You are on page 1of 1

Mengenal Allah bukan sekadar mengetahui dan menghapal asma` (nama-nama) dan sifat-sifat Allah.

Akan tetapi,
kita harus meyakini keesaan Allah dalam perkara yang hanya mampu dilakukan oleh Allah (rububiyah Allah),
peribadahan (uluhiyah Allah), dan asma` dan shifat-Nya.
Beriman kepada Allah dalam ketiga hal tersebut merupakan kunci dari akidah yang benar. Akidah seseorang dapat
dikatakan telah benar jika dia telah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mewujudkan dengan
amal perbuatan bahwa: (1) hanya Allah yang mencipta langit, bumi, dan seluruh makhluk-Nya, hanya Allah yang
memelihara, memberi rezeki, dan mengadzab mereka (jika mereka durhaka kepada Allah); (2) hanya Allah satu-
satunya sesembahan yang berhak memperoleh persembahan peribadahan dari seluruh makhluk di muka bumi ini;
(3) hanya Allah yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang Mahamulia, tidak ada satupun kekurangan di
dalamnya, dan tak ada satu makhluk pun yang menyamai Allah dalam kemuliaan ini.
Beriman terhadap siifat rububiyah Allah, sifat uluhiyah Allah, serta nama-nama dan sifat-sifat Allah terangkai menjadi
satu, tak boleh dipisahkan. Ketiga hal tersebut harus diimani oleh setiap muslim dan muslimah, termasuk juga kita,
tentunya. Apabila ada salah satu bagian di antara ketiga tauhid tersebut yang tidak terpenuhi, maka orang tersebut
telah melakukan kesyirikan. Sebagai contohnya, yaitu kaum musyirikin Quraisy. Mereka mentauhidkan Allah dalam
hal rububiyah Allah, yaitu dengan meyakini bahwa hanya Allah pencipta alam semesta, pengatur seluruh alam,
pemberi rezeki, dan yang mampu menimpakan azab. Akan tetapi, kaum musyrikin Quraisy tidak mentauhidkan Allah
dalam hal peribadatan kepada Allah (uluhiyah Allah). Mereka tetap saja menyembah berhala, berdoa kepada
berhala-berhala yang mereka buat dari bebatuan dan bahan makanan. Mereka juga mempersembahkan hewan
sembelihan kepada selain Allah. Oleh sebab itulah, mereka tergolong orang kafir dan musyrik. Kekafiran merekalah
yang menyebabkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi mereka.
Berdasarkan penelitian ilmiah yang sangat mendalam terhadap dalil-dalil di dalam al-Quran dan hadits-hadits yang
berkaitan dengan keesaan Allah, para ulama kaum muslimin menyimpulkan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga
macam, yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma’ wa shifat.
Sumber-sumber Aqidah Yang Benar dan Manhaj Salaf dalam Mengambil Aqidah.
Monday, May 30, 2005

Kitab Tauhid 1
oleh: Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al fauzan

Aqidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar'i, tidak ada medan ijtihad dan
berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumbernya terbatas kepada apa yang ada di dalam Al-Qur'an dan
As-Sunnah. Sebab tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa yang wajib bagiNya dan
apa yang harus disucikan dariNya melainkan Allah sendiri. Dan tidak seorang pun sesudah Allah yang lebih
mengetahui tentang Allah selain Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam.

Oleh karena itu manhaj Salafus Shalih dan para pengikutnya dalam mengambil aqidah terbatas pada Al-Qur'an dan
Karena Allah sudah menjamin orang yang berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan Sunnah RasulNya dengan kesatuan
kata, kebenaran aqidah dan kesatuan manhaj. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, ..." (Ali Imran: 103)

"Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barangsiapa yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat
dan tidak akan celaka." (Thaha: 123)

Karena itulah mereka dinamakan firqah najiyah (golongan yang selamat). Sebab Rasulullah telah bersaksi bahwa
merekalah yang selamat, ketika memberitahukan bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan yang
kesemuanya di Neraka, kecuali satu golongan. Ketika ditanya tentang yang satu itu, beliau menjawab:
"Mereka adalah orang yang berada di atas ajaran yang sama dengan ajaranku pada hari ini, dan para
sahabatku." (HR. Ahmad)

Kebenaran sabda baginda Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam tersebut telah terbukti ketika sebagian manusia
membangun aqidahnya di atas landasan selain Kitab dan Sunnah, yaitu di atas landasan ilmu kalam dan kaidah-
kaidah manthiq yang diwarisi dari filsafat Yunani dan Romawi maka terjadilah penyimpangan dan perpecahan
dalam aqidah yang mengakibatkan pecahnya umat dan retaknya masyarakat Islam.As-Sunnah. Maka segala apa
yang ditunjukkan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah tentang hak Allah mereka mengimaninya, meyakininya dan men-
gamalkannya. Sedangkan apa yang tidak ditunjukkan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah mereka menolak dan
menafikannya dari Allah. Karena itu tidak ada pertentangan di antara mereka di dalam i'tiqad. Bahkan aqidah
mereka adalah satu dan jama'ah mereka juga satu.

You might also like