You are on page 1of 13

INJEKSI CO2

3.1.1.1. Injeksi Gas CO2


Injeksi gas CO2 atau sering juga disebut sebagai injeksi gas CO2 tercampur yaitu dengan
menginjeksikan sejumlah gas CO2 ke dalam reservoir dengan melalui sumur injeksi sehingga
dapat diperoleh minyak yang tertinggal. CO2 adalah molekul stabil dimana 1 atm carbon
mengikat 2 atom oksigen, berat molekulnya 44.01, temperatur kritik 31.0 0CO2 dan tekanan kritik
73.3 Bars (1168.65 Psi).
Dibawah ini digambarkan parameter-parameter untuk Injeksi CO2 yang merupakan
screening criteria secara umum untuk penerapan Injeksi CO2 ini.

Tabel III_1
Sreeening Criteria untuk Injeksi CO216)
3.1.1.1.1. Sifat-sifat CO2
Perubahan sifat kimia fisika yang disebabkan oleh adanya injeksi CO2 adalah sebagai
berikut :
a. Pengembangan volume minyak
b.Penurunan viscositas
c. Kenaikan densitas
d. Ekstraksi sebagian komponen minyak

A. Pengembangan volume minyak

Adanya CO2 yang larut dalam minyak akan menyebabkan pengembangan volume minyak.
Pengembangan volume ini dinyatakan dengan suatu swelling factor, yaitu : “Perbandingan
volume minyak yang telah dijenuhi CO2 dengan volume minyak awal sebelum dijenuhi CO2, bila
besarnya SF ini lebih dari satu, berarti menunjukkan adanya pengembangan”.
Gambar 3.4
Swelling Factor terhadap Mol Fraksi CO217)

Oleh Simon dan Grause, dikatakan bahwa SF


dipengaruhi oleh fraksi mol CO2 yang terlarut dalam minyak (X CO2) dan ukuran molekul minyak
yang dirumuskan dengan perbandingan berat molekul densitas (M/) seperti padaGambar 3.4.

Gambar 3.5
Pengaruh T dan P terhadap Pengembangan Minyak6)
Disamping itu, hasil penelitian Walker dan Dunlop menunjukkan bahwa swelling
factor dipengaruhi pula oleh tekanan dan temperatur, diperlihatkan pada Gambar 3.5.

B. Penurunan viscositas

Adanya sejumlah CO2 dalam minyak akan mengakibatkan penurunan voscositas minyak.
Oleh Simon dan Gause dinyatakan bahwa penurunan viscositas tersebut dipengaruhi oleh
tekanan dan viscositas minyak awal sebelum dijenuhi CO2 seperti pada Gambar 3.6.
Dalam gambar tersebut bahwa m/o (perbandingan viscositas campuran CO2 minyak
dengan viscositas awal) akan lebih kecil untuk viscositas minyak awal (o) yang lebih besar
pada tekanan saturasi tertentu.
Artinya pengaruh CO2 terhadap penurunan viscositas minyak akan lebih besar untuk
minyak kental (viscous). Untuk satu jenis minyak, kenaikan tekanan saturasi akan menyebabkan
penurunan viscositas minyak.
Gambar 3.6
Viscositas Campuran CO2 _ Crude Oil
Pada Temperatur 120 0F17)

Untuk satu jenis minyak kenaikan tekanan saturasi akan menyebabkan menurunnya
viscositas minyak (Gambar 3.7).
Gambar 3.7
Densitas dan Viscositas Minyak sebagai
Fungsi dari Tekanan Saturasi CO26)

C. Kenaikan densitas

Terlarutnya sejumlah CO2 dalam minyak menyebabkan kenaikan densitas, hal yang
menarik ini oleh Holm dan Josendal dimana besarnya kenaikan densitas dipengaruhi oleh
tekanan saturasinya
Meskipun demikian bila fraksi CO2 terlarut telah mencapai suatu harga tertentu, kenaikan
fraksi mol lebih lanjut akan menyebabkan turunnya densitas, hal ini dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8
Pengaruh Fraksi Mol CO2 Terhadap
Perubahan Densitas Minyak17)

D. Ekstraksi sebagian komponen minyak

Sifat CO2 yang terpenting adalah kemampuan untuk mengekstraksikan sebagian


komponen minyak. Hasil dari penelitian Nelson dan Menzile menunjukkan bahwa pada 135 F
dan pada tekanan 2000 Psi minyak dengan gravity 35 API mengalami ekstraksi lebih besar dari
50 %.
Penelitian dari Holm dan Josendal menunjukkan volume minyak menurun akibat adanya
ekstraksi sebagian fraksi hidrokarbon dalam minyak, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.9.
Dari komposisi hidrokarbon yang
terekstraksi selama proses pendesakan CO2, menunjukkan fraksi menengah (C7-C30) hampir
semuanya terekstraksi. Sedangkan pada fraksi ringan (C2-C6), juga fraksi berat harga ekstraksi
sangat kecil.

Gambar 3.9
Perubahan Volume Minyak yang disaturasi CO2 Pada
Mead-Strawn STO Terhadap Kenaikan Tekanan6)

3.1.1.1.2. Sumber CO2


Sumber CO2 sangat menentukan dalam keberhasilan proyek injeksi CO2, sebab
CO2 yang diperlukan harus tersedia untuk jangka waktu yang panjang. Gas yang tersedia juga
harus relatif murni sebab beberapa gas seperti metana dapat meningkatkan tekanan yang
diperlukan untuk bercampur, sedangkan yang lainnya seperti hidrogen sulfida berbahaya dan
berbau serta menimbulkan permasalahan lingkungan.
Perlu diperhatikan bahwa adanya kesulitan dalam menentukan volume aktual dan waktu
pengantaran gas ke proyek, sebab kebocoran dapat terjadi pada proyek injeksi skala besar
selama periode waktu yang panjang. Faktor yang tidak diketahui lainnya adalah volume
CO2 yang harus dikembalikan lagi (recycle). Jika gas CO2 menembus sebelum waktunya ke
dalam sumur produksi, maka gas ini harus diproses dan CO2 diinjeksikan kembali.
Sumber CO2 alami adalah yang tebaik, baik yang berasal dari sumur yang memproduksi
gas CO2 yang relatif murni ataupun yang berasal dari pabrik yang mengolah gas hidrokarbon
yang mengandung banyak CO2 sebagai kontaminan.
Sumber yang lain adalah kumpulan gas (stack gas) dari pembakaran batubara (coal fired).
Alternatif lain adalah gas yang dilepaskan dari pabrik amonia. Beberapa kelebihan sumber
tersebut adalah :
 Pabrik amonia dan lapangan minyak yang dapat didirikan berdekatan
 Kuantitas CO2 dari tiap sumber dapat diketahui
 Gas CO2 yang dilepaskan dari pabrik amonia cenderung dapat dikumpulkan dalam sebuah area
industrial yang tersedia
 Tidak memerlukan pemurnian, karena CO2 yang diperoleh mempunyai kemurnian 98
% (Pullman kellog,1977).
Keberhasilan suatu proyek CO2 tergantung pada :
1. Karakteristik minyak
2. Bagian reservoir yang kontak secara efektif
3. Tekanan yang biasa dicapai
4. Ketersediaan dan biaya penyediaan gas CO2

3.1.1.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Injeksi CO2


Penggunaan CO2 untuk meningkatkan perolehan minyak mulai menarik banyak perhatian
sejak 1950. Ada beberapa alasan (kelebihan utama), sehingga dilakukan injeksi CO2 yaitu :
1. Injeksi CO2 mengembangkan minyak dan menurunkan viskositas.
2. Membentuk fluida bercampur dengan minyak karena ekstraksi, penguapan dan pemindahan
kromatologi.
3. Injeksi CO2 bertindak sebagai solution gas drive sekalipun fluida tidak bercampur sempurna.
4. Permukaan fluida campur (miscible front) jika rusak akan memperbaiki diri.
5. CO2 akan bercampur dengan minyak yang telah berubah menjadi fraksi C2-C6.
6. CO2 mudah larut di air menyebabkan air mengembang dan menjadikannya bersifat agak asam.
7. Ketercampuran/miscibility dapat dicapai pada tekanan diatas 1500 psi pada beberapa reservoir.
8. CO2 merupakan zat yang tidak berbahaya, gas yang tidak mudah meledak dan tidak
menimbulkan problem lingkungan jika hilang ke atmosfir dalam jumlah yang relatif kecil.
9. CO2 dapat diperoleh dari gas buangan atau dari reservoir yang mengandung CO2.
Sedangkan beberapa kekurangan injeksi CO2 adalah seabagai berikut :
1. Kelarutan CO2 di air dapat menaikkan volume yang diperlukan selam bercampur dengan
minyak.
2. Viskositas yang rendah dari setiap gas CO2 bebas pada tekanan reservoir yang rendah akan
menyebabkan penembusan yang lebih awal pada sumur produksi sehingga mengurangi
effisiensi penyapuan.
3. Setelah fluida tercampur terbentuk, viskositas minyak lebih rendah dari pada minyak reservoir
sehingga menyebabkan fingering dan penembusan yang belum waktunya. Untuk mengurangi
fingering maka diperlukan injeksi slug water.
4. CO2 dengan air akan membentuk asam karbonik yang sangat korosif.
5. Injeksi alternatif slug CO2 dan air memerlukan sistem injeksi ganda dan hal ini akan menambah
biaya dan kerumitan sistem.
6. Diperlukan injeksi dalam jumlah yang besar (5 – 10 MCF gas untuk memproduksi satu STB
minyak).

7. Sumber CO2 biasanya tidak diperoleh ditempat yang berdekatan dengan proyek injeksi
CO2 sehingga memerlukan pemipaan dalam jarak yang panjang.
3.1.1.1.4. Miscibility dan Pengaruhnya
Miscibility didefinisikan sebagai kemampuan suatu fluida untuk bercampur dengan fluida
lainnya dan membentik suatu fasa yang homogen sehingga tidak tampak batas fasa fluida
tersebut. Tercapainya miscibility CO2 dengan minyak ditandai dengan mengecilnya tegangan
permukaan sampai mendekati nol.
Untuk mencapai miscibility, kondisi temperatur serta komposisi harus memenuhi syarat
tertentu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tercapainya miscibility CO2 dan minyak adalah
kemurnian CO2, komposisi minyak, temperatur serta tekanan.
1. Kemurnian CO2
Hasil percobaan pada berbagai tingkat kemurnian yang digunakan, menunjukkan bahwa
semakin murni CO2semakin besar miscibilitasnya. Adanya C1 dan N2 di dalam CO2 akan
mempengaruhi terjadinya miscibilitas, sedangkan adanya H2S didalam CO2 pengaruhnya
lebih kecil dibanding C1 dan N2.
2. Komposisi Minyak
Holm dan Josendal menyatakan bahwa dalam sistem biner (diagram dua fasa), komposisi dari
minyak juga akan mempengaruhi tekanan yang diperlukan untuk pendorongan miscible.
Menurut penelitian dari Holm dan Josendal didapatkan komposisi kimia CO2 dan hidrokarbon
selama pendorongan CO2 terhadap minyak “Mead Strawn” pada tekanan 2000 psi dan
temperatur 135 F (Tabel III-2). Pada daerah miscible hanya terdapat sejumlah kecil pada
komponen C2-C4 dalam fasa gabungan zat cair dan uap. Dari analisa produksi fasa uap selama
pendorongan telah breakthrough CO2, tetapi sebelum miscible, diperlihatkan penguapan
komponen C2-C4 cenderung menempati bagian depan front pendorong.
Hal ini terlihat dengan adanya kenaikan % mol C2-C4 dari 5,11 menjadi 10,86 pada daerah ini.
Pada saat CO2diinjeksikan, maka CO2 akan terserap kedalamnya, komponen-komponen
ringan akan menguap, maka terbentuklah kesetimbangan fasa ternyata dari hasil pengamatan
dapat ditarik kesimpulan C5-C30 atau C5+terekstraksi lebih banyak.

Tabel III_2
Komposisi CO2 dan Hidrokarbon16)
3. Temperatur
Temperatur minyak juga akan mempengaruhi tekanan yang diperlukan untuk pendorongan
miscible dari Gambar 3.13 dapat ditarik kesimpulan bahwa temperatur yang semakin besar,
tekanan pendorongan makin besar.
4. Tekanan
Tekanan yang diperlukan untuk pendorongan miscible akan dipengaruhi oleh kemurnian CO2,
komposisi minyak dan tekanan reservoir. Dari Tabel III-2 dapat ditarik beberapa kesimpulan
bahwa pada tekanan pendorongan miscible CO2 terhadap minyak reservoir dengan adanya
komponen hidrokarbon ringan C2, C3, C4 didalam minyak reservoir tidak mempengaruhi proses
miscibility. Pendorongan miscible sangat dipengaruhi oleh adanya komponen C5-C30 di dalam
reservoir.
Dari kenyataan ini Holm dan Josendal memberikan suatu kesimpulan bahwa tekanan diinjeksi
agar terjadi pendorongan yang miscible ditentukan oleh adanya komponen C5, dalam minyak
reservoir. Dari Gambar 3.13dapat disimpulkan bahwa temperatur juga akan mempengaruhi
tekanan pendorong yang miscible. Oleh karena itu perkiraan tekanan untuk pendorongan yang
miscible dapat diperoleh dengan menggunakan dengan korelasi fraksi C5+.
Gambar 3.13
Korelasi Tekanan Miscible Pada Injeksi CO2
Berdasarkan Berat Mol C5+16)

3.1.1.1.5. Jenis-jenis Pendorongan Gas CO2


Pemakaian CO2 sebagai fluida pendesak untuk perolehan minyak telah diteliti di
laboratorium maupun di lapangan. Dari keduanya telah dapat diperkirakan bahwa CO2 dapat
menjadi fluida pendesak yang efisien.
Jenis pendorongan gas karbondioksida terdiri dari solution gas drive dan dynamin miscible
drive.

A. Solution gas drive


Kelarutan CO2 didalam minyak makin besar dengan adanya kenaikan tekanan, dengan
diikuti pula pengembangan volume minyak makin besar. Holm dan Josendal melakukan
pengamatan terhadap jenis drive ini dengan menggunakan gravity minyak 22 API yang dijenuhi
dengan Berea sandstone sepanjang 4 feet. Penjenuhan dilakukan pada tekanan 900 psi yang
berisi 47,2 % PV dan sisanya air asin. Minyak yang diproduksikan 14,2 % OIP sampai
penurunan tekanan 400 psig, dan 14 % OIP pada tekanan mencapai 200 psig.dapat dilihat
pada Tabel III-3.

Tabel III_3
Solution Gas Drive Dengan CO2,
Diinjeksikan Pada Tekanan 900 Psi9)

Jadi CO2 adalah gas yang masuk dalam larutan dengan pengembangan minyak sebagai
suatu kenaikan tekanan, minyak dapat keluar dari larutan dengan penurunan tekanan.

B. Dynamic miscible drive


Sifat yang cukup penting dari CO2 adalah kemampuannya mengekstraksikan atau
menguapkan sebagian fraksi hidrokarbon dari minyak reservoir. Skema kondisi miscible dan
mendekati miscible dari proses pendorongan gas CO2pada temperatur 315 F digambarkan
pada Gambar 3.14. Menurut Holm dan Josendal pada gambar tersebut sebagai hasil
penyelidikannya dijelaskan sebagai berikut :
Dua gambar bagian atas, memperlihatkan tekanan pendorongan CO2 terhadap minyak
pada tekanan 1800 dan 2200 psi. Pada saat diinjeksikan CO2 selanjutnya akan mengekstrasi
CO2, C5-C30 dan membentuk zona transisi CO2- hidrokarbon. Luasnya zona transisi
CO2 sampai hidrokarbon merupakan fungsi dari tekanan pendorongan. Zona transisi yang cukup
panjang menandakan pendorongan pada tekanan yang rendah. Konsentrasi hidrokarbon yang
tinggi akan terdapat pada zona transisi dengan tekanan pendorongan yang tinggi dan “total
residual saturation” yang lebih rendah akan tertinggal dalam media porous setelah proses
pendesakan.
“Total residual saturation” yang tidak turut terdesak pada saat pendorongan CO2 terhadap
minyak pada tekanan 1800 psi dan 135 F yaitu komponen C10+ berarti komponen C1 sampai
C18 ikut terdesak oleh pendorongan CO2tersebut.

Gambar 3.14
Skema Pendorongan CO2 Menurut Holm dan Josendal16)

Sedangkan pada proses pendorongan CO2 terhadap minyak pada 2200 psi dan 135 F,
ternyata komponen hidrokarbon C22+ tidak ikut terdesak, hal ini membuktikan bahwa tekanan
pendorongan yang lebih tinggi maka lebih banyak lagi komponen hidrokarbon yang turut
terproduksi. Hal ini membuktikan bahwa untuk mendapatkan recoveryminyak yang tinggi,
haruslah pada tekanan pendorongan yang tinggi.
Pada gambar bagian bawah (Gambar 3.14) dinyatakan bahwa gas CO2 telah tercampur
dengan Oil In Place, dimana tekanan pendorongan CO2 menyebabkan CO2 dan minyak
tercampur secara sempurna. Dalam hal ini tidak terjadi ekstraksi hidrokarbon dan dari analisa
zona transisi diperlihatkan terjadinya campuran CO2 dan Oil In Place dalam satu fasa.
3.1.1.1.6. Mekanisme Injeksi CO2
Mekanisme dasar injeksi CO2 adalah bercampurnya CO2 dengan minyak dan membentuk
fluida baru yang lebih mudah didesak dari pada minyak reservoir awal. Proses pelaksanaannya
sama seperti pada proses EOR lainnya, yaitu dengan menginjeksikan sejumlah gas CO2 yang
telah direncanakan melalui sumur-sumur injeksi yang telah ada, kemudian minyak yang keluar
diproduksikan melalui sumur produksi (Gambar 3.15). Ada empat jenis mekanisme pendesakan
injeksi CO2.
Dalam pelaksanaan ini, gas CO2 yang diinjeksikan, dapat dilakukan dengan beberapa
cara sebagai berikut :
 Injeksi CO2 secara kontinyu selama proyek berlangsung.
 Injeksi Carbonate Water (Injeksi slug CO2 diikuti air).
 Adanya slug CO2 oleh cairan yang diikuti dengan air (Injeksi slug CO2 dan air secara
bergantian).
 Adanya slug CO2 oleh cairan yang diikuti injeksi air dan CO2 (Injeksi CO2 dan air secara
simultan).
Untuk gas yang dibawa dengan menginjeksikan terus menerus gas CO2 ke dalam
reservoir maka diharapkan gas CO2 ini dapat melarut dalam minyak dan mengurangi
viskositasnya, dapat menaikkan densitas (sampai tahap tertentu, yang kemudian diikuti dengan
penurunan densitas), dapat mengembangkan volume minyak dan merefraksi sebagian minyak,
sehingga minyak akan lebih banyak terdesak keluar dari media berpori.
Untuk cara yang kedua, yaitu dengan menginjeksikan carbonat water ke dalam reservoir.
Sebenarnya carbonat water adalah percampuran antara air dengan gas CO2 (reaksi CO2 +
H20) sehingga membentuk air karbonat yang digunakan sebagai injeksi dalam proyek
CO2 flooding. Tujuan utama adalah untuk terjadi percampuran yang lebih baik terhadap minyak
sehingga akan mengurangi viskositas dari minyak serta mengembangkan sebagian volume
minyak sehingga dengan demikian penyapuan akan lebih baik.
Pada cara yang ketiga, yaitu membentuk slug penghalang dari CO2 yang kemudian diikuti
air sebagai fluida pendorong. Sama seperti cara pertama dan kedua, pembentukan slug ini untuk
lebih dapat mencampur gas CO2kedalam minyak, kemudian karena adanya air yang berfungsi
sebagai pendorong maka diharapkan efisiensi pendesakan akan lebih baik.
Untuk cara yang keempat sebenarnya sama dengan cara yang ketiga tetapi disini lebih
banyak fluida digunakan CO2 untuk lebih melarutkan minyak setelah proses penyapuan
terhadap pendesakan minyak, maka minyak yang telah tersapu dan akan diproduksikan melalui
sumur produksi.
Gambar 3.15
Mekanisme Injeksi CO25)

Dari studi yang dilakukan menunjukkan bahwa injeksi


CO2 dan air secara simultan terbukti merupakan
mekanisme pendesakan yang terbaik diantara keempat
metode tersebut (oil recovery sekitar 50 %). Disusul
kemudian injeksi slug CO2 dan air bergantian. Injeksi
langsung CO2 dan injeksi slug CO2 diikuti air sama
buruknya dengan kemampuan mengambil minyak
hanya sekitar 25 %. Dalam semua kasus, pemisahan
gaya berat antara CO2 dan air terjadi sebelum setengah
dari batuan batuan recovery tersapu oleh campuran dari
dua fluida tersebut

You might also like