You are on page 1of 30

PANDUAN

ICRA (Infection Control Risk Assessment)


AKIBAT DAMPAK DARI
RENOVASI DAN KONSTRUKSI
GEDUNG RUMAH SAKIT

DISUSUN OLEH :
TIM PPI
2016

RUMAH SAKIT UMUM KARTINI


Jl. Airlangga 137
Mojosari – Mojokerto 61382
Telp. (0321) 592261 Fax. (0321) 595569
Email :rskartinimjk@yahoo.com
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.


Salam silaturahmi disampaikan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah dalam rangka mengemban amanah dan tugas kita aamiin.

Salah satu program PPI adalah mengidentifikasi proses pelayanan yang


berisiko infeksi. Dalam program ini proses penentuan potensi risiko penularan
dapat terjasi melalui udara, air, serangga, fasilitas pelayanan selama proses
pembangunan dan renovasi serta pemeliharaan sarana rumah sakit.

Pengaruh dari desain dan konstruksi terhadap infeksi RS (HAIs) adalah


sulit untuk dievaluasi.Melakukan identifikasi konstribusi dari lingkungan untuk
menaksir risiko, seperti ILO merupakan tantangan tersendiri karena banyak
berhubungan dengan pasien dan praktik para dokter dan praktisi kesehatan
lainnya.

ICRA harus diterapkan/dilakukan di rumah sakit, sebab sebuah rumah


sakit tidak mungkin terhindar dari kegiatan-kegiatan yang berpotensi terjadinya
risiko infeksi terhadap pasien, petugas dan juga pengunjung.Risiko yang
berhubungan dengan pekerjaan konstruksi/renovasi pada awalnya dihubungkan
dengan mutu udara yang terlalu turun dan kontaminasi lingkungan dari jamur.

Peran PPI dalam hubungannya dengan pekerjaan konstruksi/renovasi


belum optimal. Untuk itu rumah sakit harus mempersyaratkan untuk
menggabungkan issue risk assessment dengan Komite PPI dalam setiap
melaksanakan konstruksi/ renovasi bangunan.

Dengan dijalankannya program ICRA di rumah sakit maka dampak dari


kegiatan yang bisa menjadi penyebab timbulnya HAIs dapat dicegah sehingga
program PPI dapat dijalankan secara efektif.

Program ICRA harus dapat dilaksanakan oleh semua staf yang


berkompeten dalam proses renovasi dan pembangunan di rumah sakit sehingga
perlu adanya pemahaman yang benar.

Buku Panduan ICRA Akibat Dampak Dari Renovasi Dan Konstruksi


Gedung Rumah Sakit ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan
pemahaman bagaimana cara melakukan renovasi dan konstruksi baru yang sesuai

2
dengan program PPI sehingga dampak yang bisa menyebabkan HAIs karena
proses renovasi/pembangunan gedung baru di Rumah Sakit Karini Mojosari dapat
dihindari.

Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini.

Semoga upaya kita mendapatkan rahmat, hidayah, dan ridho dari Allah
S.W.T. Amin.

Wa’alaikumsalam, Wr. Wb.

Mojokerto, 17 Oktober 2016

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................1
SK Direktur Tentang Pemberlakuan Buku Panduan ICRA Akibat Dampak
dari Renovasi dan Konstruksi Gedung Rumah Sakit...............................................2
Kata Pengantar.........................................................................................................4
Daftar Isi...................................................................................................................6
BAB I. DEFINISI.................................................................................................8
A. PENGERTIAN.................................................................................8
B. TUJUAN...........................................................................................8
BAB II. RUANG LINGKUP................................................................................9
BAB III. TATA LAKSANA..................................................................................10
A. PERAN KOMITE PPI....................................................................10
B. KEGIATAN PEMBANGUNAN....................................................10
C. PERSYARATAN KINERJA...........................................................16
D. PRODUK DAN BAHAN...............................................................17
E. BARRIER/PENGHALANG..........................................................18
F. PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI SECARA UMUM....18
G. IZIN KERJA ICRA........................................................................21
H. IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI....21
I. PENYELESAIAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI....22
J. INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT......23
K. PEMANTAUAN LINGKUNGAN.................................................24
L. PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA..........24
M. PENGAWASAN.............................................................................25
N. YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSEDUR...........25
O. KETERLIBATAN KOMITE PPI DALAM ASPEK
PENGENDALIANINFEKSI SAAT RENOVASI/
PEMBANGUNAN DAN DESAIN RUMAHSAKIT....................26
P. KESIMPULAN..............................................................................33

4
BAB IV. DOKUMENTASI..................................................................................35
Standar Prosedur Operasional (SPO) ICRA Akibat Dampak dari
Renovasi dan Konstruksi Gedung Rumah Sakit di RSU Kartini
Mojosari Mojokerto...............................................................................35
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN
ICRA (Infection Control Risk Assessment) adalah proses menetapkan
risiko potensial dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui
air kotor dalam fasilitas pelayanan kesehatan selama konstruksi, renovasi dan
kegiatan maintenance.
Kegiatan ICRA merupakan multidisiplin, proses kolaborasi yang
mengevaluasi jenis/macam kegiatan konstruksi dan kelompok risiko untuk
klasifikasi penetapan tingkat.

B. TUJUAN ICRA (Infection Control Risk Assessment)


Tujuan dari Program ICRA adalah untuk meminimalkan risiko terjadinya
Healthcare Associated Infections (HAIs) kepada pasien yang dapat terjadi bila
jamur atau bakteri tersebar ke udara melalui debu atau air aerosolisasi selama
konstruksi, renovasi, atau proses pemeliharaan di area terdekat dan juga untuk
mengontrol penyebaran debu dari komponen bangunan selama renovasi.

6
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Komite PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan memberikan pendidikan
dan pelatihan;
2. Bagian Tehnik untuk memfasilitasi dengan memberikan peraturan
perundangan dan perijinan;
3. Sanitasi Lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutulimbah);
4. Tim K-3 RS untuk melakukan edukasi dan supervisi tentang keamanan dan
keselamatan;
5. Pimpinan Proyek sebagai pelaksana konstruksi dan renovasi bangunan.

7
BAB III
TATA LAKSANA

A. PERAN KOMITE PPI


Peran Komite PPI pada program ini antara lain :
1. Membuat Infection Control Risk Assessment (ICRA) dampak dari
renovasi;
2. Mengembangkan ijin renovasi yang ditanda tangani oleh Ketua
KomitePPI, pimpinan/ departemen/ unit kerja dari pimpinan proyek;
3. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan
Personal Protective Equipment (PPE/APD);
4. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi menggunakan check list.
5. Mengikuti pertemuan/rapat selama proses renovasi dengan seluruh tim.

B. KEGIATAN PEMBANGUNAN
Dalam melakukan kegiatan pembangunan, ditentukan terlebih dahulu
tipe/jenis aktifitas debu yang dihasilkan, potensi terbentuknya aerosol udara,
durasi dari aktifitas, dan jumlah sistem HVAC.
Pedoman Petunjuk Tipe Aktifitas Konstruksi :
1. Langkah Pertama
Menggunakan tabel berikut untuk melakukan identifikasi type/jenis
konstruksi kegiatan proyek (Type A-D).
TYPE KRITERIA
Inspeksi dan kegiatan non-invasif
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
 Mengganti ubin langit-langit (plafon) untuk inspeksi visual saja.
Misalnya terbatas pada 1 genting/plafon per 50 meter persegi.
TIPE  Pengecatan (tetapi tidak dengan pengamplasan)
A  Dinding meliputi pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan yang
tidak menghasilkan debu atau memerlukan pembongkaran dinding
atau akses ke langit-langit selain untuk pemeriksaan yang
kelihatan.
TIPE Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menghasilkan debu minimal
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
B
 Pembukaan tidak lebih dari satu ceiling ubin per 10 ubin
 Pemasangan kabel telepon dan komputer

8
TYPE KRITERIA
 Pembongkaran dinding atau atap dimana penyebaran debu dapat
dikontrol
 Renovasi kecil dari suatu ruangan
 Pengamplasan dinding basah
 Akses ke ruang terbuka
Pekerjaan yang menghasilkan debu yang banyak
Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
 Pengamplasan dinding kering, untuk pengecatan atau penutup
dinding
 Pembongkaran dinding, merobohkan dinding kering atau
menyelesaikan bangunan, dimana pekerjaan terbatas satu kamar
 Pembongkaran dinding atau pembangunan tembok baru
TIPE  Pekerjaan kecil saluran, pipa, listrik di langit-langit (tidak termasuk

C pembongkaran atau instalasi);


 Renovasi ruangan yang ada
 Menarik kabel utama dari beberapa kamar ke jalur akses yang
dibutuhkan
 Kegiatan apapun yang tidak dapat diselesaikan dalam shift kerja
tunggal.
 Setiap aktifitas yang tidak memerlukan penutup/barrier yang tidak
memenuhi syarat sebagai tipe D
Pembongkaran besar dan proyek–proyek konstruksi utama namun
tidak terbatas pada :
 Kegiatan yang memerlukan penutupan unit/relokasi pasien
 Pembongkaran instalasi kabel lengkap, HVAC, pipa, perlengkapan
gas, atau sistem listrik
TIPE  Pembongkaran komponen gedung utama
 Konstruksi baru yang terletak di dekat gedung Rumah Sakit
D
(sebagaimana ditentukan oleh TIM ICRA primer)
 Konstruksi baru yang terletak di dekat jalur keluar pasien dari area
perawatan (yang telah ditetapkan oleh TIM ICRA primer )
 Kegiatan penggalian yang jaraknya dekat dengan bangunan Rumah
Sakit (sebagaimana telah ditetapkan oleh Tim ICRA Primer)

9
2. Langkah Kedua
Identifikasi group pasien yang berisiko.
Risiko
Risiko Menengah Risiko Tinggi Risiko Highest
Rendah
 Area  Cardiology  HCU  Tempat
perkantora  Echocardigraphy  IGD Perawatan
 Endoscopy  Laboratorium
n  Nuclear Medicine Pasien
 Koridor Klinik,
 Physical Therapy Imunosupresan
Umum  Radiologi/MRI Spesimen  Bank Darah
 Respiratory  Medical Units  Klinik Lab
 Ruang RR
Therapy  Farmasi Mikrobiologi,
 Ruang Anak Virologi
 Surgical Units  HCU
 Ruang  Ruang Isolasi
Perawatan Bayi Tekanan
 Rawat Jalan Negatif
 Oncology
 Ruang Operasi

3. Langkah Ketiga
IC MATRIX – CLASS OF PRECAUTION : CONTRUCTION
PROJECT BY PATIENS RISK
Contruction Project type
Patiens Risk Group
Type A Type B Type C Type D
Low Risk Group I II II III/IV
Medium Risk Group I II III IV
High Risk Group I II III/IV IV
Highest Risk Group II III/IV III/IV IV
Catatan : Persetujuan IC diperlukan bila kegiatan konstruksi dan tingkat
risiko menunjukkan kelas III atau IV, maka prosedur pengendalian
diperlukan.

4. Langkah Ke Empat
Diperlukan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan kelas.

10
Kelas Selama Pembangunan Proyek Setelah Penyelesaian Proyek
I. 1. Laksanakan pekerjaan 1. Bersihkan area kerja setelah
dengan metode menyelesaikan tugas.
meminimalisasi timbulnya
debu dari pelaksanaan
kegiatan konstruksi
2. Segera meletakkan kembali
ke tempat semula plafon atap
yang diganti untuk
pemeriksaan yang kelihatan
II. 1. Menyediakan sarana aktif 1. Lap permukaan kerja dengan
untuk mencegah debu udara pembersihan/desinfektan;
dari penyebaran ke atmosfer; 2. Wadah yang berisi limbah
2. Air kabut permukaan kerja konstruksi sebelum di
untuk mengendalikan debu transportasi harus tertutup rapat
pada waktu pemotongan; 3. Pel basah dan/atau vakum
3. Seal pintu yang tidak terpakai dengan HEPA filter, vakum
dengan lakban; sebelum meninggalkan area
4. Blokir dan tutup ventilasi kerja;
udara; 4. Setelah selesai, mengembalikan
5. Tempatkan tirai debu di pintu sistem HVACdimana pekerjaan
masuk dan keluar area kerja; dilakukan.
6. Hilangkan atau isolasi sistem
HVAC (Heating, Ventilation,
dan Air Conditioning) yang
sedang dilaksanakan;
III 1. Untuk mencegah kontaminasi 1. Jangan menghilangkan barrier
dari sistem saluran maka dari area kerja sampai proyek
hilangkan/lepaskan atau selesai diperiksa oleh Komite
isolasi sistem HVAC di area, PPIRS, dibersihkan oleh bagian
dimana pekerjaan sedang kebersihan RS.
dilakukan; 2. Hilangkanbarrier material

11
Kelas Selama Pembangunan Proyek Setelah Penyelesaian Proyek
2. Lengkapi semua barrier dengan hati-hati untuk
penting yaitu sheetrock, meminimalisasi penyebaran dari
playwood, palstik untuk kotoran dan puing-puing yang
menutup area dari area yang terkait dengan konstruksi;
tidak untuk kerja atau 3. Vakum area kerja dengan HEPA
menerapkan metode filtered vacuums
pengendalian kubus (gerobak 4. Area untuk lap basah dengan
dengan penutup plastik dan pembersih/disinfektan/cleaner
koneksi disegel ke tempat 5. Setelah selesai, kembalikan
bekerja dengan HEPA vakum sistem HVAC
untuk menyedot debu
sebelum keluar) sebelum
konstruksi dimulai;
3. Menjaga tekanan udara
negatif di dalam tempat kerja
dengan menggunakan HEPA
unit yang dilengkapi dengan
penyaringan udara;
4. Wadah tempat limbah
konstruksi sebelum di
transportasi harus tertutup
rapat
5. Tutup wadah transportasi
atau gerobak. Pita penutup,
jika tidak tutup yang kuat;

Identifikasi Daerah sekitar area proyek, menilai dampak potensial


Unit Unit
Lateral Lateral Behind Front
Below Above
Risk Risk Risk Risk Risk Risk
Group Group Group Group Group Group

12
5. Langkah Ke 5, Identifikasi kegiatan di tempat khusus, misalnya ruang
perawatan, ruang farmasi /obat,dst.
6. Langkah Ke 6, Identifikasi masalah yang berakitan dengan : ventilasi,
pipa ledeng, listrik dalam hal terjadinya kemungkinan pemadaman.
7. Langkah Ke 7, Identifikasi langkah-langkah pencegahan, menggunakan
penilaian sebelumnya, apa jenis barriernya (misalnya barriernya dinding
yang tertutup rapat ). Apakah HEPA filter diperlukan ?
Catatan : Selama dilakukan konstruksi maka area yang
direnovasi/konstruksi seharusnya diisolasi dari area yang dipergunakan
dan merupakan area negatif terhadap sekitarnya.
8. Langkah Ke 8, Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air.
Apakah ada risiko akibat merusak kesatuan struktur (misalnya : dinding,
atap, plafon).
9. Langkah Ke 9, Jam kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama
bukan jam pelayanan pasien.
10. Langkah Ke 10, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang
isolasi/ruang aliran udara negatif yang memadai.
11. Langkah Ke 11, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan
tipe tempat/bak cuci tangan.
12. Langkah Ke 12, Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum
bak/tempat cuci tangan tersebut ?
13. Langkah Ke 13,Apakah PPIRS/ IPCN setuju dengan rencana relatif
terhadap utilitas ruangan bersih dan kotor.
14. Langkah Ke 14, Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan
tersebut dengan tim proyek (misalnya :arus lalu lintas, rumah tangga,
pembersihan puing, bagaimana dan kapan).

C. PERSYARATAN KINERJA
1. Pengendalian Infeksi sangat penting dalam semua bidang fasilitas
konstruksi, renovasi, dan pemeliharaan karena menyebabkan gangguan
debu yang ada, atau menciptakan debu baru, sehingga harus ditutup
dengan ketat untuk mencegah setiap aliran partikel ke daerah pasien.
2. Pemilik membutuhkan kontraktor yang terikat dengan kebijakan ini,
sehingga sebelum kegiatan dimulai pemilik dan kontraktor harus

13
mengadakan pertemuan terlebih dahulu sehingga kontraktor dapat
menjalankan renovasi atau konstruksi sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
3. Infection Control (IC) dapat mengubah persyaratan kinerja dari ICRA
sesuai yang diperlukan dengan kondisi lapangan. Modifikasi ini tidak
mengubah maksud dan kebijakan yang ada.

D. PRODUK DAN BAHAN


1. Tipe Barrier :
Untuk menghindari kebakaran Polyethylene, biasanya ketebalan 6-mil,
dinding gypsum, fiberglass diperkuat plastik (mirip dengan Api-X
Glassboard ), kayu lapis dan masonite (harus dicat dengan cat tahan api)
sebagaimana ditentukan dalam ijin kerja ICRA.

2. Bleach :
Sebuah disinfektan berbasis air dengan bahan natrium hipoklorit,
biasanya dengan ukuran1 bagian pemutih di 10 bagian air (1 ¾ cangkir
pemutih dalam 1 galon air).Harus dibuat baru setiap 24 jam.
3. Carpet Vacuum; dengan HEPA Filter
4. Control Cube
5. Jenis Pintu;
Pintu kayu maupun logam harus berbingkai logam, handel pintu
dipolietilena, atau polietilena masuk tumpang/tindih ganda sebagaimana
ditentukan dalam ijin ICRA.
6. Exhaust Selang :
Fleksible, baja yang kuat, Ventilasi Blower Hose, WPG
7. HEPA Vacuum;
Harus dapat melakukan penyaringan sampai dengan @ 0,5 mikron
8. Mesin tekanan negatif :
Harus mampu menyaring 200-2000 kaki kubik permenit.
9. Kipas angin tekanan negatif :
Bertekanan udara tinggi, tekanan statis, tanpa filter.
10. Walk-off mats;
Sediakan karpet ukuran minimal 18 inci x 24 inci dibasahi dengan larutan
pemutih untuk akses jalan petugas sehingga mencegah debu keluar dari
zona.

E. BARRIER/PENGHALANG

14
1. Ada pintu yang dapat menjadi penghalang ICRA bagi pekerja proyek
dengan paparan ruangan. Ini akan dapat dilaksanakan dengan
memperhatikan kontruksi ruang, jenis kegiatan, dan kelompok risiko.
2. Penghalang yang mengkin ditentukan :
a. A. Polyethylene;
b. Halaman, disamping pintu masuk zona kerja;
c. Menutup langit-langit, ruangan, tempat-tempat interstitial,dan lain-
lain;
d. Metode penutupan lain yang sesuai dengan ketentuan ICRA.
3. Penghalang plastik dapat dipakai dengan bingkai logam menggunakan
semprot perekat, sekrup,dan lain-lain;
4. Hambatan dinding kering bisa dengan memiliki sendi dan sekrup ditutupi
atau disegel;
5. Flaps Polyethylene ganda yang digunakan sebagai pintu masuk ke tempat
kerja harus tumpang tindih maksimal 2 meter;
6. Jika pintu masuk berengsel digunakan untuk pintu penghalang, sebuah
mesin udara 2000 CFM negatif yang besar harus digunakan untuk
memastikan 100 kaki permenit udara keluar dari ruang kerja, ini dapat
dimodifikasi dengan ruangan yang kecil;
7. Bukaan pintu ganda mungkin diperlukan sebagai airlock dan PPE area.
Hanya satu pintu yang boleh dibuka pada suatu waktu, pengecualian
dibuat untuk pengiriman barang besar. Dua pintu dibuka secara
bersamaan harus diminimalkan.

F. PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI SECARA UMUM


1. Fasilitas (pelaksana) kegiatan dan IC akan diberitahu sejak awal
perencanaan atau desain tahap dari proyek;
2. Untuk memenuhi persyaratan ICRA, TIM ICRA primer kalau perlu tim
Ad hoc ICRA akan meninjau proyek lingkup pekerjaan, desain, lokasi
sekitar dan dampak dari sistem utilitas. Konstruksi jenis kegiatan, group
risiko, dan klasifikasi tingkat akan ditugaskan;
3. Seluruh tahapan proyek berdasarkan ICRA dapat revisi, tergantung
kondisi;
4. TIM ICRA Primer bertanggung jawab untuk mengembangkan ICRA dan
menyikapi kebutuhan lain diluar ICRA;

15
5. Pengawas proyek (PM) akan mengevaluasi setiap proyek untuk
menentukan klasifikasi peringkat. PM dan IC akan mengevaluasi setiap
III tingkat dan IV tingkat.
6. Fasilitas pemeliharaan dan petugas akan mengikuti intervensi ICRA
untuk proyek tingkat I dan II secara rutin tanpa penilaian ICRA resmi
atau izin kerja. Untuk tingkat II dan IV proyek mereka harus
mendapatkan izin kerja ICRA dari PM atau IC;
7. Jika mesin udara negatif bermasalah, PM, IC, dan kontraktor akan
meninjau intalasi sebelum koneksi;
8. Kontraktor bertanggung jawab untuk memperoleh surat izin ICRA
sebelum memulai bekerja., posting dipintu masuk zona kerja,
informasikan persyaratan ICRA kepada orang sekitar yang terkena
dampak;
9. Kontraktor bertanggung jawab menyediakan tenaga kerja dan peralatan
sesuai yang disyaratkan oleh ICRA;
10. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga peralatan mereka termasuk
penggantian HEPA dan filter sesuai program sertifikasi filter;
11. Tergantung pada lingkup pekerjaan, fase pekerjaan, dan lokasi
pembuangan udara tanpa filter udara negatif dapat diizinkan;
12. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjamin penghalang ICRA sesuai
standar;
13. Pada setiap awal shift, ketika tekanan udara diperlukan petugas harus
dapat memenuhi semuanya;
14. Kontraktor harus dapat menyediakan peralatan dan tenaga kerja sesuai
kebutuhan untuk pembersihan area kerja sehingga dapat mencegah
akumulasi debu dan puing;
15. Penetrations (pipa, saluran, kabel), dan lain-lain harus disegel;
16. Penghalang harus ada pada lift atau tangga yang ada di zona kerja;
17. Investigasi yang mungkin memerlukan pembukaan ubin atau langit-langit
harus segera diganti setelah selesai penyelidikan dan ketika tanpa
pengawasan;
18. Pekerjaan yang dilakukan di ICRA bisa diberi penghalang sementara,
tapi harus segera dipindahkan dan dibersihkan setelah proses selesai;
19. Jika cube pengendalian wajib memiliki udara negatif, sebuah sertifikat
mesin udara negatif harus digunakan;

16
20. Mesin udara negatif dapat dihubungkan ke daya normal atau darurat dan
harus dijalankan terus menerus;
21. Efektifitas penghalang harus dipantau dan penghalang diperbaiki atau
ditingkatkan untuk mencegah debu dan puing-puing keluar dari zona;
22. HVAC register dan ventilasi dalam bidang konstruksi harus capped
kecuali khusus disetujui oleh PM atau IC;
23. Metode untuk menyerap debu ketat harus menahan tekanan udara statis;
24. Wadah transportasi, gerobak, kotak peralatan, dan lain-lain harus bebas
dari debu;
25. Debu harus dibersihkan dari zona kerja dalam wadah tertutup rapat dan
diangkut melalui rute yang diidentifikasi dan ditentukan oleh ICRA;
26. Kontraktor dan bahan yang tidak boleh melewati area pasien harus
ditunjuk elevator;
27. Kontraktor harus bebas dari debu sebelum keluar dari zona kerja, jika
menggunakan coverral harus dibersihkan dizona kerja sebelum keluar ke
ruang ante;
28. Karpet untuk berjalan harus selalu bersih, diganti setiap hari atau lebih
sering lebih efektif;
29. Peralatan kontraktor harus dibersihkan dengan cairan pemutih untuk
mencegah debu keluar dari zona kerja;
30. Kontraktor wajib segera membersihkan debu yang keluar dari zona kerja;
31. Semua debu yang harus dilakukan dengan menggunakan vacum HEPA
disaring.

G. IZIN KERJA ICRA


1. Tulis ICRA IMTA diperlukan untuk pekerjaan tingkat III dan IV, tapi bisa
juga mungkin untuk tingkat II;
2. Ditulis Infection Control Risk Mitigation Plan (ICRMR) untuk semua
konstruksi baru dan renovasi besar dari kamar pasien, atau ruang
perawatan;
3. Formulir izin kerja dan intervensi yang terdaftar dapat dimodifikasi
sesuai yang diperlukan;
4. IC akan mengeluarkan nomor izin kerja, dan kemudian memberikan
kepada PM;
5. Izin kerja akan ditanda tangani oleh PM, disimpan di file proyek dan IC
akan diberi salinannya;

17
6. Salinan akan ditempel ditempat kerja, dan akan ditampilkan untuk durasi
proyek;
7. PM dan IC dapat menambahkan rincian komentar atau persyaratan yang
diperlukan untuk pekerjaan tertentu;
8. Kontraktor harus mematuhi semua intervensi komentar tambahan,
persyaratan kalau perlu intervensi tambahan Pengendalian Infeksi.

H. IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI


1. PM dan pemilik akan mengatur untuk relokasi persediaan, peralatan,
mebel, dan lain-lain dari zona kerja sebelum penghalang dibuat;
2. Segel jendela, area masuk bangunan harus terjamin untuk meminimalkan
infiltrasi dari luar yang mencemari ketika zona kerja berada dibawah
tekanan negatif;
3. Kontraktor akan menjalankan mesin udara negatif di zona kerja sebelum
penghalang dipasang;
4. Izin kerja akan ditunjukkan sebelum memasang penghalang di area debu
ketat;
5. Kontraktor akan memasang penghalang sesuai dengan persyaratan yang
disetujui ICRA;
6. Serambi akan dibangun untuk menjaga aliran udara dari sisi bersih
melalui serambi dan masuk ke zona kerja;
7. ICRA akan menunjukkan apakah perangkat pemantauan tekanan udara
negatif diperlukan, kontraktor akan mengatur untuk instalasi;
8. Setelah menyelesaikan barrier, kontraktor akan memverikasi tekanan
negatif diterima;

I. PENYELESAIAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI


PM akan memverifikasi bahwa utilitas serta sistem mekanik yang
ditugaskan dan/atau berfungsi sesuai spesifikasi :
1. Setelah pembersihan semua peralatan kontraktor, kontraktor akan
mengecek semua pipa dengan membilas semua perlengkapan selama 5
menit kemudian disiram ke toilet selama beberapa kali;
2. Setelah pembilasan pipa, penghalang, peralatan dan seluruh zona kerja
dibersihkan.
3. Setelah membersihkan penghalang, IC atau PM yang ditunjuk akan
melakukan pemeriksaan;

18
4. HVAC akan dibersihkan dan ditutup, serta dimatikan. Penutup udara
pasokan akan dibersihkan sebelum penutup udara kembali dilepas. Jika
tindakan ini menghasilkan debu atau kotoran pembersihan dan
pemeriksaan akan diulang;
5. Pembersihan hambatan ICRA harus dilakukan dengan hati-hati untuk
mencegah kontaminasi daerah sekitarnya;
6. Untuk meminimalkan debu aerosolisasi selama pembersihan hambatan,
polietilena mungkin ringan semprot dengan larutan pemutih;
7. Kontraktor harus melipat polietyline dengan meminimalkan debu yang
mungkin bertebaran;
8. Puing-puing harus ditempatkan diwadah tertutup untuk proses
transportasi;
9. Pembersihan penghalang segera dilakukan jika penghalang akan diambil;
10. Bersihkan mesin udara negatif;
11. Sedot dengan mesin HEPA debu atau kotoran yang dihasilkan saat
pembersihan;
12. Seimbangkan sistem HVAC;
13. Pembersihan penghalang dilihat dan disetujui oleh IC atau PM yang
ditunjuk;

J. INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT


1. Tingkat 1
a. Izin kerja tidak diperlukan, tetapi PM dapat membuat jika diperlukan;
b. PM dan kontraktor bertanggung jawab untuk mengidentifikasi tingkat
intervensi yang berlaku, jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan
IC;
c. PM dan kontraktor memverifikasi dan bertanggung terhadap proyek
yang dilakukan;
2. Tingkat 2
a. Izin kerja ICRA tidak diperlukan, tetapi bisa membuat jika diinginkan;
b. Kontraktor dan PM bertanggung jawab untuk mengidentifikasi
intervensi tingkat II,jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC;

3. Tingkat 3
Harus mematuhi semua tingkat I dan II;
a. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRA.
4. Tingkat 4
Patuhi semua tingkat IV, III, II, dan I
a. PM dan IC kembali diminta untuk melengkapi ICRA;

19
b. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRMR untuk semua
konstruksi baru dan renovasi kamar perawatan pasien;
c. Setelah kegiatan debu hasil dari pembongkaran/konstruksi, dan sepatu
dibersihkan;
Jika intervensi dilakukan di lokasi risikotertinggi (OK, CSSD, Bone
Transplantasi Sumsum/BMT, dan lain-lain):
1. Jika pekerjaan dilakukan di Ruang Operasi, kontraktor harus mematuhi
intervensi pengendalian infeksi yang diterapkan didaerah berisiko tinggi
yang ditetapkan oleh Tim ICRA Primer;
2. Semua peralatan yang akan masuk ke ruang risiko tinggi harus dilakukan
penyekaan dengan desinfektan sampai bebas debu dan kotoran;
3. Kontraktor harus memakai pakaian sesuai dengan ketetapan Ruang
Operasi atau CSSD;
4. Semua pekerjaan yang dilakukan dalam lokasi risiko tertinggi harus
dijadwalkan oleh PM dan perawat manager atau yang ditunjuk oleh
mereka;
5. Semua pekerjaan yang dilakukan diatas langit-langit atau pekerjaan yang
menciptakan debu dan air aerosolisasi harus dilakukan dalam pengawasan
atau Control Cube memanfaatkan HEPA mesin udara negatif yang
bersertifikat;

K. PEMANTAUAN LINGKUNGAN
1. PM, Keselamatan Departemen, IC akan menentukan kapan sampling
udara diperlukan;
2. Kontraktor mendokumentasikan visual konfirmasi tekanan negatif pada
Negatif Air Presure Log Verifikasi;
3. Pemilik boleh memilih untuk memonitor kualitas udara seluruh proyek;
4. PM dan kontraktor mungkin diperlukan untuk menyelesaikan setiap hari
Check List monitor kepatuhan konstruksi pengendalian infeksi sehari-
hari.

L. PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA


1. Semua kontraktor dan PM harus mengikuti pelatihan ICRA;
2. Pendidikan ICRA harus diberlakukan sebelum pekerjaan awal individu;
3. Kontraktor terlatih harus dikawal ICRA terlatih, persetujuan untuk
menggunakan non-kontraktor ICRA terlatih harus disetujui oleh PM;

20
4. Sesi pelatihan akan ditawarkan dalam kuliah formal atau disetujui oleh IC
dalam presentasi;
5. Kontraktor yang telah melakukan pelatihan mendapat sertifikat yang
berlaku selama satu tahun;
6. Pendidikan harus diulang setiap satu tahun;
7. Tes tertulis harus diberikan untuk memastikan bahwa poin yang
bersangkutan telah dipelajari.

M.PENGAWASAN
1. PM, IC dan fasilitas kesehatan akan memastikan kepatuhan dalam
menjalankan kebijakan ini, dan mereka mempunyai wewenang untuk
menghentikan semua pekerjaan jika kegiatan berisiko terhadap pasien,
staf, dan publik;
2. Individu yang tidak bersertifikat tidak mempunyai pelatihan valid diminta
untuk meninggalkan fasilitas;
3. ICRA memantau kepatuhan konstruksi dengan melihat inspeksi dari
ICRA dan zona kerja;
4. Ketidakpatuhan akan segera ditindaklanjuti melalui komunikasi verbal
dan kemudian melalui dokumen tertulis. Rincian pelanggaran akan
dikirim ke PM, IC, dan Fasilitas Departemen dan akan ditempatkan di file
proyek. Selanjutnya ulasan akan dibahas dalam proyek dan pertemuan
konstruksi;
5. Pelanggaran kebijakan ini dapat mempengaruhi status sebagai kontraktor
yang berkualitas untuk panawaran selanjutnya;
6. PM akan memberitahukan Assosiated Director sesuai facilities jika
kontraktor melakukan pelanggaran ulang;

N. YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSEDUR


1. Epidemiologi Rumah Sakit;
2. Koordinator IC;
3. Fasilitas yang ditunjuk oleh PM;
4. Asosiasi Direktur Fasilitas Perencanaan dan Konstruksi;
5. Direktur Pemeliharaan Fasilitas;
6. Direktur Keselamatan

21
O. KETERLIBATAN KOMITE PPI/TIM PPI DALAM ASPEK
PENGENDALIAN INFEKSISAAT RENOVASI/PEMBANGUNAN DAN
DESAIN RUMAH SAKIT
1. Prinsip Dasar
• Pencegahan infeksi terhadap pasien, staf rumah sakit, pekerja
bangunan dan pengunjung akibat gangguan kualitas lingkungan saat
renovasi/pembangunan dan sesudahnya;
• Desain harus memungkinkan staf melaksanakan pedoman PPI (IPC
Guidelines);
Masalah yang terjadi saat renovasi/pembangunan rumah sakit adalah :
a. Debu;
Renovasi/pembangunan akan mengotori udara sehingga berdebu
dengan konsentrasi spora jamur (Aspergillus sp) dan kuman
(Legionella sp) tinggi (CONSTRUCTION RELATED
NOSOCOMIAL INFECTIONS).

ASPERGILLUS
FUMIGATUS

Gambar III – 1 :Spora Jamur Aspergillus Fumigatus

ASPERGILLUS FUMIGATUS
• Penyebab tersering Aspergillosis :
- Invasive;
- Non Invasive.
• > 50% Invasive Aspergillosis;
• Mampu berkembang sampai suhu 55⁰ C;
• Terdapat dimana mana (lembab);

22
• Invasive Aspergillosis;
- Diagnosis Sulit;
- Mortalitas > 50 %.
PALING PENTING : CEGAH TERPAPAR
RISIKO “OUTBREAKS” ASPERGILLOSIS
• Semua aktifitas yang mengakibatkan peningkatan spora di udara :
Pembangunan Gedung, Konstruksi, Renovasi, Perbaikan;
• Permukaan Lembab.

Gambar III – 2 : Atap Rumah dengan Permukaan Lembab

b. Kontaminasi Air dan Sistem Pendingin Udara;


Saat renovasi terkontaminasi patogen Legionella Sp
(CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL INFECTIONS).

23
Gambar III – 3 : Contoh Salurah Pipa yang Rusak

LEGIONELLA Sp.
• Airborne & Waterborne Transmission;
• Umum Terdapat dalam Sumber Air Natural;
• Berakumulasi dalam “BIOFILM” Pipa Air, Bak Penampungan;
• Berkembang Biak pada Suhu 20° - 45° C.

Gambar III – 4 : Kuman Legionella Sp.

c. Pasien “High Risk”.


• Pasien Transplantasi;
• Pasien di Bangsal Hematologi dan Onkologi  Neutropenia;
• Pasien dengan Pengobatan Corticosteroid;
• Pasien “Immunocompromised” Lainnya (DM, ODHA, dll).

24
Gambar III – 5 :Pasien High Risk

2. Sumber Mikroorganisme
Penyebab Infeksi
a. Debu dan Tanah;
b. Pipa Saluran Air;
c. Sistem Ventilasi.
Pencegahan :
a. Kurangi Debu;
b. Cegah Migrasi Debu dari Lokasi :“Barrier” Plastik dari Lantai sampai
Langit Langit.

Gambar III – 6 :Contoh “Barrier” Plastik dari Lantai

c. “Pre-Construction“(Sebelum Kegiatan Dimulai)


 Konsultasi kepada Komite PPIRS;
 Identifikasi Kemungkinan Kerusakan Saluran Pipa Air atau Sistem
AC;
 Identifikasi dan Peta Pasien“High Risk”;
 Pelatihan Pekerja;
 Tentukan Alur Gerakan Pekerja.
d. “Construction” (Saat Kegiatan)

25
 Awasi Alur Pasien, Kalau Perlu Gunakan Masker N-95 /
Respirator kepada Pasien;
 Tutup Rapat Pintu dan Jendela, Tambahkan “Seal”;
 “Barrier” Debu;
 Tekanan Negatif Area Kerja;
 Hepa Filter di Bangsal Pasien “High Risk”.
 Awasi Kegiatan dengan Ketat :
- Alur Material dan Bahan Sisa/Sampah;
- Kepatuhan Pekerja;
- Risiko Kontaminasi Pipa Air atau Sistem AC.
e. “Post Construction” (Pasca Kegiatan)
 Area Harus Bersih dan Bebas Debu;
 IPCO Menilai Area Sebelum Digunakan;
 Kalau Perlu Lakukan “Air Sampling” dan “Kultur Lingkungan”
3. Faktor “Design” yang Mempengaruhi Transmisi Infeksi Rumah Sakit
a. Jumlah Pasien dan Perawat;
b. Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur;
c. Ruangan yang Tersedia;
d. Jumlah dan Jenis Kamar;
e. Jumlah Tempat Tidur per Kamar;
f. Lantai dan “Permukaan”;
g. Air, Listrik dan Sanitasi;
h. Ventilasi dan Kualitas Udara;
i. Pengelolaan Alat Medis;
j. Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah.

 Jumlah Pasien dan Perawat;


Rasio Pasien – Perawat
1 : 3 – 10
 Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur;
Desain Ketersediaan Alat Medis dan APD (Jumlah dan Jenis) yang
Dibutuhkan.
 Ruangan yang Tersedia;
Ruang Tunggu, Ruang Petugas, Ruang Rawat, Ruang Isolasi (di tiap-
tiap Bangsal);

26
 Jumlah dan Jenis Kamar;
- Maksimum 40 Tempat Tidur setiap Bangsal / Ruangan;
- Tersedia “Single Room” untuk Isolasi Pasien Infeksius.
 Jumlah Tempat Tidur per Kamar;
- 2 – 4 Tempat Tidur (Jarak Minimum 1 Meter);
Ideal : 1 Tempat Tidur Tiap Kamar;
- Tiap Kamar Tersedia Fasilitas Alcohol – Based Hand Rub (ABHR);
Ideal : Tiap Tempat Tidur;
- Toilet dan Shower tiap Kamar.
 Lantai dan “Permukaan”;
- Mudah Dibersihkan;
- Tidak Ada Karpet;
- Rekomendasi : Vinyl.
 Air, Listrik dan Sanitasi;
- Air Minum Diperiksa Secara Berkala;
- Air Bersih dan Listrik Tersedia 24 Jam / Hari;
- Pengelolaan Air Unit Khusus (Hemodialisis, Bangsal Transplant)
--- Cegah Perkembangan Kuman Legionella, Pseudomonas, Jamur
dan Mikroorganisme Lingkungan Lainnya.
 Ventilasi dan Kualitas Udara;
- Who Menyarankan Ventilasi Alamiah untuk PPI – TB ( 2009 );
- Mampu Mencegah Transmisi Airborne.
 Pengelolaan Alat Medis;
- “Clean” & “Dirty” Harus Terpisah;
- Tindakan Mempersiapkan Infus dan Injeksi di Ruang Bersih dan
Terpisah;
- Alat Steril Disimpan di Lemari Tertutup.
 Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah.
- Lantai Dapur dan “ Permukaan “ Harus Terbuat dari Bahan yang
Mudah Dibersihkan;
- Makanan Hangat Segera Dikonsumsi atau Didinginkan Sebelum
Disimpan;
- Linen dan Pakaian Kerja Petugas Sudah Terkontaminasi à Cuci di
Rumah Sakit;
Alasan WHO Menyarankan 1 Kamar - 1 Tempat Tidur (Single Bed
Rooms)
- Kwalitas Tidur Lebih Baik;
- Privasi Meningkat;
- Tingkat Kebisingan Menurun;

27
- Transmisi Mikroorganisme Menurun;
- Kesalahan Pemberian Obat Menurun;
- Proteksi Data Pasien Lebih Baik.

Q. KESIMPULAN
1. IPCO Harus Dilibatkan dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan
Pengawasan;
2. Pelatihan terhadap Pekerja Bangunan;
3. Tentukan Alur Pekerja, Bahan Material dan Sampah Bangunan;
4. Pekerjaan Tidak Boleh Dimulai Sebelum “Penilaian Risiko” Lengkap
Dilakukan;
5. Waspada Terhadap “CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL
INFECTIONS”
 Aspergillosis;
 Legionellosis.
6. Fokus Perhatian
 Lingkungan Sekitar Area;
 Sistem Pipa Air;
 Sistem Ventilasi.
7. Renovasi di Rumah Sakit berbeda karena Pasien lebih Memerlukan
Kualitas Udara yang Baik;
8. Syarat Penting dalam Desain
 Suplai Air Bersih dan Listrik Konstan 24 Jam / Hari;
 Jumlah dan Jarak Tempat Tidur Adekuat;
 Ventilasi sesuai Prinsip PPI;
 Sanitasi Untuk :
- Pasien;
- Pengunjung;
- Staf Rumah Sakit;
- Lantai dan Permukaan;
- Bahan yang Mudah Dibersihkan.

28
BAB IV
DOKUMENTASI

Standar Prosedur Operasional (SPO) ICRA Akibat Dampak dari Renovasi dan
Konstruksi Gedung Rumah Sakit, terlampir

29
DAFTAR PUSTAKA

Fasilities Guideline Institute (FGI), 2010

Guidelaine for design and Construction of Health Care Facilities

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas


Pelayanan Kesehatan lainnya, Depkes RI – Perdalin Pusat Jakarta, 2008

Perdalin Pusat, Handout Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


Rumah Sakit, 2012

Materi Bimbingan KARS 2013

30

You might also like