Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing Akademik
Ns. RENI SULUNG U., S.Kep., M.Sc
Disusun oleh:
Puwani Okyantari (G2B009052)
Liftia Salmasuci W. (G2B009047)
Prasetyawan Bayu A.B. (G2B009006)
I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 9 Oktober 2012 , Pukul 17.50 WIB
Tanggal pengkajian : 9 Oktober 2012 , Pukul 17.50 WIB
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn.H
2. Usia : 27 Tahun
3. No. Register : 01154605
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Suku Bangsa : Jawa
6. Pekerjaan : Swasta
7. Agama : Islam
8. Status Perkawinan : Belum menikah
9. Alamat :-
10. Diagnosa Medis : Fraktur Pelvis
1
B. Pengkajian Primer
1. Airway
Mulut bersih, tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas.
2. Breathing
RR: 26x/menit, nafas cepat dan dangkal, tidak terdapat nafas cuping
hidung, dipasang nasal kanul dengan O2 sebanyak 3 liter per menit,
3. Circulation
TD tidak dapat dikaji, Nadi: tidak teraba, capilarry refill > 2detik, akral
dingin, turgor kulit kurang elastis, wajah pucat, konjungtiva anemis.
4. Disability
Tingkat kesadaran composmentis, dengan nilai GCS 15 (E4M6V5).
5. Exposure
Suhu 360C, terdapat luka gores lebar dengan diameter 8cm pada lutut,
dan luka gores pada ankle
C. Pengkajian Sekunder
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada bagian panggul.
P : Nyeri terasa pada saat menggerakkan panggul
Q : Rasanya seperti ditusuk-tusuk.
R : Panggul dan perut
S :6
T : Nyeri berkelanjutan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien post kecelakaan lalu lintas ditabrak truk, jatuh dengan posisi
duduk, seketika pasien merasa kesakitan dan tidak mampu saat akan
berdiri
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, dan
penyakit ginjal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit jantung, DM, maupun asma atau penyakit
bawaan yang lain.
5. Pemeriksaan Fisik
Bagian Keterangan
Bentuk mesochepal, rambut hitam, penyebaran
Kepala
rata, tidak terdapat luka.
Konjungtiva anemis, sklera ikterik, tidak terdapat
Mata
perdarahan pada mata, ukuran pupil tidak sama
kanan 5mm, kiri 3 mm
Telinga bersih, tidak terdapat sekret yang keluar,
Telinga
telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada luka dan
bengkak pada telinga.
Bibir kering pucat, tidak pecah-pecah, tidak
Mulut & Gigi
terdapat sariawan, mulut bersih, tidak ada
perdarahan pada gusi.
Leher Tidak ada luka, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid.
Jantung I :Ictus cordis tidak nampak
Pa: ictus cordis teraba di SIC V
Pe : Bunyi pekak
A : Tidak terdapat suara jantung tambahan
I : Pengembangan paru simetris antara kanan dan
Paru kiri, tidak terdapat retraksi dinding dada,
menggunakan otot bantu pernafasan.
Pa: taktil fremitus tidak dikaji.
Pe : terdengar bunyi sonor di seluruh lapang paru
A : bronkial
I :datar, tidak ada lesi pada abdomen
Abdomen A : BU (+) 6x/menit.
Pa: terdapat nyeri tekan pada abdomen region
kanan bawah, tidak terdapat massa
Pe : Bunyi tympani
Ekstremitas Terdapat luka gores pada siku tangan kanan dan
atas kiri, kekuatan otot tidak dikaji.
Ekstremitas Terdapat luka gores lebar pada lutut dan ankle
bawah kaki kanan dan kiri, kekuatan otot tidak dikaji
Genetalia Tidak dikaji
6. Cairan
Tgl. INPUT OUTPUT
9/10 1. Minum : tidak 1. Urin : 300 cc
BC :
/12 dikaji
In-Out: 0-300
2. Infus : Belum ada --300cc
(Defisit volume cairan)
(Pada saat
pengkajian cairan
infusbelum diberikan.
Pemberian cairan 2
line kemudian
diprogramkan pada
intervensi )
7. Eliminasi
Terpasang kateter urin, dengan volume urin bag sebanyak ± 300 cc,
warna urin kuning, terdapat bercak darah pada urin.
8. Status Kecemasan
Pasien terlihat cemas, nilai kecemasan dengan skala HARS:27
(kecemasan berat)
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (proses)
2. Rontgen
Terdapat close fraktur; cross fraktur tulang pelvis region kanan bawah,
curiga perdarahan di dalam.
E. TERAPI MEDIS7
NAMA CARA KONTRA
DOSIS INDIKASI EFEK SAMPING
OBAT PEMBERIAN INDIKASI
Tranexamed Oral : 3x25 Oral dan IV Hematuria yang berasal dari Gangguan Mual
mg/kgbb/hari kandung kemih,uretra, penglihatan, muntah,hipotensi,
IV : 3x10
prostat; hematuria pasca perdarahan gangguan penglihatan
mg/kgbb/hari
bedah, perdarahan seusai subaraknoid
ekstrasi gigi ataupun karena
trauma pada penderita
hemofilia.
Ranitidin Dosis standar : 2 x Intravena Menghilangkan gejala- Tidak dianjurkan Adakalanya
sehari 150 mg atau gejala ketidakmampuan untuk anak berusia terjadihepatitis yang
300 mg pada mencerna asam dan dan rasa kurang dari 16 bersifat reversibel
Jarang: agranulosis,
malam hari panas pda ulu hati, ulkus tahun
hipersensitifitas, ruma
sebalum tidur. lambung jinak dan ulkus
kulit, leukopenia &
duodenum, refluks
trombositopenia yang
esofagitis, sindroma
bersifat reversibel,
zollinger-ellison, dispepsia
sakit kepala, pusing.
yang menahun (kronis),
mencegah perdarahan
karena ulserasi akibat sters
atau ulserasi peptikum,
sindroma mendelson, ulkus
peptikum.
Ketorolac Dewasa < 65 tahun, Intravena Pengobatan jangka pendek Alergi (seperti Dyspepsia, sakit
30 mg sebagai pada nyeri akut pasca nasal polyp, kepala, mengantuk,
dosis tunggal atau operasi moderat sampai angiodema, nyeri pada tempat
30 mg tiap 6 jam hebat. bronchopasm, suntikan, nyeri
sampai maksimal asma syndrom gastrointestinal, diare,
120 mg sehari. stevens jhonson, berkeringat, mual
ruam pusing edema,
Dewasa > 65 tahun
vesiculobulous) konstipasi,melena,
dengan kerusakan
Ulkus peptik akut stomatitis, lemah,
ginjal dan atau
atau perdarahan depresi, euphoria,
berat bdan <50 kg,
gastrointestinal. parasthesia, dyspnea,
15 mg sebagai Kerusakan ginjal
gangguan penglihatan,
dosis tunggal atau berat
15 mg tiap 6 jam Kasus obstetrik, bengkak, ulkus
Tn. H datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi pada pukul 17.50 WIB rujukan
dari RS PKU Karanganyar dengan keluhan nyeri akibat kecelakaan lalu lintas.
Perawat melakukan pengkajian dan ditemukan adanya tanda-tanda fraktur yaitu pain
(nyeri), pallor (pucat), pulse (nadi) tidak teraba, parestesia (terasa panas) dan
paralisis. Setelah ditemukannya tanda-tanda tersebut, dilakukan pemeriksaan rontgen
untuk memastikan kecurigaan adanya fraktur. Hasil pemeriksaan rontgen
menunjukkan adanya close fraktur : cross fraktur tulang pelvis region kanan bawah
curiga perdarahan di dalam. Kegawatan yang dapat terjadi pada pasien dengan
fraktur cruris adalah komplikasi segera yang dialami pasien yakni Trombosis vena
ilio-femoral, komplikasi ini sering ditemukan dan sangat berbahaya, apabila ada
keraguan sebaiknya diberikan antikoagulan secara rutin untuk profilaktik, Robekan
kandung kemih terjadi apabila ada disrupsi simfisis pubis atau tusukan dari bagian
tulang panggul yang tajam, Robekan uretra terjadi karena adanya disrupsi simfisis
pubis pada daerah uretra parsmembranosa8, pada kasus ini dari ketiga komplikasi
diatas, ada 2 komplikasi yang sudah dibantah oleh dokter bedah orthopedi yakni
robekan kandung kemih dan uretra, akan tetapi untuk komplikasi Trombosis vena
ilio-femoral masih membutuhkan pemantauan lebih intemsif lagi, sehingga untuk
mencgah perdarahan yang lebih hebat lagi diberikan terapi medic berupa injeksi
tranexameduntuk menghentikan perdarahan.
Hasil pemeriksaan rontgen pada Tn. H menyebutkan adanya curiga
perdarahan di dalam. Fraktur pelvis (panggul) seringkali disertai perdarahan yang
berat, oleh karena adanya gaya yang membuka rongga pelvis menyebabkan
kerusakan kompleks ligament dan merobek fleksus vena di pelvis dan kadang
merobek arteri iliaka interna. Bila perdarahan pelvis banyak maka akan terjadi cepat
penurunan tekanan darah ditandai dengan lemas, kehilangan kesadaran secara
perlahan, kadang gelisah. Tn. H terlihat lemas, pucat, nadi tidak teraba, tekanan
darah menurun, konjungtiva anemis dan hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan Hb 9 g/dl. Maka dari itu dilakukan pemberian transfuse darah PRC 2
kantong. Transfusi darah PRC diberikan pada pasien yang salah satunya mengalami
perdarahan kronis yang ada tanda oksigen need (rasa sesak, mata berkunang,
palpitasi, pusing dan gelisah). PRC diberikan sampai tanda oksigen need hilang. PRC
diberikan biasanya pada Hb 8-10 gr/dl. Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl
diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 % 5.
Selain itu, diberikan terapi infuse Ringer Laktat dengan diguyur untuk memenuhi
kebutuhan cairan intravaskuler, mengatasi jika terjadi asidosis, mencegah kolaps
vena.
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Pada fraktur dapat mengakibatkan
terputusnya kontinuitas jaringan sendi, tulang bahakan kulit pada fraktur terbuka
sehingga merangsang nociseptor sekitar untuk mengeluarkan histamin, bradikinin
dan prostatglandin yang akan merangsang serabut A-delta untuk menghantarkan
rangsangan nyeri ke sum-sum tulang belakang, kemudian dihantarkan oleh serabut-
serabut saraf aferen yang masuk ke spinal melalu “dorsal root” dan sinaps pada
dorsal horn. Impuls-impuls nyeri menyeberangi sum-sum belakang pada
interneuron-interneuron dan bersambung dengan jalur spinal asendens, yaitu
spinothalamic tract (STT) dan spinoreticuler tract (SRT). STT merupakan sistem
yang diskriminatif dan membawa informasi mengenai sifat dan lokasi dari stimulus
kepada thalamus kemudian ke korteks untuk diinterpretasikan sebagai nyeri. Nyeri
terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi6. Tn. H
diajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan diberikan obat analgesic untuk
mengurangi nyeri. Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan dan membuat
perasaan lebih nyaman. Obat analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga
pasien menjadi lebih nyaman.
Tn. H terlihat cemas berat, skor 27 dengan skala Hars. Adanya kecemasan
berat yang dialami Tn. H menyebabkan ketidakefektifan pola nafas. Frekuensi nafas
Tn. H yaitu 26 kali/per menit, fase inspirasi lebih panjang daripada fase ekspirasi.
Oleh karena itu diberikan tindakan keperawatan pemberian terapi oksigen 3
liter/menit dengan menggunakan nasal kanul. Tujuan dari pemberian terapi oksigen
ini yaitu memberikan aliran gas oksigen lebih dari 20 % pada tekanan satu atmosfir
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah.
Intervensi yang telah diberikan belum dapat mencapai kriteria hasil yang
sesuai dikarenakan intervensi tersebut harus dilakukan dengan estimasi waktu yang
lebih lama sehingga intervensi yang telah dilakukan perawat harus di laporkan
kepada perawat jaga selanjutnya untuk ditindaklanjuti. Sehingga tindakan
keperawatan yang telah dilakukan dengan waktu implementasi 12 jam belum dapat
mengatasi masalah keperawatan pada Tn. H secara tuntas.
KEPUSTAKAAN