You are on page 1of 20

Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725

Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

PENGARUH METODE STERILISASI DAN KONSENTRASI FILTRAT BAKTERI


ENDOFIT TANAMAN TEBU UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BLENDOK
(Xanthomonas albilineans (Ashby) Savulescu 1947)

Influence of Sterilization Methods and Filtrate Dosages Endophytic Bacterial of Sugarcane to


Control Leaf Scald (Xanthomonas albilineans (Ashby) Savulescu 1947)

Astri Afriani*, Hasanuddin dan Lisnawita


Program Studi Magister Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian USU. Medan 20155
*Corresponding author: astriafriani19@gmail.com

ABSTRACT

Leaf scald (Xanthomonas albilineans) is an important pathogen of sugar cane in Indonesia


and cause significant losses at several main sugarcane plantation. Some control measures, e.i.
bactericides, smeared lysol 20% or alcohol 70% on cutting knife seedling for disinfectant,
and hot water treatment at 50 minutes on 52,5ᵒC, have not given satisfactory result in
managing this leaf scald in sugarcane on the field. Biological control with filtrate of
endophyts bacterial were alternative to biocontrol agents Xanthomonas albilineans. The
objectives of this research were to determine: influence of sterilization methods and
endophytic bacterial filtrate dosages of sugarcane to control leaf scald (Xanthomonas
albilineans). This research was conducted in Pyhtopathology Laboratory at Faculty of
Agriculture University of North Sumatra from April until December 2014. This research had
done with Completely Randomized Design (CRD) with three factor: 1. type of endophytic
bacterial filtrates: filtrate of B2, B7 and B9 Sterilization methods of endophytic bacterial
filtrate: control (no sterilization), Sterilization by autoclave and Sterilization by filter
membrane, 3. Dosage of endophytic filtrate with four level: 0,1%, 0,01%, 0,001% and
0,0001%. The result showed: 10 isolate endophytic bacteria had exploration were: B1, B2,
B3, B4, B5, B6, B7, B8, B9, and B10. Three isolate had clear zone on petridish ≥ 20 mm in
vitro testing is B9, B7, and B2. The results showed that the membrane filter sterilization
method was better when compared to autoclave sterilization, namely: the highest inhibitory
zone diameter of endophytic bacteria in the treatment of B9 filtrate with a membrane filter
sterilization method 0,1% at 3 day after inoculation that was equal to 23.00 mm.
Key words : endophytic, bacterial, sterilization method, Xanthomonas albilineans, sugarcane

ABSTRAK

Penyakit blendok (Xanthomonas albilineans) pada tanaman tebu merupakan penyakit penting
yang dihadapi oleh perkebunan tebu di Indonesia. Beberapa teknik pengendalian telah
dilakukan, seperti penggunaan bakterisida, pisau untuk memotong bibit diolesi lisol 20% atau
alkohol 70% sebagai desinfektan dan perawatan air panas (hot water treatment) selama 50
menit dengan suhu 52,5ᵒC namun teknik pengendalian tersebut belum efektif untuk
mengendalikan patogen ini. Pengendalian biologi dengan filtrat bakteri endofit sebagai agens
biokontrol merupakan alternatif pengendalian Xanthomonas albilineans. Penelitian ini
bertujuan mendapatkan metode sterilisasi dan konsentrasi filtrat bakteri endofit tanaman tebu
untuk mengendalikan penyakit blendok. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan April sampai
Desember 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan

20
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

3 faktor yaitu: 1. Filtrat bakteri endofit yang terdiri atas 3 jenis filtrat yaitu: Filtrat B2, B7,
dan B9, 2. Metode sterilisasi filtrat yaitu: tanpa sterilisasi (kontrol), autoclave, dan membran
filter dan 3. Konsentrasi filtrat bakteri endofit: 0,1%, 0,01%, 0,001% dan 0,0001%. Hasil
eksplorasi kesepuluh bakteri tersebut adalah B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7, B8, B9, dan B10.
Isolat yang menghasilkan zona bening ≥20mm pada pengujian in vitro adalah B9, B7, dan
B2. Hasil penelitian menunjukkan metode sterilisasi membran filter lebih baik bila
dibandingkan dengan sterilisasi autoclave yaitu: diameter zona hambat tertinggi dari bakteri
endofit pada perlakuan filtrat B9 dengan metode sterilisasi membran filter konsentrasi 0,1%
pada 3 hsi yaitu sebesar 23,00 mm.
Kata Kunci: endofit, bakteri, metode sterilisasi, Xanthomonas albilineans, tebu.

PENDAHULUAN yang mengikuti alur pembuluh. Jalur


klorosis ini lama-lama menjadi kering.
Tebu (Saccharum officinarum L.) Penyakit blendok terlihat kira-kira 6
termasuk dalam suku Gramineae atau minggu hingga 8 minggu setelah tanam.
Poaceae yaitu jenis rumput-rumputan dan Jika daun terserang berat, seluruh daun
hanya tumbuh di daerah beriklim tropis bergaris-garis hijau dan putih
termasuk Indonesia (Indriani & Sumiarsih, (Pieretti et al. 2009).
1992). Tanaman tebu merupakan sumber Penularan penyakit terjadi melalui
gula dimana saat ini produksi gula perantaraan alat yang digunakan untuk
nasional masih lebih rendah dari memotong stek tebu yang tidak steril,
kebutuhan yang ada (Statistik Perkebunan tertiup angin dan hujan sehingga harus
Indonesia Komoditas Tebu 2013 – 2015). dilakukan pergiliran tanaman agar
Pemerintah telah mentargetkan mengurangi timbulnya penyakit
swasembada gula pada tahun 2014 untuk (Birch, 2001). Penerapan teknik-teknik
memenuhi kebutuhan gula nasional pengendalian lainnya seperti menanam
sebesar 5,7 juta ton, sementara produksi varietas tahan penyakit, solarisasi tanah
nasional tahun 2012 masih 1,85 juta ton (Widodo dan Suheri, 1995) dan
(Dirjenbun, 2011) dengan rendemen penggunaan agens hayati diantaranya
berkisar 7,1-7,9 (Yulianti, 2012). mikroorganisme antagonis seperti jamur
Penurunan produksi gula nasional tahun dan bakteri endofit (Azevedo et al. 2000,
terakhir ini salah satunya disebabkan oleh Strobel et al. 2004).
penyakit (BPPT, 2007). Bakteri endofit merupakan mikroba
Diantara penyakit penting pada yang hidup dan berkembang di dalam
tanaman tebu adalah penyakit blendok jaringan tanaman pada periode tertentu dan
yang disebabkan oleh bakteri mampu hidup dengan membentuk koloni
Xanthomonas albilineans. Penyakit ini dalam jaringan tanaman tanpa
dapat menyebabkan kerugian hasil yang membahayakan inangnya, menunjang
besar dibanyak lokasi. Di Guadeloupe, pertumbuhan dan dapat menjadi benteng
penyakit blendok menyebabkan pertahanan tanaman untuk melawan
pengurangan hasil sebesar 80-98% serta penyakit. Setiap tanaman tingkat tinggi
mempengaruhi komposisi gula dan dapat mengandung beberapa mikroba
kemurnian gula (Rott et al. 2009). Di endofit yang mampu menghasilkan
Indonesia penyakit blendok terdapat di senyawa biologi atau metabolit sekunder
Jawa dan Sumatera. Penyakit ini terdapat yang diduga sebagai akibat koevolusi atau
di semua negara penghasil tebu transfer genetik (genetic recombination)
(Semangun, 2008). dari tanaman inangnya ke dalam mikroba
Penyakit ini ditandai dengan gejala endofit (Tan & Zou, 2001).
serangan timbulnya klorosis pada daun

21
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

Interaksi diantara tanaman tebu dan Sejumlah bakteri endofit juga dapat
bakteri endofit yang sangat baik, biasanya menghasilkan antibiotik untuk dapat
lebih banyak digunakan sebagai pupuk menghambat pertumbuhan mikroba lain.
organik (Widayati et al., 2007). Pada Hasil ektraksi filtrat bakteri endofit juga
tanaman tebu misalnya, ditemukan banyak dilaporkan lebih baik
mikroba endofit antara lain efektifitasnya jika dibandingkan dengan
Gluconacetobacter diazotrophicus, pengaplikasian bakteri endofit. Filtrat
Azospirillum sp., Klebsiella sp., dan merupakan senyawa kimia yang dihasilkan
Pseudomonas sp. Khusus untuk tanaman mikroorganisme untuk dapat menghambat
tebu G. diazotrophicus sudah banyak dan meracuni pertumbuhan mikroba yang
digunakan di perkebunan tebu di Brasil di kendalikan. Berbagai metode telah
dan India. Populasi bakteri selain dilakukan untuk memperoleh filtrat murni
berfungsi menyehatkan tebu, seperti penggunaan sterilisasi membran,
G. diazotrophicus juga dapat menambat UV, gamma, dan alfa (Rosenblueth &
nitrogen dari udara. Begitu pula dengan Esperanza, 2006).
Azospirillum sp. dan Klebsiella sp. Disamping filtrat dan metode
Sedangkan Pseudomonas sp. berfungsi sterilisasi filtrat bakteri endofit juga sangat
melarutkan fosfat. Bakteri penambat penting untuk para peneliti mengentahui
nitrogen tersebut juga mampu dosis efektif penggunaan filtrat untuk
menghasilkan fitohormon Indole Acetic mengendalikan penyakit blendok pada
Acid (IAA), yang berfungsi sebagai tebu. Konsentrasi filtrat yang tepat akan
hormon pertumbuhan (Widayati, 2011). melahirkan pengendalian tepat sasaran,
Sejumlah bakteri endofit efektif dan ekonomis. Konsentrasi filtrat
diantaranya G. diazotropicus dan yang sangat pekat akan membuat
Herbaspirillum rubrisubalbicans telah pertumbuhan tanaman tidak seimbang dan
dilaporkan memiliki metabolit sekunder sistem imun tanaman terganggu
golongan tannin dan alkaloid yang dapat (de Matos, 2001). Sebaliknya konsentrasi
menolak kehadiran patogen tular tanah filtrat yang sangat sedikit akan
(Widayati, 2011). Hal yang sama juga menyebabkan patogen dapat tetap
dilaporkan oleh Widayati et al. (2007) berkembang di atas ambang ekonomi,
ditemukan mikroba endofit antara lain sehingga sangat dibutuhkan penelitian
G. diazotrophicus, Azospirillum sp., yang mengkaji kombinasi dan pengaruh
Klebsiella sp., dan Pseudomonas sp. yang filtrat bakteri endofit, metode sterilisasi
dapat menghasilkan enzim ektraseluler dan konsentrasi filtrat bakteri endofit
berupa kitinase, lipase dan protease yang untuk mengendalikan penyakit blendok
dapat mendegradasi dinding sel bakteri pada tanaman tebu.
patogen dan menghambat pertumbuhanya.
endofit yang terdiri atas tiga taraf, yaitu:
F1= Filtrat B2, F2= Filtrat B7, dan F3=
BAHAN DAN METODA Filtrat B9, Faktor 2: Metode sterilisasi
filtrat, yaitu: M1= Filtrat tidak disterilisasi,
Penelitian ini dilaksanakan di M2= Filtrat disterilisasi dengan autoclave,
Laboratorium Penyakit Tumbuhan M3= Filtrat disterilisasi dengan membran
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera filter, Faktor 3: Konsentrasi Filtrat, K1=
Utara, Medan dengan ketinggian tempat Konsentrasi 0,0001%, K2= Konsentrasi
±25 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan 0,001%, K3= Konsentrasi 0,01%,
pada bulan April sampai Desember 2014. K4=Konsentrasi 0,1%, dengan tiga
Penelitian ini menggunakan ulangan.
rancangan acak lengkap (RAL) dengan
tiga faktor, yaitu: Faktor 1: Filtrat bakteri

22
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

Pelaksanaan penelitian dan menunjukkan gejala yang sama


Isolasi bakteri X. albilineans dengan gejala awal maka bakteri tersebut
Bagian tanaman tebu dari daun, dapat diperbanyak untuk pengujian di
batang dan akar yang terserang penyakit laboratorium dan rumah kaca.
blendok bakteri X. albilineans dibersihkan
dari kotoran yang melekat di bawah air Eksplorasi dan Isolasi Bakteri Endofit
mengalir, lalu dipotong dengan ukuran 2-3 dari Tanaman Tebu
cm. Setelah itu sampel direndam dengan Bakteri endofit diperoleh dengan
etanol 70% selama 30 detik, kemudian cara mengeksplornya dari akar, batang,
direndam dengan 0,1% HgCl selama 3 daun tanaman tebu sehat varietas BZ 134
menit dan dibilas dengan air steril 2-3 asal PTPN II Sei Semayang. Sampel
kali (Gagne et al. 1987). diambil dan dimasukkan secara terpisah
Sampel digerus dengan mortal dalam kantung plastik dan dibawa ke
steril dan diberikan ± 1ml air steril, lalu laboratorium. Isolasi bakteri endofit
tambahkan 9 ml air steril sebagai dilakukan dengan menimbang 1 gr
pengenceran pertama, selanjutnya masing-masing sampel. Setelah itu
dilakukan pengenceran sampai 10⁻³. potongan sampel dibersihkan dari kotoran
Diambil 0,1 ml suspensi, kemudian plating yang melekat dengan menggunakan air
pada media NA dan diinkubasi pada suhu mengalir. Selanjutnya setiap sampel
ruang selama 24 jam. Setiap koloni dipotong dengan ukuran 2-3 cm dan
tunggal yang tumbuh diisolasi sampai direndam dengan etanol 70% selama 30
murni pada media XA untuk pencirian detik, diikuti dengan 0,1% HgCl₂ selama 3
koloni X. albilineans. menit dan dibilas dengan air steril 2-3 kali
(Gagne et al. 1987).
Bakteri X. albilineans Masing-masing sampel digerus
Karakterisasi X. albilineans yang diamati dengan mortal steril dan ± 1 ml air steril.
meliputi morfologi koloni berupa warna, Setiap sampel dilakukan pengenceran
bentuk, tepian, gram, kenaikan sampai 10⁻³. Diambil 0,1 ml suspensi dari
permukaan, dan kepekatan warna koloni pengenceran 10⁻³, kemudian diplating
(Cappucino & Sherman 2005). pada media NA dan King’s B, selanjutnya
Pengamatan dilakukan setelah 24 jam biakan diinkubasi pada suhu ruang selama
waktu inkubasi. Karakterisasi dilakukan 24 jam (Hung dan Annapurna, 2004).
berdasarkan buku identifikasi Bergey’s Setiap koloni tunggal yang tumbuh
Manual of Determinative Bacteriology direisolasi dan dibuat biakan murni
(Holt et al. 1994). (Schaad et al. 2001).

Postulat Koch’s Uji Hipersensitif


Uji Postulat Koch’s dilakukan Uji ini dilakukan untuk
dengan mengencerkan isolat murni bakteri menentukan apakah isolat yang digunakan
X. albilineans berumur 2x24 jam tergolong patogenik atau non patogenik
menggunakan air steril hingga kerapatan terhadap tumbuhan. Uji dilakukan pada
106 cfu/ml, kemudian diinokulasikan pada tanaman tembakau asal Balai BPTD
tanaman tebu sehat varietas BZ134 Sampali. Tanaman dari pot tray
berumur 1-2 bulan setelah tanam dengan dipindahkan dalam pot plastik yang telah
menggunakan gunting. Gunting dicelup berisi tanah dan disiram setiap hari, setelah
pada suspensi bakteri kemudian gunting tanaman tembakau berumur 1 minggu
digunakan untuk menggunting daun dilakukan pengujian. Pengujian dilakukan
tanaman (±0,5-2cm). Pengamatan dengan cara gunting dicelup pada suspensi
dilakukan 1-4 minggu setelah inokulasi, bakteri endofit (10⁶cfu/ml) kemudian
apabila tanaman tebu mengalami infeksi gunting digunakan untuk menggunting

23
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

daun tembakau muda (±0.5-2 cm). aquades hingga larut kemudian larutan
Perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Setelah tersebut ditambahkan dengan HgCl2
itu dibungkus dengan plastik transparan hingga larut). Adanya endapan putih
dan diinkubasi pada suhu 24-260C. menandakan adanya alkaloid.
Pengamatan dilakukan setiap hari, isolat Uji saponin
yang patogenik akan menunjukkan gejala Uji saponin dilakukan dengan cara,
nekrotik pada daun yang digunting sebanyak 2 ml sampel dimasukkan ke
(Lelliot dan Stead, 1987). dalam tabung reaksi dan ditambahkan
dengan aquades. Campuran tersebut
Produksi metabolit bakteri endofit kemudian dikocok dengan kuat selama
Isolat bakteri endofit yang telah 10 menit. Terbentuknya busa atau buih
murni, ditumbuhkan dalam medium menandakan adanya saponin.
Nutrient Broth. Proses fermentasi bakteri Uji flavonoid
endofit menggunakan medium Mueller- Sampel sebanyak 1 ml
Hinton Broth (MHB). Media MHB ditambahkan dengan 1 gram bubuk Mg
biasa digunakan untuk mengetahui daya dan beberapa tetes HCl pekat.
antibakteri dengan kandungan pepton (6 Timbulnya warna kuning menunjukkan
g), kasein (17,5 g), pati (1,5 g) dalam 1 adanya senyawa flavonoid.
liter air. Isolat yang diambil sebelumnya Uji tanin
dipindahkan ke dalam 5 ml medium Uji tanin dilakukan dengan
MHB. Kemudian dihomogenkan memasukkan sebanyak 1 ml sampel ke
menggunakan tube stirrer hingga dalam tabung reaksi. Sampel kemudian
mencapai kekeruhan 0,5 Mc Farland ditambahkan dengan FeCl2 5%. Adanya
(1,5x10⁸cfu/ml). Suspensi koloni bakteri perubahan warna menunjukkan adanya
tersebut kemudian diambil sebanyak 1 ml senyawa tanin (fenolik).
dan dipindahkan ke dalam tabung Uji terpenoid
Eppendorf yang telah berisi 9 ml medium Uji terpenoid dan steroid
MHB. Eppendorf yang telah berisi dilakukan dengan cara, sebanyak 1 ml
suspensi bakteri kemudian diinkubasi sampel ditambahkan dengan 1 ml
selama 2x24 jam pada suhu 300C dan CH3COOH glasial dan 1 ml H2SO4 pekat.
kecepatan 130 rpm. Setelah 2x24 jam, Timbulnya warna merah menunjukkan
medium yang telah berisi suspensi adanya terpenoid sedangkan warna biru
bakteri kemudian disentrifugasi dengan atau ungu menunjukkan adanya steroid.
kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit.
Supernatan yang terbentuk diambil Karakterisasi Bakteri Endofit
dengan menggunakan mikro pipet steril Bakteri endofit yang didapat
dan dimasukkan ke dalam vial steril. dikarakterisasi dengan melihat ciri
Supernatan tersebut yang akan digunakan makroskopis dan mikroskopis meliputi uji
sebagai uji aktivitas antibiotik morfologi (Gambar1), fisiologi dengan
(Utami et al. 2008). panduan buku Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology
(Holt et al. 1994).
Uji kandungan senyawa metabolit
sekunder
Uji alkaloid
Sampel sebanyak 1 ml
ditambahkan dengan 5 tetes kloroform
dan beberapa tetes Pereaksi Mayer
(Pembuatan Pereaksi Mayer yaitu dengan
satu gram KI dilarutkan dalam 20 ml

24
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

telah disterilkan dengan autoclave. Hasil


tersebut adalah suspensi antibiotik yang
telah steril digunakan untuk melakukan
ekstraksi crude antibiotik
(Abimbola, 2014).
c. Tanpa sterilisasi
Supernatan C dimasukkan ke
erlenmeyer kemudian ditutup dengan
kapas steril dan aluminium foil, tanpa
disterilisasi (kontrol). Hasil tersebut adalah
suspensi antibiotik yang digunakan untuk
melakukan ekstraksi crude antibiotik.

Ekstraksi Crude Antibiotik


Gambar 1. Morfologi koloni bakteri Suspensi antibiotik diekstraksi
Sumber:http://www.sciencebuddies.org dengan pelarut Chloroform dengan
/science-fair-projects/project perbandingan 1:1 (v/v). Campuran pelarut
dan suspensi antibiotik dihomogenkan
Seleksi Bakteri Endofit Penghasil sebelum dimasukkan ke dalam corong
Crude Antibiotik pemisah, kemudian didinginkan kedalam
Satu koloni biakan bakteri pada lemari pendingin selama 4 jam pada suhu
media NA yang berumur 48 jam diambil 9-10 ᵒC untuk optimalisasi pengikatan
dengan menggunakan ose dan pelarut terhadap suspensi antibiotik
mengkulturkannya pada 100 ml media NB (Tawiah et al. 2012). Campuran pelarut
dan diinkubasi selama 48 jam di atas dan suspensi antibiotik di tampung dalam
shaker dengan kecepatan 130 rpm beaker glass (yang telah ditimbang
(Sunarmi, 2010). Selanjutnya biakan beratnya) dan diuapkan sampai kering
disaring dengan kertas Whatman 041 hingga diperoleh endapan (crude
untuk mendapatkan suspensi antibiotik. antibiotik) yang perlu diketahui beratnya
Suspensi antibiotik disentrifugasi dengan dengan cara menimbang kembali berat
kecepatan 3800 rpm selama 20 menit. beaker glass untuk mengetahui berat
Supernatan dibagi menjadi tiga bagian (A, antibiotik yang diperoleh. Endapan crude
B dan C) dan diambil untuk sterilisasi antibiotik yang didapatkan diencerkan
dengan cara yaitu sterilisasi autoclave, dengan alkohol 96 % dan simpan botol
membran filter dan kontrol (tanpa universal sebagai cairan stok
disterilisasi) (Pavitra et al. 2012). (Abimbola, 2014).
a. Sterilisasi Autocalve Berat crude antibiotik = berat kotor beaker
Supernatan A dimasukkan ke glass – berat bersih beaker glass.
erlenmeyer kemudian ditutup dengan
kapas steril dan aluminium foil, Pengujian Antagonis Crude Antibiotik
disterilkan dalam autoclave dengan suhu Bakteri Endofit dengan X. albilineans
121oC selama 15 menit. Hasil tersebut di Laboratorium
adalah suspensi antibiotik yang digunakan Pengujian dilakukan antara
untuk melakukan ekstraksi crude X. albilineans dengan antibiotik bakteri
antibiotik. endofit yang didapat dalam satu cawan
b. Sterilisasi Membran Filter petri yang berdiameter 9 cm. Uji
Supernatan B disterilisasi dengan antagonisme dilakukan dengan cara
membran filter ukuran pori 0,45µm dan mengkulturkan X. albilineans ke dalam
0,22µm sehingga mikroba tertahan dalam media NA dalam suhu ruang, kemudian
pada filter tersebut. Filter ini sebelumnya dituang pada satu cawan petri. Uji

25
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

aktivitas antibakteri terhadap bakteri morfologi (Gambar 1) dan fisiologi


patogen dilakukan dengan metode uji dengan panduan buku Bergey’s Manual of
Kirby-Bauer menggunakan kertas Determinative Bacteriology
cakram. Kertas cakram dibuat dari kertas (Holt et al., 1994).
saring Whatman 041 dengan cara
memotongnya dengan alat pelubang Zona Hambat
kertas sehingga didapatkan kertas cakram Pengamatan dilakukan dengan
dengan diameter 6 mm mengukur zona bening yang dihasilkan
(Cappucino dan Sherman, 1996). bakteri endofit terhadap X. albilineans.
Secara aseptik, kertas cakram yang Setelah masa inkubasi diameter zona
sudah disterilkan direndam di dalam bening di sekitar cakram diukur dengan
supernatan kultur bakteri endofit selama menggunakan kertas millimeter. Aktifitas
30 menit. Kertas cakram diambil dengan antibiosis bakteri endofit dapat dilihat
menggunakan pinset steril, kemudian dengan adanya zona bening di sekitar
didiamkan hingga kering sebelum cakram. Zona hambat yang terbentuk di
diletakkan pada permukaan media Na sekitar cakram diukur diameter vertikal
yang telah berisi mikroba uji. Selanjutnya dan diameter horizontal dengan satuan
diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu milimeter (mm). Zona hambat dihitung
37ᵒC. Setelah masa inkubasi selesai, dengan rumus sebagai berikut:
dilakukan pengamatan terhadap zona
bening yang terbentuk dan diukur Zona hambat = A – B
diameternya. Sampel yang mempunyai
potensi menghasilkan zat antimikroba Keterangan :
ditunjukkan dengan adanya zona bening. A= Diameter zona bening yang terbentuk
Pertumbuhan bakteri diamati setiap hari (mm)
setelah inokulasi (hsi) selama 3 hari B= Diameter kertas cakram (mm)
(Noverita et al. 2009). (Rante et al. 2013).
Zona hambat adalah daerah
yang terbentuk karena adanya
kemampuan bakteri dalam menghambat HASIL DAN PEMBAHASAN
pertumbuhan bakteri patogen maupun uji
antibiotik. Adapun penghitungan zona Bakteri X. albilineans
hambat yang digunakan menurut Davis Hasil isolasi dan identifikasi
Stout (1971) dalam Hardiningtyas bakteri dari daun, batang dan akar tanaman
(2009), yaitu sebagai berikut: tebu yang bergejala diduga terinfeksi
Tabel 1. Zona hambat menurut Davis X. albilineans dengan menggunakan buku
Stout (1971) dalam Hardiningtyas (2009) identifikasi Bergey’s Manual of
Diameter daerah Kriteria Determinative Bacteriology
hambatan (Holt et al. 1994) didapat koloni bakteri
≥20 mm potensi sangat kuat berbentuk bulat dengan warna kuning,
10-20mm potensi kuat elevasi koloni cembung (Gambar 2b)
5-9mm potensi sedang dengan margin (pinggiran) bergelombang
≤5mm Lemah dan berlendir (Gambar 2a). Hasil
pengujian gram negatif dengan bentuk sel
Peubah Amatan basil (batang) (Gambar 2c).
Karakterisasi bakteri endofit Ciri-ciri seperti yang diuraikan di
Bakteri endofit yang didapat atas merupakan ciri-ciri untuk bakteri
diidentifikasi dengan melihat ciri X. albilineans. Hal ini diperkuat dengan
makroskopis dan mikroskopis meliputi uji pendapat Ou (1985) yang menyatakan
bahwa Xanthomonas adalah bakteri yang

26
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

berbentuk batang dengan kedua ujung yang mengikuti alur pembuluh. Jalur
membulat, berukuran pendek, dengan klorosis ini lama-lama menjadi kering
panjang berkisar antara 0,7-2,0 µm dan (Gambar 3a). Penyakit vaskular bakteri
lebar antara 0,4-0,7 µm, memiliki satu terlihat kira-kira 6 minggu hingga 8
flagel, tanpa spora. Ciri khas genus minggu setelah tanam. Jika daun terserang
Xanthomonas adalah koloninya berlendir, berat, seluruh daun bergaris-garis hijau
dan menghasilkan pigmen berwarna dan putih (Gambar 3b). Jika batang
kuning yang merupakan pigmen tanaman dibelah, tampak berkas-berkas
xanthomonadin dengan bentuk koloni pembuluh terdapat blendok yang berwarna
pada medium biakan adalah bulat, kuning sampai merah tua (Gambar 3c)
cembung dan berdiameter 1-3 mm. (Semangun, 2008).
a b
a b

c d

Gambar 3. (a) serangan X. albilineans


pada daun tebu muda membentuk nekrotik
dari ujung, tepi menuju pangkal daun, (b)
gejala klorosis pada daun tua yang
berbentuk seperti stip pensil memanjang
mengikuti tulang daun dan (c) serangan
Gambar 2. (a) X. albilineans berwarna X. albilineans pada pangkal batang
kuning kotor pada medium XA, (b) membentuk noda merah memanjang
pengamatan morfologi koloni X.
albilineans dibawah mikroskop stereo Eksplorasi dan isolasi bakteri endofit
perbesaran 40 x, (c) pengamatan bentuk dari tanaman tebu
sel dan warna sel serta pewarnaan KOH Dari hasil eksplorasi bakteri
3% dengan mikroskop kompaund endofit dari tanaman tebu diperoleh 10
perbesaran 1000x dan (d) uji pendar fluor isolat bakteri endofit yaitu 4 isolat berasal
dibawah lampu UV. dari daun tanaman tebu dengan kode isolat
B1, B2, B3, dan B4, 3 isolat berasal dari
Postulat Koch’s batang tanaman tebu dengan kode B5, B6,
Dari hasil pengamatan yang dan B7 dan 3 isolat berasal dari akar
dilakukan 1-4 minggu setelah inokulasi tanaman tebu dengan kode isolat B8, B9
tanaman tebu mengalami infeksi dan dan B10 (Gambar 4).
menunjukkan gejala yang sama dengan
gejala awal (Gambar 7a) yaitu terdapat
klorosis pada daun yang mengikuti alur
pembuluh dan lama kelamaan jalur
klorosis ini menjadi kering.
Pieretti et al. (2009) menyatakan penyakit
X. albilineans ini ditandai dengan gejala
serangan timbulnya klorosis pada daun

27
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

4.5
4
I 3.5
s 3
o 2.5 Akar

l 2 Batang

a 1.5 Daun

t 1
0.5
0
Daun Batang Akar

Gambar 4. Jumlah bakteri endofit


terisolasi dari daun, batang dan akar
tanaman tebu.

Uji hipersensitif
Hasil uji hipersensitif kesepuluh
isolat bakteri endofit yang dilakukan pada
tanaman tembakau diperoleh hasil yaitu
respon hipersensitif menunjukkan tidak
terdapat gejala penyakit pada tanaman
tembakau (tanaman sehat). Jaringan daun
tembakau yang telah diinokulasi dengan
Gambar 5. Uji hipersensitif pada daun
suspensi bakteri tetap terlihat sehat dan
tembakau setelah inkubasi 7 hari B1- B10
tidak menunjukkan adanya nekrotik pada
tanaman tembakau setelah diinkubasi 7
Karakterisasi Bakteri Endofit
hari (Gambar 5 ). Berdasarkan uji tersebut,
Selanjutnya ke-10 isolat bakteri
diketahui bahwa, bakteri yang berhasil
endofit tersebut diidentifikasi hasil
diisolasi dari akar, batang dan daun
selengkapnya adalah sebagai berikut:
tanaman tebu tidak menimbulkan nekrotik
pada daun tanaman tembakau (bersifat non
patogenik).

28
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

Tabel 2. Karakteristik bentuk morfologi koloni dan fisiologi bakteri endofit


Kode Ciri koloni
Isolat
Bentuk Warna Elevasi Margin Gram Bentuk
B1 Tidak beraturan Putih Raised Bergelombang - Basil/streptobacil
B2 Bulat Putih Raised Entire - Basil/monobacil
B3 Bulat Putih Raised Entire - Basil/monobacil
B4 Bulat Putih Raised Entire - Basil/monobacil
B5 Bulat Kuning Raised Entire - Basil/monobacil
B6 Bulat Putih Raised Entire - Basil/monobacil
B7 Bulat Putih Raised Entire - Bacil/monobacil
B8 Bulat Putih Raised Entire - Basil/monobacil
B9 Bulat Putih Raised Entire - Basil/monobacil
B10 Tidak beraturan Putih rata Bergelombang - Basil/monobacil
Dari hasil penelitian yang negatif terdiri dari kandungan lipida yang
diperoleh bentuk umum mikroba terdiri tinggi dibandingkan gram positif.
dari satu sel (uniselluler), bentuk lain Bakteri endofit mencegah
berupa koloni yaitu gabungan dua sel perkembangan penyakit karena
atau lebih di dalam satu ruang. Bentuk ini memproduksi siderofor (Kloepper et al.
merupakan ciri khas bagi suatu spesies 1980), menghasilkan senyawa metabolit
tertentu. Variasi bentuk pada sel bakteri yang bersifat racun bagi patogen
adalah bulat (kokus), batang/ bulat (Schnider-Keel et al. 2000), atau
memanjang (basil) dan lengkung. Variasi terjadinya kompetisi ruang dan nutrisi
bentuk yang kerap terjadi baik secara (Kloepper et al. 1999). Bakteri endofit
tetap ataupun sebagai bentuk kelainan juga memiliki kemampuan untuk
karena pengaruh lingkungan. Bentuk mereduksi produksi toksin yang
bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur dihasilkan oleh patogen sehingga tidak
dan syarat pertumbuhan tertentu. Bahkan patogenik terhadap tanaman atau
akibat pengaruh lingkungan yang tidak menginduksi ketahanan tanaman terhadap
menguntungkan, faktor makanan, dan serangan patogen (M'Piga et al. 1997).
suhu, bakteri dapat mengalami bentuk Sturz et al. (2000) menyatakan bahwa ada
involusi yaitu bentuk sementara yang bakteri endofit yang memiliki potensi
terjadi karena lingkungan yang mengurangi efek penyakit yang polisiklik
menguntungkan (Ilyas 2001). dengan cara memperlambat laju
Menurut Lay (1994), pewarnaan perkembangan penyakit.
gram berguna untuk membedakan gram Bakteri endofit mempunyai
positif dan gram negatif. Perbedaan hasil prospek yang baik sebagai agensia hayati,
pewarnaan disebabkan oleh adanya baik untuk serangga hama maupun untuk
perbedaan struktur kedua kelompok patogen penyebab penyakit tanaman
bakteri tersebut sehingga menyebabkan karena mereka tidak harus bersaing dalam
perbedaan reaksi dalam permeabilitas zat ekosistem yang baru dan kompleks.
warna dan penambahan larutan pemucat. Kelebihan lainnya, terkadang endofit juga
Sebagian besar dinding sel bakteri gram mampu sebagai perangsang tumbuh,

29
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

pemicu inang untuk memproduksi tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan
fitoaleksin, bertahan dalam kondisi stres. 5 %.
Perkembangan penyakit dapat dihambat
oleh endofit karena adanya siderofor atau Hasil penelitian menunjukkan
senyawa metabolit yang beracun bagi suspensi bakteri endofit yang memiliki
patogen, atau terjadinya kompetisi ruang zona hambat terbesar terdapat pada
dan nutrisi, mereduksi produksi toksin suspensi bakteri endofit B9. Hal ini
yang dihasilkan oleh patogen sehingga dikarenakan kemampuan bakteri ini
tidak patogenik terhadap tanaman atau menghasilkan metabolit sekunder berupa
menginduksi ketahanan tanaman terhadap HCN (Gambar 7) yang merupakan
serangan patogen. Pengendalian patogen senyawa metabolit sekunder yang bersifat
oleh bakteri endofit dapat melalui bakterisidal dan bakteri statis. Senyawa
anticendawan atau antibakteri, siderofor, tersebut berkorelasi dengan aktifitas
kompetisi terhadap nutrisi, menginduksi antagonis secara in vitro. HCN yang
ketahanan tanaman secara sistemis atau dihasilkan golongan Pseudomonas sp telah
meningkatkan ketersediaan hara tanaman dilaporkan oleh (Widodo, 1993) dapat
(Sturz et al. 2000; Sessitsch et al. 2004). mengendalikan Phytium ultimum pada
tanaman bit gula dan akar gada pada caisin
Uji Aktifitas Antagonisme Bakteri (Wiyono, 2003).
Endofit terhadap X. albilineans di
Laboratorium

Hasil pengujian menunjukkan 10


isolat bakteri endofit yang diuji yaitu:
B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7, B8, B9, dan B5
B10 diperoleh 3 isolat bakteri endofit
B7
yang mampu menghambat X. albilineans
dengan diameter zona bening ≥20mm B10
(skala paling baik) (Tabel 4). Ketiga B2
isolat itu adalah B2 yaitu dengan
B8
diameter zona bening sebesar 20,1560
mm, B7 sebesar 21,5133 mm B9 sebesar
23,5633 mm (Gambar 6).
Tabel 4. Uji Aktifitas Antagonisme
Bakteri Endofit terhadap X. albilineans di
Laboratorium B4
Jenis bakteri Diameter zona
bening (mm) B6
B1 10,2267g
B2 20,1560c B3
B3 9,560h B9
B4 10,550g
B5 9,2600h
B6 11,5576f B1
B7 21,5133b
B8 12,9300e
B9 23,5633a Gambar 6. Uji aktifitas antagonisme
B10 13,9333d bakteri endofit terhadap X. albilineans di
Keterangan : Angka yang diikuti notasi laboratorium
huruf yang sama pada tabel yang sama

30
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

Suspensi bakteri endofit terbaik Bakteri yang memiliki diameter


selanjutnya terdapat pada perlakuan bakteri zona bening lebih kecil dari 20 mm tidak
endofit B7. Hal ini dikarenakan bakteri ini diikut sertakan untuk tahap penelitian
memiliki metabolit sekunder berupa enzim selanjutnya guna mendapatkan bakteri
proteolitik (Gambar 7). Enzim ini akan yang memiliki potensi tertinggi
melisiskan dinding sel bakteri yang mengendalikan X. albilineans pada
mengandung susunan protein kompleks dan tanaman tebu. Ketiga bakteri yang
sederhana. Hal yang sama juga dinyatakan memiliki potensi tertinggi kemudian akan
oleh Siddiqui & Shaukat (2003) bahwa dipersiapkan untuk di ekstraksi filtratnya.
filtrat bakteri endofit Alcaligenes feacalis
menghasilkan enzim protease yang dapat Isolasi filtrat dan pengujian sifat kimia
mendegradasi sel patogen tanah yang filtrat
mengandung protein. Protease akan Ketiga bakteri endofit (B9, B7, dan
merombak protein menjadi senyawa asam B2) yang telah ditapis dengan uji aktifitas
organik dan senyawa yang lebih sederhana. antagonismenya (zona bening yang
dihasilkan bakteri endofit ≥ 20mm) di
a b laboratorium kemudian dimasukkan ke
dalam medium kultur filtrat. Filtrat yang
telah diperoleh kemudian dipurifikasi dan
diformulasikan dalam bentuk kristal
(Crude) (Gambar 8).

a b c

Gambar 7. (a) pengujian bakteri endofit


B9 menghasikan senyawa HCN sehingga
kertas saring berwarna jingga dan (b)
bakteri endofit B7 menghasilkan senyawa
proteolotik sehingga menjernihkan
medium Skim Milk Agar.

Suspensi bakteri endofit terbaik


ketiga terdapat pada isolat B2, bakteri ini
menghasilkan antibiotik β-laktamase dan
Ofloxacin yang aktif melawan sebagian
besar bakteri gram positif dan gram
negatif aerob. Antibiotik ini berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara memperlama pertumbuhan Gambar 8. Ekstraksi filtrat bakteri endofit
bakteri dan melepaskan molekul racun dan pembuatan crude filtrat bakteri endofit
disekeliling kapsul bakteri. Hal yang sama (a) B9, (b). B7 dan (c). B2
juga dinyatakan oleh Dexa Medica (2009)
yang menyatakan Agrobacterium Filtrat kemudian diuji kandungan
radiobacter menghasilkan senyawa kimianya dengan metode hidrolisis bahan
antibiotik golongan β-laktamase dan kimia dan pemisahan senyawa aktif. Hasil
Ofloxacin yang aktif melawan sebagian pemeriksaan antara lain:
besar bakteri gram positif dan gram
negatif aerob.

31
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

Tabel 5. Uji kandungan kimia dengan sidik ragam menunjukkan bahwa nilai
metode hidrolisis bahan kimia zona hambat bakteri endofit berpengaruh
dan pemisahan senyawa nyata terhadap X. albilineans. Hal ini
Uji B2 B7 B9 dapat dilihat pada Tabel 6.
Alkaloid + - + Tabel 6. Pengaruh metode sterilisasi dan
Saponin - + - konsentrasi filtrat bakteri endofit terhadap
Flavonoid - + - X. albilineans secara In Vitro 3 Hsa (mm)
Tannin - + + Perlakuan Luas zona hambat (mm)
Terpenoid + + + Filtrat B2 kontrol konsentrasi 0,0001% 5,000u
Filtrat B2 kontrol konsentrasi 0,001% 7,333t
Filtrat B2 kontrol konsentrasi 0,01% 8,333s
Hasil pengujian crude filtrat Filtrat B2 kontrol konsentrasi 0,1% 9,000rs
bakteri endofit B2 menghasilkan senyawa Filtrat B2 autoclacve konsentrasi 0,0001% 9,333qr
alkaloid dan terpenoid, B7 mengandung Filtrat B2 autoclacve konsentrasi 0,001% 9,667pqr
senyawa saponin, flavonoid, tannin dan Filtrat B2 autoclacve konsentrasi 0,01% 10,000opq
Filtrat B2 autoclacve konsentrasi 0,1% 11,000n
terpenoid dan B9 mengandung senyawa Filtrat B2 filter konsentrasi 0,0001% 10,667no
alkaloid, tannin dan terpenoid. Filtrat B2 filter konsentrasi 0,001% 11,000n
Berdasarkan hasil dari penelitian diduga Filtrat B2 filter konsentrasi 0,01% 10,667no
bahwa bakteri endofit B2 termasuk ke Filtrat B2 filter konsentrasi 0,1% 10,667no
dalam genus Agrobacterium spp, bakteri Filtrat B7 kontrol konsentrasi 0,0001% 10,000opq
Filtrat B7 kontrol konsentrasi 0,001% 10,333nop
endofit B7 termasuk ke dalam genus Filtrat B7 kontrol konsentrasi 0,01% 11,333mn
Alcaligenes spp, dan bakteri endofit B9 Filtrat B7 kontrol konsentrasi 0,1% 12,000m
termasuk ke dalam genus Pseudomonas Filtrat B7 autoclave konsentrasi 0,0001% 12,000m
sp. Hal ini sesuai dengan pernyataan Filtrat B7 autoclave konsentrasi 0,001% 12,333lm
Dexa Medica (2009) yang menyatakan Filtrat B7 autoclave konsentrasi 0,01% 12,333lm
Filtrat B7 autoclave konsentrasi 0,1% 12,667klm
Agrobacterium spp. menghasilkan Filtrat B7 filter konsentrasi 0,0001% 12,667klm
alkaloid dan terpenoid yang berfungsi Filtrat B7 filter konsentrasi 0,001% 13,000jkl
untuk menghambat penyebaran patogen Filtrat B7 filter konsentrasi 0,01% 13,333ijk
tular tanah dan berfungsi sebagai penolak Filtrat B7 filter konsentrasi 0,1% 13,667hij
pertumbuhan pada sebagian bakteri gram Filtrat B9 kontrol 0,0001% 13,000jkl
Filtrat B9 kontrol 0,001% 13,333ijk
negatif dan perusak jaringan tubuh, Filtrat B9 kontrol 0,01% 13,333ijk
bakteri Alcaligenes spp. menghasilkan Filtrat B9 kontrol 0,1% 13,667hij
metabolit sekunder golongan tannin dan Filtrat B9 autoclave 0,0001% 14,333gh
terpenoid yang dapat meningkatkan Filtrat B9 autoclave 0,001% 15,000fg
induksi dan ketahanan sel terhadap Filtrat B9 autoclave 0,01% 15,667ef
Filtrat B9 autoclave 0,1% 16,000e
penetrasi berbagai patogen tular tanah Filtrat B9 filter 0,0001% 17,333d
dan Pseudomonas sp. menghasilkan Filtrat B9 filter 0,001% 18,667c
senyawa turunan berupa alkaloid, tannin Filtrat B9 filter 0,01% 20,333b
dan terpenoid. Filtrat B9 filter 0,1% 23,000a
Keterangan : Angka yang diikuti notasi
huruf yang sama pada tabel yang sama tidak
Pengaruh Metode Sterilisasi dan berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5 %.
Konsentrasi Filtrat Bakteri Endofit
terhadap Xanthomonas albilineans
Secara In Vitro 3 Hsi (mm)
Data pada Tabel 6 menunjukkan
Hasil pengujian 3 isolat bakteri diameter zona hambat tertinggi pada
endofit terhadap X. albilineans kombinasi perlakuan filtrat B2 dengan
menunjukkan kemampuan antibiosis metode sterilisasi membran filter
terhadap X. albilineans dengan diameter konsentrasi 0,1% pada 3 his yaitu sebesar
penghambatan yang bervariasi. Analisis 23,00 mm dan terendah terdapat pada

32
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

perlakuan tidak disterilisasi (kontrol) (Robinson, 1995). Senyawa saponin dapat


konsentrasi 0,0001% dengan zona hambat bersifat antibakteri dengan merusak
sebesar 5,00 mm. Hal ini dikarenakan membran sel. Rusaknya membran
metode sterilisasi filtrat dengan menyebabkan substansi penting keluar sel
menggunakan membran filter, partikel dan juga dapat mencegah masuknya
benda asing dan sel bakteri akan tersaring bahan-bahan penting ke dalam sel. Jika
secara sempurna pada pori-pori filter, fungsi membran sel dirusak maka akan
sehingga dihasilkan metabolit sekunder mengakibatkan kematian sel (Monalisa et
yang murni dan tanpa kontaminan. Hal ini al. 2011). Oesman et al. (2010)
sesuai dengan Dhadhang & Teuku (2012) menyatakan bahwa saponin adalah
yang menyatakan prinsip teknik filtrasi senyawa polar yang keberadaanya dalam
membran ini adalah dengan menyaring tumbuhan dapat diekstraksi dengan pelarut
cairan sampel melewati saringan yang semi polar dan polar.
sangat tipis dan yang terbuat dari bahan Steroid adalah senyawa organik
sejenis selulosa. Membran ini memiliki lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat
pori-pori berukuran mikroskopis dengan dihasilkan dari reaksi penurunan dari
diameter lebih kecil daripada ukuran sel terpena atau skualena (steroid).
mikroba pada umumnya. Monalisa et al. (2011) menyatakan dalam
Metode sterilisasi fitrat B2 dengan penelitiannya bahwa senyawa steroid yang
membran filter konsentrasi 0,1% terkandung dalam ekstrak daun tapak
merupakan konsentrasi terbaik dalam liman merupakan senyawa antibakteri
penelitian ini. Hal ini sangat bergantung terhadap Staphylococcus aureus dan
pada konsentrasi minimum daya hambat Salmonella typhi dengan konsentrasi
filtrat terhadap X. albilineans. Pada ekstrak daun tapak liman 20%.
perlakuan ini konsentrasi daya hambat Mekanisme kerja antibakteri senyawa
minimum (MIC) terdapat pada konsentrasi steroid yaitu dengan cara merusak
0,0001% dan konsentrasi daya hambat membran sel bakteri.
tertinggi terdapat pada konsentrasi filtrat Triterpenoid adalah senyawa yang
0,1%. Semakin menuju optimum mempunyai struktur siklik yang relatif
konsentrasi filtrat akan berkorelasi positif kompleks, kebanyakan merupakan suatu
terhadap MIC bakteri patogen. Hal ini alkohol, aldehid atau asam karboksilat.
sesuai dengan pernyataan Jawetz et al. Senyawa tersebut tidak berwarna,
(1996) konsentrasi minimun kristalin, sering mempunyai titik lebur
penghambatan atau lebih dikenal dengan tinggi, Triterpen dapat ditemukan pada
MIC (Minimum Inhibitory Concentration) resin, kulit kayu, dan dalam lateks
adalah konsentrasi terendah dari (Sirait, 2007). Menurut Heinrich et al.
antibiotika atau antimikrobial yang dapat (2009), triterpen juga merupakan
menghambat pertumbuhan mikroba komponen resin dan eksudat resin dari
tertentu. tanaman yang diproduksi jika tanaman
Pada perlakuan filtrat B7 dengan menjadi rusak sebagai perlindungan fisik
metode sterilisasi membran filter terhadap serangan fungi dan bakteri.
konsentrasi 0,1% sebesar 13,66 mm dan Selain itu, banyak komponen terpenoid
pada konsentrasi 0,0001% sebesar 12,66 resin ini memiliki aktivitas antimikroba
mm. Hal ini karena B7 merupakan bakteri yang tinggi, baik membunuh mikroba
yang dapat menghasilkan saponin, yang berpotensi menyerang maupun
flavonoid, tannin dan terpenoid yang dapat memperlambat pertumbuhannya hingga
merusak sistem biokimia dan metabolisme tanaman dapat memperbaiki
bakteri patogen. Saponin adalah glikosida kerusakannya.
triterpenoid dan sterol. Beberapa saponin Flavanoid umumnya terdapat pada
juga bekerja sebagai antimikroba tumbuhan sebagai glikosida. flavanoid

33
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

terdapat pada seluruh bagian tanaman, dengan merusak lipid pada membran
termasuk pada buah, tepung sari, dan akar. plasma mikroorganisme sehingga
Kegunaan flavanoid untuk tumbuhan menyebabkan isi sel keluar
diantaranya adalah untuk menarik (Pratiwi, 2008).
serangga, yang membantu proses Tanin ditandai oleh sifatnya yang
penyerbukan dan untuk menarik perhatian dapat menciutkan dan mengendapkan
binatang yang membantu penyebaran biji protein dari larutan dengan membentuk
(Sirait, 2007). Monalisa et al. (2011) juga senyawa yang tidak larut (Sirait, 2007).
menyatakan bahwa senyawa flavonoid Kadar tanin yang tinggi mungkin
dapat menggumpalkan protein, senyawa mempunyai arti pertahanan bagi
flavonoid juga bersifat lipofilik, sehingga tumbuhan, membantu mengusir hewan
dapat merusak lapisan lipid pada membran pemangsa tumbuhan. Beberapa tanin
sel bakteri. terbukti mempunyai aktivitas antioksidan,
Filtrat bakteri endofit yang menghambat pertumbuhan tumor dan
memiliki zona hambat terkecil adalah B2, menghambat enzim seperti enzim reverse
filtrat bakteri ini telah dianalisis transkriptase dan DNA topoisomerase.
mengandung senyawa kimia alkaloid, Tanin tersebar luas dalam
tannin dan terpenoid. Senyawa alkaloid tumbuhan berpembuluh, dalam
bersamaan dengan fenolik yang dihasilkan angiospermae terdapat khusus dalam
bersifat penolak kehadiran jaringan kayu. Dalam industri tanin adalah
mikroorganisme patogen tanaman dan senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang
meningkatkan daya tahan dan ketebalan mampu mengubah kulit hewan yang
sel. Reaksi ini berlangsung lama dan mentah menjadi kulit siap pakai karena
membutuhkan beberapa simbion bakteri kemampuannya menyambung silang
atau fungi di dalam jaringan. Hal ini protein. Di dalam tumbuhan letak tanin
sesuai dengan pernyataan Sirait (2007) terpisah dari protein dan enzim sitoplasma.
yang menyatakan alkaloid adalah senyawa Sebagian besar tumbuhan yang banyak
kimia tanaman hasil metabolisme bertanin dihindari oleh hewan pemakan
sekunder, yang terbentuk berdasarkan tumbuhan karena rasanya yang sepat
prinsip pembentukan campuran. Alkaloid (Rustaman et al. 2006). Secara garis besar
dapat ditemukan pada daun, kuncup muda, tanin terbagi menjadi dua golongan: tanin
akar, pada getah yang diproduksi di dapat terhidrolisis, yang terbentuk dari
tabung-tabung getah dalam epidermis dan esterifikasi gula (misalnya glukosa)
sel-sel yang langsung di bawah epidermis dengan asam fenolat sederhana yang
seperti pada korteks. Rustaman et al. merupakan tanin turunan sikimat
(2006) menyatakan bahwa alkaloid (misalnya asam galat), dan tanin tidak
merupakan senyawa organik siklik yang terhidrolisis yang kadang disebut tanin
mengadung nitrogen dengan bilangan terkondensasi yang berasal dari reaksi
oksidasi negatif yang penyebarannya polimerasi (kondensasi) antar flavanoid
terbatas pada makhluk hidup. (Heinrich et al. 2009).
Alkaloid juga merupakan golongan Pada perlakuan sterilisasi dengan
zat metabolit sekunder yang terbesar, yang metode autoclave filtrat B9, B7, dan B2
pada saat ini telah diketahui sekitar 5500 perlakuan ini tidak lebih baik dari
buah. Fenolik merupakan senyawa yang sterilisasi membran filter dikarenakan
mengandung fenol (senyawa turunan pada suhu tinggi antibiotik akan
fenol) yang secara kimiawi telah diubah mengalami pecah rantai kimia dan akan
untuk mengurangi kemampuannya dalam menurunkan efektivitas filtrat bakteri
mengiritasi kulit dan meningkatkan endofit. Beberapa senyawa bergolongan
aktivitas antibakterinya. Aktivitas protein juga akan mengalami denaturasi
antimikroba senyawa fenolik adalah pada suhu 121 0C. Hal yang sama juga

34
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

dinyatakan oleh Fennema (1996) yang misalnya (a) aktivitas enzim atau hormon
menyatakan denaturasi merupakan proses berkurang; (b) kelarutan dalam garam-
perubahan konfigurasi molekul protein garam atau asam-asam encer menurun; (c)
sehingga terjadi perubahan atau perusakan kemampuan membentuk kristal berkurang;
struktur sekunder, tersier dan kuartenernya dan (d) stabilitasnya menurun sehingga
tanpa menyebabkan kerusakan ikatan menggumpal (Damasceno et al. 2008).
peptide. Ada dua macam denaturasi, Dampak yang terjadi pada produk
pengembangan polipeptida dan pemecahan yang mengalami denaturasi dapat terjadi
protein menjadi unit yang lebih kecil tanpa perubahan seperti berkurang kelarutannya.
disertai pengembangan molekul. Lapisan molekul protein bagian dalam
Terjadinya kedua jenis denaturasi ini yang bersifat hidrofobik akan keluar,
tergantung pada keadaan molekul. Pertama sedangkan bagian yang hidrofilik akan
terjadi pada rantai polipeptida, sedangkan terlipat ke dalam. Pelipatan atau pembalik
yang kedua terjadi pada bagian-bagian akan terjadi bila larutan protein mendekati
molekul yang tergabung dalam ikatan pH isoelektris yaitu pH dimana protein
sekunder. memiliki muatan positif dan negatif yang
Selain sifat-sifat yang umum, sama, lalu protein akan menggumpal dan
kebanyakan protein alam masih mengendap (Santoso, 2008).
mempunyai satu atau lebih sifat khusus. Metode sterilisali filtrat terendah
Sifat khusus tersebut misalnya : (a) daya terdapat pada perlakuan kontrol. Hal ini
angkut oksigen; (b) mempunyai daya dikarenakan pada perlakuan ini filtrat tidak
sebagai alat pengangkut lipida; (c) disterilisasi. Pada perlakuan kontrol filtrat
mempunyai kelarutan tertentu dalam dan sel bakteri bercampur dengan partikel
garam encer atau asam encer; dan (d) asing sehingga menyebabkan filtrat tidak
mempunyai aktivitas sebagai enzim atau murni dan daya hambat menjadi paling
hormon. Protein tersebut yang dipengaruhi rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
oleh beberapa faktor seperti suhu yang Fennema (1996) yang menyatakan
panas dan dingin, sinar ultraviolet, kemurnian filtrat sangat berpengaruh pada
gelombang ultrasonik, pengocokan yang daya hambatnya terhadap bakteri dan daya
kuat, suasana asam dan basa yang ekstrim, simpan filtrat. Semakin banyak
kation logam berat, penambahan garam kontaminan dan ketidak murnian filtrat
jenuh, serta bahan kimia seperti aseton, akan menyebabkan penurunan efikasi
alkohol, dan sebagainya dapat mengalami filtrat dan perubahan molekul filtrat lebih
proses denaturasi. Denaturasi protein sederhana akibat adanya perombakan
akibat kondisi panas dapat memutuskan bahan kimia oleh mikroba tertentu.
ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik
non polar yang menopang struktur SIMPULAN
sekunder dan tersier molekul protein. Hal
ini di karenakan suhu tinggi dapat Tiga isolat yang menghasilkan zona
meningkatkan energi kinetik dan bening ≥20 mm pada pengujian in vitro
menyebabkan molekul penyusun protein adalah B9, B7, dan B2. Diameter zona
bergerak atau bergetar sangat cepat hambat tertinggi dari bakteri endofit
sehingga menyebabkan sisi hidrofobik dari tersebut adalah pada perlakuan filtrat B9
gugus samping molekul polipeptida akan dengan metode sterilisasi membran filter
terbuka. Proses denaturasi tersebut konsentrasi 0,1% pada 3 hsi yaitu sebesar
menurunkan kelarutan protein sehingga 23,00 mm.
akan terjadi koagulasi. Denaturasi dapat
mengubah sifat protein alam, dan untuk
bermacam-macam protein, perubahan ini
tidak seidentik menurut jenis proteinnya,

35
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

DAFTAR PUSTAKA biochemical effect and therapeutic


potential. Indian Journal of
Abimbola, I.O. 2014. The effect of Pharmacology.33:1-8pp.
autoclaving and membrane Dirjenbun. 2011. Kebutuhan gula nasional
filtration on the antimicrobial tahun 2014. Artikel Direktorat
activities of Alchornea cordifolia Jenderal Perkebunan. Sumatera
leaf extract. J. Microbiol. 4(1):6–9. Utara. 1-34pp
Azevedo JL, Maccheroni JR, Pereira W, Duncan, WJ.1971.Statistict methode
Luiz JO, de Araújo W. 2000. .Boston: Houghton Mif Flin
Endophytic microorganisms: a Coy. 12-123 pp.
review on insect control and recent Fennema. 1996. Bioflavonoids
advances on tropical plants. classification, pharmacological,
Electronic .of Bio-technology biochemical effect and therapeutic
.3(1):40–65pp. potential. Indian Journal of
Birch RG. 2001. Xanthomonas albilineans Pharmacology.33:1-8 pp.
and The Anti Pathogenesis Gagne S., Richard C., Roussean H &
Approach to Disease Control. Antoun. 1987. Xylem- Residing
Molecular Plant Pathology .2 (1): Bacteria in Alfalfa Roots. Can J.
10-11pp. Microbial. 33 : 996-1000.
BPPT. 2007. Melihat Industri Tebu Hardiningtyas, SD. 2009. Aktivitas
Indonesia. Artikel budidaya tebu Antibakteri Ekstrak Karang Lunak
lahan kering. 1(3)1-12pp. Sarcophyton sp. yang
Cappuccino SM & Sherman N. 1996. Difragmentasi dan Tidak
Microbiology: A Laboratory Difragmentasi Di Perairan Pulau
Manual 4 th Ed. Addison- Wesley Pramuka, Kepulauan
Publishing Company. Seribu.SKRIPSI. FMIPA. IPB.
Cappuccino SM & Sherman N. 2005. Heinrich, Saizarbitoria TC, Montilla L,
Microbiology: A Laboratory Rodriguez M, Castillo A,
Manual 4 th Ed. Addison- Wesley Hasegawa M. Xymarginatin .2009.
Publishing Company.205-245pp. A new acetogenin inhibitor of
Damsceno AS, Mironova GD, Shigaeva mitochondrial electron transport
MI, Belosludtseva, Gritsenko EN, from Xylopia emarginata Mart.
Belosludtsev KN, Germanova EL. Revista Brasileira de
2008. Effect of several flavonoid- Farmacognosia.19(4)pp.
containing plant preparations on Holt JG, Krieg NR & Sneath PHA. 1994.
activity of mitovhondrial ATP- Bergey’s Manual of Determinative
dependent potassium channel. Bacteriology, 9th.edition. Williams
146(2): 195–9pp. & Wilkins. Baltimore. 230-356pp.
de Matos N. 2001. Expression of Ilyas S. 2001. Mikrobiologi Dasar. Diktat
Sugarcane Genes Induced By Kompilasi, Universitas Sumatera
InoculationWith Utara Press, Medan. p 28.
Gluconacetobacter diazotrophicus Jawetz SDX & Olivares D. 1996.
and Herbaspirillum Oxytetracycline dynamics on
rubrisubalbicans. Genet Mol Biol. peach leaves inrelation to
24:199-206 pp. temperature, sunlight, and
Dexa Medica. 2010. Bahaya Resistensi simulated rain. PlantDis., 94,
Antibiotika. Jurnal farmakologi 1213–1218pp
dan kesehatan. 2(3):7-8pp Kloepper, Wong, P.T.W., & Baker, R.
Dhadhang & Teuku. 2012. Bioflavonoids 1980. Suppression of wheat take-
classification, pharmacological, all and Ophiobolus patch by

36
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

fluorescent pseudomonads from a Jacques J., Lauber MA., Manceau


Fusarium-supressive soil. Soil , E., Mangenot S., Segurens., Szurek
Biol. Bichem. S., Arlat M & Rott P. 2009. The
Kloepper. 1999. Resistance genes in Complete Genome Seguence of
agricultural ecosystems. J. Xanthomonas albilineans Provides
microbiol. Meth.,86, 150–155pp. new Insight Into The reductive
Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di genome Evolution of the Xylem
Laboratorium. Edisi pertama, Limited Xanthomonadaceae. Bmc
Cetakan pertama. PT Raja genomic. 10 (616) : 1-5pp.
Grafindo Persada, Jakarta. Pratiwi AS. 2008. Mikrobiologi. Rajawali
Lelliott RA & Stead DE. 1987. Methodes Press Jakarta. 7-54pp.
For The Diagnosis of Bacterial Rante H., Taebe B & Intan S. 2013. Isolasi
Diseases of Plant. Oxford: Fungi Endofit Penghasil Senyawa
Blacwell scientific publications Antimikroba dari Daun Cabai
.23-56pp. Katokkon (Capsicum Annuum L
M'Piga P., Bélanger RR., Paulitz TC & Var.Chinensis) dan Profil Klt
Benhamou N. 1997. Increased Bioautografi. Majalah Farmasi dan
resistance to Fusarium oxysporum Farmakologi Vol. 17, No.2.
f. sp. radicis-lycopersici in tomato Makassar.
plants treated with the endophytic Rosenblueth M & Esperanza M-R. 2006.
bacterium Pseudomonas Bacterial Endophytes and Their
fluorescens strain 63-28, Interactions with Hosts. Mol Plant
Physiological and Molecular Plant Microbe Interact 19 : 827–837pp.
Pathology 50: 301–320. Rott P, Champoiseau P &
Monalisa, Bubakar AR, Amiruddin MD. Dougrois JH. 2009. Epiphytic
2011.Clinical aspects fluopr albus Populations of Xanthomonas
of female and treatment. albilineans and Subseguent
Departement of Sugarcane stalk Infection are
Dermatovenereology Medical Linked to Rainfall in Guadeloupe.
Faculty of Hasanuddin Plant Dis. 93: 339-346pp.
University.1(1): 20pp. Robinson.1995. Natural acetogenins from
Noverita., Dinah F & Ernawati S. 2009. annonaceae, synthesis and
Isolasi dan Uji Aktivitas mechanisms of action.
Antibakteri Jamur Endofit dari Phytochemistry., 1998;48: 1087-
daun Rimpang Zingiber ottensii. 1117pp.
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 Rott P., Champoiseau P & Dougrois JH.
No. 4: 171-176. 2009. Epiphytic Populations of
Oesman, Cushnie TP, Hamilton VE, Lamb Xanthomonas albilineans and
AJ. Assessment of the antibacterial Subseguent Sugarcane stalk
activity of selected flavonoids and Infection are Linked to Rainfall in
consideration of discrepancies Guadeloupe. Plant Dis. 93: 339-
between previous reports. 346.
Microbiological Rustaman, Arabski M, Wegierek-Ciuk A,
research.158(4):281–9pp. Czerwonka G, Lankoff A, Kaca W.
Ou SH. 1985. Rice Disease. 2006 Effects of saponins against
Commonwealth. Inst. Kiew, clinical Escherichia colistrains and
Surrey, England. 368 pp. eukaryotic cell line.1–6pp.
Pieretti I., Royer M., Barbe V., Carrere S., Santoso WA. Membuat Kebun Tanaman
Koebnik R., Cociancich R., Obat. Niaga Swadaya. 136pp.
Couloux A., Dassaresse., Gouzy.,

37
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

Schaad NW., Jones JB & Chun W. 2001. systems of crop production,


Laboratory Guide for Identification Critical Reviews in Plant Sciences
of Plant Pathogenic Bacteria, St 19:1–30.
Paul, Minnesota : Aps Press. Tan RX & WX Zou. 2001. Endophytes : a
Schnider-Keel U., Seematter A., rich source of functional
Maurhofer M., Blumer C., Duffy metabolites. Nat Prod. Rep. 18 :
BK., Gigot-Bonnefoy., Reimmann 448-459pp.
C., Notz., Defago R., G Hass D & Tawiah AA., Gbedema SY., Adu F.,
Keel C. 2000. Autoinduction of Boamah VE & Annan K. 2012.
2,4-diacetylphoroglucinol Antibiotic Producing
biosynthesis in the biocontrol agent Microorganisms from River Wiwi,
Pseudomonas fluorescens CHA0 Lake Bosomtwe and the Gulf of
and repression by the bacterial Guinea at Doakor Sea Beach,
metabolites salicylate and Ghana BMC Microbial 12 : 234.
pyoluteorin, Journal of Utami U, Soemarno, Sumarno, & Yenny
Bacteriology 182:1.215–1.225. R. 2008. Aktivitas Anti Bakteri
Semangun H. 2008. Penyakit-Penyakit Endofit Tanaman Mangrove
Tanaman Perkebunan Di terhadap Staphylococcus aureus
Indonesia, Fakultas Pertanian, dan Escherichia coli. Jurnal
Universitas Gadjah Mada, UGM Penelitian Perikanan. Vol. 11.
Press, Yogyakarta. 599- 602pp. nomor 1. 42-48p.
Sessitsch A., Reiter B & Berg G. 2004. Widayati WE. 2011. Bakteri Endofit
Endophytic bacterial communities Khusus Tebu dapat Meningkatkan
of field-grown potato plants and Kadar dan Bobot Gula. Artikel
their plant-growth-promoting and Produksi gula. Lampung. 12-23pp.
antagonistic abilities. Can. J. Widayati WE, Joko W & Joedoro S. 2007.
Microbiol 50:239-249. Deteksi Molekular Bakteri Endofit
Siddiqui I.A. & Shaukat S.S., 2003. Plant pada Jaringan Planlet Tebu
species, host age and host genotype Molecular Detection of Endophytic
effects on Meloidogyne incognita Bacteria on Plantlet Tissue of
bio- control by Pseudomonas Sugarcane, Hayati Journal of
fiuorescens strain CHAO and its Biosciences Vol. 14(4):145-149pp.
genetically-modified derivatives. Widodo. 1993. Penggunaan Pseudomonas
Journal of Phytopathology, 151: Kelompok Fluorescens untuk
231-238pp. Mengendalikan Penyakit Akar
Sirait JS 2007. Resints :Padigm of a su Gada pada Caisin (Brassica
ccessful bacterial transmitted campestris var.chinensis). Thesis
organism. BrJ Biomed Pasca Sarjana. IPB, Bogor. 41 hal.
Sci62(4):193-200.25pp. Widodo & Suheri. 1995. Suppression of
Strobel G., Daisy B., Castillo U & Harper clubroot disease of cabbage by soil
J. 2004. Natural Products from solarization. Buletin pest and
Endophytic Microorganisms. J Nat pathology management
Prod. 67 : 257-268pp. .8(2):49−55pp. Widodo & Suheri.
Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas 1995. Suppression of clubroot
Tebu .(SPIKT /2013-2015). disease of cabbage by soil
Laporan SPIKT. Bulletin BPS solarization. Buletin Hama
Tebu. Lampung. 1-39 pp Penyakit Tumbuhan 8(2):49−55
Sturz AV., Christie BR & Nowak J. 2000. Wiyono, S. 2004. Optimation of
Bacterial Endophytes: Potential biocontrol of damping off of sugar
role in developing sustainable beet caused by Pythium ultimum

38
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.1. April 2017. (3) : 20- 39

Trow by using Pseudomonas


fluorescens B5. Dissertation.
University of Gottingen
Yulianti T. 2012. Menggali Potensi
Endofit untuk Meningkatkan
Kesehatan Tanaman Tebu
Mendukung Peningkatan Produksi
Gula. Malang. Perspektif.
11:(2)111-122pp.

39

You might also like