Professional Documents
Culture Documents
Suwandi Et Al PDF
Suwandi Et Al PDF
Abstract
The application of guava Psidium guajava var. pomifera leaf extract was studied on Nile tilapia (Oreochromis
niloticus) to lowering metabolites excretion during transportation. The extract was added to a transportation
medium with concentration 0%, 0.25%, 0.50%, and 0.75% (v/v). Quality parameters of the medium were evaluated
every 30 min within 2 hours of simulated transportation. Blood glucose level of the fish was measured before and
after simulation. The addition of P. guajava leaf extract reduced metabolites excretion during transportation.
Blood glucose levels of the fish transported in 0.25 and 0.5% leaf extract were higher than control (0%), but
lower in 0.75%. The best concentration of extract for Nile tilapia’s transportation was 0.25%. This extract reduced
fish metabolite excretion and maintained conditions of transport media better compared with control and other
treatments.
Keywords: antimetabolite, Oreochromis niloticus, Psidium guajava var. pomifera, transportation, water quality
Abstrak
Pemanfaatan ekstrak daun jambu Psidium guajava var. pomifera untuk menurunkan ekskresi metabolit ikan
nila (Oreochromis niloticus) dipelajari pada penelitian ini. Ekstrak daun dengan konsentrasi 0%; 0,25%; 0,50%;
dan 0,75% (v/v) ditambahkan ke dalam media transportasi ikan nila. Parameter kualitas air dievaluasi setiap
30 menit selama 2 jam simulasi transportasi. Kadar glukosa darah ikan dihitung sebelum dan setelah simulasi.
Penambahan ekstrak daun jambu mampu menurunkan ekskresi metabolit yang ditandai dengan rendahnya
kandungan karbondioksida dan amonia pada media transportasi. Kadar glukosa ikan yang ditransportasikan
dalam media yang mengandung 0,25 dan 0,5% ekstrak daun jambu lebih tinggi dibandingkan kontrol (0%),
namun kadar glukosa ikan pada media 0,75% lebih rendah dibandingkan kontrol. Konsentrasi terbaik untuk
aplikasi transportasi ikan nila adalah konsentrasi 0,25%. Pada dosis tersebut dapat mereduksi tingkat metabolit
ikan dan tidak mengakibatkan stres yang dominan dengan sedikit perubahan kadar glukosa darah yang relatif
rendah serta dapat mempertahankan kondisi media angkut lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan
perlakuan lainnya.
Kata kunci: antimetabolit, kualitas air, Oreochromis niloticus, Psidium guajava var. pomifera, transportasi
ekstrak daun jambu biji daging buah putih Erlenmeyer, aerator, tes kit glukosa darah
(Psidium guajava var. pyrifera) ke dalam (Gluco DR), turbidimeter (Hach), dan
media transportasi ikan nila dengan tujuan spektrofotometer (Optima SP-300).
mereduksi metabolit ikan selama transportasi.
Konsentrasi 1% ekstrak daun jambu biji daging Metode Penelitian
buah putih mampu secara optimal mereduksi Penentuan LC 50 Ekstrak Daun Jambu
metabolit ikan nila selama 2 jam transportasi P. guajava
(Suwandi et al. 2012), namun penggunaan Metode yang digunakan untuk pembuatan
ekstrak daun jambu biji daging buah putih ekstrak daun jambu P. guajava adalah
sebanyak 1% masih dinilai kurang efisien. metode maserasi menurut prosedur Birdi
Birdi et al. (2010) mengungkapkan aktivitas et al. (2010), jenis ekstraksi yang digunakan
anitimetabolit ekstrak daun jambu biji adalah maserasi. Ekstrak dibuat berdasarkan
disebabkan adanya komponen kuersetin, yang perbandingan antara daun jambu biji daging
berdasarkan hasil penelitiannya berkisar 2 mg buah merah dan pelarut polar (akuades),
dalam setiap gram daun kering, yang mampu yaitu 1:16. Mekanisme pembuatannya
menghambat pelepasan asetilkolin yang dilakukan dengan menghaluskan sejumlah
berdampak terhadap aktivitas metabolisme. daun jambu P. guajava dengan perbandingan
Kajian potensi pemanfaatan ekstrak daun tertentu menggunakan blender. Daun yang
jambu P. guajava dalam aplikasi transportasi telah dihaluskan dimasukkan dalam gelas
perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk piala yang berisi pelarut dengan volume
mempelajari aplikasi ekstrak daun jambu tertentu, kemudian proses ekstraksi dilakukan
P. guajava pada transportasi ikan nila hidup, hingga volume ekstrak (daun jambu:pelarut)
mempelajari kemampuan ekstrak daun jambu tereduksi ¼ bagian volume asal, kemudian
P. guajava dalam menghambat produksi ekstrak kasar disaring dengan kertas saring.
metabolit ikan nila selama transportasi, dan Hasil penyaringan dijadikan larutan stok
menentukan konsentrasi optimal ekstrak daun ekstrak daun jambu yang konsentrasinya
jambu P. guajava sebagai agen antimetabolit dianggap 100%.
selama transportasi. Empat ikan nila dengan bobot rata-rata
250 g diaklimatisasi dalam 3 wadah toples
BAHAN DAN METODE berbeda yang berisikan media air sebanyak
Bahan dan Alat 3 L, kemudian larutan ekstrak daun jambu
Bahan-bahan yang digunakan pada P. guajava dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%,
penelitian ini terdiri atas bahan utama dan 20% ditambahkan pada masing-masing
dan bahan pembantu. Bahan utama yang toples. Pengamatan dilakukan selama 3 jam
digunakan, yaitu ikan nila (O. niloticus) (200- terhadap tingkat mortalitas ikan. Data jumlah
250 g), daun jambu biji daging buah merah ikan yang mati diolah berdasarkan analisis
(P. guajava var. pomifera) dengan posisi daun probit dengan program pengolah data SPSS
3-4 daun dari bagian pucuk, dan media air. 16.0 untuk penentuan nilai konsentrasi letal
Bahan-bahan pembantu yang digunakan, median (LC50) ekstrak daun jambu P. guajava.
antara lain air, akuades, NaOH, chlorox,
fenolftalein (PP), larutan phenate, MnSO4, Pengujian Ekstrak Daun Jambu P. guajava
dan NH3. terhadap Ekskresi Metabolit Ikan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian Ikan nila dimasukkan ke dalam
ini, diantaranya wadah transportasi, wadah toples yang telah berisi air dengan
timbangan digital (Tanita), simulator perbandingan antara ikan dan air yang
transportasi, multimeter kualitas air (TOA digunakan selama simulasi adalah 1:3. Ekstrak
DKK), pH meter (Thermo Orion 3 Star), daun P. guajava var. pomifera dimasukkan
dengan konsentrasi 0%, 0,25%, 0,50%, dan Perubahan suhu yang terjadi pada media
0,75%. Simulasi dilakukan selama dua jam kontrol lebih tinggi dibandingkan perlakuan
dan dilakukan dengan simulator transportasi, karena aktivitas ikan (kontrol) yang lebih
yakni pada setiap jam dilakukan pengambilan agresif. Supriyanto et al. (2007) menyatakan
sampel air secara duplo untuk pengujian kualitas bahwa perubahan posisi yang sangat
air. Parameter kualitas air yang akan diuji, cepat mengakibatkan tingginya frekuensi
diantaranya suhu, O2, CO2, pH, total amonia gesekan antar molekul air sehingga dapat
nitrogen, dan turbiditas. Kadar amonia yang menimbulkan panas yang menyebabkan suhu
diuji dalam medium merupakan indikator media kontrol lebih tinggi dibandingkan suhu
dari penghambatan laju ekskresi dari ikan media perlakuan.
nila. Pengujian kadar glukosa darah ikan juga Kisaran suhu yang terjadi selama
diukur sebelum dan sesudah proses transportasi pengujian masih lebih kecil dibandingkan
diambil dari sampel darah bagian pangkal ekor hasil penelitian Suwandi et al. (2012), yaitu
dan diuji dengan tes kit glukosa darah. 25,40-27,38ºC. Hal ini mengindikasikan
bahwa perlakuan pemberian konsentrasi
HASIL DAN PEMBAHASAN ekstrak daun jambu P. guajava lebih efektif
Konsentrasi Letal Median (LC50) Ekstrak menurunkan aktivitas tingkah laku ikan nila
Daun Jambu P. guajava terhadap Ikan Nila selama selama transportasi. Peningkatan
Pemberian ekstrak daun jambu P. guajava suhu tidak selalu berakibat pada kematian
pada konsentrasi 20% menyebabkan kematian ikan (Irianto 2005), namun meningkatnya
setelah 60 menit pengujian, sedangkan suhu dapat menyebabkan gangguan fisiologis
kematian ikan pada konsentrasi 5-15% terjadi berupa peningkatan laju metabolisme pada
setelah 120 menit pengujian (Tabel 1). Kematian ikan (Ross dan Ross 2008).
ikan disebabkan sifat letal ekstrak daun jambu
P. guajava. Tingkat letal ekstrak tergantung Dissolved Oxygen (DO)
tingginya konsentrasi ekstrak, semakin tinggi Kondisi oksigen terlarut pada tiap
konsentrasi semakin tinggi pula tingkat perlakuan bersifat fluktuatif. Transportasi
letalnya. Sifat letal ekstrak mengindikasikan disimulasikan dalam kondisi teraerasi yang
keberadaan komponen bioaktif yang terdapat kemungkinan menyebabkan nilai oksigen
dalam daun jambu P. guajava. Hasil analisis terlarut berfluktuasi. Kisaran nilai DO terukur
probit menunjukkan bahwa nilai LC50 ekstrak selama pengujian 2,70-8,00 mg/L. Nilai DO
daun jambu P. guajava terjadi pada konsentrasi tertinggi dan terendah yang dicapai selama
2,5%. Nilai tersebut dijadikan acuan penelitian pengujian terdapat pada perlakuan dengan
selanjutnya. konsentrasi 0,25% (Gambar 2). Rentang nilai
Tabel 1 Data mortalitas ikan nila selama pengujian LC50 ekstrak daun jambu P. guajava
Waktu Jumlah ikan (ekor) Jumlah total ikan
Konsentrasi (%)
(menit) mati hidup hidup (ekor)
0 0 4
60 0 4
0 4
120 0 4
180 0 4
0 0 4
60 0 4
5 2
120 1 3
180 2 2
0 0 4
60 0 4
10 0
120 3 1
180 4 0
0 0 4
60 0 4
15 1
120 1 3
180 3 1
0 0 4
60 2 2
20 1
120 3 1
180 3 1
menurunkan aktivitas respirasi ikan nila. pada perlakuan dengan konsentrasi 0,50%
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan mulai terjadi pada menit ke-0 hingga 60.
Gutiérrez et al. (2008) yang menyatakan, Kondisi yang serupa juga dialami kontrol
ekstrak daun jambu biji memiliki kemampuan dan perlakuan dengan konsentrasi 0,75%,
menurunkan aktivitas sistem syaraf pusat namun peningkatan yang terjadi tidak sebesar
serta memberikan efek sedatif yaitu efek yang media perlakuan dengan konsentrasi 0,50%.
berdampak terhadap menurunnya aktivitas Hal ini diduga pola aktivitas respirasi ikan
metabolisme. perlakuan dengan konsentrasi 0,50% lebih
Peningkatan nilai DO juga dipengaruhi tinggi dibandingkan perlakuan lainnya,
pemberian aerasi selama transportasi sehingga mengakibatkan terjadinya akumulasi
berlangsung, sehingga difusi oksigen karbondioksida yang lebih tinggi dalam
dari atmosfer lebih cepat terjadi. Wynne media. Suwandi et al. (2011) mengungkapkan
danWurts (2011), terdapat berbagai metode penurunan nilai karbondioksida mempunyai
untuk meningkatkan kadar DO selama pengaruh langsung terhadap nilai DO media
pengangkutan, salah satunya dengan aerasi. air, jika konsumsi DO meningkat maka akan
Aerasi dapat dilakukan pada transportasi meningkatkan nilai karbondioksida.
ikan dengan kepadatan yang tinggi. Konsentrasi karbon dioksida pada menit
Penggunaan aerasi dapat mempertahankan ke-60 hingga 90 yang terdeteksi dalam media
konsentrasi oksigen hingga minimal 6 mg/L cenderung mengalami penurunan, namun hal
selama pengangkutan. Salmin (2005) serupa tidak terjadi pada perlakuan dengan
mengungkapkan bahwa kecepatan difusi konsentrasi 0,25%. Penurunan kadar karbon
oksigen dari udara disebabkan oleh beberapa dioksida pada perlakuan dengan konsentrasi
faktor, antara lain kekeruhan air, suhu, 0,25% telah terjadi lebih awal pada menit
salinitas, dan pergerakan massa air seperti sebelumnya. Penurunan konsentrasi CO2
arus. Kekurangan oksigen dapat berakibat dalam media diduga akibat turunnya aktivitas
pada mortalitas ikan. Sensitivitas terhadap respirasi ikan dan penambahan aerasi pada
kadar oksigen terlarut yang rendah sangat media. Penurunan aktivitas ikan pada kontrol
spesifik untuk setiap jenis ikan. diduga karena ikan mengalami kelelahan,
sedangkan pada perlakuan ekstrak menurunnya
Karbon Dioksida (CO2) pola respirasi diduga akibat adanya pengaruh
Konsentrasi CO2 yang terjadi selama ekstrak daun jambu biji. Pengaruh pemberian
pengujian sebesar 1,9-16,7 mg/L, dengan ekstrak tidak memberikan dampak langsung
konsentrasi minimum terdapat pada perlakuan terhadap penurunan konsentrasi CO2,
dengan konsentrasi 0,25%, dan konsentrasi
maksimum terdapat pada perlakuan dengan
konsentrasi 0,50% (Gambar 3). Gomes et al.
(2006) mengungkapkan bahwa nilai kritis karbon
dioksida selama proses transportasi bergantung
pada spesies. Nilai kritis untuk spesies ikan
subtropis sebesar 40 mg/L, sedangkan untuk
spesies ikan tropis mencapai 140 mg/L.
Konsentrasi CO2 pada masing-masing
perlakuan cenderung memiliki pola perubahan Gambar 3 Perubahan nilai karbon dioksida (CO2)
yang sama. Kondisi media perlakuan media selama transportasi: (.......)
kontrol; (.......) 0,25%; (.......) 0,50%;
dengan konsentrasi 0,50% dinilai lebih (.......) 0,75%. Huruf berbeda (a,b) pada
bersifat fluktuatif dibandingkan kontrol grafik menunjukkan nilai berbeda
dan perlakuan. Kenaikan konsentrasi CO2 nyata (α<0,05).
Nilai pH
Nilai pH media transportasi pada masing-
masing perlakuan cenderung mengalami
kenaikan hingga akhir waktu pengamatan.
Kisaran nilai pH media transportasi selama
Gambar 4 Perubahan nilai pH selama transportasi:
pengujian 5,66-6,53. Nilai pH tertinggi dan (.......) kontrol; (.......) 0,25%; (.......)
terendah yang dicapai selama pengujian 0,50%; (.......) 0,75%. Huruf berbeda
terdapat perlakuan ekstrak dengan (a,b) pada grafik menunjukkan nilai
konsentrasi 0,75% (Gambar 4). Perubahan berbeda nyata (α<0,05).
nilai pH yang terjadi selama pengujian masih Total Amonia Nitrogen (TAN)
dalam batas toleransi, walaupun pada menit Nilai TAN media transportasi pada tiap
ke-30 terdapat perlakuan yang berbeda nyata. perlakuan cenderung mengalami kenaikan
Hal itu didukung oleh hasil penelitian Mjoun hingga akhir waktu pengamatan. Peningkatan
et al. (2010) yang menyatakan bahwa ikan nilai TAN pada media transportasi mulai
nila mampu hidup pada lingkungan dengan terjadi pada menit ke-30 hingga 120. Kisaran
pH 3,7-11, namun kisaran optimum untuk nilai TAN media transportasi yang dicapai
menunjang pertumbuhannya berkisar selama pengujian 0,07 1,92 mg/L (Gambar 5).
antara 7-9. Nilai TAN media tertinggi selama simulasi
Faktor yang mempengaruhi tingginya transportasi terdapat pada kontrol.
pH media selama simulasi diduga akibat Peningkatan nilai TAN terukur yang terjadi
akumulasi nilai total amino nitrogen (TAN) diduga akibat akumulasi metabolit hasil ekskresi
dan pemberian ekstrak daun jambu P. guajava. selama kegiatan transportasi berlangsung.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai Rentang nilai TAN yang terakumulasi dalam
TAN kontrol yang terukur dalam media media masih dalam batas normal sehingga tidak
jauh lebih tinggi dibandingkan perlakuan bersifat toksik bagi ikan. Mjoun et al. (2010)
ekstrak, namun tingginya nilai TAN kontrol menyatakan bahwa ikan nila mampu bertahan
masih dalam batasan konsentrasi yang dalam kisaran amonia hingga 7 mg/L dan
rendah sehingga pengaruhnya terhadap kisaran optimum nilai TAN pertumbuhan ikan
nilai pH tidak signifikan, sedangkan kondisi nila, yaitu kurang dari 0,05 mg/L.
media yang diberi ekstrak cenderung lebih Syamdidi et al. (2006) mengungkapkan
bersifat basa dibandingkan kontrol. Hal ini
diduga akibat pengaruh substansi penyusun
ekstrak daun jambu biji yang sebagian besar
bersifat basa, sehingga selama pengujian
nilai pH media yang diberi perlakuan lebih
tinggi dibandingkan nilai pH kontrol.
Sanda et al. (2011) mengungkapkan bahwa
daun jambu biji mengandung komponen
flavonoid, yaitu kuersetin. Kuersetin
Gambar 5 Perubahan nilai total amino nitorgen (TAN)
mengandung sejumlah gugus hidroksil
selama transportasi: (.......) kontrol; (.......)
bebas dan merupakan senyawa polar 0,25%; (.......) 0,50%; (.......) 0,75%. Huruf
(Sukarianingsih 2006). berbeda (a,b) pada grafik menunjukkan
nilai berbeda nyata (α<0,05).
bahwa kondisi stres akan menstimulasi pada perlakuan dengan konsentrasi 0,75%.
lapisan luar adrenalin mengeluarkan Kenaikan nilai turbiditas pada setiap
sejumlah kortisol dan memacu perubahan waktu pengamatan mengindikasikan akumulasi
protein tubuh menjadi asam amino yang metabolit ikan selama simulasi transportasi.
kemudian akan terurai menjadi ammonia, Nilai turbiditas memiliki korelasi terhadap nilai
akibatnya, produksi amonia pada kondisi TAN, setiap kenaikan nilai TAN akan diiringi
tersebut akan meningkat. Tingkat toksisitas juga dengan peningkatan nilai kekeruhan.
amonia dipengaruhi oleh beberapa faktor, Kandungan partikel terlarut kurang dari 25
antara lain spesies ikan, kadar garam, tingkat mg/L tidak menyebabkan gangguan pada ikan
paparan amonia, lama paparan, dan pengaruh dan kandungan padatan lebih dari 400 mg/L
aklimatisasi yang diberikan sebelumnya akan menyebabkan perairan tersebut sangat
(Irianto 2005). tidak layak untuk kegiatan perikanan. Partikel-
Birdi et al. (2010) dan Gutiérrez et al. (2008) partikel dalam air dapat mengganggu insang
melaporkan bahwa ekstrak kasar daun jambu atau menyebabkan kerusakan insang sehingga
biji memiliki suatu komponen aktif berupa merangsang ikan untuk memproduksi mukus
kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa secara berlebih bahkan pada kasus yang berat,
golongan flavonoid yang memiliki aktivitas ikan dapat mengalami kekurangan oksigen
biologis. Senyawa tersebut dilaporkan memiliki akibat insang tertutup oleh mukus dan
manfaat bagi kesehatan manusia, antara lain partikel-partikel tersuspensi (Irianto 2005).
proteksi terhadap jantung, aktivitas antikanker, Perbedaan tingkat kekeruhan yang
pencegahan terhadap katarak, aktivitas antiviral, signifikan pada media transportasi terlihat
dan serta mampu menghambat ekskresi air dan antara kontrol dan perlakuan yang diberi
pelepasan asetilkolin. penambahan ekstrak daun jambu P. guajava.
Hal tersebut dikarenakan ekstrak yang
Turbiditas ditambahkan pada media masih berupa
Turbiditas media transportasi pada tiap ekstrak kasar yang didalamnya terkandung
perlakuan cenderung mengalami kenaikan partikel tersuspensi berupa zat-zat organik.
hingga akhir waktu pengamatan. Peningkatan Keberadaan pertikel tersuspensi pada ekstrak
nilai turbiditas terjadi pada menit ke-30 hingga diindikasikan melalui warna dan bau ekstrak,
120. Kisaran nilai kekeruhan yang dicapai sehingga ketika dilarutkan pada media,
selama pengujian 0-29 NTU (Gambar 6). Nilai ekstrak memberikan pengaruh terhadap
turbiditas terendah terdapat pada perlakuan tingkat kekeruhan media transportasi.
kontrol, sedangkan nilai turbiditas tertinggi Perbedaan level konsentrasi ekstrak
turut memberikan pengaruh terhadap tingkat
kekeruhan media. Semakin tinggi tingkat
konsentrasi perlakuan maka semakin tinggi
pula tingkat kekeruhan medianya. Selisih
peningkatan nilai turbiditas paling rendah
hingga yang tertinggi secara berturut-turut
terdapat pada kontrol, perlakuan ekstrak
dengan konsentrasi 0,50%, 0,25%, dan 0,75%.
Gambar 6 Perubahan nilai turbiditas selama Kadar Glukosa Darah Ikan Nila
transportasi: (.......) kontrol; (.......)
Kadar glukosa darah ikan nila uji sebelum
0,25%; (.......) 0,50%; (.......) 0,75%.
Huruf berbeda (a,b) pada grafik dan pasca pengujian mengalami kenaikan.
menunjukkan nilai berbeda nyata Kisaran nilai glukosa darah sebelum dan pasca
(α<0,05). pengujian adalah 70-156 mg/dL (Tabel 2). Nilai
terendah dan tertinggi glukosa darah selama Hal serupa juga diungkapkan Li et al. (2009),
pengujian terdapat pada taraf perlakuan dengan yang menyatakan bahwa peningkatan kadar
konsentrasi 0,50%. Selisih terkecil hingga glukosa darah merupakan efek sekunder
terbesar secara berurutan terhadap nilai glukosa dari stres yang diperantarai oleh pelepasan
darah ikan nila uji sebelum dan pasca pengujian kortikosteroid dan katekolamin. Kondisi stres
terdapat pada perlakuan ekstrak dengan menyebabkan meningkatnya glukokortikoid
konsentrasi 0,75%, kontrol, 0,25%, dan 0,50%. yang berakibat pada peningkatan kadar
Konsentrasi ekstrak daun jambu glukosa darah untuk mengatasi kebutuhan
P. guajava yang diuji tidak seluruhnya energi yang tinggi pada saat stres.
memberikan pengaruh yang besar terhadap
tingkat stres ikan yang diindikasikan melalui Efektivitas Aplikasi Ekstrak Daun Jambu
kadar glukosa darah. Rendahnya selisih P. guajava selama Transportasi
kenaikan glukosa darah pada konsentrasi Hasil pengujian aplikasi ekstrak daun
0,75% diduga karena ekstrak daun jambu jambu merah P. guajava terhadap parameter-
P. guajava memiliki sifat antistres. Salah parameter penentu keberhasilan transportasi
satu indikator tingkat stres ditunjukkan dari mengindikasikan tingkat efektivitas dosis
kadar glukosa darah ikan. Sanda et al. (2011) perlakuan yang diberikan. Perlakuan dengan
melaporkan bahwa ekstrak daun jambu biji konsentrasi 0,25% dinilai sebagai dosis yang
memiliki beberapa komponen yaitu tanin, paling efektif untuk aplikasi transportasi
flavonoid, pentasiklik triterpenoid, guajaverin, ikan nila karena pada dosis tersebut, mampu
kuersetin, dan komponen lain yang memiliki mereduksi tingkat metabolit ikan nila (yang
aktivitas menurunkan indeks glikemik darah diindikasikan dari nilai TAN) hingga 50%
dan tekanan darah. lebih rendah dibandingkan kontrol.
Paulo et al. (2009) mengungkapkan, bahwa Perlakuan ekstrak dengan konsentrasi
keberadaan glukosa darah dipengaruhi oleh 0,25% menunjukkan hasil yang lebih baik
beberapa faktor, antara lain oleh pakan, status terhadap parameter suhu, konsentrasi DO,
simpanan glikogen hati, stadia perkembangan, konsentrasi CO2, nilai pH, dan turbiditas
dan musim. Nilai glukosa darah selain dibandingkan perlakuan lainnya. Konsentrasi
mencerminkan ketersediaan energi pada ekstrak 0,25% mampu mempertahankan kondisi
ikan juga mengindikasikan level stres pada yang relatif lebih stabil terhadap parameter-
ikan. Stres mengakibatkan terjadinya sekresi parameter tersebut dibandingkan dengan
hormon-hormon dari glandula adrenalin kontrol dan perlakuan lainnya. Perlakuan
yang menyebabkan meningkatnya kadar dengan konsentrasi 0,75% menunjukkan hasil
gula darah. Cadangan atau timbunan gula yang dominan unggul terhadap pengujian nilai
berupa glikogen dalam hati akan mengalami TAN dan kadar glukosa darah.
metabolisasi menjadi cadangan energi bagi Suwandi et al. (2012) mengungkapkan
hewan untuk aktivitas darurat (Irianto 2005). bahwa secara keseluruhan parameter suhu,