fennema (1996) yang menyatakan
panas dan dingin, sinar ultraviolet, kemurnian filtrat sangat berpengaruh pada
gelombang ultrasonik, pengocokan yang daya hambatnya terhadap bakteri dan daya
kuat, suasana asam dan basa yang ekstrim, simpan filtrat. Semakin banyak
kation logam berat, penambahan garam kontaminan dan ketidak murnian filtrat
jenuh, serta bahan kimia seperti aseton, akan menyebabkan penurunan efikasi
alkohol, dan sebagainya dapat mengalami filtrat dan perubahan molekul filtrat lebih
proses denaturasi. Denaturasi protein sederhana akibat adanya perombakan
akibat kondisi panas dapat memutuskan bahan kimia oleh mikroba tertentu.
ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik
non polar yang menopang struktur SIMPULAN
sekunder dan tersier molekul protein. Hal
ini di karenakan suhu tinggi dapat Tiga isolat yang menghasilkan zona
meningkatkan energi kinetik dan bening ≥20 mm pada pengujian in vitro
menyebabkan molekul penyusun protein adalah B9, B7, dan B2. Diameter zona
bergerak atau bergetar sangat cepat hambat tertinggi dari bakteri endofit
sehingga menyebabkan sisi hidrofobik dari tersebut adalah pada perlakuan filtrat B9
gugus samping molekul polipeptida akan dengan metode sterilisasi membran filter
terbuka. Proses denaturasi tersebut konsentrasi 0,1% pada 3 hsi yaitu sebesar
menurunkan kelarutan protein sehingga 23,00 mm.
akan terjadi koagulasi. Denaturasi dapat
mengubah sifat protein alam, dan untuk
bermacam-macam protein, perubahan ini
tidak seidentik menurut jenis proteinnya,
35
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
36
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
37
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
38
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39
39