You are on page 1of 6

GLOBALISASI DAN PENDIDIKAN

PENJASKESREK UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

Abstract

Globalization has now begin. People around the world become interdependent on all
aspects of life both culturally, economically, and politically. Especially in the cultural
aspect, the boundaries have now been blurred. For education, this kind of era is a challenge
in itself. In the era of globalization, educational institutions still play a major role. Thus, in
practice, educational institutions have multiple roles, one side that has become the main
task, namely to form students who have personality, and the other hand how learners can
compete with the dynamics of global world challenges.

Keywords : Globalization and education

Abstrak

Globalisasi kini telah dimulai. Masyarakat di seluruh dunia menjadi saling tergantung pada
semua aspek kehidupan baik secara budaya, ekonomi, maupun politik. Terutama dalam
aspek budaya, batasannya kini telah kabur. Bagi dunia pendidikan, era yang semacam ini
merupakan tantangan tersendiri. Di era globalisasi, lembaga pendidikan tetap memegang
peranan yang utama. Dengan demikian, dalam prakteknya, lembaga pendidikan
mempunyai peran ganda, satu sisi yang sudah menjadi tugas pokoknya, yaitu
membentuk anak didik yang berkepribadian, dan sisi lain bagaimana peserta didik dapat
bersaing dengan dinamika tantangan dunia global.

Kata kunci : Globalisasi dan pendidikan

2017 Universitas Tanjungpura


PENDAHULUAN merupakan objek daripada subjek
globalisasi. Meskipun demikian, baik
Seiring lajunya zaman rasanya semakin
karena ketergantungan Negara
berat tantangan dunia pendidikan ini.
berkembang pada Negara-negara maju
Kemajuan globalisasi terutama ditandai
dalam berbagai bidang, keuangan,
dengan adanya kemajuan ilmu
ekonomi, maupun teknologi, ataupun
pengetahuan dan teknologi tentunya
keinginan untuk mengejar kemajuan,
sangat berdampak bagi keberadaan aspek
sadar atau tidak, mau atau tidak, Negara-
kehidupan khususnya dalam bidang
negara berkembang sebenarnya juga
pendidikan, baik itu berupa dampak
mendukung proses globalisasi itu. Dalam
positif atau negatif. Hal ini terlihat
pengertian ini, Negara-negara
dengan adanya sekolah-sekolah yang
berkembang juga merupakan subjek atau
membuka kelas bilingual, dengan
pelaku globalisasi walaupun lebih pasif
diterapkannya bahasa asing seperti
sifatnya. Dari globalisasi tersebut maka
bahasa Inggris dan bahasa Mandarin
akan berpengaruh, implikasi ataupun
sebagai mata pelajaran wajib. Selain itu
dampaknya, khususnya terhadap Negara-
sekolah-sekolah menengah hingga
negara berkembang seperti Indonesia,
perguruan tinggi sudah banyak yang
terutama dalam ranah pendidikan, nilai-
membuka kelas Internasional. Untuk
nilai moral, sosial, politik budaya dan
Indonesia hal ini tidak lain dimaksudkan
kemanusiaan, baik yang bersifat positif
agar tenaga kerja Indonesia dapat
maupun negative akan sangat besar efek
bersaing di dunia internasional dan
yang ditimbulkan. Ini semua merupakan
menjawab berbagai tantangan globalisasi.
tantangan khususnya bagi generasi muda
Dengan dimilikinya tenaga-tenaga kerja
sebagai penerus bangsa, bagaimana
yang berkualitas, tentunya akan
mengemas globalisasi ini sebaik mungkin
membawa dampak positif tersendiri bagi
mengambil nilai positifnya dan
Indonesia. Namun hal ini tentu sangat
menghindari sisi negatifnya. Hal itu juga
membutuhkan perpaduan antara
berimbas pada perkembangan dunia
kemampuan otak yang mumpuni dan
pendidikan di Indonesia yang tidak dapat
keterampilan dasar yang tinggi. Salah
dilepaskan dari pengaruh perkembangan
satu kuncinya adalah dengan globalisasi
arus globalisasi, dimana ilmu
pendidikan yang dipadukan dengan
pengetahuan dan teknologi berkembang
kekayaan budaya bangsa Indonesia
pesat. Era pasar bebas juga merupakan
khususnya dengan sumber daya
tantangan bagi dunia pendidikan
manusianya. Pengaruh globalisasi
Indonesia, karena terbuka peluang
mempunyai implikasi atau bahkan
lembaga pendidikan dan tenaga pendidik
dampak atas berbagai Negara atau
dari mancanegara masuk ke Indonesia.
bangsa, tampaknya didasarkan pada dua
Untuk menghadapi pasar global maka
asumsi. Pertama, sekurang-kurangnya
kebijakan pendidikan nasional harus
sampai taraf tertentu, pelaku atau subjek
dapat meningkatkan mutu pendidikan,
globalisasi adalah Negara-negara industri
baik akademik maupun non-akademik,
maju. Dengan kata lain, globalisasi
dan memperbaiki menejemen pendidikan
sampai taraf tertentu merupakan
agar lebih produktif dan efisien serta
kepanjangan tangan (extension)
memberikan akses seluas-luasnya bagi
kepentingan Negara industri maju.
masyarakat untuk mendapatkan
Kedua, kekhawatiran, kecemasan, atau
pendidikan.
bahkan ketakutan akan pengaruh atau
dampak terutama yang bersifat negative
dari globalisasi umumnya dirasakan
terutama oleh bangsa-bangsa dalam
Negara berkembang, yang lebih
PEMBAHASAN Hal ini dikarenakan di era kehidupan
global ini, dengan adanya berbagai
Telah dikemukakan bahwa pendidikan
penemuan dalam bidang teknologi
merupakan salah satu sarana yang dapat
informasi, orang harus dapat
dijadikan pengembangan modal sosial
membelajarkan diri dalam suatu proses
(social capital). Modal sosial sendiri
pendidikan yang bersifat maya (virtual).
dapat berarti SDM (Sumber Daya
Implikasinya, bahwa pendidikan harus
Manusia) yang mempunyai kejujuran,
mampu mempersiapkan bangsa ini
kepercayaan, kesediaan, dan kemampuan
menjadi komunitas yang terberdayakan
untuk bekerjasama, berkoordinasi,
dalam menghadapi kehidupan global
penjadwalan waktu dengan tepat, dan
yang semakin lama semakin
kebiasaan untuk berkontribusi dalam
menggantungkan diri pada teknologi
upaya pembangunan (Ardi Kapahang
informasi (Suyanto, 2004). Sisi lain,
dkk., 2001). Menurut Fukuyama (1999),
proses pendidikan tidak boleh
modal sosial adalah serangkaian nilai
mengenyampingkan pembentukan
atau norma sosial yang dihayati oleh
kepribadian. Masyarakat sekolah
anggota kelompok, yang memungkinkan
haruslah masyarakat yang berakhlak.
terjadinya kerja sama antara para
Kampus, misalnya, bukan semata-mata
anggotanya. Lebih lanjut diketahui,
hanya wahana untuk meningkatkan
bahwa salah satu modal sosial yang
kemampuan intelektual, tetapi juga
terpenting adalah adalah trust, yakni
kejujuran, kebenaran, dan pengabdian
keyakinan bahwa para anggota
pada masyarakat. Secara keseluruhan
masyarakat dapat saling berlaku jujur dan
budaya kampus adalah budaya yang
dapat diandalkan. Jadi, pengembangan
berakhlak mulia. Kampus semestinya
modal sosial dapat berarti terciptanya
menjadi pelopor dari perubahan
insan yang sempurna. Jika ini yang
kebudayaan secara total yang bukan
diharapkan, berarti era globalisasi
hanya nilai-nilai ilmu pengetahuan dan
merupakan tantangan sendiri. Pada era ini
teknologi, tetapi juga tempat persemaian
lembaga pendidikan, di samping harus
dari pengembangan nilai-nilai akhlak
menciptakan SDM yang mampu
kemanusiaan (Tilaar, 2002: 76).
berkompetensi dan berprestasi, juga
harus dapat menyiapkannya agar mampu Pendidikan memang erat kaitannya
menghadapi akulturasi budaya yang luar dengan pembentukan mental yang
biasa, terutama dari negara-negara Barat. berakhlak. Sebagaimana digariskan oleh
Artinya, pada era globalisasi ini dunia kaum eksperimentalis, bahwa pendidikan
pendidikan dituntut mempunyai peran itu tidak hanya berarti memberikan
ganda. Pertama harus mempersiapkan pelajaran kepada subjek didik agar dapat
manusia yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri terhadap situasi
berkompetisi sesuai dengan kemajuan kehidupan nyata, tetapi lebih dari itu
ilmu dan teknologi, atau manusia yang adalah tempat meningkatkan kualitas
mempunyai kesiapan mental dan hidup manusia dengan mempertinggi
sekaligus kesiapan kemampuan skill pengalaman moral (Imam Barnadib,
(profesional). Kedua, yang tidak kalah 1996: 20). Demikian pula, aliran
pentingnya adalah bagaimana dunia esensialisme dan perenialisme
pendidikan ini mampu menyiapkan menyatakan, bahwa di samping proses
manusia yang berakhlak mulia. Dengan pendidikan bertujuan untuk pembentukan
demikian, pada satu sisi, proses kecerdasan, tetapi juga bagaimana
pendidikan harus dapat menyiapkan anak pendidikan dapat membentuk tingkah
didik yang dapat menyesuaikan diri laku yang cerdas sebagai tujuan utama.
dengan masyarakat sekarang dan akan Mereka tidak memungkiri kenyataan
datang, masyarakat yang semakin lama bahwa pendidikan itu adalah sarana
semakin sulit diprediksi karakteristiknya. tempat pembentukan watak atas nilai-
nilai budaya yang luhur. Sementara itu, buruk (M. Imam Zamroni, 2004 : 213)
terbentuknya watak, kepribadian, dan Pendidikan harus dapat berperan sebagai
kualitas manusia yang lain tidak dapat alat yang ampuh untuk menyaring
dilepaskan dari kecerdasan tingkah laku budaya-budaya yang masuk dan
seseorang (Imam Barnadib, 1996: 36). sekaligus menguatkan budaya lokal
yang memang masih perlu dijunjung.
Dari arti pendidikan tersebut
Sementara itu, para pendidik yang
menunjukkan, bahwa masalah akhlak
berposisi sebagai sumber nilai, harus
(pembentukan kepribadian) adalah tidak
orang yang selalu dapat ditaati dan diikuti
dapat ditinggalkan, bahkan menjadi
(Mochtar Buchori, 1994:
tujuan utama pendidikan. Dikatakan,
tujuan primer dan tertinggi usaha 105). Untuk itu, pendidik dituntut harus
pendidikan adalah peningkatan (tarbiyah) selalu berusaha membekali dirinya agar
nilai kesucian manusia dalam fitrahnya dapat menjadi tauladan. Sebagai
yang dianugerahkan Tuhan. Setelah itu, orang yang berilmu, pendidik
baru mengarah kepada tujuan sekunder semestinya harus selalu menghindarkan
yang semata-mata untuk menopang diri dari segala akhlak dan perbuatan
tujuan primer tersebut, yaitu sebagai yang tercela, memelihara diri dari
investasi modal manusia (human capital kenistaan, seperti tamak (mengharap
investment) dengan dua macam sesuatu dari orang lain secara berlebih-
dampaknya. Pertama, dampak lebihan), sehingga tidak menimbulkan
peningkatan kemampuan kerja dengan kesan yang hina terhadap ilmu dan
keahlian dan profesionalisme. Kedua, sifat ilmuwan yang disandangnya.
berkaitan dengan tujuan pokok Demikian pula, orang yang berilmu
pendidikan itu sendiri sesuai dengan hendaknya bersifat tawadlu
bidang-bidang yang dikembangkannya, (merendahkan hati tetapi bukan minder),
seperti teknologi, kesehatan, manajeman, dan jangan bersifat sebaliknya
pertanian, keguruan, dan sebagainya (sombong), serta haruslah memiliki sifat
(Nurcholis Madjid, 2004 : 149). Intinya, iffah (memelihara diri dari beragam
di alam era globalisasi ini, tugas barang haram dan tidak baik)
pendidikan, khususnya di Indonesia, di (Miftahuddin, 2006: 245)
samping harus mampu menyiapkan
manusia yang mampu berkompetisi,
tetapi juga harus mampu menyiapkan
peserta didik agar dapat menghadapi
akulturasi budaya yang luar biasa,
terutama dari Barat. Namun, perlu
ditekankan, sebenarnya derasnya arus
budaya manca negara ke Indonesia
bukanlah presenden buruk bagi rakyat
apabila mampu menyaring, mengambil
yang baik, dan meninggalkan yang
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan sudah tidak dapat dibendung lagi, bahkan
baik media massa maupun elektronik
Globalisasi memang sudah tidak
sudah mengarah kepada kebebasan
dapat ditolak kehadirannya. Globalisasi
menayangkan gambar -gambar “porno”.
yang telah merambah kepada semua
Demikian pula, misalnya, pendidik
aspek kehidupan, baik ekonomi, politik,
mengajarkan orang harus berhemat,
maupun budaya menandakan bahwa
tetapi budaya konsumtif telah
orang yang hidup di era ini mau tidak mau
mempengaruhi sebagian besar
harus mampu berkompetisi dalam segala
masyarakat. Inilah tantangan dunia
bidang apabila tidak mau tertinggal jauh.
pendidikan yang harus dihadapi dalam
Tentu saja, semacam ini merupakan
rangka membentuk manusia yang berbudi
bagian dari tugas dunia pendidikan untuk
pekerti dan mengutamakan nilai- nilai
menyiapkan bagaimana menciptakan
akhlak dalam perilakunya sebagai tujuan
SDM yang memiliki kemampuan atau
utama
berkompetensi.
Jika tujuan pendidikan adalah memiliki
arti “suatu daya upaya untuk memajukan DAFTAR PUSTAKA
budi pekerti, pikiran, dan jasmani agar
Chomaidi. “Peranan Pendidikan dalam
selaras dengan alam dan mayarakat”,
Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber
sebagaimana diutarakan oleh Ki Hadjar
Daya Manusia”. Disampaikan di depan
Dewantara, berarti pada era ini
Rapat Senat Terbuka UNY, 15Oktober
bagaimana dunia pendidikan mampu
2005.
menyiapkan SDM yang dapat mengikuti
“arus globalisasi” dalam arti yang positif.
Demikian pula, karena globalisasi
mengandung pula hal-hal yang negatif, Fatih Syuhud, A. “Tantangan Pendidikan
maka lembaga pendidikan di samping Islam di Era Globalisasi”
juga masyarakat dan keluarga harus http://afatih.wordpress.com/2005/09/06/t
mampu membentengi generasi penerus antangan-pendidikan-islam-di- era-
terutama dari pengaruh budaya yang globalisasi.
tidak sesuai dengan norma (agama)
sebagai tolak ukur kepribadian atau budi
pekerti. Francis Fukuyama. “Social Capital and
Civil Society”,
Saran http://www.imf.org/external/pubs/ft/semi
nar/1999/reforms/fukuyama.ht m#I
Yang perlu disadari, bahwa globalisasi
sebenarnya paradoks dengan dunia
pendidikan atau gejala kontra moralitas.
Misalnya, satu sisi pendidik harus Gunaryadi. (2006). “Pendidikan
mengajarkan bagaimana berpakaian yang Nasional, Globalisasi, dan Peranan
sopan, santun, dan tidak mengganggu Keluarga”.
pandangan mata, akan tetapi di sisi lain http://sekolahindonesia.nl/globalisasi-
perkembangan mode, atau gaya pakaian pendidikan.pdf

You might also like