Professional Documents
Culture Documents
LBM 2 Mata Muti
LBM 2 Mata Muti
2. Why the patient had red eyes and produced yellow discharge on the
right eyes?
Damage to the conjunctival epithelium by a noxious agent may be
followed by epithelial edema, cellular death and exfoliation, epithelial
hypertrophy, or granuloma formation. There may also be edema of the
conjunctival stroma (chemosis) and hypertrophy of the lymphoid layer
of the stroma (follicle formation). Inflammatory cells, including
neutrophils, eosinophils, basophils, lymphocytes, and plasma cells,
may be seen and often indicate the nature of the damaging agent. The
inflammatory cells migrate from the conjunctival stroma through the
epithelium to the surface. They then combine with fibrin and mucus
from the goblet cells to form the conjunctival exudate, which is
responsible for the "mattering" on the lid margins (especially in the
morning).
Hyperemia is the most conspicuous clinical sign of acute conjunctivitis.
The redness is most marked in the fornix and diminishes toward the
limbus by virtue of the dilation of the posterior conjunctival vessels. (A
perilimbal dilation or ciliary flush suggests inflammation of the cornea
or deeper structures.) A brilliant red suggests bacterial conjunctivitis,
and a milky appearance suggests allergic conjunctivitis. Hyperemia
without cellular infiltration suggests irritation from physical causes,
such as wind, sun, smoke, etc, but it may occur occasionally with
diseases associated with vascular instability (eg, acne rosacea).
Exudation is a feature of all types of acute conjunctivitis. The exudate
is flaky and amorphous in bacterial conjunctivitis and stringy in allergic
conjunctivitis. "Mattering" of the eyelids occurs upon awakening in
almost all types of conjunctivitis, and if the exudate is copious and the
lids are firmly stuck together, the conjunctivitis is probably bacterial or
chlamydial.
Pseudoptosis is a drooping of the upper lid secondary to infiltration of
Müller's muscle. The condition is seen in several types of severe
conjunctivitis, eg, trachoma and epidemic keratoconjunctivitis.
Sel-sel radang terlihat dalam eksudat atau kerokan yang diambil
dengan spatula palatina steril dari permukaan konjungtiva yang telah
di anastesi. Bahan itu dipulas dengan pulasan Gram (untuk
megidentifikasi organisme bakteri) dan Giemsa (untuk menetapkan
jenis dan morfologi sel) jika didapatkan hasil :
- Leukosit PMN Konjungitivitis bakteri
- Sel mononuklear khususnya limfosit Konjungtivitis virus
- Pseudomembran atau membran sejati konjungtivitis virus herpes
simpleks
- Neutrofil dan limfosit setara Konjungtivitis klamidia
- Eosinofil dan basofil Konjungtivitis alergika
- Eosinofil atau granul eosinofilik Keratokonjungtivitis vernal
- Sel raksasa multinuklear herpes
- Sel leber (makrofag raksasa) trakoma
- Badan guareri eosinofilik vaksinia
- Keratinisasi dengan filamen pemfigus
4. Why the patient small ulcer in the anterior lids, conjunctival injection,
and purulent discharge?
Injeksi Konjungtiva
Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau injeksi
konjungtiva ini dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun
infeksi pada jaringan konjungtiva. Injeksi konjungtiva memiliki sifat :
1. Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri
konjungtiva posterior melekat secara longgar pada konjungtiva
bulbi yang mudah dilepas dari dasar sklera.
2. Pada radang konjungtiva pembuluh darah terutama didapatkan di
daerah forniks
3. Ukuran pembuluh darah makin besar kebagian perifer, karena
asalnya dari bagian perifer atau arteri siliar anterior
4. Berwarna merah segar
5. Gatal
6. Fotopobia (-)
7. Pupil ukuran normal dengan reaksi normal
8. Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara
5. Why there are papil at the superior and inferior tarsal conjunctiva?
Hipertrofi papilar adalah reaksi konjungtiva nonspesifik yang terjadi
karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh
serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk
substansi papilla (bersama unsur sel dan eksudat) mencapai
membrane basai epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papilla
mirip jeruji payung. Eksudat radang rnengumpul di antara serabut-
serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan konjungtiva.
Pada penyakit-penyakit nekrotik (mis., trakoma), eksudat dapat
digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat. Bila papilanya
kecil, tampilan konjungtiva umumnya licin seperti beludru. Konjungtiva
dengan papilla merah mengesankan penyakit bakteri atau klamidia
(mis., konjungtiva tarsal merah mirip beiudru adalah khas pada
trakoma akut). Pada inJiltrasi berat konjungtiva dihasiikan papiia
raksasa. Pada keratokonjungtivitis vernal, papilla ini disebut juga
"papila cobblestone" karena tampilannya yang rapat; papila raksasa
beratap rata, poligonal, dan berwarna putih susu-kemerahan. Di tarsus
superior, papilla macam ini mengesankan keratokonjungtivitis vernal
dan konjungtivitis papilar raksasa dengan sensitivitas terhadap lensa
kontak di tarsus inferior, mengesankan keratokonjungtivitis atopik.
Papila raksasa dapat pula timbul di limbus, terutama di daerah yang
biasanya terpajan saat mata terbuka (antara pukul 2 dan 4 dan antara
pukul 8 dan 10). Di sini papila tampak berupa tonjolan-tonjolan
gelatinosa yang dapat meluas sampai ke kornea. Papila limbus khas
untuk keratokoniungtivitis vernal, tetapi jarang pada
keratokonjungtivits atopik
Sumber : Vaughan dan Asburi Oftalmologi Umum, Ed 17
Pterigium
o DD pterigium : pseudopterigium,
pannus dan kista dermoid.
Pseudopterigium
o Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat.
Terletak pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan proses
kornea sebelumnya.
Pinguekula
o Adalah nodul kuning pada kedua sisi kornea ( lebih sering pada
sisi nasal ) di daerah aperture palpebra.
Hematoma subkonjungtiva
Pengobatan:
Pterigium
o DD pterigium : pseudopterigium,
pannus dan kista dermoid.
DD :
Tanda penting pada konjungtivitis adalah :
a. Hiperemi :
Kemerahan yang paling nyata pada fornix dan mengurang ke
arah limbus. Hal ini disebabkan oleh dilatasi pembuluh –
pembuluh konjungtiva posterior. Pembuluh darah konjungtiva
posterior berasal dari cabang nasal dan lakrimal yang
merupakan cabang teminal arteri oftalmika, menuju kelopak
mata melalui forniks. Diantara keduanya terdapat anastomosis.
Injeksi konjungtiva menunjukkan adanya kelainan pada
konjungtiva superficial.
b. Lakrimasi :
Sekresi air mata oleh karena adanya sensasi benda asing,
sensasi terbakar/ gatal.
c. Eksudasi :
Adanya secret yang keluar saat bangun tidur dan bila berlebihan
palpebra saling melengket.
d. Kemosis :
Udem konjungtiva oleh karena transudasi cairan dari pembuluh
darah kapiler konjungtiva. Klinis tampak seperti
gelembung/benjolan bening pada konjungtiva bulbi atau fornix.
Kemosis dapat terjadi secara :
- Aktif : peningkatan permeabilitas pada peradangan
(eksudat)
- Pasif : akibat stasis (perbandingan “ tissue fluid “ didalam
jaringan/organ tergantung pada keseimbangan antara
produk cairan dari arteri, penyerapan ke vena dan
drainage oleh limfatik). Ketidakseimbangan salah satu
factor ini dapat menyebabkan kemosis.
e. Folikel :
Tampak pada kebanyaan kasus konjungtivitis virus, kasus
konjungtivitis khlamidia. Sering terdapat pada tarsus terutama
tarsus superior. Secara klinik dapat dikenali sebagai struktur
kelabu atau putih yang avaskuler dan bulat. Pada pemeriksaan
slit lamp, pembuluh-pembuluh kecil tampak muncul pada batas
folikel dan mengintarinya.
f. Pseudomembran :
Adalah haasil proses eksudatif dan hanya berbeda derajatnya.
Pseudomembran adalah pengentalan di atas permukaan epitel,
bila diangkat epitel tetap utuh. Bila sebuah membran adalah
pengentalan yang meliputi seluruh epitel epitel jika diangkat
akan meninggalkan permukaan yg kasar dan berdarah.
Pseudomembran atau membran dapat menyertai konjungtivitis
virus herpes, pemphigoid sikatriks, difteria. Membran dan
pseudomembran dapat berupa sisa akibat luka bakar kimiawi.
g. Hipertrofi papila :
Reaksi konjungtiva non spesifik yang terjadi karena konjungtiva
terikat pada tarsus atau limbus. Konjungtiva papiler merah
mengesankan penyakit bakteri atau klamidia.
h. Nodus preaurikuler:
Pembesaran nodus limfatikus. Ada nyeri tekan pada konj. Herpes
dan inklusi dan trakoma.
KONJUNGTIVITIS KLAMIDIA
Stadium klinis :
- Prefolikel
- Folikel
- Sikatriks
- Sanata
KONJUNGTIVITIS VIRUS
Tanda dan gejala :
Demam ( Demam Faringokonjungtival )
Folikel di konjungtiva palpebra
Pembesaran kelenjar limfe pre aurikuler
o Nyeri tekan pada Keratokonjungtivitis epidemika
KONJUNGTIVITIS ALERGI
Konjungtivitis vernalis
Ada 2 type :
Type palpebral; Cobble stone di daerah konjungtiva palpebra superior
> inferior.
KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan swab secret mata untuk dilakukan :
- Pengecatan Gram : kuman penyebab.
- Pengecatan Giemsa : sitologi konjungtiva
KONJUNGTIVITIS KLAMIDIA
Pemeriksaan penunjang :
o Laboratorium : Sitologi Giemza : inclusion bodies
o Fluorescin antibody
o Ensim immuno assay test
KONJUNGTIVITIS VIRUS
Pemeriksaan laboratorium : sitologi Giemsa sel mononukleus
KONJUNGTIVITIS ALERGI
Pemeriksaan laboratorium : eosinofil >>
Konjungtivitis gonore
Pemeriksaan secret dengan pewarnaan metilen biru dimana akn terlihat
diplokok di dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram akan terdapat sel
intraseluler atau ekstraseluler dengan sifat Gram negative.
Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat.