You are on page 1of 16

MAKALAH

SWAMEDIKASI NYERI, NYERI LOKAL DAN DISMENORHEA

Dosen Pengampu:

Dra. Rina Melani, Apt.

Disusun oleh Kelompok 4 :

Lalu Ali Akbar (165020076)


Nasrul Mukhofif (165020091)
Fitri Ramadhani (165020132)
Alivia Hanum (165020131)
Elisa Dwi Restiana (165020139)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial dapat
menyebabkan kerusakan jaringan. (Setiohadi dkk, 2006).
Nyeri adalah tanda adanya penyakit atau kelainan dalam tubuh yang merupakan
bagian dari proses penyembuhan dan perlu dihilangkan atau diatasi jika nyeri telah
mengganggu aktifitas tubuh (Priyanto,2008). Gejala-gejala nyeri diantaranya yaitu sakit
menusuk, pusing, panas terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang merambat, rasa nyeri
yang hilang timbul, dan berbeda tempat rasa nyeri. Gejala yang tidak spesifik meliputi
kecemasan, depresi, kelelahan, insomnia (gangguan pola tidur), rasa marah dan
ketakutan (Sukandar dkk, 2008).
Nyeri tersebut juga menggangu aktivitas sehingga membutuhkan manajemen
nyeri yang adekuat.Perlu pemahaman yang baik mengenai etiologi, patofisiologi, faktor
resiko dari pasien dan juga terapi farmakologi dan nonfarmakologi yang sesuai.
Salah satu jenis nyeri yang sering terjadi adalah Disminore. Disminore adalah
rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan
sehari-hari. Derajat nyerinya bervariasi mencakup ringan (berlangsung beberapa saat dan
masih dapat meneruskan aktivitas sehari-hari), sedang (karena sakitnya diperlukan obat
untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat melakukan pekerjaannya), berat(rasa
nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan istirahat dan pengobatan untuk
menghilangkan rasa nyerinya) (Manuaba, 2008).
Disminore rasa sakit ketika haid yang biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun
sesudah menarche dan umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan
sel telur dan kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengualaran sel telur
(anovulatory) terutama bila darah haid membeku didalam rahim (Jones, 2009).

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nyeri, nyeri lokal dan dismenore ?
2. Bagaimana cara memberikan swamedikasi dan penatalaksanaan dari nyeri, nyeri
lokal dan disminore?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang nyeri dan disminore.
2. Untuk mengetahui swamedikasi dan penatalaksanaan nyeri, nyeri lokal dan
dismenore.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Nyeri
a. Definisi Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorangdan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).Menurut
International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensorisubyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengankerusakan jaringan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisiterjadinya kerusakan.
Nyeri bersifat subjektif dan individual. Selain itu nyeri juga bersifat tidak
menyenangkan, sesuatu kekuatan yang mendominasi,dan bersifat tidak
berkesudahan. Stimulus nyeri dapat bersifat fisik danataumental, dan kerusakan dapat
terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi egoseseorang. Nyeri melelahkan dan
menuntut energi seseorang sehingga dapat mengganggu hubungan personal dan
mempengaruhi makna kehidupan. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, seperti
menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri tertentu
menimbulkan gejala yang dapat diprediksi,sering kali perawat mengkaji nyeri dari
kata-kata, prilaku ataupun respons yang diberikan oleh pasien. Hanya pasien yang
tahu apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri tersebut.
b. Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam
nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang
harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal
jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya

4
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah
akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka
tidak mengeluh jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan
bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided
imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
7. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini
nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah
tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam
mengatasi nyeri.
c. Daerah Sendi yang Sering Diserang Nyeri Antara Lain :
1. Tangan
Pada daerah bagian belakang dan bagian sebelah dalam dari tulang-tulang jari
tangan, sering ditemukan adanya benjolan kecil dari bagian tulang yang terkena
(osteofit).
2. Lutut
Nyeri selalu bersifat lokal dan bisa didapati pengecilan (atrofi) karena pergerakan
menjadi berkurang dalam waktu yang cukup lama.Bisa terjadi kehilangan tulang
rawan yang tidak seimbang di daerah lutut yang menyebabkan sendi menjadi
tidak beres lagi.

5
3. Pinggul
Nyeri datang secara perlahan-lahan dan rasa nyerinya juga bertingkat. Sering
bersifat lokal pada daerah pinggul atau bagian dalam paha. Kadang-kadang rasa
nyeri bisa juga didapatkan pada daerah bokong, pangkal paha yang bahkan bisa
sampai ke daerah lutut. Rasa nyeri juga akan timbul kalau daerah sendi yang
terlibat digerakkan.
4. Kaki
Rasa nyeri akan timbul pada daerah sendi pangkal jari kaki, terutama kalau
memakai sepatu yang ujungnya sempit. Rasa nyeri selalu dirasakan pada waktu
bangun pagi hari, bila telapak kaki dipijakkan ketika hendak berdiri.
5. Leher dan punggung
Rasa nyeri disini terjadi karena adanya kelainan pada daerah bagian tulang rawan
tulang belakang, terutama di daerah bagian punggung. Rasa nyeri bersifat
setempat/lokal, disertai rasa kaku akibat tekanan. Rasa sakit juga bisa didapati
pada bagian ujung dari tulang belakang atau pada daerah bagian leher.
d. Respon Fisiologis terhadap Nyeri
Respon fisiologi terhadap nyeri terdiri atas dua stimulus, yaitu stimulussimpatik (nyeri
ringan, moderat, dan superficial) dan stimulus parasimpatik (nyeri berat dan dalam).
- Stimulasi Simpatik
1. Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
2. Peningkatan heart rate
3. Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
4. Peningkatan nilai gula darah
5. Diaphoresis
6. Peningkatan kekuatan otot
7. Dilatasi pupil
8. Penurunan motilitas GI2)
- Stimulus Parasimpatik
1. Muka pucat
2. Otot mengeras
3. Penurunan HR dan BP
4. Nafas cepat dan irreguler
5. Nausea dan vomitus
6. Kelelahan dan keletihan

6
e. Respon Tingkah Laku terhadap Nyeri
1. Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
2. Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak nafas, mendengkur)
3. Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir)
4. Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan tangan)
5. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (menghindari percakapan,menghindari kontak
sosial, penurunan rentang perhatian, fokus pada aktivitasmenghilangkan nyeri)
2. Nyeri Lokal
a. Definisi
Nyeri lokal adalah
3. Dismenore
a. Definisi
Dismenore merupakan nyeri pada perut bagian bawah ataupun pada pungung bagian
bawah akibat dari gerakan rahim yang meremas – remas (kontraksi) dalam usaha
untuk mengeluarkan lapisan dinding rahim yang terlepas (Faizah, 2000).
b. Klasifikasi Dismenore

Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi 2 :


1. Nyeri Spasmodik
Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau
segera setelah masa haid mulai.
2. Nyeri Kongestif
Penderita dismenore kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya
bahwa masa haidnya akan segera tiba. Gejalanya pegal, sakit pada buah dada, perut
kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal
pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan
keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan
atas yang berlangsung antara 2 atau 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses
menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan
setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa
lebih baik
Berdasarkan ada tidaknya kelainan
1. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di adanya kelainan pada alat-
alat genital yang nyata. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama- sama
dengan permulaan haid danberlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa
kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyerinya adalah kejang berjangkit-

7
jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar kedaerah
pinggang dan paha.

2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainanan atomis genitalis
(Manuaba, 2001). Sedangkan menurut Hacker (2001) tanda – tanda klinik dari dismenore
sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kistaovarium dan
kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang
berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada perempuan yang lebih tua (30-40 th)
dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang
abnormal) (Hermawan, 2012).
Berdasarkan Intensitas Nyerinya
1. Dysmenorrhea Ringan
yakni dysmenorrhea dengan rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat sehingga perlu
istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa pemakaian obat-obatan.
2. Dysmenorrhea Sedang
yakni dysmenorrhea yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa perlu
meninggalkan aktivitas sehari-hari.
3. Dysmenorrhea Berat
yakni dysmenorrhea yang memerlukan istirahat sedemikian lama dengan akibat
meninggalkan aktivitas sehari-hari selama satu hari bahkan lebih.
c. Tanda dan Gejala
Dysmenorrhea dapat ditandai dengan gejala sebagai berikut:
1. Nyeri pada perut bagian bawah
2. Nyeri dirasakan sebagai kram yang timbul hilang atau sebagai nyeri tumpul yang terus
menerus ada.
3. Nyeri mulai timbul sesaat sesudah atau selama haid, mencapai puncaknya dalam waktu
24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.
4. Dysmenorrhea juga sering disertai dengan sakit kepala, mual, sembelit, atau diare dan
sering berkemih, kadang sampai terjadi muntah
4. Swamedikasi dan Penatalaksanaan Nyeri dan Desminore
a. Syarat obat swamedikasi
a. Obat harus aman kualitas dan efektif
b. Obat yang digunakan harus mempunyai indikasi, dosis, bentuk sediaan yang tepat
c. Obat yang diserahkan harus disertai informasi yang jelas dan lengkap.
b. Tujuan terapi

8
Tujuan penatalaksanaan nyeri adalah menghilangkan rasa nyeri yang
menyebabkan perasaan tidak nyaman pada pasien agar bisa menjalani aktivitas secara
normal dan mencapai kualitas hidup yang baik.
c. Sasaran terapi
Sasaran terapi adalah mengatasi rasa nyeri.
d. Strategi terapi
Terapi dapat dilakukan secara non-farmakologi dan farmakologi. Namun sebelum
dilakukan penatalaksanaan nyeri, perlu dilakukan penilaian terhadap keparahan nyerinya.
Nyeri sebaiknya dinilai, baik dalam keadaan berisirahat maupun beraktivitas.penilaian
tentang nyeri juga harus meliputi informasi tentang lokasi, kualitas, intensitas, onset,
durasi, dan frekuensi nyeri, dan tidak kalah pentingnya adalah faktor-faktor yang
memicu dan menghilangkan nyeri.
e. Kuantifikasi nyeri

9
f. Jenis-Jenis Obat Analgesik Pereda Nyeri dan Desminore
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga
sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika /Analgesik Perifer. Analgetika perifer
(non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat
Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek
ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis
Analgetik Narkotik).
Nyeri dapat berarti perasaan emosional yang tidak nyaman dan berkaitan dengan
ancaman seperti kerusakan pada jaringan karena pada dasarnya rasa nyeri merupakan
suatu gejala, serta isyarat bahaya tentang adanya gangguan pada tubuh umumnya dan
jaringan khususnya. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakai.
Untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak
digunakan obat-obat analgetik (seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin) yang
bekerja dengan memblokir pelepasan mediator nyeri sehingga reseptor nyeri tidak
menerima rangsang nyeri.
Terdapat perbedaan mencolok antara analgetika dengan anastetika umum yaitu
meskipun sama-sama berfungsi sebagai zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa
nyeri namun, analgetika bekerja tanpa menghilangkan kesadaraan. Nyeri sendiri terjadi
akibat rangsangan mekanis, kimiawi, atau fisis yang memicu pelepasan mediator nyeri.

10
Intensitas rangsangan terendah saat seseorang merasakan nyeri dinamakan ambang nyeri
(Tjay, 2002).
Analgetika yang bekerja perifer atau kecil memiliki kerja antipiretik dan juga
komponen kerja antiflogistika dengan pengecualian turunan asetilanilida (Anonim,
2005). Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer (parasetamol, asetosal,
mefenamat atau aminofenazon).
a) Analgesik opioid/ analgesik narkotika, analgesik opioid merupakan kelompok
obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini
terutama di gunakan untuk meredakan rasa nyeri. Tetapi semua analgesik opioid
menimbulkan adiksi/ ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan analgesik
yang ideal masih tetap di teruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang
sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi.
Ada 3 golongan obat ini yaitu :
1) Obat yang berasal dari opium-morfin
2) Senyawa semisintetik morfin
3) Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin
b) Analgesik lainnya, seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan para amino
fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti ibu profen, asam
mefenamat, neprolsen dan banyak lagi. Biasanya obat yang digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu :
1) Analgetik (menghilangkan rasa nyeri)
2) Antipiretik (menurunkan demam)
3) Anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan)
Sebagai analgesic misalnya untuk mengurangi rasa nyeri yaitu:
(a) Paracetamol
Paracetamol yang di jual dengan berbagai nama dagang, beberapa di antaranya
adalah sanmol, pamol, fasidol, panadol, itramol dan lain-lain. Perlu di ingat
bila gejala hanya demam, tidak di benarkan menggunakan paracetamol yang di
campur dengan bahan aktif lainnya, misalnya pilek, batuk dan sebagainya.
Tambahan bahan itu selain tidak ada gunanya, juga menjadikan obat lebih
mahal, belum lagi jika menimbulkan efek samping.Sebagai analgesik,
paracetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat
menbimbulkan nefropati analgesik.
(b) Neuralgin
11
Meringankan rasa nyeri pada sakit kepala, sakit kepala migrain, nyeri otot,
sakit gigi dan nyeri haid.
(c) Ibuprofen
Ibu profen bersifat analgesik dengan daya anti inflamasiyang tidak terlalu
kuat. Efek samping analgesiknya sama dengan aspirin.
(d) Asam Mefenamat
Obat ini dikenal masyarakat sebagai ponstan dan dipiron, kedua obat ini tidak
di benarkan di beloi di toko obat atau apotek tanpa resep dari dokter. Asam
mefenamat di gunakan sebgai analgesik pada nyeri, asam mefenamat sangat
kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat anti koagulan
harus di perhatikan.
(e) Tramadol
Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin, tramadol di
gunakan untuk sakit yang menegah hingga parah.
(f) Fentanyl
Fentany termasuk golongan obat analgesik narkotioka, analgesik narkotika
digunakan sebagai penghilang rasa nyeri. Fentanyl bekerja di dalam sistem
saraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit.

g. Terapi non-farmakologi
a. Nyeri dan nyeri lokal dapat diatasi dengan cara antara lain :
- Pijat (massage)
- Kompress atau penyinaran hangat
- Istirahat yang cukup
- Meminum jamu herbal

h. Terapi obat non Oral :


Ada beberapa obat yang biasa diberikan secara topikal di kulit seperti metilsalisilat,
nikotinat, kamfer, mentol atau enzim. Adapun obat-obat topikal ini berkhasiat meredakan
nyeri karena counterirritantnya dan efek meningkatnya peredaran darah setempat. Pereda
nyeri ini dapat berupa salep (balsem), krim, cairan (obat gosok) ataupun berupa plester
(koyo).
Zat berkhasiat obat pereda nyeri topikal:
a. Metal salisilat
12
Nama lain: minyak gandapura
Berbagai turunan salisilat seperti metal salisilat, glikol salisilat dan etil salisilat dan
etil salisilat sangat mudah diabsorpsi melalui kulit. Efek meredakan nyeri kelompok
salisilat ini adalah berkat khasiat anti radangnya.
b. Nikotinat
Pemberian di kulit golongan nikotinat seperti meti atau etil atau heksil nikotinat
dengan cepat diabsorpsi oleh kulit dan akan menimbulkan rasa panas dan
meningkatkan peredaran darah kulit setempat. Rasa panas akan bekerja sebagai
counterirritant dan peningkatan peredaran darah akan mempercepat pembuangan zat
penyebab rasa nyeri.
c. Capsicum
Minyak caba dengan zat aktif utamanya capsaicin sering ditambahkan dalam obat
pereda nyeri topikal untuk menimbulkan rasa hangat atau panas di kulit. Berbeda
dengan nikotinat, capsaicin tidaak meningkatkan peredaran darah kulit secara
langsung.
d. Kamfer
Kapur barus atau kamfer, sekarang banyak disintetik, memberikan wangi yang harum
dan rasa dingin. Tidak boleh diminum, karena pernah dilaporkan terjadi keracunan
dan zat ini dapat menembus plasenta masuk ke dalam janin.
e. Mentol
Mempunyai sifat khusus yaitu menimbulkan rasa dingin terutama bila diberikan pada
selaput lender. Ada yang menganggap zat ini juga mempunyai efek anetesi lokal.
f. Eucalyptus
Nama lain: minyak kayuputih
Walaupun efeknya belum jelas, eucalyptus menimbulkan rasa hangat, juga
memberikan wangi yang harum pada obat topikal.

g. Enzim

Enzim heparinoid dan hialurodinase bermanfaat untuk mengobati memar, terkilir dan
pegal otot. Kedua zat ini diabsorpsi kulit dan kemudian meningkatkan pembuangan
eksudat dari daerah yang bengkak itu.

13
Kapan harus ke Dokter
 Nyeri yang berlangsung lebih dari tiga bulan dianggap kronis
 Jika sudah melakukan terapi obat dan non obat, tapi rasa sakit tidak membaik dalam
waktu 72 jam

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial dapat
menyebabkan kerusakan jaringan (Setiohadi dkk, 2006).
Nyeri lokal adalah nyeri setempat seperti dikulit, otot, dan sendi. Dimana, nyeri yang
terjadi disebabkan karena encok pada tulang sendi, memar terkena benda tumpul dan
terkilir ( Azis,dkk., 2004).
Tujuan penatalaksanaan nyeri adalah menghilangkan rasa nyeri yang menyebabkan
perasaan tidak nyaman pada pasien agar bias menjalani aktivitas secara normal dan
mencapai kualitas hidup yang baik, maka diberikan terapi analgesik, contohnya :
paracetamol, neuralgin, ibuprofen, asam mefenamat, tramadol. Terapi non farmakologi
untuk nyeri dan nyeri lokal adalah Pijat (massage), Kompress atau penyinaran hangat,
Istirahat yang cukup, Meminum jamu herbal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Athritis Rematik,


Direktorat Bina Farmasi Komunitas danKlinik, DepKes RI.
Azis, S., Supardi,S., dan Herman, M.J., 2004, Kembali Sehat dengan Obat, Pustaka
Populer Obor, Jakarta.
Cole, E.B., 2002, Pain Management : Classifying, Understanding and Treating Pain,
Hospital Physician, 23-30.
Fields, H.L., dan martin, J.B., 1999, Harrison :Prinsip-Prinsip IlmuPenyakit Dalam,
Penerjemah Ahmad H.Asdie, Penerbit EGC.
Ikawati, Z., 2011, Farmakoterapi Penyakit SistemSyaraf Pusat, Bursa Ilmu,
Yogyakarta.

15
16

You might also like