Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Pembimbing:
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dengan akal dan budi, kehidupan yang patut penulis
syukuri, keluarga yang mencintai dan teman-teman yang penuh semangat, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
ini. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad
Saw, atas semangat perjuangan dan panutan bagi ummatnya.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman
akan penulis terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan
pembelajaran dan bekal di masa mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nama :Tn.A
Umur : 49 tahun
Alamat : Medan
Agama : Kristen
Suku : Batak
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Sesak napas
Keluhan Tambahan
- Mudah lelah
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 4 bulan
yang lalu dan memberat dalam 2 minggu terakhir ini. Sesak dirasakan tidak
hanya pada saat pasien beraktivitas sehari - hari, namun juga dirasakan pada
saat beraktivitas ringan. Sesak napas seringkali mengganggu tidur dan pasien
mengaku tidur dengan bantal yang lebih tinggi sejak belakangan ini, dan sering
terbangun tengah malam karena tiba – tiba sesak. Pasien juga mengeluhkan
mudah lelah walau hanya beraktivitas ringan seperti ke kamar mandi. Tidak
ada riwayat penurunan kesadaran ataupun pingsan. Keluhan sering berdebar-
debar dan nyeri dada tidak dirasakan pasien. Pasien mengeluhkan adanya
riwayat bengkak pada kaki dan perut. Mual (+) dan muntah (+) . Pasien juga
mengeluh BAK dan BAB lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien sudah mengeluhkan hal yang sama sejak 4 bulan yang lalu.
- Riwayat hipertensi (+)
- Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada di keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama
dengan pasien.
- Riwayat hipertensi (+)
- Riwayat penyakit jantung (+)
- Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat Pengobatan
Pasien sering menggunakan obat untuk keluhan sakitnya.
2.3 PemeriksaanFisik
a) Status Present
1) Kulit
Warna : Hitam
Turgor : Kembali cepat
Sianosis : Tidak dijumpai
2) Kepala
Bentuk : Normosefali
Wajah : Simetris
Mata : Edema palpebra (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera
ikterik (-/-), refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya
tak langsung (+/+), pupil isokor bulat (3mm/3mm)
Telinga : Normotia, serumen (-/-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-)
3) Mulut
4) Leher
5) Thoraks
Paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran organ
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
whezing(-/-)
Jantung
6) Abdomen
7) Genetalia
8) Ekstremitas
Elektrolit
- Natrium 131 133 135-145 mmol/L
- Kalium 5.8 4.5 3.5-5.5 mmol/L
96-105 mmol/L
- Klorida 110 108
Imunoserologi
Hepatitis Non reaktif Non reaktif
- HbsAg rapid Non reaktif Non reaktif
- Anti HCV rapid Non reaktif Non reaktif
- HIV
Diabetes
- Gula darah sewaktu 141 mg/dl
Ginjal Hipertensi
- Ureum 314 mg/dl
- Kreatinin 12.2 mg/dl
Kesimpulan : kardiomegali
2.4.3 EKG
EKG (4 Juli 2018)
(9 Maret 2018)
Irama : sinus,
Rate :70 bpm
Axis : Normoaxis
P : normal, jarak P ke P tidak sama
PR interval : 0,20 s normal
QRS : 0,08 s, PVC Bygeminy
Q patologis : (-)
T inverted : pada sadapan
ST elevasi/ depresi : (-)
LVH : (-)
RVH : (-)
Infark : (-),
Kesimpulan : Irama sinus, rate 70 x, irreguler, normoaxis, disertai
adanya PVC Bygeminy
2.6 Penatalaksanaan
Terapi Suportif :
1. Pemberian oksigen sungkup nasal kanul 2-4 liter/menit dengan target
saturasi >95%
2. Diet jantung 1700 kkal
Terapi Farmakologi :
1. O2 4 L/menit (k/p)
2. IVFD RL 20 gtt
3. Transfuri PRC
4. Inj. Ozid 1 fls/12 jam
5. Inj. Ondansentron 1 amp/12 jam
6. Inj. Transamin 250 mg/12 jam
7. Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
8. Inj. Furosemid 2 ampul/24 jam
9. Inj. Omeperazole 40 mg/12 jam
10. NR 2 x 30 mg
11. Ramipril 1x5 mg
12. Bisoprolol 1x5 mg
Edukasi
1. Ketaatan berobat
2. Pemantauan berat badan
3. Asuapan cairan
4. Pengurangan berat badan
5. Latihan fisik
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia
Quo ad fuctionam : dubia ad malam
Quo ad sanactionam : dubia
Follow up pasien
Tanggal S O A P
03-07-2018 Sesak, TD 130/80 mmHg Anemis+Dys IVFD RL 10
lemas, HR:88x/menit entri gtt/menit
lidah RR;20x/menit O2 3l/menit
terlipat Temp; 38.0ºC PCT fls/8 jam
keatas
Kriteria Minor:
1. Edema ekstermitas
2. Batuk pada malam hari
3. Dyspnea d’effort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Takikardi ≥ 120x/menit
Karena ventrikel kanan yang masih sehat terus memompa darah sesuai
jumlah darah yang masuk ke atrium kanan, maka dengan cepat tekanan hidrostatik
di kapiler paru akan menjadi begitu tinggi (diatas 18 mmHg). Pada saat tekanan di
arteri pulmonalis dan arteri bronkialis meningkat terjadi pula transudasi cairan di
jaringan intersisial bronkus yang menyebabkan oedem, dan mengurangi besarnya
lumen bronkus.2
Gagal jantung kogestif dapat disebabkan oleh beberapa faktor resiko
seperti :
a. Umur
Umur berpengaruh terhadap kejadian gagal jantung walaupun gagal
jantung dapat dialami orang dari berbagai golongan umur tetapi semakin tua
karena kekuatan pembuluh darah tidak seelastis saat muda dan juga timbulnya
penyakit jantung yang lain pada usia lanjut yang merupakan faktor resiko gagal
jantung.8 Menurut penelitian Siagian di Rumah Sakit Haji Adam Malik (2009)
h. Aritmia
Aritmia adalah berkurangnya efisiensi jantung yang terjadi bila
kontraksi atrium hilang (fibrilasi atrium, AF). Aritmia sering ditemukan pada
pasien dengan gagal jantung dan dihubungkan dengan kelainan struktural
termasuk hipertofi ventrikel kiri pada penderita hipertensi.8
i. Kardiomiopati
Dari teori diatas didapatkan klasifikasi yang dapat ditegakkan pada pasien,
yaitu klasifikasi Forrester kelas II (B) yaitu basah dan hangat dimana didapatkan
tanda kongesti dan tidak terjadi gangguan perfusi pada pasien. Menurut klasifikasi
New York Heart Association pasien berada di kelas IV yaitu ditemukan gejala saat
istirahat yang diketahui dari anamnesis pasien mengeluhkan sesak saat berbaring
merasa lebih enak dengan menggunakan dua bantal
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien denga gagal
jantung kongestif
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan pada gagal jantung
antara lain adalah: darah rutin, urine rutin, elektrolit (Na & K), ureum &
kreatinine, SGOT/PT, dan BNP. Pemeriksaan ini mutlak harus dilakukan pada
pasien dengan gagal jantung karena beberapa alasan berikut: (1) untuk mendeteksi
anemia, (2) untuk mendeteksi gangguan elektrolit (hipokalemia dan/atau
hiponatremia), (3) untuk menilai fungsi ginjal dan hati, dan (4) untuk mengukur
brain natriuretic peptide (beratnya gangguan hemodinamik).8
Pada pasien telah dilakukan pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan
tidak ada terjadi gangguan elektrolit, terdapat peningkatan SGOT, SGPT, ALP,
ureum dan kreatinin, hal ini dapat menunjukkan adanya kerusakan hati dan ginjal,
dapat terjadi karena komplikasi chf yang lebih lanjut.
Pemeriksaan Elektrokardiogram
Alasan penggunaan beta bloker (BB) pada pasien gagal jantung adalah
adanya gejala takikardi dan tingginya kadar katekolamin yang dapat
memperburuk kondisi gagal jantung. Pasien dengan kontraindikasi atau tidak
ditoleransi, BB harus diberikan pada pasien gagal jantung yang simtomatik, dan
dengan LVEF < 40%.
Manfaat beta bloker dalam gagal jantung melalui:
Mengurangi detak jantung : memperlambat fase pengisian diastolik
sehingga memperbaiki perfusi miokard.
Meningkatkan LVEF
Menurunkan tekanan baji kapiler pulmonal
Pasien yang harus mendapat BB:
LVEF < 40%
Gejala gagal jantung sedang-berat (NYHA kelas fungsional II-IV), pasien
dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri setelah kejadian infark miokard.
Dosis optimal untuk ACEI dan/atau ARB (dan aldosterone antagonis jika
diindikasikan).
Pasien harus secara klinis stabil (tidak terdapat perubahan dosis diuresis).
Inisiasi terapi sebelum pulang rawat memungkinkan untuk diberikan pada
pasien yang baru saja masuk rawat karena gagal jantung akut, selama
pasien telah membaik dengan terapi lainnya, tidak tergantung pada obat
inotropik intravenous, dan dapat diobservasi di rumah sakit setidaknya 24
jam setelah dimulainya terapi BB.
Kontraindikasi :
Asthma (COPD bukan kontranindikasi).
AV blok derajat II atau III, sick sinus syndrome (tanpa keberadaan
pacemaker), sinus bradikardi (<50 bpm).4
Diuretik
Pasien datang dengan keluhan utama nyeri dada yang menjalar ke kiri dan
ke punggung yang sudah dialami ±1 bulan yang memberat 1 hari sebelum masuk
RS. Pasien juga mengatakan mudah cepat lelah yang dirasakan selama 1 tahun
terakhir, sesak nafas pada malam hari, kaki bengkak. pemeriksaan fisik
didapatkan Tekanan darah 140/90 mmHg, TVJ H+4 cm H 20, Batas jantung kiri di
ICS V linea midclavicula sinistra 2 jari lateral, ronki basah basal paru, pitting
edema pada kedua kaki. Pada pemeriksaan Laboratorium didapatkan peningkatan
fungsi hati dan ginjal. EKG didapatkan LAD,LVH, OMI inferior. Pasien di
diagnosis dengan CHF Fc NYHA III ec 1.HHD 2.DCM. diberikan terapi Inj
Furosemid 20mg/8 jam, Sc lovenox 0,6 cc/12 jam, Spironolacton 2 x 100mg,
Isosorbit dinitrat 3x5mg, Aspilet 1 x 80 mg, Atorvastatin 1 x 20 mg dan di
prognosis dengan dubia ad malam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gray. H.H. Dawkins K.D. Morgan. J.M dkk 2002. Gagal jantung. Lecture
notes kardiologi. Edisi IV. Erlangga. Jakarta. Halaman 80-97
2. Sugeng J. I. 2004. Gagal jantung. Buku ajar kardiologi. Edisi II. Balai
penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia. Jakarta. Halaman 132-140
4. Ghanie. A. T. 2009. Gagal jantung kronik. Dalam Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid II. Edisi 5. Editor Sudoyono AW,Setiyohadi, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M dan Setiati S. Interna publishing jakarta. Halaman1586-1602
7. Hess OM, Carrol JD. Clinical Assessment of Heart Failure. In: Libby P,
Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, editor. Braunwald’s Heart Disease.
Philadelphia: Saunders; 2007. Halaman 561-80
1. Sitompul B, Sugeng JI. Gagal Jantung. In Rilantono LI, Baras F, karo SK,
editors. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2008. p. 115.
2. Panggabean MM. Gagal Jantung. In Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006. p. 1513.
3. Simon H. Heart Failure. Melbourne:; 2012.
4. Davies MK, Hobbs FD, Davis RC. Prevelance of left-ventricular systolic
dysfunction and heart failure in the echocardiographic heart of England screening
study : a population based study. The Lancet. 2006; 358: p. 439-444.
5. Majeed A, Williams J. Management of heart failure in primary care after
implemention of the national service framework for coronary heart diases : a
cross-sectional study. Public Health. 2005; 119: p. 105-111.
6. CDC. Risk Factors of Heartt Failure. 2015. 2015 August 10.
7. Aroson P, Ward J. At a glance : Sistem Kardiovaskular Jakarta: EGC; 2013.
8. Gopal, Murarilikhsna; Karnath, Bernath MD. Clinical Diagnosis of Heart Failure.
Hospital Physichian. 2009 November: p. 9-15.
9. M, John J.V; Adamopoulus, Stamatis; Anker, Stefan D; Auricchio, Angelo. ESC
Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure
2012. Journal. London: European Society and Cardiology; 2012.
10. Siswanto, Bambang Budi; Hersunarti, nani; Erwinanto; Barack, Rosana.
Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 1st ed. Jakarta: PERKI; 2015.
11. Gray H , Dawkins K , Morgan J. Kardiologi Jakarta: Erlangga Medical Series;
2005.
12. Prince S, Wilson L. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit Jakarta:
EGC; 2005.
x