You are on page 1of 21

0

ANALISIS SISTEM KERJA ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT


PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. PAMA PERSADA
NUSANTARA DISTRICT TANJUNG ENIM
SUMATERA SELATAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh
DIDIT PRAMUDYA
NIM. 96.031/TA

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
1

2000
A. JUDUL
ANALISIS SISTEM KERJA ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA
PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA
DISTRICT TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL


Sulitnya menentukan target hasil produksi yang tepat salah satunya disebabkan
oleh sistem kerja alat-alat mekanis yang tidak efisien, misalnya adanya waktu yang
hilang percuma karena kondisi alat-alat angkut yang mesti menunggu (antri), adanya
kondisi peralatan yang rusak menunggu perbaikan dan kondisi-kondisi lainnya yang
tidak terduga. Masih rendahnya kemampuan produksi alat mekanis saat ini
disebabkan berkurangnya waktu kerja efektif, sehingga efesiensi kerja alat menurun
yang ditimbulkan oleh adanya waktu hambatan pada saat jam kerja dan juga belum
baiknya sistem penjadwalan yang dibuat. Untuk mengatasi hal ini maka perlu
diadakan penjadwalan pelayanan keberangkatan dan kedatangan agar alat muat dan
alat angkut dapat bekerja secara efektif. Maka untuk mengetahui sejauh mana
kondisi diatas dapat teratasi maka dilakukan suatu analisa yang tepat dan akurat
yakni salah satunya dengan menggunakan Metode Antrian.

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan waktu kerja efektif dari
alat-alat mekanis dengan cara melakukan penilaian terhadap kemampuan produksi
alat mekanis dari masing-masing rangkaian kerja yang telah ditetapkan dalam rangka
untuk memenuhi sasaran produksi yang diinginkan.

D. IDENTIFIKASI DAN PENDEKATAN MASALAH

Permasalahan yang terjadi adalah belum efektifnya waktu kerja dari alat
mekanis yang digunakan. Hal ini ditunjukkkan dengan adanya waktu tunggu alat
yang relatif lama dipermukaan kerja penambangan maupun dilokasi stockpile. Cara
pendekatan masalah secara matematis yang dapat memperkirakan kemungkinan
2

terjadinya antrian atau barisan menunggu baik di penambangan maupun di lokasi


stockpile adalah dengan menggunakan teori antrian.

E. DASAR TEORI
1. Teori Antrian
a. Pengertian umum sistem antrian
Kejadian antrian adalah kejadian yang biasa dijumpai dalam bidang teknik
konstruksi dan teknik pertambangan. Kejadian antrian akan timbul bila tingkat
permintaan untuk memperoleh akan suatu pelayanan melebihi kapasitas pelayanan
yang ada.
Ada dua sistem teori antrian yaitu sistem antrian terbuka dan sistem antrian
tertutup. Disini yang akan dibahas adalah sistem antrian tertutup.
Sistem antrian adalah suatu kesatuan fasilitas pelayanan sejak dari masukkan,
yaitu pelanggan yang akan menggunakan jasa pelayanan, hingga keluar yaitu
pelanggan yang telah memperoleh pelayanan.
b. Karakteristik dasar model antrian
1. Sumber masukkan
Unit masukkan dari sebuah sistem diperoleh dari beberapa populasi. Populasi
ini bisa tidak terbatas dan bisa pula terbatas ukurannya. Tidak terbatas yaitu
ketika jumlahnya sangat besar, namun bisa pula terbatas, yaitu ketika
jumlahnya sangat sedikit,mudah didefinisikan, dan setiap pelanggan yang
datang akan mempengaruhi kedatangan pelanggan yang lain. Populasi
pelanggan adalah sumber permintaan pelayanan sistem.
Kedatangan pelanggan biasanya dicirikan oleh adanya waktu edar antar
kedatangan (interarrival time), yakni waktu antar kedatangan dan pelanggan
yang berturut-turut pada suatu fasilitas pelayanan. Tingkat kedatangan itu
dapat diketahui secara pasti (deterministic), atau berupa suatu variabel acak
distribusi probabilitasnya telah diketahui.
Sebagai pelanggan yang masuk kedalam sistem akan membentuk sebuah
garis tunggu dan antrian dengan tingkat kedatangan, atau arrival rate tertentu
atau random. Berdasarkan keadaan tersebut, maka kedatangan pelanggan
3

diasumsikan mengikuti distribusi poison. Dalam hal ini, pelanggan yang telah
masuk kedalam sisitem kemudian keluar lagi tidak diperhitungkan.
2. Sifat-sifat antrian
Hal yang menarik dalam kejadian antrian, apakah para pelanggan yang masuk
kedalam fasilitas datang satu-persatu atau secara berombongan dan apakah
penolakan (balking) atau pembatalan (reneging) diperkenankan (Gambar 1).

Disiplin antrian

Unit
Mekanisme
Sumber
Unit
Antrian Pelayanan
masukan
Kedatangan
terlayani

Sumber
Sistem Terbatas
antrian

Penolakan Pembatalan

GAMBAR 1
DASAR-DASAR PROSES ANTRIAN

Balking terjadi bila seorang pelanggan menolak untuk memasuki suatu


fasilitas pelayanan karena antriannya terlalu panjang. Reneging terjadi apabila
seorang pelanggan yang telah berada dalam suatu antrian meninggalkan
antrian dan fasilitas pelayanan yang dituju karena menunggu terlalu lama.
3. Disiplin Pelayanan
Disiplin pelayanan adalah suatu aturan dimana para pelanggan dilayani. Tipe
aturan antrian terdiri dari :
a). FIFO (First In First Out)
Aturan yang mendasar pada yang pertama masuk, pertama keluar atau
pertama datang pertama yang akan dilayani (First come first served).
Aturan ini umum digunakan pada pemindahan tanah.
b). LIFO (Last In First Out)
4

Aturan pelayanan yang mendasarkan pada pelanggan yang terakhir masuk


pertama keluar.
c). SIRO (Service In Random Order)
Aturan pelayanan dalam urutan acak.
d). PRI (Priority Disciplines)
Aturan pelayanan berdasarkan prioritas.
4. Mekanisme Pelayanan
Berdasarkan mekanisme pelayanannya sistem antrian dapat dibedakan
menjadi :
a). Pelayanan tunggal (single server)
Model antrian yang hanya memiliki satu fasilitas pelayanan. Model ini
merupakan konfigurasi dasar model antrian dan akan menjadi dasar bagi
pembahsan sistem-sistem lainnya.
b). Multi pelayanan
i. Sistem antrian dengan pelayanan paralel
Model antrian apabila fasilitas pelayanannya lebih dari satu dan disusun
secara berjajar, artinya sejumlah pelanggan bisa dilayani oleh sejumlah
fasilitas secara bersaman.
ii. Sistem antrian pelayanan seri
Model antrian apabila fasilitas pelayanannya lebih dari satu yang
disusun secara berurutan, artinya pelanggan dalam fasilitas pelayanan
akan dilayani secara bertahap.
c. Notasi Model Antrian
Terdapat banyak varian yang mungkin dari model antrian. Ciri-ciri dari masing-
masing model akan diringkas dalam notasi Kendall.
Notasi Kendall yang asli : (a/b/c) ; yang diperluas : (a/b/c/d/e/f)
Dimana:
a = distribusi kedatangan
b = distribusi keberangkatan atau waktu pelayanan
Untuk a dan b M menunjukkan poisson
Ek menunjukkan erlang
D menunjukkan deterministik
5

c = banyaknya pelayanan paralel


d = disiplin antri
e = jumlah maksimum pengantri dalam sistem (antri dan dilayani)
f = jumlah sumber kedatangan
Jika tiga dari notasi Kendall yang diperluas tidak disebutkan berarti :
[ -/-/-/FCFS/~/~]
Artinya disiplin antri FCFS, jumlah maksimum pengganti dalam sistem dan jumlah
sumber kedatangan tak terbatas.
Notasi-notasi untuk model-model antrian sumber tak terbatas :
 = tingkat kedatangan rata-rata, unit/jam
1/ = waktu antara kedatangan rata-rata , jam/unit
 = tingkat pelayanan rata-rata , unit /jam
1/ = waktu pelayanan rata-rata, jam/unit
O = deviasi standart tingkat pelayanan, unit/jam
n = jumlah individu dalam sistem pada suatu waktu, unit
nq = jumlah individu rata-rata dalam antrian
nt = jumlah indifidu dalam sistem total (antrian dan fasilitas pelayanan),
unit
tq = waktu rata-rata dalam antrian/jam
tt = waktu rata-rata dalam sistem total,jam
S = jumlah fasilitas pelayanan , unit pelayanan
P = tingkat kegunaan fasilitas pelayanan, ratio
Q = kepanjangan maksimum sistem (antrian + ruang pelayanan), unit
Pn = probabilitas jumlah n individu dalam sistem frekwensi relatif
Po = probabilitas tidak ada individu dalam sistem
Pw = probabilitas menunggu dalam antrian
Cs =biaya pelayanan persatuan waktu perfasilitas pelayanan, Rp/jam/server
Cw = biaya untuk menunggu persatuan wakyu perindividu, Rp/jam/unit
Ct = biaya total = S Cs + nt.Cw
Untuk Single Server rumus-rumus yang digunakan :
P = /
6

Po = 1 -  /  Po = 1 –P
Pn = Po ( ./)n
2
nq = 
( -)

nt = 
( - )


tq = 
( - )

1
tt = 
( -)
Untuk Multiple Server rumus-rumus yang digunakan :
P =  / s
1
Po = 
n
S – 1 (/) (/)S
  + 
n=0 n! S! (1 – /s )

 S Po
Pn =  
 S! (1 – [1 – (/s)]

Po   (/)S
nq = 
(S – 1)! (S - )2
nt = nq + /

Po
Tq =  (/)S
S (S!) [1 – (/S)]2

tt = tq + 1/

d. Informasi Sistem Antrian


Secara prinsip informasi sistem antrian yang perlu ditarik adalah:
1. Waktu tunggu truck dalam sistem dan dalam antrian
7

2. Panjang antrian truck, jumlah truck dalam sistem


3. Waktu menganggur loader
4. Jumlah loader yang menganggur
5. Produktifitas, produksi atas hasil dari suatu operasi.
2. Sistem Antrian Putaran
Sistem antrian putaran adalah salah satu sistem antrian tertutup, yang lebih
komplek dari model antrian pelayanan tunggal atau antrian terbuka. Pada operasi ini
terdiri dari tahap-tahap atau tingkat-tingkat yang terbatas dalam sebuah putaran
tertutup. Hal ini dapat diperlihatkan pada Gambar 2.
Pelanggan yang selesai dilayani pada tahap i, dengan segera antri untuk
mendapat pelayanan pada tahap i + 1. Dimana i = 1,2,3,….,M, dan M = Jumlah
total tahap.

Tahap 1

Tahap M Tahap 2

Tahap ?

Gambar 2
Tahap-tahap dalam sistem antrian putaran

Hasil dari tahap i adalah masukkan untuk tahap i + 1 sehinnga antrian yang
terjadi pada tahap awal akan terulang pada tahap berikutnya. Karena operasi antrian
merupakan sirkuit tertutup, maka jumlah pelanggannya terbatas.
Sebagai contoh, pada operasi penambangan yang melibatkan sebuah loader, unit
stockpile dan beberapa dump truck. Pada operasi ini terdiri dari empat tahap, yaitu :
1. Loader atau excavator ( merupakan pelayanan pemuatan dump truck)
2. Dump truck bermuatan (merupakan pelayanan pengangkutan ke stockpile)
3. Lokasi stockpile (merupakan pelayanan dump truck menumpahkan muatannya).
4. Dump truck kosong ( merupakan pelayanan dump truck kembali ke front
penambangan).
8

Pada model antrian putaran ini seluruh aktifitas pemuatan dan pengangkutan
kedua alat mekanis ini dianggap sebagai aktifitas pelayanan pada setiap tahapnya.
Dimana pada masing-masing tahapnya memiliki aktifitas pelayanan yang berbeda-
beda. Pada Gambar 2, tahap ke-2 dan tahap ke-4 dianggap sebagai tahap pelayanan
sendiri (self service). Dari skema penambangan yang dapat dilihat pada Gambar 3
sudah dapat dipastiikan pula bahwa waktu pelayanan dari masing-masing tahap
adalah berlainan.
Disiplin antrian pada model antrian putaran ini harus benar-benar dilaksanakan
guna mengurangi waktu tunggu yang terlalu lama dari peralatan mekanis untuk
dilayani sehingga sasaran produksi yang diinginkan dapat tercapai.

Tahap 1
Loader

Dump truck Dump truck


kosong bermuatan

Tahap 4 Tahap 2

Stockpile

Tahap 3

Dump Truck

Gambar 3
Skema operasi penambangan

a. Probabilitas keadaan steady state (keseimbangan)


Untuk perluasan model antrian putaran tiap-tiap tahap dapat dianggap sama,
seperti keadaan untuk seluruh sistem putaran yang dapat ditunjukkan dengan (n1, n2,
…,nM) dimana, n1 unit truck pada tahap 1, ada n 2 unit truck dalam tahap 2 dan
seterusnya hingga tahap M. Untuk K unit putaran diperoleh :
M
9

 n1 = K
i=1
Keadaan probabilitasnya ditunjukkan dengan P(n1, n2,…., nM) yang didefinisikan
sebagai probabilitas yang ada pada tahap i sejumlah n 1 unit. Pada gambar dibawah
adalah contoh untuk metode antrian dua tahap dimana ada tiga kemungkinan keadaan
yaitu (2,0); (1,1) dan (0,2) menyatakan bahwa ada dua dump truck pada tahap 1 dan
0 dump truck pada tahap 2.
Rata-rata tingkat pelayanan untuk tahap 1 dan 2 adalah 1 dan 2.
Persamaan keadaan tetap dapat diperoleh dengan :
0 = 2P (1,1) - 1P (2,0)
0 = 1 P (2,0) – (1 + 2 )P (1,1) + 2 P(0,2)
0 = 1 P (1,1) - 2 P (0,2)

Tahap 1

Tahap 2

2
2

2,0 1,1
0,2

1
1

Gambar 4
Skema Sistem Antrian Putaran Dua Tahap
10

Dengan memperhatikan probabilitas keadaan P (2,0), maka penyelesaian persamaan


diatas dapat diberikan :
P (2,0) = P (2,0)
P (1,1) = (1 /2 ) P (2,0)
P (0,2) = (1 /2 )2 P (2,0)
Secara umum dapat ditulis :
1 2 – n1
P (n1 , n2) =  P (2,0)
1 n2
Untuk jumlah K truck diperoleh :

1 K – n1
P (n1 , n2) =  P (K,0)
1 n2

Persamaan keadaan tetap dari kasus M tahap dan K truck menjadi :


K+M–1 (K + M – 1)!
 = 
K (M – 1)! K!
Probabilitas keadaan tetap dapat diselesaikan berkenaan dengan satu yang tidak
diketahui, P(K,0,….,0) yang dapat diberikan dengan :
1 K – n1
P (n1, n2,..,nM) =  P (K,0,…,0)
2 n2 3 n3……M nM
1 n1
1 n2 1 nM
=   …..  P (K,0,…,0)
1 2 M

P (K,0,….0) diperoleh dengan ketentuan jumlah probabilitas keadaan tunak = 1 yaitu


 P (n1, n2,…., nM ) = 1
Sehingga :

-1
1 n1
1 n2
1 nM

P(K,0,…,0) =    ….. 
1 2 M

b. Karakteristik sistem
11

Probabilitas bahwa ada n dump truck dalam beberapa tahap dapat dihitung dengan
menjumlahkan seluruh probabilitas pada keadaan n dump truck dari tahap tersebut.
Pada probabilitas keadaan dari sebuah tahap dalam keadaan menganggur, dimana n
= 0 ; maka :
Pr (tahap I menganggur) = 1 - i =  P (n1 , n2 ,….., ni – 1, 0 , ni + 1, …. nM )
i = Tingkat penggunaan tahap I
Untuk probabilitas keadaan bahwa sebuah tahap sedang bekerja.
Pr (tahap I bekerja) = i = 1 – Pr (tahap I menganggur).
Hasil tiap tahap (pelanggan yang telah dilayani/unit waktu) adalah :
 = i j
Untuk proses antrian yang mendasarkan kesetimbangan, harga  harus sama tiap
tahap (1 = j = 0).
Jumlah dump truck dalam tahap ke-i adalah :
Lj =  ni P(n1 , n2 ,….. ni ,…. nM )
Ni = 0,1,2,…K
Jumlah dump truck dalam antrian pada tahap ke-I adalah :
Lqi =  (ni – 1) P (n1 , n2 ,.….., ni,….. nM )
Dengan ni = 1,2,….,K sehingga dapat dikembangkan :
Lqi =  ni P (n1 , n2 ,.….., ni,….. nK ) -  P (n1 , n2 ,.….., ni,….. nM )
= L i - i
Waktu sebuah dump truck yang antri dalam tahap I, adalah :
Wqi = Lqi /
Waktu bahwa ada sebuah dump truck tahap I, adalah :
Wi = Wqi + 1/ i
Rata-rata total waktu edar dump truck (truck yang telah menyelesaikan M tahap)
adalah :
M

Rata-rata total waktu edar =  (Wqi +1/ i)


I=1

c. Kesetimbangan pelayanan
12

Probabilitas keadaan dan sifat-sifat sistem pada antrian putaran dapat


disederhamakan. Jika diasumsikan bahwa seluruh tahap mempunyai sifat yang sama.
Jadi i =  dimana, I = 1,2,…,M.

 K – n1
P (n1, n2,…..,nM) =  P (K,0,...,0)= P (K,0,...,0)
1 K – n1
Jumlah truck dalam tiap tahap (Li ) adalah :
Li = (L) = K/M
Jumlah dump truck menunggu antri dalam tiap tahap adalah :
K K K (K – 1)
Lqi =  -  = 
M K+M–1 M (K + M – 1)
Hasil (dump truck yang telah dilayani/unit waktu) untuk tiap tahap (), adalah :
K
 = / = 
K+M–1
Waktu tunggu dump truck dalam antrian :
K (K – 1) K+M–1 K-1
Wq = Lq/ =   = 
M (K + M – 1) K K
Waktu tunggu dump truck dalam tiap-tiap tahap
W = Wi = Wq + 1/
= (K – 1)/ M + 1/
Jadi rata-rata total waktu edar 1 unit dump truck (CT) adalah :
CT = (K – 1)/  + M/
d. Pelayanan Paralel
Perluasan teori antrian dasar untuk multi pelayanan dalam beberapa tahap tidak
mudah untuk antrian putaran. Fasilitas pelayanan paralel untuk beberapa tahap
mungkin dapat membantu, dengan menggunakan model-model antrian lainnya, yaitu
dengan merubah tingkat pelayanan untuk tahap yang dianggap khusus. Sebagai
contoh, jika pada tahap i mempunyai 2 pelayanan paralel, masing-masing dengan
rata-rata tingkat pelayanan i , sehingga tingkat pelayanan pada tahap tersebut
adalah :
i untuk ni < 2
13

2 i untuk ni  2
Persamaan yang meggambarkan probabilitas keadaan diberikan dalam bentuk
khusus. Sebagai contoh yaitu untuk kasus 2 tahap (M = 2) dengan truck sebanyak 3
unit (K = 3), 1 unit pada pelayan tahap 1 dan 2 unit pada pelayanan tahap 2 (Gambar.
5). Sebagai persamaan keseimbangannya dapat diselesaikan menjadi :
1 12 13
P(2,1) =  P (3,0) ; P (1,2) =  P (3,0) ; P (0,3) =  P (3,0)
2 222 423

22 22 22

0,3 1,2 2,1


3,0

1 1 1

Gambar 5
Diagram angka kasus 2 tahap
Persamaan ini dapat ditulis secara umum untuk kasus Ci pelayanan dalam tahap i
(i = 1).
Maka dapat ditulis :
1 K – n1
P (n1, n2,…,nM) =  P (K, 0,…..,0)
2 n2 3 n3 …..nii ni……M nM
n = 1, 2, ……,Ci – 1

1 K – n1
P (n1, n2,…,nM) =  P (K, 0,…..,0)
2 n2 3 n3 …..CI !Ci ni – Ci i ni…M nM
14

n = Ci - 1, CI,…K.
ni – Ci
Untuk pelayanan sendiri (self service) pada tahap i, diperoleh C i = ni dan Ci ! Ci
menjadi ni !, ini untuk i  1
1 K – n1
P (n1, n2,…,nM) =  P (K, 0,…..,0)
2 n2 3 n3 …..ni!i ni……M nM
n = 1, 2, … K
Untuk kasus 3 tahap, seperti dalam operasi loader-truck diasumsikan sistem
antrian putaran mempunyai 3 tahap, dengan salah satu tahapnya dianggap
mempunyai pelayanan sendiri, seperi terlihat pada Gambar 6.

Pengangkutan
Tahap 1

Pemuatan Penumpahan
Tahap 3 Tahap 2
Kasus A

Pemuatan
Tahap 1

Penumpahan Pengangkutan
Tahap 3 Tahap 2
Kasus B

Gambar 6
Operasi loader-truck pada kasus 3 tahap
Gambar 6A, menunjukkan kasus K = 3, yang mempunyai tahap pelayanan
sendiri (tahap pengangkutan) yaitu pada tahap 1. Untuk kasus dimana tahap
pelayanan sendiri-sendiri berada pada tahap 1, maka penyelesaian persamaan
keseimbangannya merupakan sebuah kasus khusus.
Untuk, ni = 1,2,….K ; i = 1,2,3
(K) (K – 1)….(n1 + 1)1 K – n1
15

 P (K, 0,0) n1 


K
2 n2 3 n3

P (n1, n2,…,nM) =

P (K,0,0)

n1 = K

Diamana P (K,0,0) sebagai persamaan dengan jumlah probabilitas keadaan


tunak sama dengan 1.
Untuk kasus dimana tahap pelayanan-sendiri tidak dalam tahap 1, tetapi dalam
tahap 2 (Gambar. 2B), maka penyelesaian persamaan ini dianggap sebagai kasus
khusus juga.
Untuk ni = 1,2,…K ; i = 1,2,3

1 K – n1
P (n1, n2, n3) =  P (K, 0, 0)
n2 ! 2 n2 3 n3
dimana P (K, 0, 0) sebagai dasar persamaan dengan jumlah probabilitas keadaan
tunak sama dengan 1.
3. Waktu Edar dan Produksi Alat Muat
Waktu edar untuk alat angkut yang digunakan pada operasi pengangkutan adalah
:
Rata-rata waktu edar = waktu tunggu truck
+ waktu penumpahan truck
+ waktu antri pada loader
+ waktu waktu antri pada lokasi stockpile
+ Waktu pengangkutan truck
+ waktu truck kembali kosong
=  Wi
Produksi yang dihasilkan untuk periode waktu yang diberikan untuk satu shift
(pengangkutan satu unit truck ketempat penumpahan), dapat dihitung dengan :
Periode waktu yang tertarik
16

Produksi =   N  Kapasitas truck


Waktu edar
Produksi dapat juga dihitung dengan :
Produksi = Periode waktu yang tertarik      kapasitas truck
Dimana : N = Jumlah truck
 = Tingkat kesibukan loader (%)
 = tingkat pelayanan loader, truck/jam
4. Penjadwalan Kerja
Hasil akhir dari teori antrian adalah membuat suatu penjadwalan kerja dari
alat angkut, dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran tentang durasi
awal kedatangan alat angkut di lokasi penambangan sampai awal
keberangkatan alat angkut dari lokasi stockpile ke lokasi penambangan lagi.
Dengan mengetahui waktu tunggu alat muat atau tingkat pelayanan rata-
rata alat muat (Wq 1 ) dan waktu edar dari alat angkut (C T2), maka dapat dibuat
suatu penjadwalan kerja dari alat muat dan alat angkut.
Waktu edar rata-rata alat angkut secara terperinci yaitu :
a. Waktu pemuatan atau waktu pelayanan, menit.
b. Waktu pengangkutan alat angkut,menit.
c. Waktu penumpahan material oleh alat angkut, menit.
d. Waktu kembali kosong ke lokasi penambangan, menit.
Penjadwalan juga dibuat berdasarkan pada waktu antara kedatangan alat
angkut dan waktu edar alat muat.
Dengan adanya penjadwalan kerja tersebut diharapkan :
1. Dapat menambah target produksi sesuai dengan sasaran produksi yang
dikehendaki.
2. Dapat meningkatkan effesiensi kerja alat muat dan alat angkut.
3. Dapat memperkecil kemungkinan terjadinya waktu tunggu alat muat dan
waktu antri alat angkut baik pada saat dilayani maupun pada saat
penumpahan.
17

F. PERUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui langkah-langkah penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi
sebagai akibat antrian pada sistem pengangkutan dan pemuatannya. Mulai dari
identifikasi permasalahan dilapangan, penelitian pendahuluan dan penyelidikan
rinci sampai dengan penentuan alternatif model antrian yang tepat.
2. Dengan mengetahui urutan pekerjaan penelitian yang didukung dengan teori
dasar yang baik serta data pendukung yang memadai, maka dapat dilakukan
penyelidikan dilapangan untuk mendapatkan sejumlah data utama yang
merupakan data dan parameter yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
3. Data keseluruhan dikelompokkan menurut kegunaannya, pilih metode
perhitungan dan menganalisa masalah yang ada, lalu gunakan data yang telah
ada.
4. Menentukan alternatif model yang tepat dan sesuai dengan kondisi daerah
penambangannya dan produksinya.
G. METODE PENELITIAN
1. Obyek penelitian
Sebagai obyek dari sasaran penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak
dibidang kontraktor pertambangan Batubara P.T. Pama Persada Nusantara yang
ada di Tanjung Enim Sumatera Selatan.
2. Data yang diperlukan
a. Data peralatan dalam sistem pemuatan dan pengangkutan
i. Jumlah alat muat dan alat angkut serta spesifikasinya.
ii. Waktu edar dari suatu alat, baik waktu untuk manufer waktu tunggu, waktu
pemuatan, waktu pengangkutan, waktu penumpahan dan waktu antri.
iii. Produksi alat muat dan alat angkut
iv. Bucket fill factor (faktor pengisian mangkuk)
v. Kecepatan rata-rata dump truck
vi. Waktu kerja efektif
vii. Data curah hujan
viii.Jadwal kerja dari peralatan
b. Data-data pendukung yang meliputi :
i. Data geologi regional dan sejarah geologi
18

ii. Data litologi,data topografi dan data hidrologi


iii. Peta geologi
iv. Kegiatan penambangan
v. Lebar jalan angkut, kemiringan jalan angkut dan lebar tikungan
vi. Dimensi jenjang
c. Data-data lainnya dengan menyesuaikan keadaan dilapangan.

H. URUTAN KERJA PENELITIAN


Dalam melakukan penelitian, dilakukan dengan
menggabungkan antara teori dengan data-data dilapangan, sehingga dari keduanya
didapatkan pendekatan penyelesaian masalah.
Adapun urutan pekerjaan penelitian :
1. Observasi terhadap kegiatan penambangan.
2. Penentuan tempat pengamatan langsung untuk pengambilan data.
3. Pengambilan data primer (langsung dari lapangan) dan data sekunder dari
laporan bulanan perusahaan.
4. Pengelompokan data, pengujian data.
5. Pengolahan data penelitian.
6. Analisa hasil penelitian dan memberikan alternatif pemecahan masalah.

I. RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Waktu (minggu)
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Studi pustaka
2 Pengamatan
3 Pengambilan data
4 Pengolahan data
5 Analisa data
6 Pembuatan draft
19

J. RENCANA DAFTAR ISI

RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Bab
I PENDAHULUAN
II TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.2 Keadaan Geologi dan Topografi
2.3 Iklim dan Curah Hujan
2.4 Kegiatan Penambangan
III DASAR TEORI
3.1 Pengertian Teori Antrian.
3.2 Model-model Sistem Antrian

IV KONDISI LAPANGAN DAN SISTEM PRODUKSI ALAT MUAT - ALAT


ANGKUT
4.1 Tinjauan Terhadap Dimensi Jenjang
4.2 Geometri Keadaan Jalan Angkut
4.3 Pola Pemuatan
4.4 Analisa Kemampuan Kerja Alat-alat Mekanis
4.5 Efesiensi Kerja Alat-alat Mekanis
4.6 Penentuan Total Waktu Edar
4.7 Produksi Alat-alat Mekanis

V PEMBAHASAN
5.1 Model Antrian pada Sistem Produksi Alat Muat dan Alat Angkut.
5.2 Jumlah Truck yang Diperlukan
5.3 Penjadwalan Awal Pelayanan, Keberangkatan dan Kedatangan.

VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
20

K. RENCANA DAFTAR PUSTAKA

1. Achadi Wahyu.(1996), Studi Teori Antrian Terhadap Sistem Kerja Wheel Loader
dan Dump Truck di Quary Clay-3 Dalam Upaya Peningkatan Produksi
2.400.000 ton Klinker Pertahun P.T. Indocement Tunggal Perkasa P-9
Palimanan- Cirebon-1996, Perpustakaan Tambang UPN ”Veteran” Yogyakarta.

2. Carmichael. D.G.(1987), Engineering Queues in Construction and Mining,


Departemen of Civil Engineering Univercity of Westeren Australia.

3. Frederic.S. Hiller & Gerald J. Lieberman.(1981), Introduction to Operation


Research, 3rd Edition, Holden-Day,Inc., Sanfrancisco.

4. Hamdy.A. Taha.(1990), Operation Research An Introduction, 3rd Edition ,


Macmillan Publishing Co.,Inc.,New York.

5. Pangestu Subagio, SE, MBA.(1983), Dasar-dasar Operasi Riset (Operation


Research), BPFE, Yogyakarta.

6. Partanto Prodjosumarto.(1995), Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik


Pertambangan, ITB, Bandung.

7. Zanwawi Soejoeti.(1985), Metode Statistik, Penerbit Karunia Jakarta, Universitas


Terbuka.

You might also like