You are on page 1of 6

Indo. J. Chem. Sci.

3 (2) (2014)
Indonesian Journal of Chemical Science
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs

SINTESIS BIOMASSA BULU AYAM TERAKTIVASI NaOH/Na2SO3 APLIKASINYA


PENURUN KADAR TEMBAGA LIMBAH ELEKTROPLATING

Fahrizal Nor*), Wisnu Sunarto dan Agung Tri Prasetya


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Bulu ayam merupakan limbah yang dapat dimanfaatkan keberadaannya karena
Diterima Mei 2014 adanya kandungan keratin. Penelitian ini dilakukan karena ion logam tembaga
Disetujui Juni 2014 bersifat karsinogenik sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan serta bertujuan
Dipublikasikan Agustus 2014 untuk mengetahui bahwa adsorben bulu ayam yang diaktivasi dengan
menggunakan NaOH/Na2SO3 dapat digunakan untuk menurunkan kadar ion
logam tembaga, mengetahui kapasitas adsorpsinya serta mengetahui pengaruh
Kata kunci:
pH, konsentrasi tembaga, massa adsorben dan waktu kontak terhadap jumlah
tembaga
tembaga yang terserap. Variasi pH dilakukan pada 3, 5, 7, 9 dan diperoleh hasil
bulu ayam
pada kondisi pH optimum 5 dengan massa adsorben 0,5 gram yang divariasi dari
adsorpsi
0,1; 0,3; 0,5 dan 0,7 g dengan waktu kontak 80 menit. Kapasitas adsorpsi bulu
desorpsi
ayam dalam menyerap ion logam tembaga adalah 38,43 mg/g pada kondisi
optimum. Konsentrasi awal limbah setelah dianalisis dengan SSA sebesar 2384,1
ppm. Setelah diadsorpsi menunjukkan hasil konsentrasi akhir logam tembaga
sebesar 95,48 ppm dengan prosentase hasil adsorpsi sebesar 95%. Bulu ayam
yang telah digunakan didesorpsi dengan melarutkannya dalam larutan HCl.
Prosentase tembaga hasil desorpsi sebesar 98%.

Abstract

Chicken feathers is a waste that can be utilized existence becauseit contains


keratin. This study was conducted because copper ions are carcinogenic metals
making it very dangerous for healt hand aims to find out that the adsorbents are
activated with a chicken feathers using NaOH/Na2SO3 can be used to reduce
levels of copper metalions, adsorption capacity to know and to know the effect of
pH, copper concentration, mass adsorbent and contact time the amount of
copper that is absorbed. ph variation performed at pH 3, 5, 7, 9 and obtained
optimum results at pH 5 to 0.5 g of the adsorbent mass varied from 0.1, 0.3, 0.5
and 0.7 g with a contact time of 80 minute. Chicken feathers adsorption capacity
to absorb metalions of copper is 38.43 mg/g at optimum conditions. Initial
concentration of the waste when analyzed by AAS is 2384.1 ppm. After adsorbed
the results of the final concentration of copper equal to 95.48 ppm with a
percentage of 95% adsorption results. The chicken feathers that have been used in
desorption with dissolving it in a solution of HCl. The percentage of copper
desorption results by 98%.

© 2014 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
E-mail: fachry.rizal27@yahoo.com ISSN NO 2252-6951
F Nor / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (2) (2014)
Pendahuluan selama 15 menit, kemudian disaring dengan
Kehidupan masyarakat modern saat ini menggunakan corong buchner. Residu yang
tidak bisa terlepas dari benda-benda yang dibuat didapat dikeringkan dengan oven pada suhu
dengan proses elektroplating (Purwanto dan 40oC sampai berat konstan sehingga biomassa
Huda; 2005). Seiring dengan meningkatnya siap digunakan.
kemajuan teknologi dan berkembangnya kegiat- Biomassa diambil sebanyak 35 g dan
an industri, kegiatan elektroplating selain meng- diaktivasi dengan cara direndam dengan NaOH
hasilkan produk yang berguna juga menghasil- 5% sebanyak 50 mL, distirer selama 20 menit
kan limbah padat dan cair serta emisi gas. dan direndam kembali dengan Na2SO3 0,1 N
Bahan pencemar dalam limbah cair elektro- sebanyak 50 mL, distirer selama 20 menit.
plating yang sering menjadi perhatian adalah Kemudian, disaring menggunakan corong buch­
ion-ion logam berat karena selain sifat toksik ner. Residu yang didapat dikeringkan dengan
dari ion-ion tersebut meskipun berada pada oven pada suhu 50oC sehingga diperoleh bio-
konsentrasi yang rendah (ppm) juga dapat massa bulu ayam teraktivasi yang siap diguna-
bersifat bioakumulasi dalam siklus rantai kan. Karakteristik biomassa ini dilakukan
makanan (Sharma dan Weng; 2007) dan umum- menggunakan FT-IR (Ketaren; 1986).
nya sebagai polutan utama bagi lingkungan.
Optimasi penyerapan ion logam tembaga
Adsorpsi merupakan metode yang paling oleh biomassa bulu ayam teraktivasi. Lima
banyak digunakan dalam limbah elektroplating puluh mL larutan tembaga 250 ppm diatur
karena metode ini aman, tidak memberikan efek keasamannya pada pH 3, 5, 7, dan 9 dengan
samping yang membahayakan kesehatan, tidak menambahkan larutan HCl 0,1 M atau NaOH
memerlukan peralatan yang rumit dan mahal, 0,1 M kemudian masukkan 0,5 g bulu ayam dan
mudah pengerjaannya dan dapat di daur ulang diaduk di atas magnetic stirrer selama 30 menit.
(Erdawati; 2008). Larutan disaring, kemudian larutan dianalisis
Adsorpsi ion logam oleh bahan berserat dengan SSA pada  324,8 nm.
misalnya keratin dapat ditingkatkan dengan Biomassa bulu ayam ditimbang 0,1; 0,3;
mengolah bahan-bahan tersebut dengan suatu 0,5; dan 0,7 g kemudian dimasukkan dalam 50
bahan kimia tertentu, misal aktivasi kimia mL larutan tembaga 250 ppm dengan pH
menggunakan larutan alkali (Kulkarni dan optimum hasil penentuan pH optimum adsorpsi
Rane; 1980). Kemungkinan penggunaan bahan- dan diaduk dengan magnetic stirrer selama 30
bahan berserat seperti keratin sebagai biosorben menit. Larutan disaring, kemudian larutan
baru yang murah dan sederhana pembuatannya dianalisis dengan SSA pada  324,8 nm.
dapat kita temukan dalam bulu ayam.
Menyiapkan 50 mL larutan tembaga
Berdasarkan latar belakang masalah di dengan variasi konsentrasi 100, 200, 300, 400
atas, penulis melakukan penelitian tentang dan 500 ppm, dengan pH optimum hasil
adsorpsi logam tembaga pada limbah elektro- penentuan pH optimum adsorpsi, dan masuk-
plating dengan bulu ayam yang diaktivasi kan biomassa bulu ayam sebesar massa
dengan menggunakan NaOH/Na2SO3. optimum hasil penentuan massa adsorben
Metode Penelitian optimum adsorpsi ke dalam masing-masing
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian larutan kemudian diaduk dengan magnetic stirrer
ini adalah: neraca analitik AND GR­200, selama 30 menit. Larutan disaring, kemudian
magnetic stirrer, oven Precision GCA Corp, SSA larutan dianalisis dengan SSA pada  324,8 nm.
model Analyst 100 buatan Perkin Elmer, Biomassa bulu ayam ditimbang sesuai
Spektrometer FT-IR Shimadzu­8201PC. Bahan- dengan massa optimum hasil penentuan massa
bahan yang digunakan dalam penelitian ini adsorben optimum adsorpsi kemudian dimasuk-
adalah bulu ayam broiler, aquademineralata kan dalam 50 mL larutan tembaga dengan
serta bahan kimia NaOH, Na2SO3, HNO3, HCl, konsentrasi optimum hasil Penentuan konsen-
dietil eter, Cu(NO3)2.3H2O dengan grade pro trasi tembaga optimum adsorpsi, pada pH
analyst buatan Merck. optimum hasil Penentuan pH optimum adsorpsi
Bulu ayam broiler dicuci dengan air dan kemudian diaduk dengan magnetic stirrer dengan
detergen beberapa kali, kemudian dijemur variasi waktu 20, 40, 60, 80, 100, dan 120
sampai kering sehingga hilang baunya. Setelah menit. Larutan disaring, kemudian larutan
kering, bulu ayam tersebut dipotong 0,5 cm, dianalisis dengan SSA pada  324,8 nm.
selanjutnya dicuci/direndam dengan dietil eter Biomassa bulu ayam ditimbang 0,3 g

120
F Nor / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (2) (2014)

kemudian dimasukkan dalam 50 mL larutan Sebelum digunakan sebagai adsorben, bulu


tembaga dengan variasi konsentrasi 200, 250 ayam dicuci bersih untuk menghilangkan
dan 300 ppm, diaduk dan didiamkan selama kotoran yang melekat. Bulu ayam dipotong
semalam, larutan disaring dan dianalisis dengan kecil-kecil untuk memperbesar luas permukaan
SSA. Kemudian dihitung kapasitas adsorpsinya. adsorben. Semakin luas permukaan adsorben
Penentuan konsentrasi Cu dalam sampel semakin besar juga penyerapannya. Bulu ayam
air limbah elektroplating. Sampel air limbah yang sudah halus direndam dengan dietil eter
elektroplating disaring kemudian diawetkan untuk menghilangkan lapisan lilin yang melekat
dengan menambahkan HNO3 pekat sampai pH pada permukaan bulu ayam. Adanya lapisan
kurang dari 2 kemudian dianalisis dengan SSA lilin ini dapat menghalangi penyerapan ion
untuk mengetahui konsentrasi awal limbah. logam tembaga pada bulu ayam. Bulu ayam
yang sudah direndam dengan dietil eter disaring
Bulu ayam sebanyak massa optimum
dan dikeringkan. Bulu ayam yang sudah kering
dimasukkan dalam 50 mL sampel yang telah
kemudian diaktivasi dengan menggunakan
diketahui kadarnya pada preparasi sampel air
larutan NaOH dan Na2SO3 untuk mengaktifkan
limbah elektroplating, konsentrasi dan pH
gugus protein pada bulu ayam, yaitu -keratin
diatur pada kondisi yang memberikan serapan
yang mengandung sistein sehingga dapat
optimum, kemudian diaduk sampai batas waktu
menyerap lebih optimal kemudian disaring dan
optimum. Larutan disaring dan tepatkan dalam
dikeringkan. Bulu ayam dianalisa dengan
labu ukur 50 mL, lalu dianalisis dengan SSA.
menggunakan FT-IR untuk mengetahui gugus
Desorpsi larutan tembaga. Residu hasil fungsinya (Gambar 1).
penyaringan pada penentuan konsentrasi akhir
dari Cu dalam sampel dicuci dengan HCl 4 N
kemudian diaduk dengan magnetic stirrer pada
waktu penyerapan optimum, disaring dan
filtratnya ditepatkan sesuai dengan volume
awal, kemudian dianalisis dengan SSA.
Hasil dan Pembahasan
Sampel yang digunakan dalam penelitian
Gambar 1. Gugus fungsi keratin
ini adalah limbah industri elektroplating yang
Dari hasil spektra tersebut dapat dilihat
mengandung tembaga. Berikut ini adalah
bahwa struktur atau komponen menunjukkan
karakteristik limbah cair pada industri elektro-
karakteristik daerah serapan untuk ikatan
plating.
peptida. (-CONH-), dimana vibrasi pada ikatan
Tabel 1. Karakteristik cair tembaga yang di-
gunakan dalam penelitian tersebut dikenal sebagai daerah serapan amida I-
III. Daerah serapan amida I menunjukkan
adanya vibrasi stretching gugus C=O yang
muncul pada bilangan gelombang 1700-1600
cm-1 (Sun, et al.; 2009). Pada biomassa bulu
ayam daerah ini muncul pada bilangan
gelombang 1639 cm-1. Daerah serapan amida II
yang muncul pada bilangan gelombang antara
Adsorpsi merupakan suatu peristiwa pe- 1560-1335 cm-1 berasal dari vibrasi bending N-H
nyerapan molekul-molekul dari suatu senyawa dan stretching C-H, dimana pada bulu ayam
oleh permukaan zat padat. Dalam penelitian ini muncul pada 1539 cm-1.
digunakan adsorben bulu ayam karena bulu Untuk daerah serapan amida III muncul
ayam tersusun dari 80% protein kasar dan pada bilangan gelombang sekitar 1240 cm-1
-keratin yang mengandung protein serat. merupakan daerah yang dihasilkan dari
Protein serat ini kaya akan sulfur dan sistein. kombinasi vibrasi stretching C-N dan bending
Sistein merupakan asam amino yang mengan- sebidang N-H, dengan beberapa pengaruh dari
dung gugus fungsional berupa karboksilat, vibrasi stretching C-C dan bending C=O (Sun, et
amina dan rantai samping sulfihidril yang al.; 2009). Hasil spektra sesuai dengan gugus
diyakini dapat memberikan sifat polielektrolit fungsi dari keratin karena menunjukkan serapan
sehingga dapat berperan sebagai penukar ion gugus C-H, C-O, N-H2.
yang dapat dimanfaatkan sebagai adsorben Proses adsorpsi dipengaruhi oleh pH
terhadap logam berat dari perairan.
121
F Nor / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (2) (2014)

karena pH dapat mempengaruhi gugus-gugus untuk mengetahui kondisi optimal bulu ayam
fungsional dari dinding biomassa yang berperan dapat bekerja dengan melakukan variasi massa.
aktif dalam proses penyerapan logam berat. Dikatakan sebelumnya bahwa salah satu yang
Selain itu, pH juga berpengaruh pada kelarutan mempengaruhi proses adsorpsi adalah banyak
ion logam dalam larutan, sehingga pH merupa- sedikitnya massa adsorben yang digunakan
kan parameter yang penting dalam adsorpsi ion pada proses adsorpsi.
logam dalam larutan. Penentuan pH optimum
dilakukan untuk mengetahui pH interaksi
dimana adsorben menyerap logam berat secara
optimal.

Gambar 3. Hubungan antara massa adsorben


dan jumlah tembaga yang terserap
Semakin besar massa adsorben akan
meningkatkan jumlah tembaga yang terserap.
Gambar 2. Hubungan pH dan jumlah tembaga Sebanyak 0,1 g adsorben mampu menyerap
yang terserap tembaga sebesar 229,672 ppm dan 0,3 g
Pada pH 3, didapatkan prosentase serapan adsorben mampu menyerap tembaga sebesar
tembaga yang paling kecil yaitu sebesar 93% 231,148 ppm sedangkan untuk 0,5 g adsorben
dikarenakan pada proses pembentukan kom- mampu menyerap tembaga sebesar 139,016
pleks biomassa (sistein) dengan ion logam ppm dan cenderung konstan pada 0,7 g. Namun
umumnya disertai dengan pelepasan ion semakin besar massa adsorben kapasitas adsorp-
hidrogen (proton). Jika pH larutan rendah sinya akan semakin menurun. Hal ini dikarena-
(asam) maka logam lebih cenderung larut, kan konsentrasi tembaga yang digunakan sama
sehingga menyebabkan pengurangan kemampu- yaitu 250 ppm sedangkan massa adsorben yang
an gugus aktif biomassa dalam mengikat ion digunakan semakin besar.
logam. Konsentrasi ion logam yang diserap ber-
Pada pH diatas 3, tembaga membentuk hubungan dengan jumlah sisi aktif yang
spesi Cu2+ dan Cu(OH)+, yang selanjutnya terdapat pada permukaan adsorben, jika jumlah
dengan semakin meningkatnya nilai pH akan sisi aktif pada adsorben lebih besar dari jumlah
meningkatkan ionisasi rantai samping sistein ion logam yang akan diserap maka efesiensi
yang berupa thiol (-SH) sehingga semakin penyerapan akan tinggi. Namum pada kondisi
meningkatkan tarikannya dengan ion tembaga tertentu efesiensi penyerapan akan konstan
yang bermuatan positif. Hal ini mengakibatkan karena telah terjadi kejenuhan pada adsorben.
semakin meningkatkan penyerapan terhadap
tembaga. Pada penelitian ini, pH 5 sebagai pH
yang memberikan hasil penyerapan optimum
yaitu sebesar 98%.
Sedangkan pada pH diatas 5, terjadi
penurunan terhadap penyerapan logam tembaga
oleh biomassa bulu ayam yaitu pada pH 7
sebesar 96% dan pada pH 9 sebesar 95% karena
pada pH diatas 5 mulai terjadi pengendapan
dari ion tembaga membentuk Cu(OH)2 sehingga Gambar 4. Hubungan antara konsentrasi awal
dan jumlah tembaga yang terserap
menghalangi terjadinya penyerapan tembaga
Dari Gambar 4. diatas dapat dilihat bahwa
oleh biomassa. Hal ini dikarenakan penambah-
kecepatan naiknya konsentrasi tembaga terserap
an NaOH berlebih untuk menaikkan pH
dan daya serap paling besar adalah pada awal
menjadi 7 dan 9 menyebabkan terjadinya reaksi
penyerapan yaitu pada 100 ppm dengan konsen-
antara OH- dengan Cu2+ menjadi Cu(OH)2
trasi tembaga terserap 87,5 ppm hingga
sehingga sebelum diserap oleh biomassa, logam
konsentrasi 300 ppm sebanyak 225 ppm.
tembaga sudah bereaksi terlebih dahulu dengan
Sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi
gugus -OH.
penyerapan konstan hingga pada konsentrasi
Penentuan massa adsorben dilakukan
122
F Nor / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (2) (2014)

500 ppm. Hal ini terjadi karena pada awal sebabkan semakin lama waktu kontak dapat
penyerapan, permukaan adsorben masih belum mengakibatkan desorpsi, yaitu lepasnya ion
terlalu banyak berikatan dengan tembaga logam tembaga yang sudah terikat pada gugus
sehingga proses penyerapan berlangsung kurang aktif adsorben.
efektif. Pada konsentrasi 400 ppm hingga 500 Kapasitas adsorpsi adalah kemampuan
ppm konsentrasi konstan yaitu 212,5 ppm. Pada suatu adsorben dalam menyerap adsorbat
keadaan ini, kapasitas adsorpsi permukaan bio- dengan jumlah tertentu. Kapasitas adsorpsi bulu
massa telah jenuh telah tercapai kesetimbangan ayam terhadap ion logam tembaga sebesar 38,43
antara konsentrasi tembaga dalam biomassa mg/g, konsentrasi yang digunakan sebesar 200,
dengan lingkungannya sehingga penyerapan 250 dan 300 ppm. Dalam proses ini larutan
pada konsentrasi diatas 300 ppm menjadi tembaga dikontakkan dengan adsorben dan
konstan atau hampir sama. diaduk menggunakan pengaduk magnet selama
Waktu kesetimbangan adsorpsi perlu di- 30 menit. Sebelum dianalisis larutan didiamkan
tentukan untuk mencapai adsorpsi optimum selama semalam agar penyerapannya lebih
adsorbat pada permukaan adsorben. Waktu maksimal.
kontak merupakan waktu yang dibutuhkan bio- Biomassa bulu ayam yang telah diaktivasi
massa bulu ayam untuk menyerap logam tem- dan telah diketahui kondisi optimumnya akan
baga. Waktu kontak yang lebih lama memung- digunakan untuk menurunkan kadar ion logam
kinkan proses difusi dan penempelan molekul tembaga dalam limbah industri elektroplating.
adsorbat berlangsung lebih baik. Waktu kontak Kadar logam tembaga dalam sampel sebelum
untuk mencapai keadaan setimbang pada proses dilakukan proses adsorpsi adalah sebesar 2384,1
serapan logam oleh adsorben berkisar antara ppm. Pada penyerapan sampel limbah ini
beberapa menit hingga beberapa jam (Bernas- digunakan massa adsorben optimum untuk
coni, et al.; 1995). mengadsorpsi logam tembaga yang ada dalam
sampel. Sampel kemudian diaduk dengan
pengaduk magnet selama waktu optimum.
Setelah diaduk sampel disaring dan filtratnya
dianalisis dengan SSA. Dari hasil analisis
menunjukkan bahwa logam tembaga yang
terdapat pada sampel 95,48 ppm. Berikut adalah
tabel hasil adsorpsi tembaga dalam sampel
limbah oleh biomassa bulu ayam.
Tabel 2. Hasil adsorpsi tembaga dalam sampel
Gambar 5. Hubungan antara waktu kontak dan limbah oleh biomassa bulu ayam
konsentrasi tembaga yang terserap
Pada waktu kontak 20 menit konsentrasi
tembaga yang terserap sebesar 271,525 ppm.
Pada menit ke-40 konsentrasi tembaga yang
terserap naik menjadi 288,305 ppm dan pada
menit ke-60 dan ke-80 naik lagi menjadi 288,475
ppm dan 290,678 ppm. Sedangkan pada waktu Desorpsi larutan tembaga dalam adsorben
kontak diatas 80 menit konsentrasi tembaga dilakukan untuk mengetahui apakah adsorben
menurun dan cenderung konstan sampai menit dapat diregenerasi atau tidak, sehingga adsorben
ke-120. Menurunnya konsentrasi ini karena dapat digunakan lagi untuk melakukan adsorp-
pada keadaan ini, kapasitas adsorpsi permukaan si. Desorpsi dapat dilakukan dengan mengon-
biomassa telah jenuh dan telah tercapai takkan adsorben yang telah digunakan dengan
kesetimbangan antara konsentrasi tembaga da- larutan yang dikenal dengan agen desorpsi.
lam biomassa dengan lingkungannya sehingga Dalam penelitian ini digunakan HCl sebagai
penyerapan pada waktu kontak diatas 80 menit agen desorpsi. Adsorben bulu ayam yang telah
cenderung konstan atau hampir sama. digunakan untuk menyerap limbah tembaga
Semakin lama waktu kontak antara ion dikontakkan dengan HCl, kemudian diaduk
logam tembaga dan adsorben bulu ayam me- dengan pengaduk magnet selama waktu opti-
mungkinkan terjadinya peningkatan penyerapan mum. Kemudian larutan disaring dan filtratnya
ion logam, namun jika terlalu lama dapat dianalisis dengan SSA untuk mengetahui
menurunkan tingkat penyerapan. Hal ini di- banyaknya ion logam, yang terdesorpsi.

123
F Nor / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (2) (2014)

Larutan HCl digunakan sebagai agen tinggi nilai pH kemampuan adsorben dalam
desorpsi karena pada medium asam, gugus menyerap tembaga semakin menurun, namun
sulfhidril pada adsorben terprotonasi dan tidak jika pH terlalu rendah konsentrasi tembaga yang
menarik ion logam yang bermuatan positif, terserap semakin berkurang. Bertambahnya
sehingga terjadi pelepasan ion-ion logam ke massa adsorben dan konsentrasi awal tembaga
dalam larutan atau agen desorpsi. akan meningkatkan konsentrasi tembaga yang
Berdasarkan hasil analisis didapatkan terserap. Namun pada konsentrasi yang ber-
tembaga sebesar 2259,9 ppm atau sebesar 98%. lebih, jumlah tembaga yang terserap cenderung
dalam desorpsi ini tidak semua ion logam stabil karena adsorben sudah jenuh. Semakin
tembaga yang terserap dapat dilepaskan dari lama waktu kontak memungkinkan terjadinya
adsorben, masih ada ion logam tembaga yang peningkatan penyerapan. Namun jika terlalu
terikat pada adsorben. Ini mungkin disebabkan lama dapat mengakibatkan desorpsi.
karena ikatn antara logam tembaga dan Daftar Pustaka
adsorben cukup kuat. Berikut adalah tabel hasil Bernasconi, G. H. Gerster, H. Hawster, H.
analisis desorpsi tembaga. Stauble dan E. Schneiter. 1995. Teknologi
Kimia bagian 2. (Alih bahasa: Lienda
Tabel 3. Hasil analisis desorpsi tembaga Handojo). Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Erdawati. 2008. Kapasitas Adsorpsi Kitosan dan
Nanomagnetik Kitosan terhadap Ion Ni(II).
Prossiding. Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Universitas Lampung
Ketaren. 1986. Lemak dan Minyak Pangan. UI-
press. Jakarta
Simpulan Kulkarni M.W. dan Rane V.C. 1980. Studies in
Adsorben biomassa bulu ayam teraktivasi Treatment of Liquid Effluent from Chlor-
NaOH/Na2SO3 dapat digunakan untuk me- Alkali Industry. Chem. Age. 31: 99-503
nurunkan kadar ion logam berat tembaga dalam Purwanto dan Huda S. 2005. Teknologi Industri
Elektroplating. Badan Penerbit Universitas
limbah elektroplating. Hasil analisis limbah Diponegoro. Semarang
elektroplating dengan konsentrasi awal tembaga
Sharma Y.C. dan Weng C.H. 2007. Removal of
rata-rata sebesar 2384,1 ppm, konsentrasi Chromium(VI) from Aqueous Solution by
terserap rata-rata sebesar 2288,62 ppm dan Activated Carbons: Kinetic and Equili-
konsentrasi akhir tembaga rata-rata sebesar brium Studies. Journal of Hazardous Mate­
95,48 ppm dengan prosentase teradsorpsi rials: 142: 449-454
sebesar 95% dan prosentase desorpsi sebesar Sun P., Liu Z.T dan Liu Z.W. 2009. Particles
98%. Kapasitas adsorpsi optimal dari bulu ayam from Bird Feather: A Novel Application of
an Ionic Liquid and Waste Resource.
teraktivasi NaOH/Na2SO3 dalam menyerap ion Journal of Hazardous Materials. 170: 786-790
logam tembaga sebesar 38,43 mg/g. Semakin

124

You might also like