You are on page 1of 32

LAPORAN PRAKTIKUM

MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN

SISTEM PELUMASAN

Disusun Oleh:
Yana Maulana
NIM. A1C016008

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap mesin pasti membutuhkan pelumasan, mulai dari mesin yang paling

sederhana hingga mesin yang modern sekalipun. Mesin terdiri dari berbagai

logam yang bergerak seperti katup, piston, gear, dan sebagainya. Bagian tersebut

yang harus selalu terjaga dengan baik sehingga pergerakan mesin dapat berjalan

lancar, yang dapat menyebabkan mesin berumur lama selama pemakaian.

Motor bakar merupakan sumber penggerak yang sering dipakai di bidang pe

rtanian. Motor bakar yang sering digunakan untuk pertanian antara lain seperti

traktor dan traktor tangan. Contoh pemanfaatan motor bakar pada pertanian yaitu

sebagai alat untuk memebajak. Motor bakar tentunya terdapat mesin di dalamnya

mesin di dalamnya. Dan motor bakar tersebut tidak bisa dipakai secara terus

menerus.

Karena apabila motor bakar bekerja terus menerus maka akan menyebabkan

mesinnya panas menyebabkan keausan, motor kehilangan daya dan juga

menyebabkan mesin akan cepet rusak bahkan dapat terbakar. Oleh karena itu

mesin biasanya dilengkapi dengan sistem pelumasan, untuk mengawetkan mesin

motor serta melancarkan ataupun menstabilkan kerja motor.

Motor bakar dalam penggunaannya mengubah bahan bakar kimia menjadi

energi panas dan energi gerak. Dalam pengubahan bahan bakar menjadi energi

tentunya terdapat suatu gesekan antara komponen-komponen motor bakar.

Gesekan-geskan itu dapat menyebabkan mesin panas, aus, dan dapat kehilangan
daya . Oleh karena itu, diperlukan pelumas untuk dapat mengurangi gesekan dan

mesin dapat bekerja dengan lancar. Pelumas ini digunakan untuk dapat

memperlancar dan menstabilkan kerja mesin. Praktikum kali ini akan membahas

tentang sistem pelumasan pada motor bakar.

Pelumasan dapat diartikan sebagai pemberian bahan pelumas pada suatu

mesin dengan tujuan untuk mencegah kontak langsung persinggungan antara

permukaan yang bergerak. Pelumasan memiliki suatu peranan yang penting pada

suatu mesin dan peralatan yang di dalamnya terdapat suatu komponen yang saling

bergesekan yaitu sebagai pengaman agar tidak terjadi kerusakan yang fatal.

Pelumasan memilki fungsi dan guna yang sangat menentukan panjang pendeknya

umur mesin.

Fungsi dari pelumasan itu sendiri adalah mengurangi adanya gesekan antara

metal dan komponen-komponen mesin lainnya sehingga dapat meminimalkan

risiko terjadinya kerusakan pada mesin. Sedangkan pelumasan itu sendiri berguna

untuk mencegah atau mengurangi terjadinya keausan pada komponen-komponen

mesin yang saling bergesekan, melancarkan komponen-komponen mesin yang

bergerak atau berputar, mencegah terjadinya suara bising, mengurangi panas yang

timbul karena pergesekan, dan meminimalkan tenaga mesin yang terbuang untuk

melawan gaya gesek.

Besarnya gesekan dapat dikurangi dengan menggunakan pelumas yang

fungsiya memisahkan dua permukaan yang bersentuhan. Akan tetapi di dalam

kenyataannya tidak ada gerakan tanpa gesekan karena tidaklah mudah untuk

memperoleh pemisahan yang sempurna. Lagi pula gesekan terjadi juga pada
permukaan yang dilumasi itu yang disebabkan oleh adanya tegangan geser pada

pelumas sendiri. Pada umumnya motor bakar torak menggunakan pelumas cair

yang dinamai minyak pelumas. Selain mudah disalurkan minyak pelumas itu

berfungsi juga sebagai fluida pendingin, pembersih, dan penyekat.

Pelumasan adalah proses memberikan lapisan minyak pelumas di antara dua

permukaan yang bergesek. Semua permukaan komponen motor yang bergerak

seharusnya selalu dalam keadaan basah oleh bahan pelumas. Fungsi utama

pelumasan ada dua yaitu mengurangi gesekan (friksi) dan sebagai pendingin. Bila

terjadi suatu keadaan luar biasa, dimana sistem pelumasan tidak bekerja, maka

akan terjadi gesekan langsung antara dua permukaan yang mengakibatkan

timbulnya keausan dan panas yang tinggi.

B. Tujuan

1. Praktikan dapat lebih memahami sistem pelumasan pada motor bakar.

2. Praktikan dapat memahami bagian-bagian yang ada pada sistem pelumasan

motor bakar.

3. Praktikan dapat mengetahui cara perawatan pada sistem pelumasan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Pelumasan adalah proses memberikan lapisan minyak pelumas di antara dua

permukaan yang bergesek. Semua permukaan komponen motor yang bergerak

seharusnya selalu dalam keadaan basah oleh bahan pelumas (Wijaya, R., &

Jamari, 2011).

Pelumas memegang peranan penting dalam desain dan operasi semua mesin

otomotif. Umur dan service yang diberikan oleh mobil tergantung pada perhatian

yang kita berikan pada pelumasannya. Pada motor bakar, pelumasan bahkan lebih

sulit dibanding pada mesin-mesin lainnya, karena di sini terdapat panas terutama

di sekitar torak dan dan silinder, sebagai akibat ledakan dalam ruang

pembakaran. Tujuan utama dari pelumasan setiap peralatan mekanis adalah untuk

melenyapkan gesekan, keausan dan kehilangan daya. Tujuan lain dari pelumasan

pada motor bakar adalah menyerap dan memindahkan panas, sebagai penyekat

lubang antara torak dan silinder sehingga tekanan tidak bocor dari ruang

pembakaran, sebagai bantalan untuk meredam suara berisik dari bagian-bagian

yang bergerak, pada sisitem pelumasan terdapat beberapa macam sistem yang

saling melengkapi agar terjadinya pelumasan yang baik di dalam suatu kendaraan

(Wijaya, R., & Jamari, 2011).

Fungsi utama pelumasan ada dua yaitu mengurangi gesekan (friksi) dan

sebagai pendingin. Bila terjadi suatu keadaan luar biasa, dimana sistem pelumasan

tidak bekerja, maka akan terjadi gesekan langsung antara dua permukaan yang

mengakibatkan timbulnya keausan dan panas yang tinggi. Bahan pelumas di


dalam mesin bagaikan lapisan tipis (film) yang memisahkan antara permukaan

logam dengan permukaan logam lainnya yang saling meluncur sehingga antara

logam-logam tersebut tidak kontak langsung. Selain seperti yang diterangkan

diatas, bahan pelumas juga berfungsi sebagai sekat (seal) pada cincin torak yang

dapat menolong memperbesar kompresi motor (Wijaya, R., & Jamari, 2011).

Fungsi minyak pelumas di dalam mesin bukan hanya sekedar untuk

mencegah terjadinya gesekan antara kedua komponen yang saling meluncur,

seperti contohnya antara torak dan dinding silinder, bantalan-bantalan dan

komponen lainnya. Minyak pelumas juga dapat berfungsi sebagai sekat untuk

mencegah menerobosnya gas dari bagian ruang bakar ke bagian bak engkol,

kemudian minyak pelumas dapat memindahkan energi panas dari

komponen-komponen di dalam mesin untuk dibuang pada udara di dalam bak

penampung minyak (carter). Disamping itu dengan adanya minyak pelumas

berarti dapat dicegah terbentuknya karat di dalam mesin dan produk-produk gas

pembuangan akibat penyalaan bahan bakar dapat diredam atau dikurangi

(Daryanto, 1997).

Tujuan pelumasan yang pertama adalah mengurangi gesekan, gesekan

langsung antara dua permukaan bagian-bagian mesin yang bergerak. Dengan

adanya lapisan pelumas diantara dua permukaan benda tadi, maka gesekan tidak

menjadi langsung, tetapi didasari/dilapisi oleh lapisan minyak pelumas sehingga

dapat mengurangi tahanan gesek atau perlawanan gerak, sehingga dapat

mengurangi tahanan gesek atau perlawanan gerak. Kedua adalah mengurangi

keausan, berkurangnya keausan memperoleh keuntungan ganda antara lain,


mencegah biaya yang tinggi dari penggantian suku cadang (spare part) yang aus.

Ketiga mengurangi panas, untuk memelihara suhu yang dikehendaki sekitar

bagian-bagian mesin yang dilumasi tersebut, maka panas yang diserap bergantung

kepada kemampuan dan proses pelumasan yang digunakan. Keempat mencegah

karat, dengan adanya pelumas atau gemuk maka bagian-bagian mesin atau

permukaan logam tersebut terlindungi dari pengaruh proses pengkaratan (Catur,

2008).

Gesekan adalah gaya yang bekerja antara dua badan pada permukaan

sentuhannya untuk menahan luncuran salah satu badan pada badan lainnya.

Gesekan yang dikehendaki misalnya gesekan pada permukaan sabuk dengan

pulinya sedangkan gesekan yang tidak dikehendaki yaitu gesekan antara bagian-

bagian mesin yang berputar pada suatu poros. Gesekan tersebut tidak dikehendaki

karena daya yang diperlukan lebih besar, lebih cepat menimbulkan aus dan dapat

membangkitkan panas (menimbulkan bahaya api) yang dapat merusak bagian-

bagian tersebut. Gesekan tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, tetapi dapat

dikurangi dengan menggunakan pelumas yang cocok sehingga kerja mesin dapat

diperbaiki dan masa pakainya dapat diperpanjang (Rosady, S. D. N., &

Dwiyantoro, 2014).

Untuk mengurangi bunyi-bunyian yang ditimbulkan oleh bagian-bagian

yang bergesekan maka diperlukan adanya pelumasan yang sempurna. Dengan

adanya pelumasan ini bagian-bagian yang bergesekan seperti metal-metal,

roda-roda gigi, dan sebagainya tidak menjadi terlalu panas, sehingga tidak lekas

menjadi aus (Saleh, 1972).


Terdapat 3 jenis sistem pelumasan pada motor bakar, yaitu: tipe simple

circulating splash, internal forced feed, full internal forced feed. Dalam

penggunaannya, pelumasan lama kelamaan dapat habis dikarenakan oli masuk

melalui piston dan terbakar dalam ruang pembakaran, keluar dari crankcase

berupa uap atau kabut, serta terjadinya kebocoran (Gunawan, Y., & Fitrikananda,

2018).

Pada sistem pelumasan terdapat beberapa jenis sistem pelumasan, adapun

jenis pelumasan antara lain (Fajar, R., & Yubaidah, 2007):

1. Pelumasan sistem percikan, sistem ini menggunakan alat percik atau sendok

pemercik yang terpasang pada Big End Stang Zuiger. Tetapi pelumasan ini

sekarang tidak digunakan lagi karena kurang memenuhi kebutuhan

pelumasan terutama pada motor yang memiliki putaran tinggi.

2. Pelumasan sistem paksa, pelumasan dialirkan oleh pompa oli untuk memaksa

oli tersebut beredar waktu mesin hidup (bekerja), sistem ini banyak

digunakan untuk mesin motor karena dapat menyesuaikan atau mampu

mencukupi kebutuhan pelumas untuk mesin putaran tinggi.

3. Sistem pelumasan rendam atau basah, sistem ini menggunakan metode

dimana komponen-komponen yang akan dilumasi selalu terendam, misalnya

pelumasan pada kopling dan versnelling. Posisi perendaman akan selalu

mengkondisi komponen dalam keadaan terlumasi minyak pelumas. Minyak

pelumas selalu siap untuk melumasi bagian mesin yang terendam tersebut.

4. Sistem pelumas campuran langsung. Oli langsung dicampur dengan bensin

atau bahan bakar yang ada di dalam tangki. Perbandingan campurannya


adalah 2% sampai dengan 5%, dari banyaknya bensin yang akan dicampur.

Apabila campuran oli tidak tepat atau kualitas oli kurang baik maka akan

langsung berpengaruh pada kelancaran dan tenaga yang dihasilkan mesin.

5. Sistem pelumasan injeksi (semprot). Pada motor jenis tertentu pelumasanya

menggunakan sistem injektolud dan superlub. Sistem injektolub oli

disemprotkan ke lager-lager kruk as dan ke dalam inlet. Sistem superlub oli

langsung disemprotkan ke dalam inlet/saluran udara.

Pelumasan pada awalnya dikenal oleh sebagian besar dari para teknisi

dalam bentuk dan wujudnya. Ada pelumasan berbentuk cairan seperti oli mesin,

oli hidrolik dan oli transmisi. Pelumasan juga berfungsi untuk melumasi bearing–

bearing roller (bearing bola) yaitu dibedakan dengan nama grease dan dengan

tingkat viskositas intermediate ada yang disebut gemuk dan fet (Arisandi, M., &

Priangkoso, 2012).

Satu-satunya sifat yang paling penting pada minyak pelumas adalah

viskositas atau kekentalan. Viskositas adalah gesekan internal suatu cairan yang

ditunjukkan bila suatu bagian atau selapis cairan bergerak atau bergeser terhadap

lapisan yang lain. Secara umum viskositas digunakan untuk mempertelakan

perlawanan hambatan minyak untuk mengalir. Minyak dengan viskositas rendah

mengalir dengan mudah, sedang minyak berviskositas tinggi tidak mudah

mengalir, dan biasanya disebut sebagai minyak berat. Viskositas sangat

dipengaruhi oleh suhu dan minyak cenderung menjadi encer pada suhu tinggi dan

menjadi kental pada suhu rendah (Hardjosentono, 1978).


Mekanisme kerja sistem pelumasan adalah sebagai berikut : Oli diangkat

dari bak oli (carter), oleh suatu sedotan, dari pompa oli yang digerakkan oleh

perputaran roda gerigi yang dikoperkan dengan perputaran poros engkol, melalui

pipa hisap. Dari pompa oli, disalurkan melalui pipa pembagi, kemudian dialirkan

ke suatu media pendinginan yang berupa pipa penunjang melingkar satu setengah

(1½) lingkar dengan dinding bersirip untuk memperluas permukaan pipa sehingga

proses pendinginan lebih lancar dari udara sekitarnya atau berupa radiator oli atau

tanpa kedua sistem pendinginan tersebut, tergantung dari kapasitas diesel

(Kurniawan, 2011).

Dalam hal yang terakhir ini oli hanya disalurkan ke dalam pipa yang cukup

pendek saja ( y pass). Dari ini kotoran oli yang mungkin terbawa, baik dari luar

maupun sirkulasi di dalam mesin sendiri. Sistem pelumasan pada Rosker Arm dari

klep, didapatkan melalui camp shaft, tappel dan push rod langsung menembus

baud pengatur jarak rosker arm (Rocker Arm Bearing) kemudian menetes keluar

yang kemudian ditampung bak per klep ; melalui celah antara push rod dan pipa

pelindung push rod, oli mengalir ke bahah menuju ke bak charter. Untuk

pelumasan ada metal-metal dan juga dinding-dinding silinder, oli disalurkan

melalui pipa kapiler yang terdapat dalam dinding charter (crank case), juga masuk

ke dalam pipa yang sejenis dengan crank case (Kurniawan, 2011).

Besarnya gesekan ditentukan berdasarkan besarnya koefisien gesek antara

permukaan yang saling kontak. Fungsi utama oli adalah mereduksi koefisien

gesek tersebut, sehingga nilainya menjadi lebih kecil. Hal ini dikarenakan di

antara kedua permukaan yang bersinggungan tersebut terdapat lapisan oli.


Semakin tinggi kekentalan atau viskositas oli, maka koefisien gesek yang

direduksi akan semakin besar. Kekentalan oli ditentukan berdasarkan tingkat

kekentalan yang ditetapkan oleh sebuah organisasi otomotif, yaitu Society of

Automotive Engineers (SAE) (Crovse, 1980).

Komponen-komponen sistem pelumasan secara umum antara lain (Dani,

2013):

1. Oil Pressure Switch, Suatu komponen yang berfungsi sebagai switch yang

mengaktifkan lampu peringatan bila tekanan oli tidak tercukupi pada saat

mesin mobil dinyalakan.

2. Oil pump, Suatu komponen yang berfungsi untuk menarik oli yang berada di

Oil Pump dan memompa oli tersebut ke seluruh bagian mesin mobil.

3. Relief Valve,komponen ini bekerja untuk membebaskan tekanan pada saat Oil

Pump yang mempunyai tekanan berlebihan. Oil Strainer Komponen yang

berupa saringan oli dan terpasang di saluran masuk oli untuk memisahkan

partikel yang besar dari oli.

4. Oil Filter, komponen ini berfungsi sebagai penyaring kotoran yang tidak

diinginkan dari oli mesin yang secara bertahap akan terkontaminasi dengan

kotoran besi dan lainnya.

Cara perawatan dan pemeriksaan minyak pelumas antara lain (Dani, 2013):

1. Tempatkan kendaraan ditempat yang rata.

2. Apabila kendaraan habis perjalanan/ panas, tunggu 30 menit.

3. Apabila kendaraan dalam kondisi dingin hidupkan 1-3 menit kemudian

matikan.
4. Tarik batang pengukur minyak dan bersihkan dengan kain lap, kemudian

masukkan kembali dengan tepat.

5. Tarik kembali batang pengukur kemudian perhatikan.

6. Periksa volume minyak ,harus pada level F dan L pada batang pengukur.

7. Periksa Viskositas (kekentalan minyak) dengan jari tangan.

8. Periksa perubahan Warna Minyak Mesin: warna merah berarti minyak

tercampur bensin, warna kelabu berarti bercampur serbuk bantalan, warna

susu berarti bercampur dengan air, warna coklat berarti bercampur dengan

karbon.

.
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Konstruksi sistem pelumas fuel force feed, splash feed, force feed.

2. Bensin, solar, dan oli.

3. Perlengkapan perbengkelan sederhana.

4. Baki.

5. Kuas.

6. Kamera.

7. Alat tulis.

B. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan konstruksi sistem pelumas motor bakar.

2. Melakukan pengamatan terhadap bagian-bagian sistem pelumasan tipe fuel

force feed, splash feed, dan force feed.

3. Mendokumentasikan dan mengamati bagian-bagian yang ada pada sistem

pelumasan.

4. Menyimak mengenai mekanisme kerja dari masing-masing sistem pelumasan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Komponen siistem pelumasan (Otomotifmobil.com, 2014)

Bagian – bagian dan fungsi komponen sistem pelumasan

1. Oil pan : Tempat untuk menampung oli mobil, sebelum dan

setelah oli bersirkulasi di dalam mesin

2. Oil Stainer : Untuk menyaring benda – benda kasar yang

berukuran besar agar tidak terhisap oleh pompa oli

dan merusak pompa oli.

3. Oil pump : Untuk memompa oli dari karter dan menaikan

tekanan oli yang melumasi logam – logam yang

bergesekan di mesin.

4. Dip Stick : Untuk mengetahui banyaknya oli yang terdapat di


dalam oil pan.

5. Oil Pressure Switch : Untuk memberitahukan tekanan oli yang ada

dalam mesin yang ditandai memlaui indikator di

dashboard.

6. Oil Filter : Menyaring kotoran halus atau gram – gram halus

agar tidak naik ke dalam mesin saat mesin

berputar.

B. Pembahasan

Sistem pelumasan ialah suatu sistem pemeliharaan atau perawatan pada

perangkat mesin yang selalu menunjukkan masalah-masalah gerak, gesekan, dan

panas yang ketiga proses tersebut sangat erat berhubungan dan memegang

peranan penting dalam masalah kestabilan mesin.

Pelumasan adalah proses memberikan lapisan minyak pelumas di antara dua

permukaan yang bergesek. Semua permukaan komponen motor yang bergerak

seharusnya selalu dalam keadaan basah oleh bahan pelumas (Wijaya, R., &

Jamari, 2011).

Sistem pelumasan adalah suatu sistem dimana zat yang digunakan untuk

mengurangi gesekan dan keausan. Selain itu pelumasan digunakan untuk

menimbulkan smooth running dan meningkatkan umur yang diinginkan dari

elemen mesin. Kebanyakan pelumas adalah cair (seperti oli, synthetic esters,

silicon fluids dan air), tetapi untuk kondisi tertentu pelumas dapat berupa solid

(seperti polytetrafluoroethylene) yang digunakan untuk dry bearing, grease untuk


penggunaan rolling element bearing dan gas (seperti udara) digunakan untuk gas

bearing.

Pelumasan dapat diartikan sebagai pemberian bahan pelumas pada suatu

mesin dengan tujuan untuk mencegah kontak langsung persinggungan antara

permukaan yang bergerak. Pelumasan memiliki suatu peranan yang penting pada

suatu mesin dan peralatan yang di dalamnya terdapat suatu komponen yang saling

bergesekan yaitu sebagai pengaman agar tidak terjadi kerusakan yang fatal.

Pelumasan memilki fungsi dan guna yang sangat menentukan panjang pendeknya

umur mesin.

Pelumasan itu sendiri adalah mengurangi adanya gesekan antara metal dan

komponen-komponen mesin lainnya sehingga dapat meminimalkan risiko

terjadinya kerusakan pada mesin. Sedangkan pelumasan itu sendiri berguna untuk

mencegah atau mengurangi terjadinya keausan pada komponen-komponen mesin

yang saling bergesekan, melancarkan komponen-komponen mesin yang bergerak

atau berputar, mencegah terjadinya suara bising, mengurangi panas yang timbul

karena pergesekan, dan meminimalkan tenaga mesin yang terbuang untuk

melawan gaya gesek.

Pelumasan adalah proses memberikan lapisan minyak pelumas di antara dua

permukaan yang bergesek. Semua permukaan komponen motor yang bergerak

seharusnya selalu dalam keadaan basah oleh bahan pelumas. Fungsi utama

pelumasan ada dua yaitu mengurangi gesekan (friksi) dan sebagai pendingin. Bila

terjadi suatu keadaan luar biasa, dimana sistem pelumasan tidak bekerja, maka
akan terjadi gesekan langsung antara dua permukaan yang mengakibatkan

timbulnya keausan dan panas yang tinggi.

Pada sistem pelumasan minyak pelumas harus memiliki kriteria khusus.

Minyak pelumas haruslah memiliki beberapa syarat tertentu yaitu :

1. Viskositas

Viskositas adalah kekentalan dari minyak pelumas. Kekentalan minyak

pelumas haruslah sesuai dengan kebutuhan yang akan dilumasi. Sebagai contoh

adalah kekentalan minyak pelumas untuk mesin berbeda dengan kekentalan

minyak pelumas yang dipakai untuk gardan.

2. Harus memiliki daya lekat yang baik (oil film)

Saat melumasi komponen yang bergesekkan , minyak pelumas harus mampu

menempel pada komponen - komponen mesin yang bergesekkan dengan sangat

baik. Maka dari itu minyak pelumas yang sudah terlalu lama dipakai harus diganti

karena daya lekat ( oil film ) sudah tidak baik. Dan jika minyak pelumas yang

sudah terlalu lama dipakai tak diganti , maka komponen-komponen mesin yang

saling bergesekkan itu akan saling menggesek dan menyebabkan keausan.

3. Tidak mudah bercampur dengan barang yang lain

Maksudnya adalah minyak pelumas tidak bisa menyatu dengan zat - zat

lainnya. Kecuali minyak pelumas yang memang khusus untuk oli samping, karena

minyak pelumas tersebut dapat bercampur dengan bensin namun tetap minyak

pelumas itu tidak boleh mudah bercampur dengan zat - zat kimia lainnya seperti

karbon , dan lain - lain. Jika hal itu terjadi berarti kualitas minyak pelumas

menjadi tidak baik lagi.


4. Memiliki sifat membersihkan

Pada saat komponen - komponen saling bergesekkan , kemungkinan akan

tetap terjadi gesekkan walaupun cuma sedikit sekali. Biasanya hal ini terjadi pada

saat mesin baru dihidupkan, karena minyak pelumas belum melumasi bagian -

bagian yang bergesekkan tersebut dan minyak pelumas tersebut masih berada

dalam bak oli ( atau belum bersikulasi untuk melumasi ) Untuk itulah minyak

pelumas harus mampu membersihkan serbuk - serbuk bekas gesekkan tersebut.

5. Memiliki titik nyala yang tinggi dan sukar menguap

Pada mesin yang sedang hidup , maka suhu dari mesin akan naik . Untuk

itulah minyak pelumas tidak boleh cepat menguap , karena minyak pelumas akan

cepat habis dengan sendirinya bila cepat menguap. Selain itu pula minyak

pelumas harus memiliki titik nyala yang tinggi, karena jika titik nyala nya rendah

maka minyak pelumas akan terbakar dan menyala . Tidak lucu kan kalau minyak

pelumas dalam mesin anda menyala dan menimbulkan api.

6. Mudah memindahkan panas dan memiliki titik beku yang rendah

Dalam hal ini minyak pelumas juga harus mampu menyerap panas dari

komponen - komponen yang bergesekkan sehingga pemuaian yang berlebihan

dapat dihindari. Namun di saat suhu yang rendah minyak pelumas juga tidak

boleh membeku. Oleh karena itu kekentalan minyak pelumas yang digunakan di

negara tropis dengan negara yang mengalami musim salju berbeda.

Pada sistem pelumasan terdapat beberapa bagian atau komponen yang

pentng, yang satu komponen satu dengan yang lainnya saling terkait stu sama lain.

Komponen- komponen pada sistem pelumasan tersebut adalah sebagai berikut :


1. Pompa Oli

Oil pump menghisap oli dari crankcase dan menyalurkan ke seluruh

komponen mesin.Oil filter dipasangkan pada lubang masuk pompa oli (oil pump

inlet) untuk menyaring kotoran-kotoran.Oil pumpyang digunakan adalah model

roda gigi. Padamodel ini, terdapat dua buah roda gigi yang berkaitan. Bila salah

satu roda gigi berputar, maka roda gigi lain akan ikut berputar berlawanan arah.

Oleh karena itu, oliyang terdapat diantara celah-celah dua buah roda gigi didesak

dari lubang masuk kelubang buang. Pompa oli berfungsi untuk menghisap oli dari

oil pan kemudian menekannya ke bagian-bagian mesin. Pada pompa oli terdapat

beberapa macam jenis pompa, macam-macam pompa oli tersebut antara lain:

a. Internal gear, roda gigi yang digerakkan (driven gear) digerakkan oleh roda

gigi penggerak yang dihubungkan langsung ke camshaft, ruang volume

dibentuk oleh dua gigi yang berubah-ubah saat berputar. Tipe ini memiliki

konstruksi yang sederhana dan kemampuannya dapat diandalkan.

b. Trochoid, pada pompa model trochoid dilengakapi 2 rotor (penggerak dan

yang digerakkan), bila rotor penggerak berputar seperti pada gambar rotor

yang digerakkan ikut sama-sama berputar dalam pump body. Poros rotor

penggerak berputar tidak satu titik (offset) dengan rotor yang digerakkan oleh

karena itu ruangan terbentuk dari dua rotor saat berputar. Saat ruangan

membesar oli terhisap kedalam dan akan dipompa keluar saat ruangan

mengecil. Pompa model trochoid memiliki bentuk yang lebih sederhana dari

pada model roda gigi, dan volume oli yang dipompa lebih besar juga

sehingga bentuk pompa oli dapat diperkecil dan lebih dapat diandalkan.
c. External gear, sama halnya seperti model internal ada drive gear dan driven

gear untuk memompa oli. Tipe ini sudah lama digunakan karena

konstruksinya lebih sederhana dan lebih akurat.

2. Sistem Pengatur Tekanan Oli

Ketika pompa oli digerakkan oleh mesin maka tekanan oli akan naik, pada

kecepatan tinggi tekanan oli akan berlebihan dan hal ini dapat menyebabkan

kebocoran pada seal-seal oli. Untuk mencegah hal ini diperlukan semacam

pengatur yang menjaga tekanan oli agar tetap konstan tanpa terpengaruh putaran

mesin. Komponen yang melakukan hal ini adalah relief valve.

3. Filter Oli

Filter oli pada sistem pelumasan berfungsi untuk memisahkan kotoran ±

kotoran dari oli. Pada filter oli dipasangkan by pass valve yang berfungsi

sebagaisaluran alternatif saat filter oli tersumbat. Penggantian filter oli harus

memperhatikan kondisi kerja mesin serta lama pengoperasiannya.Dalam jangka

waktu tertentu, oli akan kotor. Hal ini di sebabkan adanya partikel-partikel logam,

kotoran dari udara, karbon serta bahan-bahan lain yang masuk ke dalam oli.

Bagian-bagian berat akan mengendap, sedangkan bagian-bagian yang ringan akan

ikut terbawa melumasi mesin yang akan memperbesar keausan dan kemungkinan

panas yang berlebihan (over heating).

4. Lampu Tanda Tekanan Oli


Lampu tanda tekanan oli (oil pressure warning lamp) berfungsi untuk

memberi peringatan ke pengemudi bahwa system pelumasan tidak normal dan

dipasang pada blok silinder untuk mendeteksi tekanan pada oil gallery.

a. Tekanan oli rendah, Saat mesin mati atau tekanan oli rendah titik kontak di

dalam switch tekanan oli menutup sehingga lampu peringatan hidup

(menyala).

b. Tekanan oli tinggi, Saat mesin hidup dan tekanan oli naik, maka tekanan oli

ini mendorong diapragma sehingga titik kontak membuka dan lampu

peringatan mati.

5. Nosel Oli

Nosel oli (oil nozzle) berfungsi untuk mendinginkan bagian dalam piston.

Pada oil nozzle terdapat check valve yang berfungsi untuk mencegah tekanan oli

dalam sirkuit pelumasan turun terlalu rendah (1,4 kg/cm2).

6. Pendingin Oli

Pendingin oli (oil cooler) yang banyak digunakan untuk motor diesel adalah

tipe pendingin air. Oil cooler berfungsi untuk mendinginkan oli agar

kekentalannya tetap.

Bypass valve akan bekerja apabila kekentalan oli tinggi atau saat oil

coolerelement tersumbat. Hal tersebut akan menyebabkan tahanan aliran menjadi

tinggi, sehingga bypass valve akan terbuka agar oli kembali secara langsung ke oil

filter element tanpa melalui oil cooler.


Regulator valve akan bekerja bila tekanan oli pada main oil gallery lebih

tinggi dari nilai standar. Regulator valve akan membuka agar oli kembali ke oil

pan. Dengan demikian tekanan oli akan kembali standar.

7. Dipstick oil

Dipstick oil berfungsi untuk mengukur ketinggian minyak pelumas dalam

penampung oli.

Motor bakar terdapat dua sistem pelumasan yaitu pada motor 4 tak, dan 2

tak, adapun penjelasannya adalah sebagi berikut:

1. Sistem Pelumasan 4 Tak

Sistem pelumasan mesin pada motor 4 langkah (4Tak) hanya menggunakan

1 macam oli untuk melumasi seluruh bagian komponen mesin motor mulai dari

komponen ruang bakar, komponen kopling dan komponen Transmisi. Oleh sebab

itu di butuhkan oli sesuai dengan spesifikasi khusus untuk motor. Sistem

pelumasan untuk motor berbeda dengan sistem pelumasan mobil meskipun sama

– sama menggunakan mesin 4 langkah. Karena pelumasan pada mobil antara

ruang bakar,transmisi dibuat berbeda dan koplingnya dibuat sistem kering seperti

halnya motor matic. Pada motor 4 langkah biasanya pelumas di simpan di bak

kruk as (crankcase) dan dialirkan ke seluruh komponen motor dengan bantuan

pompa oli dan biasanya disebut Wet sump system. Tetapi ada juga motor yang

menyediakan bak penampung pelumas secara terpisah di luar mesin motor atau

biasa di sebut Dry sump system.

2. Sistem Pelumasan 2 Tak


Sistem pelumasan pada motor 2 tak atau 2 langkah berbeda dengan sistem

pelumas motor 4 tak (4 langkah). Jika pada motor 4 langkah pelumasan hanya

memakai 1 macam oli saja, jika pada motor 2 langkah pelumasan terbagi menjadi

2 bagian/macam. Pelumas pertama untuk melumasi bagian transmisi saja, dan

pelumas kedua untuk melumasi bagian ruang as-kruk atau bagian di belakang

piston. Pelumasan dibuat berbeda karena ruang transmisi dan ruang engkol (kruk-

as) terpisah. Pelumasan pada ruang engkol dibuat tercampur dengan bahan bakar

dengan perbandingan tertentu dan kekentalannya lebih encer bila dibandingkan

dengan pelumas untuk transmisi. Tetapi dengan seiringnya kemajuan teknologi,

pencampuran pelumas untuk ruang kruk-as dan silinder dibuat sistem injeksi atau

nosel.

Dalam kinerjanya, sistem pelumasan memiliki beragam macam teknik

pelumasan. Macam- macam pelumasan antara lain:

1. Sistem Pelumasan Campur (Mix)

Sistem pelumasan campur adalah salah satu sistem pelumasan mesin dengan

cara mencampur langsung minyak pelumas (oli campur/samping) dengan bahan

bakar (bensin) sehingga antara minyak pelumas dan bahan bakar bercampur di

tangki bahan bakar. Sifat-sifat sistem pelumasan campur :

a. Tangki bahan bakar berada diatas mesin/ lebih tinggi dari mesin (pengaliran

bahan bakar dengan gaya gravitasi).

b. Sistem pelumasan jenis oli yang paling sederhana

c. Pemakaian oli boros, timbul polusi udara tinggi

d. Dipergunakan pada motor 2 Tak dengan kapasitas kecil.


e. Menggunakan oli khusus 2 Tak yang bersifat mencampur baik dengan bensin

dengan campuran 2% – 4% oli samping.

Cara kerja : Pada saat kran bensin dibuka, maka campuran bensin dan oli

samping akan mengalir menuju karburator di karburator bensin, oli samping dan

udara bercampur membentuk campuran yang homogen dan masuk kedalam ruang

engkol dan selanjutnya campuran baensin dan oli samping akan melumasi bagian

mesin yang berada di ruang engkol dan didinding silinder.

Contoh kendaraan/ mesin yang menggunakan sistem pelumasan jenis ini

adalah motor stasioner, vespa.

2. Sistem Pelumasan Autolube

Sistem pelumasan autolube, oli samping/ campur masuk kedalam ruang

engkol dipompakan oleh pompa oli. Sehingga penggunaan oli samping/campur ini

lebih efektif sesuai kebutuhan mesin. Sistem pelumasan ini digunakan pada mesin

2 tak. Oli samping/campur yang masuk ke dalam ruang engkol tergantung dari

jumlah putaran dan pembukaan katup masuk (Reet Valve).

Cara kerja: Saat mesin hidup handle gas ditarik, maka bensin mengalir ke

karburator, seiring dengan tarikan handle gas, pompa oli berputar yang

menyebabkan oli samping/campur ditangki terhisap dan ditekan menuju ruang

engkol melalui saluran dibelakang karburator. Bensin dan oli samping/campur

menjadi satu di belakang karburator yang selanjutnya masuk kedalam ruang

engkol dan melumasi bagian-bagian yang bergerak.

3. Sistem Pelumasan Percik


Sistem pelumasan percik adalah sistem pelumasan dengan memanfaatkan

gerakan dari bagian yang bergerak untuk memercikan minyak pelumas ke bagian-

bagian yang memerlukan pelumasan, misal: poros engkol berputar sambil

memercikan minyak pelumas untuk melumasi dinding silinder.

Sistem ini menggunakan alat percik atau sendok pemercik yang terpasang

pada big end stang zuiger. Ketika torak berada di bawah (saat TMB), poros

engkol tercelup pada minyak pelumas. Pada saat torak bergerak menuju ke atas

(menuju TMA) maka minyak pelumas ikut terbawa ke atas. Minyak pelumas

dibawa ke atas melalui ring torak. Karena minyak pelumas juga bisa terbakar,

maka perlu penambahan minyak pelumas pada karter. Pelumasan cara percikan ini

merupakan pelumasan yang paling sederhana. Tetapi pelumasan ini sekarang

tidak digunakan lagi karena kurang memenuhi kebutuhan pelumasan terutama

pada motor yang memiliki putaran tinggi.

Sistem pelumasan ini biasanya digunakan pada mesin dengan katup samping

(side valve) dan kapasitas kecil.

Cara krja : Saat mesin hidup, poros engkol berputar, bagian poros engkol

yang menyerupai sendok membawa minyak pelumas dan akhirnya minyak

pelumas memercik ke atas melumasi dinding silinder.

4. Sistem Pelumasan Tekan.

Minyak pelumas di dalam karter dihisap dan ditekan ke dalam bagian-

bagian yang dilumasi dengan menggunakan pompa oli. Sistem pelumasan ini

sangat cocok untuk melumasi bagian-bagian mesin yang sangat presisi. Aliran

minyak pelumas tergantung pada jumlah putaran mesin, hal ini dikarenakan
pompa oli diputarkan oleh mesin. Sistem pelumasan ini digunakan pada mesin 4

tak dan memiliki kelebihan pelumasan merata dan teratur. Minyak pelumas yang

telah melumasi bagian-bagian mesin akan kembali ke karter kembali.

Minyak pelumas di karter dihisap dan ditekan oleh pompa oli melalui

strainer dan dipompakan menuju bagian-bagian yang dilumasi yang sebelumnya

disaring oleh filter oli. Minyak pelumas yang telah melumasi bagian-bagian yang

dilumasi akan kembali ke karter.

5. Pelumasan Tekan Sempurna.

Pada pelumasan tekan sempurna, batang torak juga dilubangi (selain poros

engkol), sehingga pelumasannya menjadi sempurna. Dengan demikian terhubung

antara tempat pergeseran pen engkol–batang torak, dengan batang torak–pen

torak, yang selanjutnya tersalur ke tempat pergeseran torak–dinding silinder.

6. Pelumasan rendam atau basah.

Sistem ini menggunakan metode dimana komponen-komponen yang akan

dilumasi selalu direndam. Misalnya pelumasan pada kopling dan versneling.

Posisi perendaman akan selalu mengkondisi komponen dalam keadaan terlumasi

minyak pelumas. minyak pelumas selalu siap untuk melumasi bagian mesin yang

terendam tersebut.

7. Pelumasan injeksi.

Pada motor jenis tertentu pelumasannya menggunakan sistem injectolud dan

superlub. sistem injectolud oli disemprotkan ke lager-lager kruk as dan kedalam

inlet. Sistem superlub oli langsung disemprotkan ke dalam inlet atau sluran udara.
Untuk melumasi mesin, tidak sembarangan pelumas bisa digunakan.

Pelumas yang akan digunakan harus memiliki sifat-sifat penting. Minyak pelumas

harus memiliki sifat-sifat penting, yaitu:

1. Sifat kebasaan (alkalinity), Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk karena

pengaruh dari luar (gas buang) dan asam-asam yang terbentuk karena terjadinya

oksidasi.

2. Sifat detergency : Untuk membersihkan saluran-saluran maupun bagian-bagian dari

mesin yang dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan.

3. Sifat dispersancy : Untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh minyak

pelumas tidak menjadi mengendap, yang lama-kelamaan dapat menjadi semacam

lumpur (sludge). Dengan sifat dispersancy ini, kotoran-kotoran tadi dipecah menjadi

partikel-partikel yang cukup halus serta diikat sedemikian rupa sehingga partikel-

partikel tadi tetap mengembang di dalam minyak pelumas dan dapat dibawa di

dalam peredarannya melalui sistem penyaringan. Partikel yang bisa tersaring oleh

filter, akan tertahan dan dapat dibuang sewaktu diadakan pembersihan atau

penggantian filter elemennya.

4. Sifat tahan terhadap oksidasi, untuk mencegah minyak pelumas cepat beroksidasi

dengan uap air yang pasti ada di dalam karter, yang pada waktu suhu mesin menjadi

dingin akan berubah menjadi embun dan bercampur dengan minyak pelumas.

Oksidasi ini akan mengakibatkan minyak pelumas menjadi lebih kental dari yang

diharapkan, serta dengan adanya air dan belerang sisa pembakaran maka akan

bereaksi menjadi H2SO4 yang sifatnya sangat korosif. Aditif adalah senyawa kimia

yang apabila ditambahkan ke dalam pelumas akan menaikkan unjuk kerja pelumas

seperti yang diharapkan. Aditif ini dapat menentukan mutu pelumas yang akan

digunakan karena dapat merubah sifat kimia maupun sifat fisik dari oli. Tujuan dari
aditif untuk campuran pelumas yaitu untuk melindungi dan memperbaiki mutu

pelumas terhadap perubahan sifat kimia atau penuruan mutu pelumas, melindungi

kerusakan mesin terhadap produk-produk hasil pembakaran dan untuk memperbaiki

sifat suatu pelumas atau memberikan sifat baru terhadap sifat pelumas yang sesuai

dengan penggunaannya. Aditif dapat terdiri dari unsur – unsur kimia seperti barium,

calsium, phosporus, sulfur, chlorine, zinc, lead, polymer dan sebagainya. Komposisi

antara satu aditif dengan yang lainnya harus dapat digabungkan sebaik mungkin

dalam suatu formasi tertentu. Hal ini berkaitan dengan pesatnya perubahan pada

rancang bangun mesin serta tuntutan kerja mesin yang meningkat.

5. Kelarutannya dalam base oil. Kelarutan dalam base oil adalah sifat yang utama yang

harus dimiliki oleh aditif agar dihasilkan pelumas yang homogeny.

6. Tidak larut dalam air . Aditif harus tidak larut dalam air, karena antara base oil dan

air adalah dua larutan yang saling melarutkan (immiscible). Dengan tidak larutnya

aditif dalam air, maka apabila pelumas tercampur dengan air maka komponen-

komponen pelumas masih dapat dipertahankan.

7. Volatilitas. Kondisi operasi mesin yang akan dilumasi menuntut agar setiap

komponen dalam pelumas tidak mudah menguap, baik karena panas maupun karena

waktu.

8. Stabilitas. Aditif harus tetap stabil selama penyimpanan, selama blending maupun

selama pelayanan di dalam mesin.

9. Compatibility. Aditif yang digunakan dalam satu jenis pelumas harus saling tidak

bereaksi, karena hal ini akan mempengaruhi bahkan merusak unjuk kerja yang

diharapkan.

10. Warna adalah indikator pertama yang dipakai pada pengujian appearance, sehingga

warna aditif harus jernih dan stabil.


11. Fleksibilitas, Aditif yang multifungsi lebih diutamakan karena akan memiliki daya

aplikasi sangat luas. Saat ini, aditif jenis inilah yang terus dikembangkan oleh pabrik

pembuat aditif.

12. Bau . Aditif diharapkan tidak menimbulkan bau yang merangsang. Apabila terpaksa

digunakan juga, maka bau aditif ini harus dihilangkan dengan menambahkan bahan

penghilang bau tersebut.

13. Viskositas. Satu-satunya sifat yang paling penting pada minyak pelumas adalah

viskositas atau kekentalan. Viskositas adalah gesekan internal suatu cairan yang

ditunjukkan bila suatu bagian atau selapis cairan bergerak atau bergeser terhadap

lapisan yang lain. Secara umum viskositas digunakan untuk mempertelakan

perlawanan hambatan minyak untuk mengalir. Minyak dengan viskositas rendah

mengalir dengan mudah, sedang minyak berviskositas tinggi tidak mudah mengalir,

dan biasanya disebut sebagai minyak berat. Viskositas sangat dipengaruhi oleh suhu

dan minyak cenderung menjadi encer pada suhu tinggi dan menjadi kental pada suhu

rendah.

14. Viscosity Index, tinggi rendahnya index ini menujukkan ketahanan kekentalan

minyak pelumas terhadap perubahan suhu.

15. Flash Point, suhu terendah pada waktu minyak pelumas menyala seketika.

16. Pour Point, suhu terendah diamana suatu cairan mulai tidak bisa mengalir

dan kemudian menjadi beku,

17. Total Base Number, Menunjukkan tinngi rendahnya ketahanan minyak

pelumas terhadap pengaruh pengasaman, biasanya pada minyak pelumas

baru.

18. Carbon residu, merupakan jenis presentasi karbon yang mengendap apabila

oli diuapkan pada suhu tes khusus.


19. Density, menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur

tertentu.

20. Emulsification dan Demulsibility, sifat pemisah oli dengan air. Sifat ini perlu

diperhatikan terhadap oli yang kemungkinan bersentuhan dengan air.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pelumasan adalah proses memberikan lapisan minyak pelumas di antara

dua permukaan yang bergesek. Fungsi utama pelumasan ada dua yaitu

mengurangi gesekan (friksi) dan sebagai pendingin.

2. Fungsi minyak pelumas secara keseluruhan ialah untuk mencegah atau

mengurangi gesekan, persentuhan bidang kerja, pemanasan yang berlebihan,

keausan, karatan dan pengendapan kotoran.

3. Ada tiga jenis pelumasan pada motor empat langkah, yaitu boundary

lubrication, pelumasan tekan (thin film lubrication), dan hydrodynamic

lubrication.

B. Saran

Pada praktikum selanjutnya diharapkan asisten dapat lebih mempersiapkan

alat-alat yang akan digunakan serta materi yang akan disampaikan selain itu

diharapkan asisten dapat mengkondisikan praktikan agar lebih kondusif dan

praktikum dapat berjalan dengan lancar.


DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, M., & Priangkoso, T. 2012. Analisa Pengaruh Bahan Dasar Pelumas
Terhadap Viskositas Pelumas Dan Konsumsi Bahan Bakar. Jurnal
Momentum UNWAHAS, 8(1).

Catur, S. A. Dan Djunaidi. 2008. Kegiatan Pelumasan Pada Peralatan Reaktor


Serba Guna G. A. Siwabessy. Yogyakarta: CV Pandawa Press.

Crovse H. William. 1980. Automotive Mechanics Edition 8. USA : Mcgraw Hill.

Dani, Almandala. 2013 Pengertian-Fungsi-Komponen-Cara Kerja Sistem


Pelumasan. Jakarta: Grafindo.

Daryanto, Drs. 1997.Petunjuk Praktis Service Mesin Mobil. Jakarta: Bumi Aksara.

Daton, Geris Seran. 2009. Fisika Dasar . Jakarta: Grafindo.

Daywin, Frans J.Dkk. 1991. Motor Bakar Internal Dan Tenaga Di Bidang
Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Fajar, R., & Yubaidah, S. 2007. “Penentuan Kualitas Pelumasan Mesin”. Jurnal
Mesin, 9(1).

Gunawan, Y., & Fitrikananda, B. P. 2018. Kajian Low Oil Pressure Pada
Propeller Gearbox Engine Ct7-9c Pesawat Cn-235 Pk-Xng Dan Cara
Penanggulangannya. Jurnal Industri Elektro Dan Penerbangan, 4(2).

Hardjosentono, Mulyoto.,Wijanto, Dan Elon Rachlan. 1981. Mesin-Mesin


Pertanian. . Jakarta: CV. Yasaguna.

Havendri, A. 2008. “Kaji Eksperimental Perbandingan Prestasi Dan Emisi Gas


Buang Motor Bakar Diesel Menggunakan Bahan Bakar Campuran Solar
Dengan Biodiesel Cpo, Minyak Jarak Dan Minyak Kelapa”. Jurnal Teknik
Mesin. 29(1).

Henderson, S. M. 1966. Agricultural Process Engineering. California: University


Of California press.

Hijjah, E. W., & Adiwibowo, P. H. 2014. “Pengaruh Variasi Sudut Elbow Intake
Manifold Terhadap Emisi Gas Buang Pada Sepeda Motor Supra X Tahun
2002”. Jurnal Teknik Mesin, 3(2): 140-147.

You might also like