You are on page 1of 9

1

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA


DI SMA NEGERI 1 GUNUNG LABUHAN KECAMATAN GUNUNG LABUHAN
KABUPATEN WAY KANAN
TAHUN 2018

Oleh :
Umi Rohmayati Keswara1) Kustin Heti Nurnaningsih2)

1) Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati Bandar Lampung


Email: romayatiumi@yahoo.com
2) Perawat Puskesmas Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan Way Kanan

Email: kustin93@gmail.com

ABSTRACT:RELATIONSHIP BETWEEN BEHAVIOR PREVENTION AND VAGINAL DISCHARGE INCIDENCE


ON ADOLESCENT IN PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOL (SMA N 1) GUNUNG LABUHAN WAY KANAN 2017

Introduction: Based on pre-survey data conducted at SMA N 1 Gunung Labuhan Gunung Lauhan District Way
Kanan District 2017 number of students amounted to 164. In the year 2017 number of whiteness In SMA N 1 Gunung
Labuhan reach 50 teens from 164 adolescents.
Purpose: Based on pre-survey data conducted at SMA N 1 Gunung Labuhan Gunung Lauhan District Way Kanan
District 2017 the number of female students amounted to 164. In the year 2017 the incidence of whiteness In SMA N
1 Gunung Labuhan reach 50 of 164. From the preliminary study by interviewing 16, there were 11 female students
who experienced vaginal discharge, after being asked about whiteness prevention behavior, 3 (27,2%) adolescent
said always use tight pants, 2 (18,2%) adolescent say often wear tissue after BAK, 2 (18, 2%) adolescents say use
any soap to wash reproductive organs, and 4 (36,4%) other teenagers say always use toilets in dirty and smelly
schools.
Method: This type of research is quantitative. This research uses analytical with cross sectional approach. The
population is all female students In SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Subdistrict of Gunung Labuhan Regency of Way
Kanan Year 2017 amounted to 164 respondents. So in getting a sample of 116 respondents. sampling technique
used is proportional random sampling
Result : It is known that most of respondents have poor whiteness prevention behavior is 62 respondents (53,4%)
and majority of respondent have normal whiteness incidence amount 64 responden (55,2%)
Conclusion: There is correlation between whiteness prevention behavior and whiteness occurrence In SMA Negeri
1 Gunung Labuhan Subdistrict of Gunung Labuhan Regency of Way KananTahun 2018 with OR value 2,821. It is
expected to SMA N Negeri 1 Gunung Labuhan in order to provide encouragement to students to be able to conduct
health behaviors and actively seek information related to adolescent reproduction health problem

Keywords : Preventive Behavior, Vaginal Discharge, Adolescents

Pendahuluan: Berdasarkan data pra survei yang dilakukan di SMA N 1 Gunung Labuhan Kecamatan Gunung
Lauhan Kabupaten Way Kanan Tahun 2017 jumlah siswi berjumlah 164. Pada tahun 2017 angka kejadian keputihan
Di SMA N 1 Gunung Labuhan mencapai 50 dari 164. Dari hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara
terhadap 16, terdapat 11 siswi yang mengalami keputihan, setelah ditanya tentang perilaku pencegahan keputihan,
3 (27,2%) remaja mengatakan selalu menggunakan celana yang ketat, 2 (18,2%) remaja mengatakan sering
memakai tissue setelah BAK, 2 (18,2%) remaja mengatakan memakai sembarang sabun untuk membasuh organ
reproduksi, dan 4 (36,4%) remaja lainnya mengatakan selalu menggunakan toilet di sekolahnya yang kotor dan bau.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan perilaku pencegahan keputihan dengan kejadian keputihan pada remaja Di
SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan Tahun 2017.
2

Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. penelitian ini menggunakan analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi adalah seluruh siswi Di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten
Way Kanan Tahun 2017 berjumlah 164 responden. Sehingga di dapatkan sampel sejumlah 116 responden. teknik
sampling yang digunakan adalah proporsional random sampling
Hasil: Diketahui sebagian besar responden mempunyai perilaku pencegahan keputihan yang tidak baik berjumlah
62 responden (53,4%) dan sebagian besar responden mengalami kejadian keputihan yang normal berjumlah 64
responden (55,2%)
Kesimpulan: Ada hubungan antara perilaku pencegahan keputihan dengan kejadian keputihan Di SMA Negeri 1
Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way KananTahun 2018 dengan nilai OR sebesar 2,821.
Diharapkan kepada pihak SMA N Negeri 1 Gunung Labuhan agar dapat memberikan dorongan kepada siswa agar
dapat melakukan perilaku-perilaku kesehatan dan secara aktif mencari informasi yang berkaitan dengan permasalan
kesehatan reproduksi remaja

Kata Kunci : Kejadian Keputihan & Perilaku Pencegahan

PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kebersihan alat-alat genetalia, akses
terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit menular seksual (PMS), pengaruh, media
massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau dan hubungan yang harmonis antara
remaja dengan keluarga (djama, 2017). Commented [D1]: Djama, N. T. (2017). KESEHATAN
Dalam siklus kehidupan masa pubertas merupakan tahapan yang penting dalam perkembangan REPRODUKSI REMAJA. JURNAL KESEHATAN, 10(1), 30-34.

seksualitasnya. Tidak ada batas waktu yang tegas mengenai masa peralihan antara masa kanak-kanak menjadi
dewasa. Saat usia 8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun. Awal pubertas berbeda-beda untuk
setiap individu tergantung dari bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan (Prastantri, 2016). Commented [D2]: PRASTANTRI, C. N. (2016). HUBUNGAN
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN REMAJA
MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI 3 BANTUL.
ditandai adanya perubahan fisik, psikis dan psikososial. Definisi remaja menurut WHO bersifat konseptual, yaitu
meliputi tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosio-ekonomi, sehingga definisi remaja adalah suatu masa
seorang individu berkembang saat pertama kali menunjukkan perubahan tanda-tanda seksual sekundernya sampai
saat mencapai kematangan seksualnya (Batubara, 2016). Commented [D3]: Batubara, J. R. (2016). Adolescent
Masalah keputihan adalah masalah yang sejak lama menjadi persoalan kaum wanita. Keputihan adalah development (perkembangan remaja). Sari Pediatri, 12(1), 21-9.
keluarnya sekret atau cairan dari vagina. Sekret tersebut dapat bervariasi dalam konsistensi, warna dan bau.
Keputihan dapat diartikan sebagai semacam lendir yang keluar terlalu banyak, warnanya putih seperti sagu kental,
dan agak kekuning-kuningan, jika slim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan. Umumnya wanita
yang menderita keputihan mengeluarkan lendir tersebut terlalu banyak dan menimbulkan bau yang tidak enak. Ini
disebabkan karena terjadinya peradangan dan infeksi pada, rahang vagina. Jika keputihan sudah berlarut-larut
Commented [D4]: Suwanti, S. (2016). KEPUTIHAN PADA
peradangan vagina menjadi berat, maka kemungkinan wanita yang bersangkutan akan menjadi mandul (Suwanti, WANITA USIA SUBUR MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN
2016). SIRSAK. JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN
Keputihan atau flour albus sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan adalah semacam slim yang TRADISIONAL, 1(1).

keluar terlalu banyak, warnanya putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika slim atau lendir ini tidak Commented [D5]: Pujiastuti, A. T., & Murtiastutik, D. (2014).
terlalu banyak, tidak menjadi persoalan (Pujiastuti & Murtiastutik 2014). Studi retrospektif: Vaginosis bakterial. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin, 26(2), 1-7.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, angka kejadian keputihan remaja meningkat 32,7%,
berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu 24,3%, hal ini dikarenakan buruknya perilaku kesehatan remaja dalam Commented [D6]: Kurniawati, O. R., Zuhroh, I. N. M., &
Shofiyah, S. (2016). PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PERSONAL
menjaga kesehatan reproduksi. 40% remaja mengalami keputihan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja HYGIENE PADA REMAJA PUTRI TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN
dalam mencegah terjadinya keputihan (Kurniawati, Zuhroh & Shofiyah 2016). (Studi di SMK Global–Sumobito Kabupaten Jombang). Jurnal
Di Indonesia sendiri jumlah wanita yang mengalami keputihan ini sangat besar, yaitu sebanyak 70% wanita Kebidanan, 12(1).
Indonesia pernah mengalami keputihan paling tidak satu kali dalam hidupnya, hal ini berkaitan erat dengan kondisi Commented [D7]: Sugiarto, T. H. (2012). Hubungan Tingkat
cuaca lembab yang mempermudah wanita Indonesia mengalami keputihan, dimana cuaca lembab mempermudah Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita Dengan
Perilaku Pencegahan Keputihan Pada Siswi Di Sma Negeri 1
berkembangnya infeksi jamur (Sugiarto, 2012). Jatinom (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
3

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, masalah keputihan pada remaja putri menjadi salah satu
prioritas tenaga kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, tahun 2015 angka kejadian keputihan
mencapai 40% dari 13.400 jumlah remaja putri, dan tahun 2016 mencapai 42%, hal ini disebabkan dikarenakan
kurangnya perilaku hygiene genetalia remaja putri tentang keputihan (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016). Commented [D8]: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2016)
Angka kejadian keputihan pada remaja merupakan salah satu masalah besar yang terjadi Di Kabupaten Laporan Data Angka Kejadian Keputihan pada Remaja Putri di
Provinsi Lampung Tahun 2015
Way Kanan, tahun 2015 angka kejadian keputihan mencapai 890 remaja, tahun 2016 mencapai 920 remaja dan
pada tahun 2017 mencapai hingga 1.150 remaja dari jumlah. Peningkatan ini terjadi disebabkan oleh kurangnya
monitoring dari petugas kesehatan kepada remaja tentang pentingnya pencegahan keputihan pada remaja (Dinas
Kesehatan Kabupaten Way Kanan, 2017). Commented [D9]: Dinas Kesehatan Kabupaten Way Kanan
Puskesmas Gunung Labuhan merupakan salah satu Puskesmas yang terletak Di Kecamatan Gunung (2017). Laporan Data Angka Kejadian Keputihan pada Remaja di
Kabupaten Way Kanan Tahun 2015 & 2016
Labuhan Kabupaten Way Kanan yang mempunyai angka kejadian keputihan abnormal paling tinggi, menurut data
Puskesmas tahun 2015 angka kejadian keputihan abnormal pada remaja mencapai 35%, sedangkan tahun 2016
mengalami peningkatan hingga mencapai 42%, untuk Puskesmas Baradatu pada tahun 2016, angka kejadian
keputihan yang abnormal mencapai 34%, sedangkan angka kejadian keputihan yang abnormal paling rendah adalah
Puskesmas Banjit yang berjumlah 21%. Angka kejadian keputihan abnormal setiap tahunnya meningkat dikarenakan
20% remaja tidak mengetahui tentang pencegahan keputihan yang normal ataupun yang abnormal (Profil Pukesmas
Gunung Labuhan, 2016). Commented [D10]: Profil Puskesmas Gunung Labuhan
Keputihan abnormal sebagaimana dijelaskan diatas disebabkan oleh infeksi atau peradangan, ini terjadi Kecamatan Gunung Labuhan kabupaten Way Kanan (2016) Laporan
Data Angka Kejadian Keputihan Abnormal di Kecamatan Gunung
karena perilaku yang tidak sehat seperti menuci vagina dengan air kotor, menggunakan cairan pembersih vagina Labuhan Kabupaten Way Kanan Tahun 2015 & 2016
yangyang berlebihan, cara cebok yang salah, stress yang berkepanjangan, merokok dan menggunakan alkohol,
penggunaan bedak talcum/tisu dan sabun dengan pewangi pada daerah vagina, serta sering memakai atau
meminjam barang- barang seperti perlengkapan mandi yang memudahkan penularan keputihan (Futri 2017). Commented [D11]: Futri, D. N. (2017). HUBUNGAN ANTARA
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya keputihan pada remaja putri bisa disebabkan oleh jamur, PENGETAHUAN MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL
HYGIENE MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI SMP NEGERI 2
bakteri, virus dan parasit. Namun keputihan juga dapat dipengaruhi oleh pengetahuan remaja yang masih rendah KALIBAWANG YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Universitas
tentang keputihan, kurangnya informasi yang didapatkan oleh remaja, akses pelayanan kesehatan yang kurang Mercu Buana Yogyakarta).
memadai dan cara perawatan organ reproduksi wanita yang kurang baik. Tindakan yang terpenting dalam menjaga
inteuritas kulit adalah menjaga hidrasi kulit dalam batas wajar (tidak terlalu lembab atau kering) (Indriyani, Indriyawat
& Pratiwi 2012). Commented [D12]: Indriyani, R., Indriyawati, Y., & Pratiwi, I. G.
Peran penting perawat adalah mempromosikan praktik dan perilaku yang positif yang berhubungan dengan D. (2012). Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan
pada Siswi MA Al-Hikmah Aeng Deke Bluto. WIRARAJA MEDIKA,
kesehatan reproduksi dan seksual, hal ini mencakup: memberikan informasi tentang cara menjadwalkan 2(2).
pemeriksaan yang teratur untuk meningkatkan kesehatan, menciptakan lingkungan yang terbuka dan tidak
menghakimi merupakan hal yang sangat penting agar responden merasa nyaman, dan mengenali tanda dan gejala
perjalanan penyakit (Budiono & Sulistyowati 2013). Commented [D13]: Budiono, M. A., & Sulistyowati, M. (2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aprina, dkk tentang hubungan hygiene alat genetalia pada Peran UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dalam Penyampaian
Informasi Kesehatan Reproduksi terhadap Siswa SMP Negeri X di
remaja putri dengan kejadian Fluor Albuspada siswi SMA N 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat, Surabaya. Jurnal Promkes, 1(2), 184-191.
menyebutkan bahwa diketahui terdapat hubungan hygiene alat genetalia pada remaja putri dengan kejadian Fluor
Albusdengan p-value 0,000 atau p-value< 0,05, dan nilai OR 9,593.
Berdasarkan data pra survei yang dilakukan di SMA N 1 Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan
Kabupaten Way Kanan Tahun 2017 adalah jumlah siswi di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan berjumlah 164. Pada
tahun 2017 angka kejadian keputihan Di SMA N 1 Gunung Labuhan mencapai 50 remaja dari 164 remaja dan yang
mengalami keputihan berjumlah 20 remaja, sedangkan di SMA N 2 Gunung Labuhan hanya 28 remaja dari
155remaja yang mengalami keputihan, dimana yang mengalami keputihan patologi berjumlah 12 remaja.
Dari hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap 16 siswi Di SMA N 1 Gunung
Labuhan, terdapat 11 siswi yang mengalami keputihan patologi, setelah ditanya tentang perilaku negatif dalam
pencegahan keputihan, antara lain 3 (27,2%) remaja mengatakan selalu menggunakan celana yang ketat, 2 (18,2%)
remaja mengatakan sering memakai tissue setelah BAK, 2 (18,2%) remaja mengatakan memakai sembarang sabun
untuk membasuh organ reproduksi, dan 4 (36,4%) remaja lainnya mengatakan selalu menggunakan toilet di
sekolahnya yang kotor dan bau. Dari data tersebut, diketahui bahwa banyaknya remaja yang belum dapat
melakukan pencegahan keputihan/perilaku kesehatan yang benar maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“hubungan perilaku pencegahan keputihan dengan kejadian keputihan pada remaja Di SMA Negeri 1 Gunung
Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan Tahun 2018”.
4

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu penelitian yang berlandaskan
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
(Sulistyaningsih 2011). Commented [D14]: Sulistyaningsih, H. (2011). Metodologi
Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Jakarta: Graha Ilmu.

Hasil Penelitian
Analisis Univariat
Perilaku Pencegahan Keputihan

Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan KeputihanDi SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan Gunung
Labuhan Kabupaten Way Kanan Tahun 2018

Perilaku Frekuensi Persentase


Pencegahan (%)

Baik 54 46,6
Tidak Baik 62 53,4
Jumlah 116 100,0

Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa Di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan
Kabupaten Way Kanan Tahun 2018, sebagian besar responden mempunyai perilaku pencegahan keputihan yang
tidak baik berjumlah 62 responden (53,4%).

Kejadian Keputihan
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Kejadian KeputihanDi SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan
Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan Tahun 2018

Kejadian Frekuensi Persentase


Keputihan (%)
Normal 64 55,2
Tidak 52 44,8
Normal
Jumlah 116 100,0

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa Di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan
Kabupaten Way Kanan Tahun 2018, sebagian besar responden mengalami kejadian keputihan yang normal
berjumlah 64 responden (55,2%)

Analisa Bivariat
Untuk mengetahui hubungan perilaku pencegahan keputihan dengan kejadian keputihan Di SMA Negeri 1
Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan Tahun 2018, maka digunakan analisa
bivariat, yaitu:

Hubungan
Tabel 4.3.
5

Analisis Hubungan Perilaku Pencegahan Keputihan Dengan Kejadian Keputihan Di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan
Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan Tahun 2018

Perilaku Kejadian Keputihan Total P-Value OR


(Cl 95%)
Normal Tidak Normal
N % N % N %
Baik 37 68,5 17 31,5 54 100,0 0,012 2,821
(1,316 –
Tidak Baik 27 43,5 35 56,5 62 100,0 6,050)

Jumlah 64 55,2 52 44,8 116 100,0

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa Di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan
Kabupaten Way KananTahun 2018, dari 54 responden yang mempunyai perilaku pencegahan keputihan baik,
terdapat 37 responden (68,5%) mengalami keputihan normal dan 17 responden (31,5%) mengalami keputihan tidak
normal, sedangkan dari 62 responden yang mempunyai prilaku pencegahan tidak baik, terdapat 27 responden
(43,5%) mengalami keputihan normal dan 35 responden (56,5%) mengalami keputihan tidak normal.
Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan p-value 0,012 atau p-value < 0,05 yang artinya terdapat hubungan
antara perilaku pencegahan keputihan dengan kejadian keputihan Di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan
Gunung Labuhan Kabupaten Way KananTahun 2018 dengan nilai OR sebesar 2,821 yang artinya responden yang
mempunyai perilaku pencegahan keputihan baik mempunyai peluang 2 kali lebih besar untuk mengalami keputihan
normal dibandingkan dengan responden yang mempunyai perilaku pencegahan keputihan tidak baik.

4.1. Pembahasan Univariat


Perilaku Pencegahan Keputihan
Berdasarka hasil penelitan, diketahui bahwa Di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan
Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan Tahun 2018, sebagian besar responden mempunyai perilaku pencegahan
keputihan yang tidak baik berjumlah 62 responden (53,4%)
Menurut (Notoatmodjo 2010), perilaku kesehatan adalahsesuatu respon (organisme) terhadap stimulus atau Commented [D15]: Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
obyek yangberkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,makanan dan minuman, serta penelitian kesehatan.

lingkungan. Perilakupemeliharaan kesehatan terjadi dari 3 aspek yaitu:perilaku pencegahan penyakit, dan
penyembuhan penyakit bilasakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari sakit kemudian perilaku
peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat,serta perilaku gizi (makanan) dan minuman.
Jaga daerah kewanitaan tetap kering,hal ini karena kelembapan dapat memicu tumbuhnya bakteri dan
jamur. Selalu keringkan daerah tersebut dengan tisu atau handuk bersih setelah dibersihkan. Karena tidak semua
toilet menyediakan tisu, bawalah tisu kemana pun anda pergi,selain itu buatlah celana dalam yang terbuat dari katun
agar dapat menyerap keringat dan gantilah secara teratur untuk menjaga kebersihan,bila sedang mengalami
keputihan atau menstruasi tinggal sedikit,boleh saja menggunakan pelapis celana panty Iiner,tetapi sebaiknya tidak Commented [D16]: Nurlita, W. (2014). Gambaran tingkat
digunakan setiap hari,panty liner justru dapat memicu kelembapan karena bagian dasarnya terbuat dari plastik,pilih pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan organ genetalia
panty liner yang tidak mengandung parfum, terutama buat yang berkulit sensitif,hindari bertukar celana dalam dan eksterna pada siswi MI Pembangunan.
handuk dengan teman atau bahkan saudara kita sendiri karena berganti-ganti celana bisa menularkan penyakit,bulu Commented [D17]: Ayuningtyas, D. N., & Suryaatmaja, L.
yang tumbuh di daerah kemaluan bisa menjadi sarang kuman bila dibiarkan terlalu panjang.(Nurlita 2014.; (2011). Hubungan antara pengetahuan dan perilaku menjaga
Ayuningtyas & Suryaatmaja 2011; Triyani & Ardiani 2013) kebersihan genitalia eksterna dengan kejadian keputihan pada siswi
SMA Negeri 4 Semarang (Doctoral dissertation, Faculty of
Hasil ini sejalan dengan Penelitian Rita Purnama Sari,Tentang Hubungan Pengetahuan dan Prilaku Medicine).
Remaja Putri Dengan Kejadian Keputihan Di Kelas XII SMA N 1 SEUNUDDON Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012
Commented [D18]: Triyani, R., & Ardiani, S. (2013). Hubungan
yang menyatakan bahwa,kejadian keputihan pada remaja putri sebanyak 40 orang (55,6%),remaja putri yang Pemakaian Pembersih Vagina Dengan Kejadian Keputihan Pada
Remaja Putri. Jurnal Bidan Prada, 4(01).
6

berpengetahuan kurang sebanyak 39 orang (54,2%), dan prilaku remaja putri pada kategori negatif sebanyak 40
orang (55,6%), Setelah dilakukan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang
berarti kurang dari a=0,05. Dengan demikian, ada hubungan antara perilaku, pengetahuan remaja putri terhadap
kejadian keputihan. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan pengetahuan dan
prilaku remaja putri dengan kejadian keputihan terdapat hubungan pengetahuan, prilaku, terhadap kejadian
keputihan.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka menurut peneliti perilaku kebersihan genetalia merupakan salah
satu factor utama dalam kejadian keputihan, dengan perilaku yang tidak baik maka mempunyai risiko besar
mengalami keputihan yang tidak normal. Berdasarkan hasil penelitian,sebagian besar responden mempunyai
perilaku pencegahan yang tidak baik berjumlah 62 responden (53,4%),mereka tidak melakukan prilaku pencegahan
karena belum atau tidak tau tentang prilaku pencegahan,hal ini dikarenakan belum/tidak pernah mendapat informasi
tentang perilaku pencegahan keputihan,dari guru,orang tua dan tenaga kesehatan.

Kejadian Keputihan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan Gunung
Labuhan Kabupaten Way Kanan Tahun 2018, sebagian besar responden mengalami kejadian keputihan yang
normal berjumlah 64 responden (55,2%).
Keputihan atau flour albus diikuti dengan siklus menstruasi (haid) adalah perdarahan secara periodic dan
sikliku terus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung dengan 4 tahapan
yaitu: masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi, dan masa haid.( Rakhmawati & Dieny 2013). Commented [D19]: Rakhmawati, A., & Dieny, F. F. (2013).
Keputihan karena parasit seperti Trichomonas vaginalis bisa menyerang wanita maupun pria. Trichomonas Hubungan obesitas dengan kejadian gangguan siklus menstruasi
pada wanita dewasa muda (Doctoral dissertation, Diponegoro
biasanya berpindah melalui hubungan seksual, juga dapat berpindah, jika seseorang bergantian menggunakan University).
handuk, underwear, atau benda basah/lembab lainnya, biasanya keputihan terlihat seperti busy dan berbau tidak
sedap. Mungkin ada sedikit rasa gatal dan kemerahan di sekitar vagina.Kasus keputihan yang tak kunjung
menyembuh kendati sudah berkali¬kali diobati, bisa jadi sebab keputihan yang komplet (disebabkan oleh lebih dari
satu dari ketiga penyebab), namun tidak diberi obat yang komplet untuk membasmi lebih dari satu jenis
penyebabnya. Atau mungkin juga karena masa pemberian obatnya belum tuntas menumpas bibit penyakitnya, selain
karena pilihan obatnya tidak sesuai dengan jenis penyebab keputihannya (Shadine 2012;Nisa 2014) Commented [D20]: Shadine, M. (2012). Penyakit Wanita
Hal ini sejalan dengan Penelitian SARI 2014,Hubungan Pengetahuan Dan Prilaku Remaja Putri Dengan Pencegahan, Deteksi Dini & Pencegahannya. Yogyakarta: Citra
Pustaka.
Kejadian Keputihan Di Kelas XII SMA NEGERI 1 SEUNUDDON Kabupaten ACEH UTARA Tahun 2012 yang
menyatakan bahwa dari 32 responden yang berprilaku positif dengan tidak adanya kejadian keputihan pada remaja Commented [D21]: Nisa, J. (2014). GAMBARAN PENGETAHUAN
SISWI TENTANG KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 4 TEGAL. Siklus:
putri sebanyak 30 0rang (93,8%),sedangkan dari 32 responden yang berprilaku negatif dengan adanya kejadian Journal Research Midwifery Politeknik Tegal, 2(1).
keputihan pada remaja putri sebanyak 38 orang (95%).
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami
keputihan normal hingga mencapai 55,2% dan yang tidak normal mencapai 44,8%, walau secara statistic masih
banyak kejadian yang normal namun kejadian keputihan abnormal masuk dalam kategori tinggi, hal ini disebabkan
oleh kurangnya perilaku pencegahan keputihan yang baik dan benar,disertai stress,pola makan tidak teratur dan
kurang olah raga, sehingga mempunyai risiko yang besar untuk mengalami keputihan yang tidak normal.

Pembahasan Bivariat
Hubungan Perilaku Pencegahan Keputihan Dengan Kejadian Keputihan
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa Di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan
Kabupaten Way KananTahun 2018, dari 54 responden yang mempunyai perilaku pencegahan keputihan baik, 37
responden (68,5%) mengalami keputihan normal dan 17 responden (31,5%) mengalami keputhan tidak normal,
sedangkan dari 62 responden, 27 responden (43,5%) mengalami keputihan normal dan 35 responden (56,5%)
mengalami keputihan tidak normal.
Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan p-value 0,012 atau p-value < 0,05 yang artinya terdapat
hubungan antara perilaku pencegahan keputihan dengan kejadian keputihan Di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan
Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way KananTahun 2018 dengan nilai OR sebesar 2,821 yang artinya
responden yang mempunyai perilaku pencegahan keputihan baik mempunyai peluang 2 kali lebih besar untuk
mengalami keputihan dibandingkan dengan responden yang mempunyai perilaku pencegahan keputihan tidak baik.
7

Keputihan atau flour albusdiikuti dengan siklus menstruasi(haid)adalahperdarahansecara


periodikdansiklikuterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung dengan 4
tahapan yaitu: masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi, dan masa haid.
Penelitian Tri Indah Setiani, dkk Tentang Kebersihan Organ Kewanitaan dan Kejadian Keputihan Patologi
pada Santriwati di Pondok Pesantren Al Munawwir Yogyakarta, menyebutkan bahwa hasil uji chi-square, diperoleh
x2 sebesar 8,881 , sedangkan p-value 8,760. Dengan demikian x2hitung> p-value (8,881>8,760), maka Ho ditolak dan
Ha diterima sehingga ada hubungan antara kebersihanorgan kewanitaan dan kejadian keputihan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka menurut peneliti saah satu faktor yang mempengaruhi keadian
keputihan adalah kurangnya perilaku kesehatan genetalia yang baik dan benar,seperti menggunakan toilet sekolah
yang kotor,tidak mengganti pembalut saat menstruaisi selama 12 jam,sering bertukar handuk dengan teman dan
saudara,sering cebok dengan arah yang salah yaitu dari belakang kedepan,sembarangan menggunakan sabun
pembersih kewanitaan,sering menggunakan tissue saat BAK saat tidak ada air disekolahan,sering menggunakan
jeans ketat,tidak segera mengganti celana dalam saat lembab,menggunakan celana dalam berbahan satin,sehingga
semakin tidak baik perilaku pencegahan keputihan, maka semakin tinggi risiko responden mengalami keputihan
yang tidak normal.
Namun, didalam hasil penelitian terdapat responden yang mempunyai perilaku baik namun masih ada yang
mengalami keputihan yang tidak normal, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah stress,
hormonal,kurangnya pengetahuan,pola maka yang kurang baik,dan kurang olah raga, sedangkan terdapat
sebagagian perilaku responden yang tidak baik, namun terjadi keputihan yang normal, hal ini disebabkan karena
pola makan yang terjaga dengan baik dan responden dapat mengatur tingkat stress,olah raga teratur serta peran
serta dari orang tua yang selalu memberikan pendidikan kesehatan kepada responden.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Diketahui bahwa Di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan KecamatanGunung Labuhan Kabupaten Way
Kanan Tahun 2018, sebagian besar responden mempunyai perilaku pencegahan keputihan yang
tidak baik berjumlah 62 responden (53,4%)
b) Diketahui bahwa Di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way
Kanan Tahun 2018, sebagian besar responden mengalami kejadian keputihan yang normal
berjumlah 64 responden (55,2%)
c) Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan p-value 0,012 atau p-value < 0,05 yang artinya terdapat
hubungan antara perilaku pencegahan keputihan dengan kejadian keputihan Di SMA Negeri 1
Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way KananTahun 2018 dengan nilai
OR sebesar 2,821 yang artinya responden yang mempunyai perilaku pencegahan keputihan tidak
baik mempunyai peluang 2 kali lebih besar untuk mengalami
Keputihan

Saran
Bagi Responden
Diharapkan responden mampu merubah perilaku pencegahan keputihan dari yang tidak baik menjadi baik
dan mempertahankan serta meningkatkan perilaku pencegahan yang baik
Bagi SMA Negeri 1 Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan
a) Diharapkan kepada pihak SMA N Negeri 1 Gunung Labuhan agar dapat memberikan dorongan
kepada siswa/i agar dapat melakukan perilaku-perilaku kesehatan dan secara aktif mencari
informasi yang berkaitan dengan permasalan kesehatan reproduksi remaja
b) Menambah kurikulum tentang kesehatan reproduksi pada pelajaran biologi yang berhubungan
dengan keputihan atau menambah buku bacaan diperpustakaan tentang keputihan sehingga
menambah informasi tentang keputihan
8

Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku responden dalam penanganan dan pencegahan keputihan.

DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtyas, D. N., & Suryaatmaja, L. (2011). Hubungan antara pengetahuan dan perilaku menjaga
kebersihan genitalia eksterna dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Negeri 4 Semarang (Doctoral dissertation,
Faculty of Medicine).

Batubara, J. R. (2016). Adolescent development (perkembangan remaja). Sari Pediatri, 12(1), 21-9.

Budiono, M. A., & Sulistyowati, M. (2013). Peran UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dalam Penyampaian
Informasi Kesehatan Reproduksi terhadap Siswa SMP Negeri X di Surabaya. Jurnal Promkes, 1(2), 184-191.

Dinas Kesehatan Kabupaten Way Kanan (2017). Laporan Data Angka Kejadian Keputihan pada Remaja di
Kabupaten Way Kanan Tahun 2015 & 2016

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2016) Laporan Data Angka Kejadian Keputihan pada Remaja Putri di
Provinsi Lampung Tahun 2015

Djama, N. T. (2017). KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. JURNAL KESEHATAN, 10(1), 30-34.

Futri, D. N. (2017). HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN MENSTRUASI DENGAN PERILAKU


PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI SMP NEGERI 2 KALIBAWANG YOGYAKARTA
(Doctoral dissertation, Universitas Mercu Buana Yogyakarta).

Indriyani, R., Indriyawati, Y., & Pratiwi, I. G. D. (2012). Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian
Keputihan pada Siswi MA Al-Hikmah Aeng Deke Bluto. WIRARAJA MEDIKA, 2(2).

Kurniawati, O. R., Zuhroh, I. N. M., & Shofiyah, S. (2016). PENGARUH PENYULUHAN TENTANG
PERSONAL HYGIENE PADA REMAJA PUTRI TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN (Studi di SMK Global–
Sumobito Kabupaten Jombang). Jurnal Kebidanan, 12(1).

Nisa, J. (2014). GAMBARAN PENGETAHUAN SISWI TENTANG KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 4 TEGAL.
Siklus: Journal Research Midwifery Politeknik Tegal, 2(1).

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan.

Nurlita, W. (2014). Gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan organ genetalia
eksterna pada siswi MI Pembangunan.

PRASTANTRI, C. N. (2016). HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN REMAJA


MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI 3 BANTUL.

Profil Puskesmas Gunung Labuhan Kecamatan Gunung Labuhan kabupaten Way Kanan (2016) Laporan
Data Angka Kejadian Keputihan Abnormal di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan Tahun 2015 &
2016

Pujiastuti, A. T., & Murtiastutik, D. (2014). Studi retrospektif: Vaginosis bakterial. Berkala Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin, 26(2), 1-7.
9

Rakhmawati, A., & Dieny, F. F. (2013). Hubungan obesitas dengan kejadian gangguan siklus menstruasi
pada wanita dewasa muda (Doctoral dissertation, Diponegoro University).

Shadine, M. (2012). Penyakit Wanita Pencegahan, Deteksi Dini & Pencegahannya. Yogyakarta: Citra
Pustaka.

Sugiarto, T. H. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita Dengan
Perilaku Pencegahan Keputihan Pada Siswi Di Sma Negeri 1 Jatinom (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Sulistyaningsih, H. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Jakarta: Graha Ilmu.

Suwanti, S. (2016). KEPUTIHAN PADA WANITA USIA SUBUR MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN
SIRSAK. JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN TRADISIONAL, 1(1).

Triyani, R., & Ardiani, S. (2013). Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina Dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri. Jurnal Bidan Prada, 4(01).

You might also like