You are on page 1of 1

PENATALAKSANAAN FRAKTUR MAKSILA LE FORT II DENGAN OPEN

REDUCTION INTRA FIXATION (ORIF) MENGGUNAKAN MICROPLATE

I. Pendahuluan

Wajah secara topografis merupakan bagian tubuh yang tidak terlindungi dan mudah
terpapar trauma sehingga cedera wajah merupakan cedera yang sangat sering dijumpai.
Fraktur adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh. Fraktur maksilofasial
merupakan trauma fisik yang dapat mengenai jaringan keras dan lunak wajah yang sering
disertai dengan trauma lainnya terutama trauma kepala, trauma ortopedi dan trauma toraks.
Penyebab fraktur maksilofasial bervariasi, mencakup kecelakaan lalu lintas, kekerasan fisik,
terjatuh, olah raga dan trauma akibat senjata api. Kecelakaan lalu lintas dan senjata api
merupakan etiologi primer terjadinya trauma maksilofasial. Klasifikasi dari fraktur
maksilofasial itu sendiri terdiri atas beberapa fraktur yakni fraktur kompleks nasal, fraktur
kompleks zigomatikus - arkus zigomatikus, fraktur dento-alveolar, fraktur mandibula dan
fraktur maksila yang terdiri atas fraktur le fort I, II, dan III.
Fraktur maksila umunya dialami oleh orang berusia muda. Penyebab utamanya karena
kecelakaan lalu lintas. Fraktur ini dapat isolated atau kombinasi. Fraktur maksila yang parah
dapat disertai dengan cedera orbital dan intrakanial.
Perawatan pada kasus fraktur maksila bervariasi tergantung pada pola cedera yang
dialami. Pada dasarnya, seperti fraktur-fraktur lainnya, perawatan yang dilakukan adalah
reduksi dan alignment, dengan imobilisasi fragmen sampai terjadi penyatuan. Bagaimanapun
tidak semua fraktur maksila membutuhkan fiksasi aktif, diikuti dengan reduksi.

II. Diskusi

Fraktur maksila melibatkan maksila, zygoma, NOE kompleks. Fraktur maksila dapat
diklasifikasikan menjadi Le Fort I, II, III, fraktur zygomatik maksila kompleks, fraktur
zigomatik, atau fraktur NEO. Fraktur ini dapat menyebabkan terganggunya penampilan
penderita, serta dapat mengganggu fungsi pengunyahan, sistem okular, pernapasan, dll.

You might also like