You are on page 1of 7

NAMA : MUH.

WAHYUDIN NUR
NIM : 10582157215
Kelas : V.B listrik
Mata Kuliah : operasi sistem tenaga

Tugas Soal-soal Bab IV (Halaman 267)

1. Bagaimana peranan momen inersia bagian-bagian yang berputar dalam sistem terhadap
perubahan frekwensi ?
Jawab :

Semakin besar unit pembangkit yang jatuh (semakin besar daya tersedia yang hilang) makin
cepat frekwensi menurun. Kecepatan menurunya frekwensi juga tergantung kepada besar
kecilnya inersia sistem. Makin besar inersia sistem, makin kokoh sistemnya, makin lambat
turunya frekwensi.

2. Masuknya beban (dengan jalan memasukkan PMT beban) ke dalam sistem


menyebabkan frekwensi sistem turun. Tripnya unit pembangkit juga menyebabkan
frekwensi sistem turun. Apa bedanya dalam perhitungan penurunan frekwensi untuk
kedua peristiwa ini ?
Jawab :

Gambar perubahan frekwensi sebagai akibat kenaikan beban sistem

Beban sistem pada umumnya juga merupakan fungsi dari frekwensi, apabila frekwensi naik
beban juga naik. Gambar di atas menggambarkan kenaikan beban mula-mula sebesar ∆P dalam
sistem dari P1 menuju ke P2, maka titik keseimbangan yang semula ada di titik 1 berpindah ke
titik 2. Tetapi karena adanya statisme dari sistem maka titik 2 cenderung menuju ke titik 2A

1
yang terletak pada garis statisme sistem. Di lain pihak karena frekwensi menurun sebagai
akibat adanya statisme sistem, beban juga menurun menurut garis beban dan akhirnya tercapai
keseimbangan baru di titik 3 dengan frekwensi = F1.

Dalam praktek beban dimasukkan melalui circuit breaker atau PMT sehingga kondisi dimana
beban telah bertambah besar sebesar ∆P tetapi frekwensi masih tetap mempunyai nilai F 0 betul-
betul dapat terjadi dalam praktek, yaitu kondisi yang digambarkan oleh titik 2 walaupun titik
ini hanya merupakan masa peralihan yang selanjutnya keseimbangan akan berpindah sesuai
dengan uraian di atas ke titik 3.

3. Apabila dalam sistem terdapat cadangan berputar sebesar X MW, kemudian ada unit
pembangkit yang membangkitkan Y MW mengalami gangguan dan trip. Apa yang
terjadi apabila X<Y ? Apakah akan terjadi gangguan total ?
Jawab :

Jika terdapat gangguan dalam sistem yang menyebabkan daya tersedia tidak dapat melayani
beban, misalnya karena ada unit pembangkit yang besar jatuh (trip), maka untuk
menghindarkan sistem menjadi collapsed perlu dilakukan pelepasan beban. Keadaan yang kritis
dalam sistem karena jatuhnya unit pembangkit dapat dideteksi melalui frekwensi sistem yang
menurun dengan cepat, hal ini dapat digambarkan dalam gambar pada saat t = tA ada unit
pembangkit yang jatuh sehingga frekwensi menurun.

Gambar perubahan frekwensi sebagai fungsi waktu dengan adanya pelepasan beban

Turunnya frekwensi dapat menurut garis 1, garis 2, atau garis 3. Makin besar unit pembangkit
yang jatuh (makin besar daya tersedia yang hilang) makin cepat frekwensi menurun. Kecepatan
menurunnya frekwensi juga tergantung kepada besar kecilnya inersia sistem. Makin besar
inersia sistem, makin kokoh sistemnya, makin lambat turunnya frekwensi.

2
Setelah pelepasan beban tingkat kedua frekwensi sistem tidak lagi menurun tapi
menunjukkan gejala yang baik yaitu naik kembali menuju titik D. Naiknya frekwensi dari titik
C menuju titik D disebabkan karena daya yang masih tersedia dalam sistem adalah lebih besar
daripada beban setelah mengalami pelepasan beban tingkat kedua.

Setelah mencapai titik E masih ada deviasi frekwensi sebesar ∆ F terhadap frekwensi yang
diinginkan yaitu Fo dan deviasi ini dikoreksi dengan pengaturan sekunder yang dimulai pada
titik F dan frekwensi menjadi normal kembali pada titik G.

Apabila unit yang jatuh tidak begitu besar mungkin penurunan frekwensi tidak begitu besar
mungkin penurunan frekwensi tidak pernah mencapai nilai F C sehingga dalam hal ini pelepasan
beban tingkat pertama saja sudah cukup untuk menghindarkan sistem menjadi collapsed.

4. Jika frekwensi dalam sistem turun maka beban dalam sistem juga turun. Apa yang
menyebabkan hal ini ?
Jawab :

Menurut prinsip dasar dalam dinamika rotor, ada hubungan antara kopel mekanis penggerak
generator dengan perputaran generator, dapat dituliskan dalam bentuk persamaan :
(TG – TB) = M x d/dt ...................(1)

dimana:
TG = torsi atau kopel penggerak generator
TB = torsi atau kopel beban yang membebani generator
M = momen inersia dari generator beserta mesin penggeraknya
 = kecepatan sudut perputaran generator
Karena frekuensi yang dihasilkan generator merupakan sama dengan kecepatan rotornya,
sehingga dapat dituliskan dengan :
f = /2 ........................ (2)
Hal ini berarti bahwa pengaturan frekuensi sistem merupakan pengaturan dari kopel penggerak
generator atau pengaturan daya aktif dari generator. Untuk mesin penggerak generator,
pengaturan frekuensi sistem di lakukan dengan pengaturan pemberian bahan bakar pada unit
thermis dan pengaturan pemberian air pada unit hydro. Sedangkan untuk sistem beban,
frekuensi akan turun apabila daya aktif yang dibangkitkan tidak mencukupi kebutuhan beban
dan sebaliknya frekuensi akan naik apabila ada kelebihan daya aktif dalam sistem. Secara
mekanis, dengan melihat persamaan (1) dan (2) dinamika frekuensi sistem dalam kaitannya
dengan pembangkitan daya aktif dapat dituliskan sebagai berikut :

a. Jika TG – TB = ΔT < 0, maka < 0, sehingga frekuensi akan turun............ (3)

3
b. Jika TG – TB = ΔT > 0, maka > 0, sehingga frekuensi akan naik........ ..... (4)

Namun secara tidak langsung penyediaan daya reaktif dapat pula mempengaruhi frekuensi
sistem, karena penyediaan daya reaktif mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan
tegangan, yang selanjutnya dapat menyebabkan kenaikan beban daya aktif. Namun pengaturan
frekuensi sistem lebih dominan kaitannya dengan penyediaan daya aktif.

5. Apa keuntungan dan kerugian ditinjau dari segi pengaturan frekwensi apabila kita
mengadakan interkoneksi dengan sistem negara tetangga ?
Jawab :

Apabila suatu sistem diinterkoneksikan dengan sistem negara tetangga maka akan kita tinjau
bagiamana hubungan konstanta kf dari sistem interkoneksi dengan konstanta kf dari masing-
masing sistem yang diinterkoneksikan. Untuk masing-masing sistem berlaku persamaan : ∆P1
= -kf1. ∆F
Sedangkan ∆P untuk sistem interkoneksi adalah jumlah dari ∆P yang terjadi pada setiap sistem
atau : ∆P interkoneksi = ∑∆P1
Karena frekuensi dalam seluruh sistem yang diinterkoneksikan adalah sama, maka
persamaanya menjadi : ∆ interkoneksi = - kf interkoneksi . ∆F = ∑ ∆P1 = ∑ - kf1. ∆F
Jadi didapat : kf interkoneksi = ∑ . kf1 . Persamaan tersebut menyatakan bahwa energi
pengaturan sistem interkoneksi merupakan jumlah energi pengaturan dari masing-masing
sistem yang diinterkoneksikan.
Keuntungan apabila mengadakan interkoneksi dengan sistem negara tetangga :
a. Pada sistem interkoneksi perubahan frekwensi lebih sukar terjadi, memerlukan perubahan
beban yang lebih besar daripada sistem yang tidak diinterkoneksikan.
b. Konstanta kf tergantung kepada penyetelan speed drop masing-masing governor yang ada
dalam sistem, apabila speed drop nya kecil, peka terhadap perubahan beban, maka k f
menjadi besar. Demikian sebaliknya apabila speed drop disetel besar akan menghasilkan k f
yang kecil.

6. Dalam sebuah PLTD terdapat dua unit pembangkit bekerja paralel. Unit nomor 1
mempunyai kapasitas 5 MW dan karakteristik frekwensi beban adalah garis lurus yang
menunjukkan penurunan 1 Hertz untuk kenaikan beban 5 MW. Unit nomor 2
mempunyai kapasitas 8 MW dan karakteristik frekwensi beban garis lurus dengan
penurunan 0,5 Hertz untuk kenaikan beban 5 MW. Mula-mula kedua unit ini memikul
beban 6 MW dengan pembagian 2 MW untuk unit 1 dan 4 MW untuk unit 2 pada

4
frekwensi 50 Hertz. Kemudian ke dalam sistem ditambahkan beban sebesar 2 MW yang
besarnya tidak terpengaruh oleh frekwensi.

a. Hitunglah secara grafis dan analisis pembagian beban yang baru antara unit 1
dan unit 2 tanpa ada pengaturan sekunder !
Jawab :

Gambar perubahan frekwensi dengan pengaturan primer dan pengaturan sekunder dari
governor

Sebelum terjadi penambahan beban, sistem telah mempunyai beban sebesar 6 MW dan saat
ini frekwensi = 50 Hertz , keadaan ini digambarkan oleh titik A pada gambar di atas.
Kemudian dilakukan penambahan beban sebesar 2 MW. Dalam praktek penambahan beban
dilakukan dengan memasukkan PMT sehingga sistem langsung mendapat beban 6 + 2 = 8
MW, yaitu48
keadaan yang digambarkan oleh titik B. Dengan adanya penambahan beban ini
maka frekwensi menurun menurut garis AC yaitu garis pengaturan energi sistem. Dengan
turunnya frekwensi maka beban juga turun menurut garis BC yaitu turun 5 MW untuk
penurunan frekwensi setiap 1,5 Hertz. Akhirnya keseimbangan baru tercapai di titik C, titik
C dapat dicari secara analitis sebagai berikut :
f = nilai frekwensi
P = beban
maka persamaan garis AC adalah f = a P + b ....................... (1)
nilai a = tangen sudut CAB = f/p = -1/3 sehingga persamaan garis AC menjadi :
f = - 1/3 p + b

5
nilai b dicari dengan mengingat bahwa garis AC melalui titik A yang mempunyai koordinat f
– 50 Hertz dan P = 8 MW, dimasukkan dalam persamaan : f = a P + b mendapatkan :
50 = - 1/3 x 8 + b , sehingga : b = 50 – (-1/3 x 8) = 52,67
Jadi persamaan garis AC adalah : f = -1/3 P + 52,67 ................. (2)
Dengan uraian yang sama untuk garis AC, untuk garis BC didapat persamaan : f = p + b
nilai b dicari dengan mengingat bahwa garis BC melalui titik B yang mempunyai koordinat f
– 50 Hertz dan p = 10 MW, dimasukkan dalam persamaan : f = P + b mendapatkan :
50 = 10 + b , sehingga : b = 50 – 10 = 40
Jadi persamaan garis AC adalah : f = P + 40 ................. (3)
Koordinat titik C, yaitu perpotongan garis AC dan garis BC didapat dari persamaan (2) dan
persamaan (3) :
-1/3 P + 52,6 = P + 40
12,6 = 1 1/3 P sehingga : P = 9,45 MW

b. Berapa besarnya nilai frekwensi pada keadaan baru tersebut dalam butir 2 ?
Jawab :

Selanjutnya nilai f didapat dengan memasukkan nilai P = 9,45 MW ke dalam persamaan (2):
f = P + 40
= 9,45 + 40 sehingga : f = 49,45 Hertz

c. Apabila dilakukan pengaturan sekunder pada unit nomor 2 sehingga frekwensi


kembali menjadi 50 Hertz, berapa besarnya beban masing-masing unit setelah
frekwensi kembali menjadi 50 Hertz ?
Jawab :

Pengaturan sekunder tidak merubah speed drop, jadi dalam melakukan pengaturan sekunder,
garis AC dalam gambar digeser sedemikian hingga didapat titik D yang mempunyai beban
absis sebesar 9,45 MW. Secara analitis titik (nilai) frekwensi dari titik D dapat dicari dengan
menggunakan persamaan persamaan garis BC seperti dinyatakan oleh persamaan (3) :
f = P + 40
Seperti diuraikan di atas, titik D mempunyai absis 10,45 dan terletak di garis BC, maka nilai
f = 9,45 + 40 = 49,45 Hertz . Untuk mengembalikan frekwensi sistem menjadi 50 Hertz,
pengaturan sekunder yang dilakukan harus dilakukan sehingga daya yang dibangkitkan =
beban = 10 MW, secara grafis pengaturan sekunder dilakukan sampai titik D berimpit
dengan titik B

6
7

You might also like