You are on page 1of 30

Askep pada Pasien Efusi Pleura (KMB I)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau
eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan
suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Efusi pleura bukan merupakan
suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu tanda adanya penyakit. Secara normal, ruang pleura
mengandung sejumlah kecil cairan (5 – 20 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleura bergerak tanpa adanya gesekan antara kedua pleura saat bernafas. Penyakit-
penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tubercolusis, infeksi paru nontubercolusis,
sirosis hati, gagal jantung kongesif.
Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama
di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri,
diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3
juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung
kongestif dan pneumonia bakteri. Sementara di Negara berkembang seperti Indonesia,
diakibatkan oleh infeksi tubercolusis. Atas pertimbangan itulah kami mengangkat masalah ini
sebagai makalah kami.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakng masalah yang telah di kemukakan, identifikasi masalah dalam
makalah ini adalah berikut:
1. Apa definisi Efusi Pleura?
2. Bagaimana etiologi Efusi Pleura?
3. Apa saja manifestasi klinik dari Efusi Pleura?
4. Apa saja tanda dan gejala Efusi Pleura?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit Efusi Pleura?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis Efusi Pleura?
7. Apa pemeriksaan penunjang untuk Efusi Pleura?
8. Bagaimana pengobatan Efusi Pleura?
9. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi dari penyakit Efusi Pleura?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi Efusi Pleura
2. Mengetahui bagaimana etiologi Efusi Pleura
3. Mengetahui apa saja manifestasi klinik dari Efusi Pleura
4. Mengetahui apa saja tanda dan gejala Efusi Pleura
5. Mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit Efusi Pleura
6. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis Efusi Pleura
7. Mengetahui apa pemeriksaan penunjang untuk Efusi Pleura
8. Mengetahui bagaimana pengobatan Efusi Pleura
9. Mengetahui bagaimana komplikasi yang dapat terjadi dari penyakit Efusi Pleura
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Efusi Pleura


Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura ( Sylvia, A. Price, 1995 Hal. 704 )
Efusi pleura adalah jumlah cairan nonpurulen yang berlebihan dalam rongga pleural; antara
lapisan viseral dan parietal ( Susan Martin Tucker, 1998 Hal.265)

B. Etiologi
Secara umum penyebab efusi pleura adalah sebagai berikut :
a. Pleuritis karena bakteri piogenik
b. Pleuritis tuberkulosa
c. Efusi pleura karena kelainan intra abdominal, seperti : sirosis hati, pankretitis, abses ginjal,
abses hati, dll.
d. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi, seperti pada decompensasi kordis, emboli pulmonal dan
hipoalbuminemia.
e. Efusi pleura karena neoplasma, seperti : mesolioma, karsinoma bronkhus, neoplasma metastati,
dan limfoma malignum,
f. Efusi pleura karena trauma, yakni trauma tumpul, laserasi, luka tusuk pada dada, ruptur
esophagus (Sarwono Waspadji, 2000 Hal. 931-935)

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura terbagi lagi menjadi transudat,
eksudat, dan hemoragi.
a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri) sindrom
nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior, tumor, dan sindrom
meias.
b. Eksudat dapat disebabkan oleh infeksi, TB, pnemonia, tumor, infrak paru, radiasi, dan penyakit
kolagen.
c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infrak paru, dan tuberkolosis
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral.
Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi
efusi bilateral diteukan pada kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik, asites, infrak paru,
lupus eritematosus sistemis, tumor, dan tuberkolosis.

C. Manifestasi klinik
Kebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik, timbul gejala sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritik.
Ketika efusi sudah membesar dan menyebar, kemungkinan timbul dispnea dan batuk. Efusi
pleura yang besar akan megakibatkan nafas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi
sisi yang terkena, dullnes pada perkusi dan penurunan bunyi pernapasan pada sisi yang terkena.
(Irman Soemantri, 2007 Hal. 98)
Manifestasi klinik yang muncul ( Tierney, 2002 dan Tucker , 1998 ) adalah:
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
c. Kesulitan bernafas
d. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
e. Keletihan
f. Batuk

D. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang muncul adalah
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
c. Pleuritik
d. Deviasi trakea
e. Nyeri perut
f. Batuk
g. Cegukan
h. Pernafasan yang cepat
i. Rasa Berat pada dada

Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada,
pleuritis ( Pneumonia), panas tinggi, subfebril ( Tuberkulosis), banyak keringat, batuk, dan
banyak riak.

E. Patofisiologi penyakit
Normalnya hanya terdapat 10-20ml cairan pada rongga pleura, jumlah cairan di rongga
pleura tetap. Karena adanya tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar 9cm H2O. Akumulasi
cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun (misalnya pada penderita
hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat adanya proses peradangan atau
neoplasma. Bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negativ
intrapleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsogaf, 1995).
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan dalam cavum pleura.
kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa proses yang
meliputi (Guyton dan Hall, 1997) :
a. Adanya hambatan drainase limpatik dari rongga pleura
b. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi
sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura
b. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan terjadinya transudasi cairan
yang berlebihan
c. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dan
rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan memungkinkan pengaliran
protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat.
Infeksi pada tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang
masuk melalui saluran pernafasan menuju alveoli, sehingga terjadilah infeksi primer. dari infeksi
ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis lokal ) dan diikuti
dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus ( Limfangitis regional ).
Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permeabilitas membran.
Permeabilitas membran akan meningkan dan akhirnya menimbulkan akumulasi cairan dalam
rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosis paru melalui fokus
subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain juga dapat diakibatkan dari
robeknya perkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga, atau kolumna
vertebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkulosis paru adalah eksudat yang berisi protein
dan terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya
serosa, namun kadang-kadang bisa juga hemarogi.

F. Penatalaksanaan medis
1. Terapi
a. Pleuritis tuberkulosis
Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosis paru (Rifampisim, INH, Pirozinamid atau
etambutol).
b. Efusi pleura karena neoplasma
Pengobatan dengan kemoterapi dan mengurangi timbulnya cairan dengan pleurodesis memakai
zat-zat tetrasuklin.
c. Efusi karena prankreatitis
Pengobatannya dengan cara memberikan terapi peritoneo sentesis disamping terapi dengan
diuretic terapi terhadap penyakit asalnya.
2. Tindakan Medis
a. WSD (Water Sealed Drainage )
Merupakan suatu tindakan yang memungkinkan cairan atau udara keluar dari rongga pleura
dn mencegah aliran balik kerongga pleura, sisi pemasangan untuk drainage dekat dengan
intracosca kelima atau keenam pada garis midklavikula.
b. Torakosintesis
Merupakan aspirasi cairan pleura sebagai sarana untuk diagnosis maupun teurapeutik.
Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru disela iga lX garis askila posterior dengan memakai
jarum abbocath no 14 atau 16. Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk
mendapatkan spesimen guna keperluan analisa dan untuk menghilangkan dispnea. Namun, bila
penyebab dasar adalah malignasi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu.
Torakosintesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein, dan kadang pneumotoraks.
c. Pemberian antibiotik, Jika ada infeksi
d. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat ( tetrasiklin, kalk, dan
biomisin ) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah
cairan terakumulasi kembali.
e. Biopsi pleura : untuk mengetahui adanya keganasan

G. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar Tembus Dada
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti
kurva, dengan permukaan lateral lebih tinggi dan pada bagian medial. Bila permukaannya
horizontal dan lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal
dari luar atau dari dalam paru-paru itu sendiri.
Hal ini yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah terdorongnya mediastinum
pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Namun, bila terdapat atelektasis pada sisi yang
bersamaan dengan cairan. Mediastinum akan tetap pada tempatnya.

2. Torakosentesis
Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnosis maupun teropeutik.
Pelaksanaan dilakukan sebaiknya pasa posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru
di sela iga lX garis aksila posterior dengan memakai jarum Abbocath no 14 atau 16.
Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000-1500cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi
sekaligus banyak akan menimbulkan pleura shock ( hipertensi ) atau edema paru-paru. Edema
paru-paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat mengembang.
3. Biopsi Pleura
Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukan 50-75%
diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura. Bila hasil biopsi pertama tidak
memuaskan dapat dilakukan biopsi ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks,
hemotoraks dan penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.
4. Pendekatan pada efusi yang tidak terdiagosis
Pemeriksaan tambahan :
a. Bronkoskopi : Pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, dan abses paru-paru.
b. Scaning isotop : Pada kasus-kasus dengan emboli paru-paru
c. Torokoskopi ( Fiber-optic pleuroscopy) : Pada kasus-kasus dengan neoplasma atau TBC

H. Pengobatan Efusi Pleura


Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit yang
mendasarinya, mencegah penumpakan kembali cairan, serta untuk mengurangi ketidak
nyamanan dan dispnea. (Irman Samontri, 2007 Hal. 100)
a. Jika caranya sedikit, hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya. Jika caranya
banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak napas, maka perlu dilakukan tindakan
drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).
b. Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka panjang.
c. Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bila dilakukan penutupan rongga pleura. seluruh cairan
dibuang melalui selang, lalu dimasukan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline)
ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak
lagi terdapat ruang tempat cairan tambahan.
d. Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bila
dilakukan pembedahan atau pemberian obat anti kanker untuk tumor yang menyumbat aliran
getah bening.

I. Komplikasi yang dapat terjadi


a. Infeksi dan fibrosis paru (Mansjoer, 2001)
b. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan
terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan viseralis. Keadaan ini disebut dengan
fibrotoraks.
c. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang disebabkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian
/ semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Efusi Pleura

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 45 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Jl DR. Sitanala no. 235 Tangerang Banten
Nomor Register :-
Tanggal MRS :-
Tanggal Pengkajian :-
Diagnosa Medis : Efusi Pleura
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan terakhir : SMK
Alamat : Jl DR. Sitanala no. 235 Tangerang Banten

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama
Nyeri Dada dan Sesak
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn.D berumur 45thn datang ke poliklinik umum RSUD Kab. Tangerang. Saat datang klien
batuk, sesak nafas, nyeri dada, rasa berat pada dada, berat badan menurun. Saat dikaji oleh
perawat, klien mengeluh nyeri bagian dada dengan skala nyeri 5 (skala 0-10), nyeri seperti
tertindih beban berat, nyeri bertambah saat beraktifitas berat dan berkurang saat beristirahat.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Imunisasi : Klien mengatakan terakhir imunisasi saat masih kecil.
Alergi : Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi.
Penyakit yang pernah diderita : Klien mengatakan mempunyai penyakit TB paru
Obat-obatan yang pernah di digunakan : Rifampicin
Riwayat masuk RS : Klien mengatakan masuk RS. G pada tahun 2013
Riwayat kecelakan : -
Riwayat tindakan operasi : -

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan yang berat atau
menular.

3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien tampak sesak nafas, Kesadaran Umum Compos Mentis
2. Tanda-Tanda Vital
• Tekanan Darah : 90/70 mmHg
• Nadi : 87x Permenit
• Suhu : 37,6ºC
• RR : 35x Permenit
3. Antropometri
• Tinggi Badan : 164cm
• BB : 46kg
• Indeks Masa Tubuh : BB = 44 = 44 = 16,3
TB² (1,64)² 2,6896
4. Kepala
Bentuk kepala simetris, rambut dan kulit kepala klien bersih, distribusi rambut merata,
tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak ada benjolan, tidak ada keluhan.
5. Mata
Letak bola mata simetris, gerakan bola mata simetris, kelopak mata tidak ada oedema,
konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, Tekanan Intra Okuler (TIO) sama, pupil dan refleks
cahaya normal, ketajaman mata normal OD = 4/5 OS 5/5
6. Telinga
Kebersihan telinga bersih, tidak ada oedema dan secret, letak telinga simetris, fungsi
pendengaran baik
7. Hidung
Terdapat cuping hidung, kebersihan lubang hidung bersih, tidak ada oedema dan secret,
letak hidung simetris, tidak ada peradangan membran mukosa hidung, tidak terdapat polip,
fungsi penciuman baik.
8. Mulut dan Faring
• Mulut bersih, tidak ada bau mulut, terdapat mukosa pada mulut
• Bibir : Warna pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada kelainan bentuk
• Gusi : Warna merah muda, tidak ada gingivitis, tidak ada perdarahan
• Gigi : Jumlah gigi 33, ada caries gigi pada gigi molar, tidak ada perdarahan, abses, dan benda
asing (gigi palsu)
• Lidah : Warna pucat dan pergerakan lidah normal
• Faring : Warna merah muda, tidak ada peradangan, tidak ada eksudat, tonsil tidak ada
pembesaran
9. Leher
Bentuk leher normal, tidak ada oedema dan jaringan parut, tidak ada tekanan vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ada kaku kuduk dan
mobilitas leher normal.
10. Thorax dan Dada
• Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang belakang, ada retraksi intercostal, tidak ada
oedema dan jaringan parut, vocal premitus menurun, neyri dada, pemasangan kateter thorax
• Suara nafas menghilang pada bagian terinfeksi, suara ucapan (vocal resonans) normal, saat
perkusi terdengar pekak
• Pada jantung ada ictus cordis, perkusi jantung normal, bunyi jantung normal
• Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal, warna aerola coklat, puting
susu tidak ada ulcus dan pembengkakan, tidak ada secret.
11. Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan lesi, tidak ada oedema,
bising usus 10x permenit, tidak ada nyeri tekan.
12. Ekstremitas atas
Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan parut,
kuku jari bersih, refleks biceps dan trisep +
13. Ekstremitas bawah
Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan parut,
kuku jari bersih, tidak ada varices, dan refleks babinski +

4. DATA BIOLOGIS
1. Pola Nutrisi
 Makan
a. Frekuensi : 3x Sehari
b. Jenis : Nasi + Lauk + Sayur + Buah
c. Porsi/Jumlah : 1 Piring kecil
d. Keluhan : Tidak nafsu makan
e. Makanan yang dipantang : Tidak Ada
f. Alergi terhadap makanan : Tidak Ada
g. Suplemen yang dikonsumsi : Vit. C
 Minum
a. Jenis : Air putih
b. Jumlah : ± 8 Gelas

2. Pola Eliminasi
 Buang Air Besar (BAB)
Klien mengatakan BAB tidak teratur
 Buang Air Kecil (BAK)
a. Input : 480cc
b. Output : 300cc
c. Balance : Input – Output = 180cc
d. Warna : Kuning Jernih
e. Keluhan : Tidak ada
3. Pola Istirahat/Tidur
a. Tidur Siang : ± 2 jam
b. Tidur Malam : ± 7 Jam
c. Keluhan Tidur : Klien mengatakan terkadang terbangun saat malam hari karena tidak nyaman
tidur
4. Personal Hygiene
a. Mandi : 1x Sehari
b. Jenis Pakaian : Kaos dan daster
c. Perawatan Gigi : Tidak terlalu rutin
d. Penis Hygiene : Dibersihkan 1x sehari

5. DATA PSIKOLOGIS
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Status Emosi : Terkadang sedikit Cemas
c. Pola Koping : Positif ( Klien selalu menceritakan masalah yang dihadapinya
d. Pola Komunikatif : Klien Koperatif
e. Konsep Diri :
 Gambaran Diri : Klien terbuka dalam semua pertanyaan
 Peran Diri :
Klien mengakui dirinya sebagai suami yang baik bagi istrinya
Klien mengakui dirinya sebagai ayah yang baik bagi anaknya
 Harga Diri :
Klien mengakui tidak merasa tersisihkan
Klien mengakui merasa dibutuhkan
Klien mengakui senang menjadi seorang ayah

6. DATA SOSIAL
Klien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga dan lingkungan sekitar

7. DATA SPIRITUAL
Klien mengatakan selalu solat 5 waktu dan menjalankan kewajibannya sebagai umat
muslim.

8. THERAPHY

9. DATA PENUNJANG
a. Foto rotgen thorax
b. Torakosentesis
c. Laboratorium
II. ANALISA DATA

NO. DATA INTERPRETASI DATA MASALAH


1. DS : Klien Penurunan ekspansi paru-paru Pola nafas tidak
mengatakan sesak efektif
DO : Klien terlihat Sesak
kelelahan, RR=35x
permenit, terdapat Pola nafas tidak efektif
cuping hidung
2. DS : Klien Iritasi pleura Nyeri
mengatakan nyeri
dada Terangsangnya saraf intra
DO : Klien terlihat thorax
menyeringis, skala
nyeri 5 (skala 0-10) Nyeri
3. DS : Klien Drainase thorax Rasiko trauma
mengatakan tidak Pemasangan kateter thorax
nyaman dengan
pemasangan kateter Ketidak nyamnan
thorax
DO : klien terlihat Resiko Trauma
bergerak tidak
nyaman

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru-paru (akumulasi dari
udara/cairan).
b. Nyeri akut berhubungan dengan terangsangnya saraf intra thoraks sekunder terhadap iritasi
pleura.
c. Resiko tinggi terhadap trauma/henti nafas berhubungan dengan proses cidera dan sistem
drainase thorax
IV. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan
No.
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Diagnosa 1 Setelah dilakukan Mandiri :
intervensi selama 1. Identifikasi etiologi / 1. Pemahaman penyebab
3x24 jam diharapkan faktor pencetus, kolaps paru perlu untuk
pasien menunjukan contoh kolaps pemasangan selang dada
pola nafas yang spontan, trauma, yang tepat dan memilih
efektif dengan kriteria keganasan, infeksi, tindakan terapeutik.
hasil : komplikasi ventilasi
a. Pasien menunjukan mekanik. 2.
Distres pernapasan dan
tidak adanya 2. Evaluasi fungsi perubahan pada tanda
gangguan status pernapasan, catat vital dapat terjadi sebagai
pernafasan kecepatan / akibat stres fisiologis dan
b. Pernafasan pasien pernapasan nyeri atau dapat
menunjukan serak,dispnea, dan menunjukkan terjadinya
kecepatan dan irama perubahan tanda vital. syok sehubungan dengan
pernafasan dalam hipoksia/perdarahan.
batas normal 3. Mengoptimalkan fungsi
c. Tidak ada pernafasan3. Ajarkan napas dalam paru sesuai dengan
cuping hidung kemampuan aktivitas
individu
4. Latih individu 4. Meningkatkan inspirasi
bernapas berlahan dan maksimal, meningkatkan
efektif ekspansi paru dan
ventilasi pada sisi yang
tak sakit.
Kolaborasi :
1. Berikan oksigen 1. Alat dalam menurunkan
tambahan melalui kerja napas;
kanula/masker sesuai meningkatkan
indikasi. penghilangan distres
respirasi dan sianosis
sehubungan dengan
hipoksemia.
2. Konsultasi dengan 2. Ahli terapi pernapasan
ahli terapi pengobatan adalah spesialis dalam
dan dokter jika terjadi perawatan pernapasan
gagal bernapas dalam dan biasanya dilakukan
proses pengobatan sesuai dengan hasil
pemeriksaan fungsi paru
dan fasilitas pengobatan
yg ada.
2. Diagnosa 2 Setelah dilakukan 1. Kaji perkembangan 1. Untuk mengetahui
intervensi selama nyeri. tingkat nyeri yang
3x24 jam diharapkan dialami.
nyeri klien dapat 2. Ajarkan klien teknik 2. Meningkatkan inspirasi
berkurang dengan relaksasi, Beri posisi maksimal, meningkatkan
kriteria hasil : yang nyaman dan ekspansi paru, ventilasi
a. Keluhan nyeri nafas dalam. pada sisi yang tak sakit
berkurang 3. dan kenyamanan klien .
b. Wajah klien terlihat
lebih tenang 1. Menggunakan agen-agen
c. Skala nyeri menurun Kolaborasi: farmakologi ntuk
1. Kolaborasi dengan mengurangi rasa sakit.
dokter untuk
pemberian analgetik
3. Diagnosa 3 Setelah dilakukan 1. Kaji dengan pasien 1. Informasi tentang
intervensi selama tujuan/fungsi unit bagaimana sistem
2x24 jam diharapkan drainase dada, catat bekerja memberikan
tidak terjadi trauma gambaran keamanan. keyakinan, menurunkan
atau henti nafas ansietas pasien.
dengan kriteria hasil :2. Amankan unit 2. Mempertahankan posisi
a. Memperbaiki/menghi drainage pada tempat duduk tinggi dan
ndari lingkungan dan tidur pasien atau pada menurunkan risiko
bahaya fisik. sangkutan/ tempat kecelakaan jatuh/unit
b. Mengenal kebutuhan tertentu pada area pecah.
/mencari bantuan dengan lalu lintas
untuk mencegah rendah.
komplikasi 3. Anjurkan pasien 3. Menurunkan resiko
untuk menghindari obstruksi
berbaring/menarik drainase/terlepasnya
selang. selang.
4. Observasi tanda 4. Pneumotorak dapat
distres pernapasan bila terulang/memburuk,
kateter torak karena mempengaruhi
lepas/tercabut. fungsi pernapasan dan
memerlukan intervensi
darurat.
V. EVALUASI

a. Pasien menunjukan tidak adanya gangguan status pernafasan


b. Pernafasan pasien menunjukan kecepatan dan irama pernafasan dalam batas normal
c. Tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Keluhan nyeri berkurang
e. Skala nyeri menurun
f. Wajah klien terlihat lebih tenang
g. Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik.
h. Mengenal kebutuhan /mencari bantuan untuk mencegah komplikasi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Tanda
dan gejala yang mungkin muncul adalah Sesak nafas, Nyeri dada, Pleuritik, Deviasi trakea,
Nyeri perut, Batuk, Cegukan, Pernafasan yang cepat, Rasa Berat pada dada. Pengobatan terhadap
pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit yang mendasarinya, mencegah
penumpakan kembali cairan, serta untuk mengurangi ketidak nyamanan dan dispnea. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah Infeksi paru dan fibrosis paru.

B. Saran
1. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk meningkatkan kesadaran tentang
adanya hubungan komunikasi terapeutik yang baik kepada pasien dan keluarga pasien.
2. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk memberikan penkes tentang
penyakit kepada pasien dan keluarga pasien untuk menambah pengetahuan tentang penyakit dan
pengobatannya.
3. Pada semua orang yang mengalami sesak nafas, nyeri daerah dada, pernafasan cepat yang
sifatnya masih ringan sebaiknya langsung periksakan ke pelayanan kesehatan agar memperoleh
tindakan keperawatan dan pengobatan yang cepat dan tepat sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Soemantri, Irman, 2007. “Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan”, Salemba

Medika: Jakarta

Muttaqin, Arif, 2008. “Buku Ajar Askep Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan”, Salemba

Medika: Jakarta

Gleadle, Jonathan, 2005. “At a Glance Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik”, Erlangga: Jakrta

Donges, Marilynn E, 1999. “Rencana Asuhan Keperawatan”, EGC: Jakarta

Smeltzer, Suzanna C, 2001. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi

8 Vol. 1”, EGC: Jakarta


Kasus untuk proses keperawatan

A. Nama : Ny ‘E’
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl Punokawan no.33 Jombang
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Tanggal Mrs : 8 oktober 2011, jam 20.20 wib
Diagnose Mrs : Efusi Pleura
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
- Saat MRS : Klien mengatakan sesak nafas
- Saat pengkajian : klien mengatakan sesak dan dada terasa nyeri pada bagian kiri, sesak dan
nyeri dada klien bertambah bila dibuat gerak, skala nyari 5
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien merasa sesak, batuk dan nyeri dada sejak jum’at (7 oktober 2001) lalu klien berobat di
puskesmas dengan diagnose asma, klien pulang dan meminum obat yang diberikan dokter di
puskesmas, tetapi sesak nafas dan nyeri dada klien tidak berkurang. Kemudian klien dibawa ke
IRD RS. Sumber waras jombang pada tanggal 8 oktober 2011 jam 20.00 WIB.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakitasma sejak 6 tahun yang lalu, klien tidak pernah MRS
sebelumnya
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu dan anak klien mempunyai riwayat penyakit asma.
C. Aktifitas sehari-hari
1. Nutrisi : pasien minum 4-5 gelas perhari, kadang-kadang minum kopi, nafsu makan tidak ada
penurunan, porsi makan dihabiskan. Makan 3x sehari.
2. Eleminasi : BAK dan BAB tidak ada perubahan
3. Tidur/Istirahat : tidur jam 21.00 s/d 05.00 pagi. Sejak sakit klien mengeluh susah tidur karena
merasa sesak dan nyeri pada dadanya. Klien tidak pernah tidur siang.
4. Persoanal Hygiene : klien mandi dengan diseka di TT, tidak gosok gigi

D. Data Psikososial
1. Psikososial : Klien mengatakan merasa cemas tentang penyakit yang di deritanya, apa sudah
parah dan apa masih bias disembuhkan.
2. Sosial : klien mampu berinteraksi dengan baik dangan keluarga, pasien disekitarnya dan dengan
petugas kesehatan.
3. Spiritual : klien beragama islam, selama sakit klien tidak menjalankan solat karena merasa sesak
jika ibuat bergerak.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
- Keadaan Umum : Lemah
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : 456
: - tensi : 120/80 mmHg, Nadi : 112x?mnt, suhu : 36,6 C RR : 28x/mnt
2. Pemeriksaan Body of system
a. Breathing (B1)
Inspeksi:
Bentuk dada asmetris, cembung pada sisi kiri, pergerakan dada menurun pada sisi kiri, terpasang
nasal kanule O2 2 ltr/mnt, sesak nafas (+), batuk produktif (+), secret (+), warna hijau purulent,
terdapat pernapasan cuping hiung.
Palpasi:
Pergerakan dada asimetris, fremitus dada melemah pada sisi kiri, terdapat nyeri tekan pada dada
kiri
Perkusi:
Pada dada kiri terdapat suara redup
Aukultasi:
Tidak terdapat ronchi dan wheezing, suara napas melemah pada sisi kiri, terdapat egofoni.
b. Blood (B2)
Inspeksi :Tidakterlihat adanya Cyanosis
Palpasi :Akral hangat, CRT <3 detik, nadi : 122x/ mnit
Perkusi :Suara redup pada daerah jantung
Aukultasi : Bunyi jantung normal, TD : 120/90 mmHg
c. Brain (B3)
Kesadaran composmentis, GCS 456, mata : konjungtiva tidak anemis, sclera merah muda.
Fungsi sensoris : penglihatan tidak terdapat gangguan, pendengaran masih dapat mendengarkan
suara baik pelan maupun keras, penciuman, perabaan, dan pengecapan masih pad abates normal.
d. Bladder (B4)
Kondisi saluran kencing bersih, tidak terdapat lesi atau benjolan, BAK 3x sehari warma kuning
jernih, bau khas urine, minum 3/4 gelas/hari
e. Bowel(B5)
Abdomen simetris, tidak ada benjolan, mukosa bibir lembab, tidak terdapat stomatitis, gigi
lengkap, BAB 1x/hari, lembek berbau khas. Tidak terdapat nyri tekan pada abdomen, perkusi
abdomen tympani, peristaltic usus 16x/mnt
f. Bone(6)
Ekstremitas simetris kiri kanan, tidak terdapat fraktur pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan
otot normal, akral hangat, CRT <3 detik
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Ro
- Perselubungan homogeny di hemithoraks kiri, pendorongan jantung kekanan, pendorongan
trachea ke kanan, diafragma kiri sulit dinilai.
- Kesimpula : Efusi pleura kiri
b. Laboratorium
- Hb : 9,6
- Leukosit : 11.500
- Hematokrit : 28.8
- Eritrosit : 4.200.000
- Trombosit : 505.000
- Bilirubin T : 26,3
- Bilirubin D : 12,8
- SGOT : 90
- SGPT: 117
- Kreatinin Serum : 0,79
- Urea : 17,1
- Asam Urat : 3,97
- GDA : 86
G. Therapy
1. Infus RL 20 lpm
2. Fungsi pleura
3. Ciprofloxacim 2x500 mg
4. Aminophilin 4x200 mg

Data tambahan
Ketidakefektifan pola pernapasan
- Pernapasan sukar
- Pernapassan disritmik
- Ortopnea
- Takipnea
- Hiperpnea
Nyeri akut
- Agitasi
- Ansitas
- Menggosok bagian yang nyeri
- Imobilitas
- Gangguan Kosentrasi
- Mengaktifkan rahang/mengepalkan tangan
Insomnia
- Klien tampak kurang bergairah
- Afek tampak berubah
- Kontak mata yang buruk
- Melihat sepintas
- Tampak waspada

ANALISA DATA
No Kelompok Data Etiologi Masalah
1. DS menurunnya ekspansi Ketidakefektifan
klien mengatakan sesak napas. paru sekunder terhadap pola pernapasan
DO : penumpukan cairan
 Dispnea, dalam rongga pleura
 perubahan frekuensi napas
 Pernapasan sukar,
 Ortopnea,
 Takipna, hiperpnea,
 pernafasan disritmik
 Nadi: 112x/mnt, RR: 28x/mnt
 Dada simetris,cembung pada sisi kiri
pergerakan dada menurun pada sisi kiri
 Diafragma kiri sulit dinilai
2. DS : Gangguan frekuensi Nyeri akut
Klien mengatakan sesak dan dada terasa jalan nafas
nyeri pada bagian kiri (skala nyeri 5 )
DO :
gangguan kosentrasi,
 Sesak nafas
 Batuk produktif
 Secret
 Agitasi
 menggosokbagian yang nyeri
 Imobilitas
 Gangguan kosentrasi
 Mengatupkan
rahang/mengepalkan tangan.
 Terdapat nyeri tekan pada dada kiri
3. DS : Sesak napas Imsomnia (susah
Klien mengeluh susah tidur, tidur)
DO :
 Klien tampak kurang bergairah
 Afek tamapk berubah
 Perubahan pada pola tidur
4. DS : Ancaman kematian Ansietas
Klien mengatakan merasa cemas tentang
penyakit yang di deritanya
DO:
 Pasien selalu menanyakan keadaannya
 Pasien trlihat cemas
 Kontak mata yang buruk
 Gugup
 Melihat sepintas
 Tampak waspada

5. DS : Pasien kurang nyaman dengan Adanya nyeri Defisit


keadaan mulutnya keperawatan diri
DO : Tidak mampu merasakan kebutuhan
untuk melakukan salah satu langkah-
langkah hygiene

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA


No Diagnosa Ditemukan Teratasi tanggal Paraf
tanggal
1 Ketidakefektifan pola pernafasan 8 oktober 2011 9 Oktober 2011
berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukan
cairan dalam rongga pleura.
2 Nyeri akut b/d gangguan 8 oktober 2011 10 Oktober 2011
pernafasan ditandai dengan
sesak dan nyeri pada dada
bagian kiri

3 Cemas berhubungan dengan 8 oktober 2011 11 Oktober 2011


adanya ancaman kematian yang
ditandai dengan ketidakmanpuan
bernafas
4 Insomnia(susah tidur) 8 oktober 2011 11 Oktober 2011
berhubungan dengan sesak
napas yang ditandai dengan
klien mengeluh susah tidur
5 Defisit keperawatan 8 oktober 2011 11 Oktober 2011
berhubungan dengan gejala
nyeri di tandai dengan
ketidaknyamanan pada mulutnya
INTERVENSI
N DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVEN RASIONAL
O STANDART SI
1 Ketidak Pasien mampu - Irama: Reguler1. Mengkaji 1. Dengan mengkaji
efektifan pola mempertahank - Frekuensi : 20- dan pernafasan,kita dapat
pernafasan an fungsi paru 24x/mnt identivikasi tahu sejauh mana
berhubungan secara normal. - Tidak ada penyebab ke perubahan kondisi
dengan Dalam jangka dispnea tidak pasien dan
menurunnya waktu 3x24 - Pernapasan efektifan mengidentifikasi peny
ekspansi paru jam ritmik pola nafas. ebab, kita dapat
sekunder - menentukan jenis
terhadap Pada pemerik effusi pleurasehingga
penumpukan saan sinar X dapat mengambil
cairan dalam dadatidak tindakan.
rongga pleura. ditemukan
adanya 2.Pening katan RR dan
akumulasi tachcardi merupakan
cairan 2. Melakukan medikasi adanya
- Bunyi nafas observasi penurunan fungsi pan.
terdengar jelas. TTV.
3.memudahkan
pertukaran gas agar
tidak mengalami
3. Menetapkan kesusahan pada pola
klien pada nafas.
posisi
semifollar. 4.Aukultasi dapat
menentukan kelainan
suara nafas pada
4. Lakukan bagian paru-paru
aukultasi
suara nafas 5.pasien mampu berlatih
tiap 2-4 jam tentang tehnik
pengontrolan nafas
yang di anjurkan.
5.Memberikan
HE tentang 6.Penurunan diafragma
tehnik memperluas daerah
pengontrolan dada sehingga ekspansi
nafas. pun biasa maksimal.

6.Baringkan
pasien dalam
posisi yang
nyaman,dala
m posisi 6.Menekan daerah
duduk,denga yang nyeri ketika batuk
n kepala atau nafas
tempat tidur dalam,penekanan otot
ditinggikan otot dada serta
60-90 abdomen membuat
derajat. batuk lebih efektif.

7.Pemberian oksigen
6.Bantu dan dapat menurunkan
ajarkan beban pernafasan dan
pasien untuk mencegah terjadinya
batuk dan sianosis akibat hiponia
nafas dalam dengan photo toraks
yang efektif. dapat di monitor
kemajuan dari
berkurangnya cairan
7.Kolaborasi dan kembalinya daya
dengan tim kembang paru.
medis lain
untuk
pemberian
O2 dan obat-
obatan serta
frothorax
2 Nyeri akut b/d Nyeri hilang - Pasien1. Mengkaji 1. Nyeri dada biasanya
gangguan atau berkurang mengatakan terhadap ada dalam beberapa
pernafasan Dalam jangka nyeri berkurang adanya derajat pada
ditandai waktu 2x24 atau dapat nyeri. pneumonia, juga dapat
dengan sesak jam dikontrol, timbul komplikasi
dan nyeri pada - Pasien tampak pericarditis dan
dada bagian tenang endocarditis.
kiri - Wajah pasien
tampak 2. Agar menurunkan
membaik ketegangan otot
- Kondisi pasien2. Ajarkan pada rangka, yang dapat
tidak terlihat klien tentang menurunkan intensitas
lemah. manajement nyeri.
nyeri dengan
distraksi dan
relaksasi. 3. Alat untuk mengontrol
ketidaknyamanan dada
3. Anjurkan dan sementara
bantu pasien meningkatkan
dalam keefektifan upaya
menekan batuk.
dada selama
episode 4.Nyeri dada biasanya
batuk. ada dalam beberapa
derajat pada efusi
plura.
4. Menentukaan
karakteristik
nyeri.
5. Obat ini dapat
digunakan untuk
menekan batuk
nonproduktif/paroksim
5. kolaborasi al atau menurunkan
dengan mukosa berlebihan,
dokter untuk meningkatkan
pemberian kenyamanan/
analgetik istirahat umum.
sesuai
indikasi
.

3. Cemas Pasien mampu - Pasien mampu 1.Jelaskan 1. Pasien mampu


berhubungan memahami dan bernapas secara mengenai menerima keadaan dan
dengan menerima normal penyakit dan mengerti, sehingga
adanya keadaannya - Pasien mampu diagnosanya dapat di ajak kerjasama
ancaman sehingga tidak beradaptasi dalam keperawatan.
kematian yang terjadi dengan
ditandai kecemasan keadaanya 2. Mengurangi ketegangan
dengan dalam jangka 2. Ajarkan otot dan kecemasan
ketidakmanpu waktu 2x24 teknik saat bernapas.
an bernafas. jam relaksasi
napas dalam.3. Hubungan saling
percaya membantu
proses terapeutik.
3. Pertahankan
hubungan
saling
percaya 4. Tindakan yang tepat di
antara perlukan dalam
perawat dan mengatasi masalah dan
pasien membangun
kepercayaan dalam
4. Kaji faktor mengurangi
yang kecemasan.
menyebabka
n timbulnya 5. Rasa cemas merupakan
rasa cemas efek emosi, sehingga
apabila sudah
teridentifikasi perasaa
n yang mengganggu
5. Bantu pasien dapat diketahui.
mengenali
dan
mengakui
rassa
cemasnya.

IMPLEMENTASI
TGL/JAM NO.DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON PARAF
8 Oktober 2011
08.00 WIB 1 1. Mengajarkan untuk Klien
mengatasai hiperventilasi mengikutinya.
melalui control pernafasan..

2.Mengkaji adanya nyeri, skala


09.00 WIB 2 dan intensitas nyeri pasien Pasien
menyatakan skala
3. Mengajarkan teknik nyeri berkurang
relaksasi.
10.00 WIB 3 Pasien mampu
melakukannya
4.Menganjurkan pasien
melakukan posisi tiga titik.
11.00 WIB 1 Pasien mengikuti
5.Pemberian terapy pungsi dengan baik.
pleura.
11.30 WIB 1 Pasien mengikuti
6.Melakukan kolaborasi dengan proses terapy
tim medis lain untuk
12.00 WIB 1 pembelian O2 dan obat- Pasien
obatan serta frothorax menggunakan dan
meminumnya

9 oktober 2011
09.00 WIB 2 1. Mengajarkan pada klien Pasien mengaku
tenang manajemen nyeri mengerti dan
dengan distraksi dan mencobanya.
relaksasi

2 2. Memberikan analgetik sesuai Pasien mau


indikasi meminumnya

10.00 WIB 1 3.Pemberian O2 2liter/ menit Pasien


menerimanya
dengan baik

11.00 WIB 2 3.Observasi TTV Pasien mengikuti


- Tensi proses observasi
- Nadi
- Suhu
- RR
12.00 WIB 3 4. Menganjurkan dan Pasien
membantu pasien dalam mengatakan mau
menekan dada selama melakukan
episode batuk

13.00 WIB 2 5. Mempertahankan hubungan Pasien mengaku


saling percaya antara tenang
perawat dan pasien
2 6.Menawarkan pembersihan Pasien bersedia
mulut dengan sering melakukanya

10 oktober 2011

10.00 WIB 3 1. Menjelaskan kepada pasien Pasien


mengenai penyakit dan memperhatikan
diagnosanya penjelasanya

11.00 WIB 1 2. Membantu dan ajarkan Pasien mampu


pasien untuk batuk dan nafas batuk dan napas
dalam yang efektif. secara efektif

12.00 WIB 3 3. Mengkaji faktor yang Pasien mengerti


menyebabkan timbulnya rasa dan
cemas mengatakannya

13.00 WIB 3 4. Membantu pasien mengenali Pasien mampu


dan mengakui rassa mengakui dan
cemasnya. mengungkapkan
nya

EVALUASI
Tgl/Jm No Diagnosa Evaluasi Paraf
8 oktober 2011 1 S : Pasien sudah bisa mempertahankan fingsi paru
secara normal
14.00 O:
- T:120/mmHg, nadi: 89x/mnt, S:36,6 RR:
14x/mnt
- Terpasang nasal klaune
- Melakukan observasi RR 2x 24 jam
- Memberikan oksigenasi 2 liter/menit
padapasien
- Menetapkan pasien dalam posisi semi folaer.
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan

9 oktober 2011 2 S : Klien mengatakan sesak reda dan dada terasa


15.00 ringan pada bagian kiri
O:
- Kosentrasi seimbang
- Pola tidur kembali normal
- Dada simetris.
A : Masalh teratasi
P : Intervensi dihentikan
10 oktober 2011 3 S : Kondisi pasien sedikit tenang dan tidak lagi
15.00 cemas
O:
- Wajah berseri
- Pasien mengerti akan penyakitnya
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA
Priharjo Robert, 1996. Pengkajin Fisik Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran EGC
NANDA-I, 2010. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: Buku kedokteran
EGC
Martha & Smith Kelly, 2010. Nanda Diagnosa Keperaawatan. Yogyakarta: Digna pustaka
Juall Lynda, 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran EGC
E Doenges Marilynn dkk, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Buku kedoktteran EGC

You might also like