You are on page 1of 5

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Peta (Guide map), skala 1 : 25000
2. Kertas kalkir
3. Alat gambar antara lain : Rapidograph, Pensil, mistar, karet
penghapus, lettering set, pewarna transparan (pensil warna
stabillo), dll.
B. Prosedur Penyelesaiaan
Adapun prosedur penyelesaian dalam pembuatan laporan ini yaitu:
1. Foto copy peta gude, ukuran A4 untuk peta kerja.
2. Diatas peta kerja, tarik garis-garis grid ( 2cm x 2cm ), gunakan pensil.
3. Membuat garis bantu dalam menghitung kemiringan lereng dimana
dalam menarik garis bantu harus memperhatikan garis kontur yang
searah. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang
memiliki ketinggian yang sama. Dan apabila terdapat dua garis kontur
yang berlawanan arah dalam satu grid ( 2cm x 2cm ) maka terdapat 2
garis bantu dalam satu grid. Pada penarikan garis bantu tidak boleh
melewati aliran sungai dan penarikan garis bantu diusahakan mengenai
semua garis kontur dalam satu grid ( 2cm x 2cm ).Beberapa contoh
lereng dan bagaimana menentukan cara mengukur kelerengan
berdasarkan pola-pola kontur. Contoh penarikan garis bantu:
D
D D

B 640
800 800
C
20 0
i
sunga
80 0
C 40 0 C
30 0 30 0
B
4. 865
A A A

B
5. Hitung % kemiringan lereng setiap kotak grid, dengan meletakkan
nilai hasil hitungan didalam masing-masing kotak grid, sampai
seluruh kotak grid selesai dihitung kemiringannya. Prosentase Lereng
dapat diukur berdasarkan perbedaan tinggi dua titik dengan jarak datar
dari kedua titik tersebut atau secara matematis :

∆𝑡 (𝑛−1)𝐼𝐶
∆𝑡 S % Kemiringan Lereng = 𝑑𝑡 = 𝑑𝑡×𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 (%)

∆𝑡
dt Sudut Lereng = Arc tg 𝑑𝑡

Keterangan :

dt = Jarak datar
∆t = Beda tinggi
S = Slope
n =Jumlah garis kontur
IC = Interval kontur

Di bawah ini contoh perhitungan % kemiringan lereng dan pembuatan


peta geomorfologi. Pada salah satu kotak grid :
Jarak datar A – B = 2,3 cm pada peta skala 1 : 50.000
Interval kontur = 25 meter
A
50 0

80 0
40 0

865
A

B
( Σ K – 1 ) x I K x 100
% Sudut lereng =
dt x Skala
( 8 – 1 ) x 25 m x 100
=
(2,3 x 50.000)cm

= 15,2 %

6. Dari hasil perhitungan kemiringan lereng, tarik garis kesamaan besar


sudut lereng (kontur kelerengan). klasifikasi besaran % sudut lereng,
tentukan sendiri dengan memilih salah satu dari klasifikasi lereng oleh
: Mabery, Van Zuidan, atau Sampurno.

Klasifikasi besar sudut lereng oleh Sampurno


Sudut lereng Beda tinggi Istilah Relief

0–2% <5m datar/hampi datar/hampir datar


datar
3–7% 5 – 25 m bergelombang landai
miring landai
8 – 13 % 25 – 75 m bergelombang tajam
miring sedang
14 -20 % 75 – 200 m berbukit bergelombang
miring sekali
21 – 55 % 200 – 500 berbukit tersayat tajam
m terjal
56 -140 % pegunungan berlereng
500 – 1000 sangat terjal terjal
> 140 %
m
Curam pegunungan berlereng
> 1000 m tajam
Klasifikasi Lereng oleh Van Zuidan (1983)

KELERENGAN DESKRIPSI SATUAN MORFOLOGI


(%)
Dataran
0–8 Datar
Perbukitan berelief halus
8 – 15 Landai
Perbukitan berelief sedang
15 – 25 Agak Curam
Perbukitan berelief kasar
25 – 45 Curam
Perbukitan berelief sangat
> 45 Sangat Curam
kasar
7. Berdasarkan analisis kelerengan selanjutnya dibuat peta geomorfologi.
Setiap kelas lereng mewakili bentuk bentang alam (morfologi).
Menarik garis kesamaan kelerengan yang diperoleh dari hasil
perhitungan lereng, berdasarkan kelas-kelas lereng yang ditentukan.
Contoh berikut : Analisa morfologi berdasarkan peta sudut lereng
(Mabery, 1972) membagi dalam 7 kelas lereng : 0 – 3 %, 3 – 5 %, 5 –
10 %, 10 – 15 %, 15 – 30 %, 30 – 75 % dan lebo dari 75 %.

88 81 73 56 74 63 66 58 82 76 29

79 80 61 48 55 64 47 74 72 70 25

69 80 64 46 17 24 44 51 60 30 27

64 52 28 43 16 22 37 28 18 21 14

17 19 22 23 14 12 29 27 12 13 12

15 18 16 15 13 14 12 14 4 5 11

13 11 26 14 12 9 2 5 4 0 12

12 10 15 11 3 2 0 0 0 0 0
12 Dari
10 klasifikasi
15 11 lereng
3 tersebut
2 0 masing-masing
0 0 0kelas 0lereng dibedakan

berdasarkan simbol warna atau simbol garis, seperti gambar berikut :

0 - 3 %

3 - 5 %

5 - 10 %

10 - 15 %

15 - 30 %

30 - 70 %

> 70 %

You might also like