Professional Documents
Culture Documents
Studi Komparasi Media Kultur Coco Blood Malachite Green (CBM) dengan Lowenstein
Jensen (LJ) untuk Diagnosis Cepat, Spesifik, dan Sensitif pada Sputum Pasien Suspek
Tuberkulosis
Anisful Lailil Munawaroh*, Dwi Yuni Nur Hidayati**, Yulian Wiji Utami*
ABSTRAK
Comparative Study of Coco Blood Malachite Green Culture Media with Lowenstein Jensen
(LJ) for Rapid Diagnostic, Specific, and Sensitive on Sputum of Tuberculosis Suspect
Patient
ABSTRACT
In Indonesia, TB remains as one of the major health problems, even belonging to the most 10 countries
with the highest TB burden in the world. Laboratory diagnosis of tuberculosis remains an important problem.
Culture medium which is gold standard to diagnose TB is lowensteen jensen media (LJ). However, this
method requires long time incubation that is approximately 8 weeks. To minimize the spreading risk and the
worse prognosis, TB diagnostic requires a faster culture media. Coco blood malachite green (CBM) is an
innovative modification media for culturing TB bacteria which consists of coconut water, malachite green,
blood sheep, blood agar and glycerol. Coconut water is sterile liquid that rich of nutrition. Malachite green
plays as bacteriostatic to prevent contamination. Blood agar contains protein, fat, carbohydrates and
essential nutritional elements which can accelerate the growth of several types of bacteria including
Mycobacterium. Blood sheep consist of hematin protein as nutritional source for bacteria. Glycerol as source
of carbon. This research was pure experimental post test only control group design with 31 sputum samples
from tuberculosis suspect patient which inoculated in 31 CBM and 31 LJ as a positive control. Macroscopic
observation was done maximum in 8 weeks. Bacteria growth was confirmed with Ziehl-Neelsen staining.
Mann Whitney value was 0,000 (p < 0,05), specifity value was 96,6 % and sensitivity was 100 %. To
conclude, CBM media was faster and more sensitive than LJ, but LJ more specific than CBM media.
79
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 2, Juni 2015
80
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 2, Juni 2015
baru bisa dinyatakan setelah 8 minggu waktu perawat, seperti halnya permasalah
kultur.9 Pada kasus kronik atau gagal tuberkulosis dan diagnosisnya yang masih
pengobatan maka dilakukan pemeriksaan menjadi permasalahan di negara
kultur atau biakan yang merupakan berkembang. Melihat pemeriksaan diagnosis
pemeriksaan baku emas dan berperan pada yang mahal tersebut maka perawat peneliti
pemeriksaan uji kepekaan Mycobacterium memiliki peran untuk menemukan inovasi
tuberculosis terhadap Obat Anti Tuberkulosis dan alternatif bagi pasien, sehingga perawat
(OAT).9 juga berperan sebagai advokat untuk
Pada penelitian sebelumnya modifikasi memberikan pilihan diagnosis yang efektif
media kultur coco blood malachite green bagi pasien.
(CBM) memiliki komposisi bahan dasar Oleh karena itu, dengan adanya
coconut atau air kelapa muda, darah domba, penelitian lanjutan modifikasi media kultur
agar darah (blood agar), dan malachite bakteri coco blood malachite green (CBM)
green. Keunggulan penelitian coco blood diharapkan menjadi salah satu inovasi yang
malachite green (CBM) antara lain komposisi dapat diinformasikan kepada interprofesional
yang sederhana dapat diaplikasikan pada tim medis untuk dapat dijadikan kolaborasi
laboratorium dengan fasilitas yang terbatas, dalam strategi sarana diagnostik tuberkulosis
berhasil menumbuhkan kuman kontrol yang cepat, spesifik dan sensitif, sehingga
standar WHO yaitu H37RV yang dapat bermanfaat untuk masyarakat.
menunjukkan bahwa media coco blood Penelitian ini bertujuan untuk
malachite green (CBM) termasuk bagus dan mengetahui perbedaan kecepatan
berpotensi untuk menjadi alternatif media pertumbuhan koloni, tingkat spesifisitas dan
kultur. Hasil penelitian menunjukkan sensitivitas antara media LJ dan CBM pada
pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis sputum pasien suspek tuberkulosis.
lebih cepat dibandingkan LJ dan bermakna Manfaat teoritis penelitian ini adalah
secara statistik (p < 0,001). Kekurangan dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk
pada penelitian coco blood malachite green menambah wawasan ilmu pengetahuan
(CBM) terletak pada tingkat sensitivitas dan sekaligus sebagai dasar untuk
spesifikasi yang hasilnya tidak valid. Hal ini pengembangan penelitian selanjutnya dalam
dikarenakan jumlah sampel yang sedikit. bidang kesehatan, khususnya tentang media
Selain itu, koloni Mycobacterium tuberculosis kultur untuk pertumbuhan bakteri
yang dilihat dengan pewarnaan Ziehl Mycobacterium. Sementara manfaat praktis
Neelsen diketahui struktur bakteri lebih kurus penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai
dibandingkan dengan yang tumbuh di media alternatif media kultur bakteri Mycobacterium
LJ, hal ini diduga bakteri kekurangan nutrisi. yang lebih cepat, spesifik, dan sensitif yang
Sampel yang digunakan adalah bakteri hasil mudah diaplikasikan pada masyarakat, dapat
subkultur, sehingga pada penelitian lanjutan diinformasikan dan diaplikasikan
akan dilakukan modifikasi sampel yaitu interprofesional tim medis untuk kolaborasi
menggunakan sampel sputum dan pada screening tuberkulosis, dan dijadikan
komposisi media ditambahkan gliserol. alternatif bagi pasien.
Perawat memiliki berbagai peran seperti
pemberi perawatan, pengambil keputusan
klinik, advokat, peneliti, dan pendidik.10 BAHAN DAN METODE
Perawat memiliki peran juga dalam respon
biologis manusia, sehingga permasalahan Desain Penelitian
biologis manusia juga dapat diteliti oleh
81
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 2, Juni 2015
Persiapan
inokulasi
Sputum direct
smear
(-, +1, +2, +3)
Kontrol (+) Media CBM
Media LJ
82
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 2, Juni 2015
10. Campuran ini lalu diaduk hingga rata 2. Beri etiket dan lingkari objek glass
dan 6-8 ml campuran ini dimasukkan ke dengan spidol permanen kira - kira 1 - 2
dalam botol anulir. cm dibelakang objek glass
11. Diamkan hingga media siap digunakan. 3. Oleskan koloni diatas objek glass dan
12. Media yang sudah siap harus di keringkan pada suhu kamar
inkubasi pada suhu 37 °C selama 2x24 4. Fiksasi diatas api selama 3 kali
jam untuk uji sterilisitas. Media yang 5. Teteskan karbol fukhsin kuat pada
menunjukan pertumbuhan koloni sediaan sambil diuapkan selama 5
apapun harus dibuang. menit. Lalu bilas menggunakan air
13. Setelah uji sterilisitas, media kultur CBM mengalir.
(Coconut Blood Malachite) dapat 6. Kemudian teteskan alkohol asam pada
langsung digunakan untuk inokulasi sediaan. Lalu tunggu selama 30 detik
Mycobacterium tuberculosis atau kemudian bilas dengan air mengalir.
disimpan pada suhu 2-8 °C 7. Setelah itu teteskan methyien blue pada
sediaan dan biarkan selama 2 menit lalu
Dekontaminasi Sputum bilas menggunakan air mengalir.
1. Tuang contoh uji ke dalam tabung
8. Tunggu sampai kering dan periksa
sentrifus 50 ml
dibawah mikroskop dengan
2. Ditambahkan NaOH
menggunakan imersi dan pembesaran
3. Kocok sampai homogen, tidak lebih dari
100 x.
30 detik dan diamkan selama 15 menit
pada suhu kamar.
HASIL
4. Tambah PBS sampai volume 45 ml.
Bolak-balik tabung beberapa kali
Hasil kecepatan pertumbuhan
5. Timbang agar posisi pada waktu
didapatkan dari pengamatan secara
sentrifus seimbang.
makroskopis koloni yang tumbuh pada
6. Centrifuge selama 20 menit, 4oC
masing-masing media. Perbedaan
7. Buang supernatant kemudian ditambah
karakteristik koloni dapat dilihat pada gambar
1 ml PBS
di bawah ini :
8. Inokulasi pada media sebanyak 100 μl
(4 tetes pipet plastik vol 1 ml)
9. Inkubasi pada suhu 37oC
Pewarnaan Ziehl-Neelsen
1. Ambil objek glass
83
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 2, Juni 2015
A B
Gambar 1. Morfologi koloni TB pada media CBM dan LJ. Keterangan: A. Karakteristik koloni yang
tumbuh pada media CBM adalah berwarna putih, tampak tipis dan menyebar; B. Karakteristik koloni pada
media LJ adalah berwarna kekuningan seperti bunga kol.
1369
1272
1269
1287
1274
1286
1256
1250
LJ
1182
1179 CBM
1188
1206
1207
1178
1181
1199
1120
1050
1098
1148
1070
1133
1134
1107
1005
1007
1011
1041
986
997
1000
0 20 40 60
Hari
Gambar 2. Perbandingan kecepatan pertumbuhan koloni TB pada media CBM dan media LJ
Pada media CBM 100 % terdapat 1005 dan terlama adalah 49 hari dari sampel
pertumbuhan koloni, jumlah durasi kultur kode 1272.
tercepat adalah 2 hari dan terlama adalah 6
hari, sedangkan koloni yang tumbuh pada Tingkat Spesifisitas dan Sensitivitas
media LJ sebesar 22,5 %, jumlah durasi Dari hasil pengamatan 31 media kultur
kultur tercepat adalah 6 hari dari sampel kode CBM yang terdapat pertumbuhan didapatkan
hasil kode 1005 dan 1007 terdapat BTA
84
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 2, Juni 2015
positif dan 29 media CBM lainnya BTA positif. Media LJ selain kode tersebut tidak
negatif. Pada media LJ hanya media kode terjadi pertumbuhan koloni, sampa dengan
1005, 1007, 1050, 1269, 1286, 1272 batas maksimal 8 minggu, sehingga dapat
menunjukkan pertumbuhan koloni, namun disimpulkan pada hasil pelaporan
dari hasil pengamatan mikroskopis hanya pengamatan ditulis BTA negatif.
kode 1007 yang menunjukkan hasil BTA
BTA
+
BTA
+
BTA
+
C
Gambar 3. Morfologi sel bakteri TB yang merupakan bakteri tahan asam dengan pengecatan Ziehl-
Neelsen. Keterangan: A. Bakteri tahan asam yang dikultur pada media CBM kode 1005; B. Bakteri tahan asam
yang dikultur pada media CBM kode 1007; C. Bakteri tahan asam yang dikultur pada media LJ kode 1007.
85
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 2, Juni 2015
0,05). untuk melihat perbedaan kecepatan menggunakan Mann Whitney test (p < 0,05).
pertumbuhan koloni Mycobacterium Analisis spesifisitas dan sensitivitas dilakukan
tuberculosis pada media CBM dengan media dengan menggunakan tabel uji diagnostik
LJ menggunakan uji independent t-test. yang disajikan dalam tabel 2x2.
Apabila distribusi data tidak normal
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statisti d Sig
. c f .
Kecepatan .485 31 .00 .425 3 .00
Pertumbuhan 0 1 0
LJ
Kecepatan .437 31 .00 .497 3 .00
Pertumbuhan 0 1 0
CBM
86
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 2, Juni 2015
Dari hasil uji perbedaan kecepatan dapat tumbuh di media kultur diperlukan 50
pertumbuhan koloni pada kedua kelompok sampai 100 bakteri/ml sputum.6 Pada
didapatkan nilai p sebesar 0,000. Dengan penelitian ini dilakukan pengamatan
demikian dapat disimpulkan bahwa media makroskopis kecepatan pertumbuhan koloni
CBM memiliki pertumbuhna koloni lebih cepat dan pengamatan mikroskopis BTA untuk
dibandingkan media LJ. konfirmasi koloni yang tumbuh untuk
Uji 2x2 digunakan untuk mengetahui mengetahui nilai spesifisitas dan sensitivitas
tingkat spesifisitas dan sensitivitas media antara media LJ dan CBM.
CBM dibandingkan dengan media LJ. Berikut
hasil perhitungan uji 2x2 : Kecepatan Pertumbuhan Koloni
Kecepatan pertumbuhan pada penelitian
Uji 2x2 ini dilihat dari hasil jumlah hari yang
a. Spesifisitas dibutuhkan media LJ dan CBM untuk
menumbuhkan koloni. Media LJ dijadikan
d x 100% = 29 x 100% = 96,6 % acuan untuk mengetahui perbedaan
b +d 29+1 kecepatan pertumbuhan koloni karena LJ
b. Sensitivitas merupakan media gold standard untuk
a x 100% = 1 x 100% = 100 diagnosis tuberkulosis.
% Dari hasil pengamatan secara
a+c 1+0 maskroskopis didapatkan data pertumbuhan
pada media LJ pertumbuhan tercepat yaitu 6
Dari hasil perhitungan komparasi spesifisitas
hari dan waktu terlama adalah 49 hari. Pada
dan sensitivitas media CBM dibandingkan LJ
media CB pertumbuhan tercepat yaitu 2 hari
didapatkan nilai spesifisitas 96,6 % dan
dan waktu terlama adalah 6 hari. Bedasarkan
sensitivitas 100 %.
data uji Mann Whitney terdapat perbedaan
kecepatan pertumbuhan yang signifikan dan
PEMBAHASAN
dapat disimpulkan media CBM memiliki
pertumbuhan koloni yang lebih cepat
Penelitian ini merupakan lanjutan dari
dibandingkan media LJ.
penelitian sebelumnya yaitu hanya
Hal ini disebabkan oleh komposisi
menggunakan sampel sub kultur dan M.
modifikasi media kultur CBM yang terdiri dari
tuberculosis H37RV. Didapatkan data hasil
air kelapa muda, agar darah, darah domba,
pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis
malachite green, dan gliserol yang kaya
pada media CBM lebih cepat dibandingkan
nutrisi untuk mempercepat pertumbuhan
LJ dan bermakna secara statistik (p < 0,001).
koloni. Air kelapa merupakan cairan yang
Seperti yang telah dijelaskan pada bab
steril, mengandung protein, lemak dan kaya
sebelumnya perbedaan dengan bakteri
akan karbohidrat. Selain itu, air kelapa juga
lainnya yaitu M. tuberculosis resisten
mengandung banyak elemen nutrisi
terhadap agen antibakterial seperti penisilin
penting.12 Penelitian oleh Sevilla et al (2001)
dan mampu bertahan dalam kondisi
juga berhasil mengisolasi M. tuberculosis
kekeringan dalam waktu yang lama.11 Sifat M.
pada media coconut water egg malachite
tuberculosis yang lambat pada waktu
green media.13
pembelahan sekitar 20 jam, sehingga pada
Berdasarkan penelitian Mathur (2009)
media kultur, pertumbuhan baru tampak
yang membandingkan antara media
setelah 4 sampai dengan 8 minggu. Untuk
lowenstein jensen dengan agar darah
87
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 2, Juni 2015
didapatkan hasil deteksi koloni M. timbul antara minggu ke-2 sampai minggu ke-
tuberculosis makroskopik lebih cepat (13,6 ± 6 dan hasil kultur negatif baru bisa dinyatakan
5,2 hari) pada media agar darah setelah 8 minggu waktu kultur.9 Dari hasil
dibandingkan media LJ (20,4 ± 5,1 hari).14 penelitian didapatkan sampel 1005 tumbuh
Darah domba memiliki nutrisi berupa protein tercepat pada media LJ yaitu dalam waktu 6
hematin yang berfungsi sebagai sumber hari. Berdasarkan alur petunjuk teknis
nutrisi bagi bakteri.15 Jadi darah domba pemeriksaan biakan, identifikasi, dan uji
berpotensi sebagai pengganti telur bebek. kepekaan Mycobacterium tuberculosis pada
Syarat penggunaan telur ayam/bebek pada media padat.16 Jika koloni pada media LJ
poses pembuatan media LJ harus segar yang tumbuh kurang dari 7 hari diduga
berumur tidak lebih 7 hari dan pakan ternak Mycobacterium sp. selain M. tuberculosis.
tidak boleh yang memakai antibiotik .16 Berdasarkan alur kerja di Laboratorium
Malachite green memiliki sifat Mikrobiologi Klinik RS Saiful Anwar jika
bakteriostatik terhadap bakteri lain, dapat terdapat pertumbuhan koloni harus dilakukan
diinkorporasikan ke dalam media tanpa pembacaan secara mikroskopis.
menghambat pertumbuhan basil tuberkel. Hasil pengamatan selama 8 minggu
Basil tuberkel masih dapat hidup dalam asam terdapat 24 media LJ yang tidak
dan alkali sehingga dapat membantu menunjukkan pertumbuhan koloni, hal ini
mengeliminasi/menghilangkan organisme dikarenakan positif pada salah satu, dua atau
terkontaminasi sekaligus meningkatkan tiga pewarnaan tetapi tidak menunjukkan
pertumbuhan dini dari Mycobacteria.13 adanya pertumbuhan M. tuberculosis atau
Penambahan gliserol bertujuan untuk Mycobacterium sp. lain pada medium
dijadikan sumber karbon dan energi untuk kemungkinan terjadi karena bakteri dalam
metabolisme dan mempercepat pertumbuhan sputum sudah mati atau pertumbuhan
M. tuberculosis.17 Jadi pada penelitian ini beberapa Mycobacterium sp. lain seperti
terdapat 31 sampel yang menumbuhkan Mycobacterium bovis dapat dihambat oleh
koloni lebih cepat secara makroskopis. kandungan gliserol dapat menjadi penyebab
Selain itu, keunggulan dari media CBM tidak tumbuhnya koloni.18 Pada penelitian ini
ini adalah risiko kontaminasi media lebih kecil kandungan dari media adalah gliserol,
dibandingkan media LJ. Hal ini dibuktikan dari sehingga diduga jika bakteri tersebut adalah
hasil uji sterilitas media LJ lebih banyak Mycobacterium bovis maka tidak terjadi
terjadi kontaminasi, sedangkan pada media pertumbuhan koloni.
CBM tidak terjadi kontaminasi. Setelah
dilakukan inokulasi dari 36 sampel Uji Diagnostik Tingkat Spesifisitas dan
didapatkan 5 sampel yang ditanam di media Sensitivitas
LJ terjadi kontaminasi. Berdasarkan studi Uji diagnostik merupakan suatu uji
literatur diketahui bahwa air kelapa ini penelitian yang bertujuan untuk menegakkan
merupakan cairan kaya nutrisi yang steril dan diagnosis atau menyingkirkan penyakit,
ditambahkan malachite green yang berfungsi screening, pengobatan pasien dan studi
sebagai bakteriostatik tanpa menghambat epidemiologi. Uji diagnostik baru harus
pertumbuhan basil tuberkel, sehingga memberi manfaat yang lebih dibanding uji
berpotensi mencegah terjadinya kontaminasi. yang sudah ada, meliputi beberapa hal yaitu:
Dari hasil data kecepatan pertumbuhan Nilai diagnostik tidak jauh berbeda
yang diamati selama 8 minggu hanya 7 dengan uji diagnostik standar
sampel yang tumbuh pada media LJ. Koloni Memberi kenyamanan bagi pasien (tidak
makroskopis M. tuberculosis pada media LJ invasif)
88
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 2, Juni 2015
Lebih mudah atau sederhana mikroskopis dari koloni yang tumbuh hasilnya
Lebih murah atau dapat mendiagnosis adalah BTA negatif, sedangkan kode 1005
pada fase lebih dini dan 1007 hasilnya adalah BTA positif.
Hasil pengamatan mikroskopis pada
Sensitivitas adalah kemampuan suatu media LJ 7 koloni yang tumbuh yaitu kode
tes untuk mengidentifikasi atau mendiagnosa 1005, 1007, 1269, 1272, 1286, dan 1250.
individu dengan tepat, hasil tes positif dan Hanya pasien sampel kode 1005 yang
benar sakit. Semakin tinggi nilai sensitivitas sebelumnya direct smear +2 hasil mikrosopis
sebuah tes maka semakin baik kemampuan dari koloni yang tumbuh adalah BTA negatif
mendeteksi seseorang menderita penyakit dan kode pasien 1007 memiliki direct smear
tertentu sehingga dapat memperoleh +3 hasil pembacaan mikrosopis dari koloni
penanganan dini. Tujuan pengukuran yang tumbuh adalah BTA positif. Sementara
sensitivitas untuk menghitung jumlah orang pada media CBM pasien dengan kode 1005
yang memang dinyatakan terkena penyakit didapatkan BTA positif dan BTA negatif pada
dengan hasil tes positif. Spesifisitas adalah media LJ, walaupun direct smear pada kode
kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi 1005 adalah +2. Pasien kode 1005 ini adalah
atau mendiagnosa dengan tepat dengan hasil tersangka penderita TB MDR dikarenakan
tes negatif dan benar tidak sakit. Semakin manajemen terapi OAT yang tidak sesuai
tinggi nilai spesifisitas sebuah tes screening prosedur. Hal ini ditunjang oleh studi literatur
maka semakin baik kemampuan mendeteksi hasil kultur yang negatif dikarenakan pada
seseorang tidak menderita penyakit tertentu. penderita yang mendapat terapi OAT, kuman
Tujuan pengukuran spesifisitas untuk M. tuberculosis dapat kehilangan
menghitung banyaknya orang yang tidak kemampuan untuk tumbuh pada media kultur
mengidap suatu penyakit dengan hasil tes atau kuman telah mati.20 Hasil kultur yang
negatif. Penilaian dari hasil uji sensitifitas dan negatif juga diduga disebabkan oleh kurang
spesifisitas untuk menggetahui dari beberapa tepatnya penanganan sampel dahak dan atau
kelemahan seperti, tidak semua hasil dari prosedur pembuatan kultur. Penanganan
pemeriksaan dapat dinyatakan dengan tegas sampel dahak kurang tepat bila sampel
atau tidak terkenanya penyakit. Untuk dahak terpapar dengan sinar matahari atau
mengatasi kelemahan ini dilakukan temperatur yang tinggi, disimpan terlalu lama,
perhitungan nilai kecermatan dengan tujuan mengering, atau terkontaminasi. Prosedur
untuk menaksir banyaknya orang yang benar- dekontaminasi yang berlebihan sebelum
benar menderita dari semua hasil tes yang dilakukan inokulasi, pemanasan yang
positif.19 Untuk menguji nilai spesifisitas dan berlebihan selama sentrifugasi, media kultur
sensitivitas didapatkan dari hasil pengamatan yang tidak adekuat, dan kurangnya masa
mikroskopis dengan ditemukannya BTA pada inkubasi merupakan beberapa keadaan yang
koloni yang tumbuh pada media. dapat menyebabkan hasil kultur negative.20
Sampel pada penelitian ini didapatkan 29 Selain kode pasien kode 1005, pasien
pasien tersangka penderita tuberkulosis dengan kode 1007 ditemukan BTA positif
dengan direct smear negatif dan 2 sampel pada media LJ dan media CBM. Namun,
dengan direct smear kode pasien 1005 perbedaan karakteristik saat dilakukan
adalah +2, kode pasien 1007 adalah +3. Dari pengamatan pada mikroskop pembesaran
hasil pengamatan mikroskopis 29 sampel 100x ditemukan BTA pada media LJ lebih
dengan direct smear negatif dapat subur, banyak ditemukan di setiap lapang
menumbuhkan koloni pada media CBM. pandang, dan morfologinya tidak tampak
Namun setelah dilakukan pembacaan kurus dibandingkan pada media CBM.
89
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 2, Juni 2015
90
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 2, Juni 2015
91