You are on page 1of 20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

BAB I .................................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3

A. Latar belakang ........................................................................................................ 3

B. Tujuan .................................................................................................................... 3

1. Tujuan Umum ..................................................................................................... 3

2. Tujuan Khusus .................................................................................................... 4

BAB II................................................................................................................................. 5

KONSEP DASAR .............................................................................................................. 5

A. Definisi ................................................................................................................... 5

B. Etiologi ................................................................................................................... 5

C. Patofisiologis (Pathways) ....................................................................................... 7

D. Manifestasi Klinik .................................................................................................. 9

E. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................... 9

F. Penatalaksanaan ................................................................................................... 10

BAB III ............................................................................................................................. 12

KONSEP DASAR KEPERAWATAN ............................................................................. 12

A. Pengkajian ............................................................................................................ 12

B. Diagnose keperawatan ......................................................................................... 15

C. Intervensi ..................................................................Error! Bookmark not defined.

D. Implementasi ............................................................Error! Bookmark not defined.

E. Evaluasi ....................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB IV ............................................................................................................................. 19

PENUTUP ........................................................................................................................ 19

1
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 19

B. Saran..................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirrabbil’alamin kami panjatkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan nikmat jasmani dan rohani kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Maternitas yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada ibu dengan persalinan patologis Ketuban Pecah Dini ”.
Makalah ini bertujuan untuk membantu dan menjelaskan tentang ketuban pecah
dini pada masa kehamilan.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan dan kesalahan dalam pengetikan kata maupun muatan materi. Oleh
karena itu, kami sangat berharap masukan berupa kritik dan saran dari dosen
pembimbing agar makalah ini menjadi lebih baik.

8 Juli 2018

Penyusun,

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri


berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu. Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, pada keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008).

Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan


80% kematian ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan
(25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%) hipertensi dalam
kehamilan (12%), partus macet (8%) komplikasi abortus tidak aman (13%),
ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Wikjosastro, 2008).

Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia


sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-
10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian
KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari
semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD
merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum
waktunya pada masa kehamilan.

3
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum
waktunya pada masa kehamilan, seperti :
a. Definisi ketuban pecah dini
b. Etiologi ketuban pecah dni
c. Patofisiologis
d. Manifestasi klinik
e. Pemeriksaan penunjang
f. Penatalaksanaan
g. Asuhan keperawatan

4
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi


proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu (Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini
adalah rupturnya membran ketuban sebelum persalinan berlangsung
(Manuaba, 2003). Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di
ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance Sinclair, 2010).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah


dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan.

B. Etiologi

Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas,
maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan
infeksi(Mochtar, 2002).

Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran


atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan servik(Saifudin, 2000).

Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :

5
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis
servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda
dan hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit
ketuban di atas ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra
uterin secara mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan
letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas
panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian
bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik,
disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.

Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI


RSCM (2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal
berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda,
hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian
terendah belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi
sefalopelvik

6
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban
pecah.

KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:

1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi


(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak
lintang, sunsang, atau pendular abdomen(Manuaba, 2009).

C. Patofisiologis (Pathways)

Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan


hal-hal berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah. Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat
bersama-sama dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-
malposisi disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu
dini.

Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar


sudah pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau
kecil.

7
8
D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :


1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.

Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara


lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

E. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan


terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain
keterangan yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya
tes ferning dan nitrazine tes.

Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini


dapat dilakukan:

9
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di
froniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan
pemeriksaan bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas.(Manuaba, 1998)

Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini


dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):

1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban


dalam kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

F. Penatalaksanaan

Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi


dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh
karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci
sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi
dalam rahim.

Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam


merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil
umur kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat
memacu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1
kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas
paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang
sehat.

10
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu
sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,
sehingga kematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009).
Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:

Ketuban Pecah Dini

Masuk Rumah Sakit :


- Antibiotik
- Batasi pemeriksaan dalam
- Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri
- Observasi tanda infeksi dan distres janin
- Bidan merujuk ke RS/puskesmas

HAMIL PREMATUR HAMIL ATERM


 Observasi:
- Suhu rektal
- Distres janin KELAINAN OBSTETRI LETAK KEPALA
 Kortikosteroid - Distres janin - Letak sunsang
- Letak lintang - CPD
INDIKASI INDUKSI
- Bed obtetic hyst
 Infeksi
- Infertilitas
- Grandemultipara  Waktu
- Elderly primigravida
- Persalinan obstruktif

SEKSIO SESAREA GAGAL


 Reaksi uterus tidak ada BERHASIL
 Kelainan letkep
 Persalinan
 Fase laten dan aktif dan memanjang
pervaginal
 Distres janin
 Ruptur uteri imminens
 Ternyata CPD

(Manuaba, 2009)

11
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang


dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data
dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien(
Hidayat, 2000 ).

1. Identitas atau biodata klien


Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register, dan diagnosa keperawatan.

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga
diri rendah.
( Depkes RI, 1993:66)

12
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya

13
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien
terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal
diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan
klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total
setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya. (
Sharon J. Reeder, 1997:285)
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena
adanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada

14
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
k. Muskulis skeleta
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanya luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun. (Ibrahim
christina, 1993: 50)

B. Diagnose keperawatan yag mungkin muncul


1. Resiko infeksi (factor resiko: infeksi intra partum, infeksi uterus berat, gawat
janin)
NOC
Status imun: Keadekuatan alami yang didapat dan secara tepat ditujukan untuk
menahan antigen-antigen internal maupun eksternal.
Pengetahuan: Pengendalian Infeksi: tingkat pemahaman mengenai pencegahan
dan pengendalian infeksi.
Pengendalian resiko: tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman
kesehatan akual, pribadi, serta dapat dimodifikasi.

15
Deteksi Resiko: indakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi ancaman
kesehatan seseorang.
Tujuan/Kriteria Evaluasi:
 Fakto resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan status
imun pasien.
 Pasien menunjukkan Pengendalian Risiko.
NIC:
Pemberian Imunisasi/Vaksinasi: Pemberian imunisasi untuk mencegah penyakit
menuar.
Pengendalian Infeksi: Meminimalkan penularan agen infeksius.
Perlindungan terhadap Infeksi: Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien
yang berisiko.
Aktivitas Keperawatan:
 Pantau tanda gejala infeksi
 Kaji factor yang meningkatkan serangan infeksi
 Patau hasil laboratorium
 Amati penampilan praktik hygiene pribadi untuk perlindungan terhadap
infeksi
 Aktivitas Kolaboratif: Berikan terapi antibiotic, bila diperlukan.

2. Ansietas b.d Perubahan dalam: status kesehatan


NOC:
Kontrol Agresi: Kemampuan untuk menahan perilaku kekerasan, kekacauan, atau
perilaku destruktif pada orang lain.
Kontrol Ansietas: Kemampuan untuk menghilangkan atau mengurangi perasaan
khawatir dan tegang dari suatu sumber yang tidak dapat diidentifikasi.
Koping: Tindakan untuk mengatasi stressor yang membebani sumber-sumber
individu.
Kontrol Impuls: Kemampuan untuk menahan diri dari perilaku kompulsif atau
impulsive.
Penahanan Mutilasi Diri: Kemampuan untuk berhenti dari tindakan yang
mengakibatkan cedera diri sendiri (non-letal) yang tidak diperhatikan.
Keterampilan Interaksi Sosial: Penggunaan diri untuk melakukan interaksi yang
efektif.
Tuuan/Kriteria Hasil:
 Ansietas berkurang

16
 Menunjukkan Kontrol Ansietas
NIC:
Pengurangan Ansietas: Minimalkan kekhawatiran, ketakutan, berprasangka atau
rasa gelisah yang dikaitkan dengan sumber bahaya yang tidak dapat diidentifikasi
dari bahaya yang dapat diantisipasi.
Aktivitas Keperawatan:
 Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien secara berkala
 Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien.
Aktivitas Kolaboratif: Berikan pengobatan untuk mengurangi ansietas, sesuai
dengan kebutuhan.

3. Defisiensi Pengetahuan b.d keterbatasan kognitif dalam hal mengenal tanda dan
gejala penyakit
NOC:
Pengetahuan: Pengendalian infeksi : tingkat pemahaman pada apa yang
disampaikan.
Tujuan/Kriterioa Hasil:
 Menunjukkan pengetahuan: Pengendalian Infeksi: dibuktikan dengan indicator
1-5: tidak ada, terbatas, cukup, banyak, atau luas.
 Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut penanganan
yang dianjurkan.
NIC:
Panduan Sistem Kesehatan: memfasilitasi daerah pasien dan penggunaan layanan
kesehatan yang tepat.
Pengajaran, Proses Penyakit: Membantu pasien dalam memahami informasi yang
berhubungan dengan proses timbulnya penyakit secara khusus.
Pengajaran, Individu: Perencanaan, implementasi, dan evaluasi penyusunan
program pengajaran yang dirancang uuntuk kebutuhan khusus pasien.
Aktivitas Keperawatan:
 Tentukan kebutuhan pengajaran pasien
 Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan pahami isinya
 Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus
 Berinteraksi kepada pasien dengan cara yang tidak menghakimi untuk
memfasilitasi pengajaran

17
4. Nyeri akut b.d agen cidera (fisik) luka operasi
NOC:
 Tingkat kenyamanan perasaan senang secara fisik & psikologis
 Prilaku mengendalikan nyeri
 Nyeri: efek merusak terhadap emosi dan prilaku yang diamati
 Tingkat nyeri: jumlah nyeri yang dilaporkan
Kriteria evaluasi:
 Menunjukkan nyeri efek merusak dengan skala 1-5: ekstrim, berat, sedang,
ringan, atau tidak ada
 Menunjukkan teknik relaksasi secara individu yang efektif
 Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah
nyeri.
NIC:
 Pemberian analgesik
 Sedasi sadar
 Penatalaksanaan nyeri
 Bantuan Analgesika yang Dikendalikan oleh Pasien
Aktivitas keperawatan:
 Minta pasien untuk menilai nyeri/ketidak nyamanan pada skala 0 sampai 10
 Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
 Observasi isyarat ketidak nyamanan nonverbal

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran


atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks(Saifudin, 2000).
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi
dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh
karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci
sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi
dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak
perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan
diurussesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda
dan gejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,
diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang
menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode
persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi
dan berat korioamnionitis.

B. Saran

Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan


keluarganya. Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan
korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan
periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan
dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga
merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26


WIB

Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka

Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal.Jakarta: YBP-SP

Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma, Nur,.(2003), Perawatan Bayi


Risiko Tinggi. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta :


Media Aesculapius

Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kesehatan Material & Neonatal. Jakarta : EGC.

Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2.


Jakarta:Salemba Medika
International, NANDA.(2012).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi
2012-2014.Jakarta:EGC

Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2009-2011. Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu
Tiar.

Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta


: EGC.

20

You might also like