You are on page 1of 10

JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL.

3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

Pengaruh Massa Adsorben, Lama Kontak Dan Aktivasi Adsorben


Menggunakan HCl Terhadap Efektivitas Penurunan Logam Berat
(Fe)Dengan Menggunakan Abu Layang Sebagai Adsorben

Candra Irawan-1, Basri Dahlan-2, Nawang Retno-2


Politeknik Negeri Balikpapan, Jl. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan 76126
email : candraarema1977@gmail.com

Abstract
This research has investigated adsorption of Fe with using fly ash adsorbent. Phases of
adsorption of Fe is activated with HCI after that the fly ash were characterized by using XRF and
SEM. Determination of optimum conditions on the adsorption of Fe with adsorbent mass variations,
variations in contact time. Resulth show that the adsorption of Fe in optimum condition occurs in
adsorbent mass of 2.5 g, for 60 minutes and the results also able to adsorp up to 96,34% Fe.

Key words: adsorption, fly ash

Abstrak
Telah dilakukan penelitian adsorpsi logam Fe dengan menggunakan adsorben abu layang
Batubara. Tahapan adsorpsi logam Fe yakni mengaktivasi abu layang batubara dengan HCI
setelah itu abu layang dikarakterisasi dengan menggunakan XRF dan SEM. Penentuan kondisi
umum pada adsorpsi logam Fe dilakukan dengan variasi massa adsorben,variasi lama kontak, dan
percobaan apa sampel air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorpsi logam Fe pada kondisi
optimum terjadi pada massa adsorben 2,5 g, lama kontak selama 60 menit dan hasil penelitian ini juga
mampu mengadsorpsi logam Fe hingga 96%.

Kata Kunci: adsorpsi, abu layang

1. Pendahuluan dan masyarakat sekitar jika terbawa


Abu layang (fly ash) batubara ke perairan. Bila ini dibiarkan terus
dihasilkan pada pembakaran batubara menerus maka fly ash tidak
dalam PLTU yang berupa partikel mempunyai nilai ekonomi dan justru
abu yang terbawa oleh gas buang akan menimbulkan masalah bagi
sedangkan abu yang tertinggal dan lingkungan sekitarnya seperti warga
dikeluarkan dari bawah tungku masyarakat mengalami infeksi
disebut abu dasar (bottom ash). Di pernafasan, perkakas dan jemuran
Indonesia produksi limbah fly ash pakaian masyarakat disekitar PLTU
batubara dan abu dasar dari tahun ke kotor terkena abu.
tahun meningkat. Pada tahun 2009 Akan tetapi selain terdapat
produksi abu layang sudah mencapai dampak negatif yang ditimbulkan,
2,78 juta ton (Aziz., 2006) abu layang (fly ash) juga mempunyai
Abu layang (Fly ash) batubara situs positifnya yakni kompositus
tersebut umumnya dibuang di landfill kimianya sebagian besar tersusun atas
atau ditumpuk begitu saja di dalam oksida logam terutama SiO2 dan
area industri. Penanganan fly ash Al2O3 yang mempunyai situs aktif
batubara masih terbatas pada sehingga dimungkinkan dapat
penimbunan di lahan kosong. Hal ini digunakan sebagai adsorben logam
berpotensi berbahaya bagi lingkungan berat (Mattigold et al.,1990).

107
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

Penelitian ini juga bertujuan sejauh satunya melalui proses adsorpsi.


mana kapasitas adsorpsi abu layang Proses adsorpsi merupakan salah satu
terhadap logam Fe yang terdapat pada alternatif pengolahan yang sangat
air tanah di Balikpapan karena diminati karena selain dapat
kualitas air tanah atau air sumur bor menyisihkan parameter pencemar,
di Balikpapan masih di bawah standar proses adsorpsi tidak rumit dalam
air bersih dan tidak layak konsumsi, pengerjaan dan ekonomis (Chien
karena kandungan Fe sangat tinggi, Jung Lien, 1999). Bahan yang pernah
selain itu air berwarna kekuningan dimanfaatkan sebagai adsorben oleh
dan berbau. Hal ini dapat di amati masyarakat Lamaru Balikpapan
secara kasat mata dimana hanya mengandalkan pasir dan kerikil
terbentuknya lumut-lumut kuning kemudian ditempatkan di drum tetapi
pada bak mandi, serta adanya air didapatkan masih keruh dan
endapan pada dasar bak mandi sedikit berbau. Bahan alternatif yang
merupakan indikasi bahwa air bisa dimanfaatkan sebagai adsorben
memiliki tingkat kekeruhan yang dalam proses adsorpsipun dapat
tinggi. Keadaan ini terjadi karena air berasal dari berbagai material
sumur yang di kelola oleh masyarakat termasuk dari sisa hasil pembakaran
tidak di olah terlebih dahulu. Meski batubara yang lebih dikenal dengan
air sumur sebagian tidak layak abu layang ( fly ash). Keuntungan
dikonsumsi, masyarakat tetap adsorben berbahan baku abu layang (
memanfaatkan air sumur ini untuk fly ash) adalah biayanya yang murah.
mandi, mencuci piring, mencuci Selain itu adsorben ini dapat
pakaian, dan kebutuhan sehari-hari digunakan baik untuk pengolahan
lainnya (Danielyn., 2009). limbah cair dan dapat digunakan
Pada Kelurahan Lamaru pada dalam penyisihan logam berat dan
RT 20 di Balikpapan ini terdiri dari limbah zat warna (Papandreou, 2007)
152 KK tetapi yang bisa merasakan Fokus penelitian ini yaitu
air bersih hanya 28 KK saja sehingga mempelajari pengaruh aktivasi
sisanya masih mengandalkan air dengan HCl dengan karakterisasi
hujan dan air tanah yang tidak dengan XRF dan SEM. Kemudian
memenuhi standar air bersih sehingga juga mempelajari pengaruh massa
banyak penduduk yang terpaksa adsorben dan lama kontak terhadap
memanfaatkan air yang kurang bagus proses adsorpsi logam Fe
kualitasnya. Tentu saja hal ini akan menggunakan adsorben dari abu
berakibat kurang baik bagi kesehatan layang sebagai dengan metode batch.
masyarakat pada jangka pendek Untuk mengetahui pengaruh massa
seperti iritasi pada kulit, dan gatal- adsorben dan lama kontak, pada
gatal. Tingginya konsentrasi logam penelitian ini akan digunakan variasi
inilah yang menyebabkan air tersebut massa adsorben 1, 1,5, 2, 2,5, 3, 3,5
berwarna kuning dan berbau yang dan 4, sedangkan variasi lama kontak
menunjukkan adanya kandungan besi yaitu 15, 30, 45, 60, 75, 90 t dan
(Fe) yang melebihi kadar maksimal percobaan sampel asli.
dalam air yaitu lebih dari 1,0 mg/l
(PerMenKes RI No 2. Metode Penelitian
416/Per/IX/1990). Alat
Beberapa penelitian guna mengurangi Alat yang digunakan adalah oven
kadar logam pada limbah salah merk Fisher Scientific Isotemp Oven

107
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

Model 655F, ayakan (150 dan 180 adsorben abu layang ditentukan
mesh) , timbangan analitik merk dengan menggunakan FTIR dan
mettle AE.50, seperangkat alat gelas, permukaan dari abu layang sebelum
shaker rotator type H-SR-200, pH dan sesudah aktivasi diamati dengan
meter (Onilab, Schott Gerate pH- menggunakan SEM.
Meter CG 820), pengaduk magnetik
(Heidolp MR 1000), Spektrofotometri Penentuan Kondisi Optimum
Infra Merah (FTIR-8000 PC adsorpsi logam Fe
Shimadzu) , Scanning Electron Pengaruh massa adsorben abu
Microscope (SEM) JEOL JSM- layang batubara
6390A, Spektrofotometer Shimadzu Menyiapkan 5 larutan FeCl3 masing-
UV-160 A dan Spektrofotometer masing sebanyak 100 ml dengan
Serapan Atom (SSA). konsentrasi optimum kemudian
ditambahkan adsorben fly ash dengan
3. Tahap Penelitian variasi berat 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 gram
Preparasi Abu Layang Batubara kemudian diaduk dengan kecepatan
Abu layang sebanyak 30 g dicuci 100 rpm selama 30 menit.
dengan akuades, dikeringkan dalam Selanjutnya larutan disaring dengan
oven pada temperature 1100C selama menggunakan kertas saring dan
3 jam dan ditempatkan didalam filtratnya diambil sebanyak 5 ml dan
desikator. Abu layang yang kering diencerkan pada 100 ml akuades dan
tersebut ditimbang sampai diperoleh dianalisa dengan AAS dengan
berat konstan kemudian diayak panjang gelombang 248,3 nm.
dengan ayakan berukuran 150 mesh, Setelah itu dibuat kurva antara % Fe
padatan yang lolos diayak lagi teradsorpsi dengan variasi berat
dengan ayakan berukuran 180 mesh. adsorben, dari kurva tersebut akan
Padatan yang tertahan pada ayakan didapatkan berat optimum.
kedua digunakan untuk penelitian
selanjutnya. Pengaruh lama kontak terhadap
adsorpsi logam Fe
Aktivasi Abu layang batubara Menyiapkan 5 larutan FeCl3 masing-
Abu layang hasil preparasi ditimbang masing sebanyak 100 ml dengan
10 gram dan dimasukkan kedalam konsentrasi optimum kemudian
gelas kimia dan ditambah 30 mL ditambahkan adsorben fly ash dengan
larutan H2SO4 dengan konsentrasi berat optimum kemudian diaduk
4M, 6M atau 8M. Campuran dengan kecepatan 100 rpm selama 15,
direndam selama 24 jam setelah itu 30, 45, 60 dan 75 menit. Selanjutnya
disaring dan dicuci dengan akuades larutan disaring dengan menggunakan
sampai pH 7. Abu layang yang telah kertas saring dan filtratnya diambil
dicuci kemudian dikeringkan dalam sebanyak 5 ml dan diencerkan pada
oven pada temperature 110oC selama 100 ml akuades dan dianalisa dengan
3 jam. AAS dengan panjang gelombang
248,3 nm. Setelah itu dibuat kurva
Karakterisasi fly ash antara % Fe teradsorpsi dengan waktu
Komposisi dari Abu layang batubara pengocokan , dari kurva tersebut akan
ditentukan dengan menggunakan X- didapatkan waktu pengocokan
Ray fluorescence spectrometer, optimum.
adanya gugus fungsi (situs aktif) pada Percobaan dengan sampel asli

107
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

Kondisi optimum yang sudah didapat Proses aktivasi secara kimia


selanjutnya dikondisikan terhadap menggunakan HCl dimaksudkan
sampel asli. 50 ml sampel asli untuk menghilangkan zat pengotor
ditambahkan adsorben fly ash dengan yang ada pada abu layang dengan ion
berat optimum setelah itu diatur H+. Hal ini disebabkan oleh semakin
dengan pH optimum kemudian besarnya jumlah ion H+ yang masuk
diaduk dengan kecepatan 100 rpm ke struktur abu layang maka semakin
selama waktu optimum. Selanjutnya besar pula jumlah zat pengotor dalam
larutan disaring dengan menggunakan abu layang yang tergantikan dengan
kertas saring dan filtratnya diambil ion H+ (H-Abu layang) sehingga abu
sebanyak 5 ml dianalisa dengan AAS layang mempunyai gugus aktif yang
dengan panjang gelombang 248,3 nm. mudah melepaskan proton yaitu
gugus asam Bronsted (Poerwadi, dkk,
Aktivasi abu layang menggunakan
1995). Peristiwa pergantian zat
HCl
pengotor (X) yang ada pada abu
Dalam penelitian ini sebelum abu layang dengan ion H+ akibat dari
layang batubara digunakan dalam aktivasi abu layang dengan HCl dapat
proses adsorpsi, abu layang batubara menyebabkan gugus asam Bronsted
diaktivasi terlebih dahulu (Gambar 5.1) (Nicolette R, 2005).
menggunakan asam klorida dengan
variasi konsentrasi yaitu 4M, 6M dan
8M.

Gambar 1. Proses aktivasi asam pada abu layang

Untuk mengetahui unsur pada abu aktivasi dan setelah aktivasi dengan
HCl 4M, 6M dan 8M ditunjukkan
layang dengan menggunakan
pada Tabel 5.1.
instrumen XRF. Hasil karakterisasi
dengan XRF abu layang sebelum
Tabel 1. Komposisi unsur abu layang hasil dari XRF
Persentase
No Unsur belum
HCl 4M HCl 6M HCl 8M
aktivasi
1 Fe 42,4 33,8 38,5 8,3
2 Ca 28,4 8,99 12,6 8,6
3 Si 16,5 47,8 34,4 50,75
4 Al 6,1 0,1 0,1 35,4
5 K 1,77 3,49 3,06 0
6 Ti 1,2 1,8 1,63 1,1

107
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

Berdasarkan data dalam


Berdasarkan data dala Tabel
Gambar 4.2. abu layang sebelum
4.1. kandungan Fe dalam abu layang
aktivasi memiliki perbedaan
sebelum diaktivasi masih tinggi yakni
morfologi permukaan dengan abu
42,4 % sedangkan kandungan Si
layang sesudah aktivasi HCl.
hanya 16,5 %. Setelah aktivasi HCl
Menurut penelitian Dede ( 2010 )
4M dan 6M unsur Si mulai meningkat
bahwa abu layang yang teraktivasi
yakni 47,8 % dan menurun lagi 34,4
dengan HCl 8M memiliki luas
% tetapi unsur Fe masih lebih tinggi
permukaan spesifik lebih besar
33,8% dan 38,5%. Setelah aktivasi
daripada abu layang tanpa perlakuan
HCl 8M unsur Si meningkat 50,75 %
aktivasi yaitu sebesar 16,1306 m2/g
sedangkan unsur Fe turun 8,3%. Hal
sedangkan abu layang tanpa aktivasi
ini dikarenakan adanya pergantian ion
hanya 4,3461 m2/g.
Fe2+ dengan ion H+ akibat aktivasi
abu layang dengan HCl menurut
reaksi seperti dalam Gambar 4.1.

a b

Gambar 2 Mikrograf SEM Abu layang (a) abu layang sebelum aktivasi (b) abu
layang setelah aktivasi ( = zat pengotor yang menutupi permukaan adsorben)
( = menunjukkan pori )

menutupi pori abu layang dan


Pada gambar 2 (a) terlihat
jumlah porinya terlihat lebih banyak
sebagian pori abu layang masih
serta diameter porinya juga lebih
tertutupi oleh zat pengotor sehingga
besar dibandingkan dengan pori-pori
jumlah porinya lebih sedikit
abu layang sebelum aktivasi.
dibandingkan jumlah pori setelah
diaktivasi serta menunjukkan Pengaruh Massa Adsorben
diameter pori abu layang sebelum terhadap Adsorpsi ion Fe2+
aktivasi (566 nm – 761 nm) Hasil penentuan pengaruh
dibandingkan dengan diameter pori massa adsorben terhadap adsorpsi ion
setelah diaktivasi dengan HCl (1,97 – Fe2+ dikembangkan dari metode yang
9,06 µm). dilakukan oleh Dede (2010),
Pada Gambar 2 (b) terlihat dilakukan pada konsentrasi adsorbat
permukaan abu layang setelah sebesar 20 ppm dengan waktu kontak
diaktivasi zat pengotor sudah tidak 30 menit, dan kecepatan pengocokan

107
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

100 rpm. Variasi massa adsorben Sedangkan pada massa 2,5 – 4 g


yang digunakan adalah 1,0; 1,5; 2,0; massa Fe teradsorpsi terjadi
2,5;3,0;3,5 dan 4,0 g. penurunan. Hasil penentuan pengaruh
massa adsorben terhadap massa Fe
Berdasarkan data dalam
teradsorpsi disajikan dalam Gambar
Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa
4.3.
massa Fe teradsorpsi meningkat
hingga penggunaan adsorben 2,5 g.

Gambar 3. Kurva pengaruh massa adsorben terhadap massa Fe teradsorpsi

Berdasarkan data dalam Gambar 3 Pengaruh Waktu Kontak terhadap


dapat diketahui bahwa massa Fe Adsorpsi ion Fe2+
teradsorpsi meningkat hingga Penentuan pengaruh waktu
penggunaan adsorben 2,5 g. kontak bertujuan untuk mengetahui
Sedangkan pada massa 2,5 – 4 g berapa lama waktu yang dibutuhkan
massa Fe teradsorpsi terjadi oleh adsorben untuk menyerap ion
penurunan. Penurunan massa Fe Fe2+ secara maksimum sampai
teradsorpsi disebabkan konsentrasi Fe tercapai keadaan setimbang. Kajian
yang terserap pada permukaan abu pengaruh lama kontak dilakukan
layang lebih besar dibandingkan dengan metode batch pada variasi
konsentrasi Fe yang tersisa dalam waktu kontak 15, 30, 45, 60, 75, 90
larutan. Perbedaan konsentrasi dan 105 menit. Penelitian dilakukan
tersebut menyebabkan ion Fe2+ yang pada konsentrasi adsorbat sebesar 20
sudah terikat pada abu layang akan ppm dengan massa adsorben 2,5 g
terdesorpsi kembali ke dalam larutan. dan kecepatan pengocokan 100 rpm.
Kondisi optimum adsorpsi tercapai
pada penggunaan massa adsorben 2,5 Hubungan antara lama kontak
g dengan massa teradsorpsi yaitu 0,83 dengan presentase adsorpsi Fe oleh
gram sehingga pada penelitian abu layang batubara ditunjukkan
selanjutnya digunakan massa pada Gambar 4.
adsorben 2,5 g.

107
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

Gambar 4. Kurva pengaruh lama kontak terhadap % adsorpsi

mampu mengadsorpsi ion Fe2+ lagi


Berdasarkan data dalam Gambar 4
sehingga ion Fe2+ yang sudah terikat
dapat dinyatakan waktu kontak 15
pada abu layang akan terdesorpsi
sampai 60 menit terjadi peningkatan
kembali ke dalam larutan. Waktu
persen adsorpsi yang cukup besar.
kontak optimum tercapai pada menit
Hal ini karena semakin lama waktu
60 dengan persen adsorpsi sebesar
kontak mengakibatkan interaksi
70,3 % sehingga penelitian
antara abu layang dengan ion Fe2+
selanjutnya digunakan waktu kontak
semakin besar sehingga semakin
60 menit.
banyak ion Fe2+ yang teradsorpsi oleh
abu layang melalui reaksi pertukaran
ion dengan ion H+ dalam situs aktif
Percobaan dengan air tanah
abu layang.
Setelah diperoleh kondisi
Penurunan persentase ion Fe2+ optimum adsorpsi ion Fe2+ pada
teradsorpsi terjadi pada menit 60 ke sampel larutan sintesis (artifisial)
105 hal ini karena semakin selanjutnya dilakukan pada sampel air
banyaknya ion Fe2+ yang terserap tanah. Sampel air tanah berasal dari
dalam abu layang maka akan saling Kelurahan Lamaru, Balikpapan
berjejal dan luas permukaan adsorben dimana lokasi pengambilan sampel
semakin berkurang yang air tanah dapat dilihat pada Gambar 5
menyebabkan abu layang tidak

Gambar 5 Lokasi pengambilan air tanah

107
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

analisis komposisi Fe yang


Dari gambar 5. sampel air
terkandung didalamnya menggunakan
tanah diambil pada empat lokasi di
AAS. Hasil analisa disajikan dalam
Kelurahan Lamaru dimana sampel
Tabel 2
tersebut terlebih dahulu dilakukan

Tabel 2. Kandungan konsentrasi Fe sampel air tanah sebelum adsorpsi dan setelah
adsorpsi di berbagai lokasi

Konsentrasi Fe Konsentrasi Jumlah


(ppm) Fe (ppm) % massa Fe2+
Lokasi teradsorpsi
sebelum setelah Adsorpsi
adsorpsi adsorpsi (mg/g)
GL:1o11’25.64”S
1,9718 0,1898 90,21 0,0350
GB:116o59’37.49”T
GL:1o11’24.49”S
2,1237 0,2277 89,1 0,0372
GB:116o59’38.17”T
GL:1o11’28.00”S
2,5305 0.2729 89,03 0,0443
GB:116o59’39.92”T
GL:1o11’28.16”S
2,4045 0,2607 89,34 0,0421
GB:116o59’38.46”T

Data pada Tabel 4.2. 4. Kesimpulan


Berdasarkan hasil penelitian dapat
menyatakan abu layang sebagai
disimpulkan :
adsorben dalam kondisi optimum
1. Aktivasi adsorben abu layang
yaitu massa 2,5 gram, lama kontak 60
menggunakan HCl sangat
menit dengan kecepatan pengadukan
berpengaruh terhadap
100 rpm mampu mengadsorpsi ion
karakteristik adsorben abu layang
Fe2+ pada sampel air tanah rata-rata
dengan meningkatnya persentase
sebesar 96,34 %.
Si 50,75%.
Konsentrasi Fe2+ setelah 2. Kondisi optimum adsorpsi ion
diadsorpsi oleh adsorben abu layang Fe2+ menggunakan adsorben abu
diperoleh rata-rata 0,0396 ppm, hal layang diperoleh massa adsorben
ini telah sesuai dengan permenkes sebesar 2,5 gram, lama kontak
no.416 Th 1999 kadar Fe untuk baku pada waktu 60 menit,
air minum Golongan A di bawah 0,3 3. Adsorpsi ion ion Fe2+ pada
mg/L dengan jumlah ion Fe2+ sampel air tanah rata-rata sebesar
teradsorpsi rata-rata 0,0396mg/g. 89,34% dengan kapasitas
Artinya air sumur dapat digunakan adsorpsi rata-rata 0,0396 mg/g
sebagai bahan baku air minum setelah menyebabkan air sumur dapat
diproses menggunakan adsorben abu digunakan sebagai baku air
layang batu bara minum.

107
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

5. Saran Equilibrium, Kinetics and


Perlu dilakukan penelitian lebih Thermodynamics of Methylene
lanjut mengenai aktivasi dengan Blue from Aqueous Solutions Using
senyawa lain sehingga adsorben abu Biopolymer Oak Sawdust
layang dapat mengadsorpsi logam Composite”, Journal of American
berat dengan maksimal. Science.
Flanigen,EM, Khatami, H.,
6. Daftar Pustaka Szymanski, H.A. 1971, Infrared
Alaerts, G. dan Sri Santika Sumestri, Structural Studies of Zeolite
1987, “Metode Penelitian Air”. Framework, Molecular Sieves
Surabaya: Usaha Nasional, Zeolite-1, American Society
Balkus,K.J.J and Kieu, T.L, 1991 Advanced in Chemistry Series No.
“The Preparation and 102, 201-227,.
Characterization of an X-type Gatima, Chien Jung Lien.
Zeolite”, J.Chem, Ed.,68 (10), 875- 2005,”Assessment of pulverized fly
877 ash as an ameliorant of lead
Basta, N.T., and Tabatabai, M.A. contaminated soils. Journal School
1992, “Effect of Cropping of Biological Sciences,” Plant and
Systems on Adsorption of Metal Soil Science, University of Aberden.
by Soil”, edisi ke 2, J. Soil Sci, Gretchen K. Hoffman, 2000, “Uses of
USA. fly ash from New Mexico
Castelan, G.W., 1983 “Physical Coals”,New Mexico Geology,ISSN
Chemistry” London: Addison 0196-948X, Vol 22, No 2,
Wesley Publishing Company,. Hamdan, H, 1992, Introduction to
Chien Jung, L., Juu-En, Ch. and Zeolites Syntesis, Characterization
Ming-Chun, L. 1999, “Application and Modification, First Edition,
of fly ashes in the removal of metal University teknologi Malaysia, Kuala
ions from wastewater”. Paper Lumpur,
presented at the R’99 Congress Jumaeri. 1995.”Studi tentang
(recovery, recycling, Re-integration). Pemanfaatan Abu Layang Sebagai
World Congress, Geneva,. Adsorben Zat Warna dalam
Danielyn , 2009, “Analisa kualitas Larutan Air”.Tesis, Universitas
air bersih di Balikpapan,” Gajah Mada:Yogyakarta.
Balikpapan. Jumaeri, W.Astuti, 2007, “Preparasi
Darmono, 1995,”Logam Dalam dan karakterisasi zeolit dari abu
Sistem Biologi Makhluk Hidup”.UI layang batubara secara alkali
Press:Jakarta. hidrotermal,” Jurnal Reaktor, Vol 11
Day, R. A. and A. L. Underwood. No.1, Juni, hal:38-44
2002,”Analisis Kimia Kuantitatif “ Karthikeyan, G., Anbalagan, K.,
Edisi Keenam. Jakarta. Penerbit Andal, N.M., 2004, Adsorption
Erlangga. Hal 394, 396-404,. Dynamics and equilibrium Studies
Eaton, Andrew. Et.al. 2005, of Zn(II) onto Chitosan. Indian J.
Standard Methods for Examination Chem . Sci.,116, 2, pp. 119-127
of Water and Wastewater. 21st Khopkar, S. M. 1990, ”Konsep
Edition. Marryland – USA : Dasar Kimia Analitik”.Jakarta.
American Public Health Association,. Penerbit Universitas Indonesia. Hal.
El-latif, M.M.A., Amal M. Ibrahim, 216 -217,
M.F. El-Kady,2010, “Adsorption

107
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU NO. 2 VOL. 3 OKTOBER ISSN 2338 - 6649

Mattigold S.V., C.C. Ainsworth, L.E. Cor”, Jurnal Teknologi Mineral dan
Eary and D. Rai, 1990,“Geochemical Batubara, 36 (14), pp. 1-8.
factors controlling the mobilization Moret, A and J. Rubio, 2005, Sulphat
of inorganic constituents from fossil Ions Uptake by Chitin-Based
fuel combustion residues”:I. Review Shrimp Wasted Shells ,
of the major elements. J. Environ. Departamento de Engenhari a de
Qual.19:188-201. Minas-Laboratorio de Technologia
Muchtar Aziz, 2006,“Karakterisasi Minerale Ambiental-Universidade
Abu Terbang PLTU Suralaya dan Federal do Rio Grande do Sul, Av.
Evaluasinya untuk Refraktori Osvaldo Aranha 99/512,.

107

You might also like