You are on page 1of 14

MAKALAH ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

“PENCEMARAN KALI MERI KELURAHAN SANAN AKIBAT


INDUSTRI KRIPIK TEMPE”

OLEH

1. GILANG ANDHIKA SEPBIANTO 1610.13251.246


2. HAIWA 1610.13251.247
3. GERVASIUS PATI 1610.13251.245
4. PANJI MUSTASAWWIP 1610.13251.254
5. REYNA SANDRAWATI CINTYA DEWI 1610.13251.251
6. RIZFAN PRAYOGIE ANGGARA 1610.13251.260

PROGAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN

STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT atas limpahan
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pencemaran Kali Meri Kelurahan Sanan Akibat Industri Kripik Tempe”

Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya terhadap


semua pihak yang telah membantu kami, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami selaku penulis mengharapkan banyak kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang kami buat di masa depan.

Semoga makalah yang kami susun dapat berguna untuk semua permbaca.
Kami mohon maaf apabila dalam penyajian makalah terdapat kata – kata yang
kurang berkenan.

Malang, 2 April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengatar ................................................................................................... I


Daftar Isi ........................................................................................................... II
Bab I
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3.Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II
Pembahasan
2.1 Gambaran Kondisi Sentra Industri Tempe Sanan ................................ 3
2.2 Pelanggaran HAM akibat Pembuangan Limbah Langsung Ke
Lingkungan ........................................................................................... 6
2.3 Penagangan Masalah Limbah Di Sentra Industri Tempe Sanan .......... 8
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 10
3.2 Saran ..................................................................................................... 10
Daftar Isi ........................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri Tempe sanan merupakan sebuah sentra industri berskala rumah
tangga yang 70% penduduknya bermatapencaharian sebagai produsen tempe
maupun kripik tempe. Karakteristik dari sentra industri ini adalah belum
mempunyai tempat penampungan dan pengolahan limbah sendiri. Limbah
yang berasal dari aktivitas proses produksi maupun non proses produksi
maupun non proses di buang begitu saja ke lingkungan(Ariningrum dkk, 2009).
Karakter limbah cair ini tinggi kandungan bahan pencemaran organiknya
berupa pati, lemak, minyak dan protein serta detergen. Bahan pencemaran ini
sangat berbahaya karena sulit terdegradasi secara alami di lingkungan. Apabila
limbah tersebut langsung langsung di buang ke sungai tanpa melalui
pengolahan akan sangat merusak lingkungan (Ariningrum dkk, 2009).
Kerusakan lingkungan akibat industri tempe melanggar Hak Asasi
Manusia (HAM) karena setiap manusia memiliki hak yang sama terhadap
lingkungan untuk memperoleh lingkungan hidup yang sehat, hak itu
merupakan Hak Asasi setiap umat manusia di dunia ini. Manusia dan
lingkungan hidup dapat hidup berdampingan dengan sangat baik (Sugiantari,
2013).

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana kondisi industri tempe dan kripik tempe di kelurahan Sanan?
b. Bagaimana hubungan HAM terhadap pencemaran lingkungan akibat
indutri tempe di Sanan?
c. Bagaiamana cara penanggulagan pencemaran di kelurahan Sanan?

1
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui kondisi industri tempe dan kripik tempe di keluarahan
Sanan.
b. Untuk mengetahui hubungan HAM terhadap pencemaran lingkungan
akibat industri tempe di Sanan.
c. Untuk mengetahui cara penaggulangan pencemaran lingkungan di
keluarahan Sanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Sentra Industri Tempe Sanan


Seperti halnya semua usaha, prosesnya diawali dari bahan mentah
atau bahan baku produksi yang kemudian menjadi barang jadi tentunya
terdapat suatu sistem “input – proses – output”, dimana dalam sistem ini
terdapat salah satunya dampak adalah limbah produksi. Sentra industri
tempe di Sanan menimbulkan dampak buruk, yaitu adanya bau yang tidak
sedap karena limbah kedelai dan kotoran sapi yang berada di lingkungan
tersebut. Hal ini disebabkan oleh limbah industri tempe dan kotoran ternak
di wilayah sanan yang mayoritas mempunyai hewan ternak dan industri
tempe. Jika dilihat dari proses produksi tempe, limbah berasal dari air
bekas cucian dan perebusan pertama, rendaman pertama berupa limbah
cair. Kemudian pengupasan menghasilkan limbah padat, dilanjutkan
pencucian kedua sampai penirisan yang juga menghasilkan limbah cair.
Sapi – sapi yang diberi pakan dari limbah padat dan sebagian limbah cair
dari produksi tempe ini juga menghasilkan kotoran yang pembuangnya
langsung ke sungai (Tutuko, 2013).
Karakteristik limbah cair segar putih keruh, berbau busuk yang
menyengat dan berbusa. Kekeruhan disebabkan oleh adanya benda
tercampur atau koloid di dalam air yang berasal dari buangan organik
seperti sisa – sisa proses produksi tempe maupun buangan dari aktivitas
sehari – hari penduduk sanan. Bau busuk pada limbah akibat adanya
pembusukan bahan cemaran organik oleh mikroorganisme, serta berasal
dari sisa – sisa metabolisme manusia seperti urin dan feses yang terikut di
dalam air (Ariningrum,dkk,2009).
Warna putih keruh pada air limbah berasal dari pembuangan air
rendaman dan pengelupasan kulit kedelai yang masih banyak mengandung
pati, juga berasal dari air bekas pencucian peralatan proses produksi.
Menurut (Sugiharto,1987 dalam Ariningrumndkk, 2009) bau timbul

3
karena adanya aktivitas oraganisme yang menguraikan zat organik atau
dari reaksi kimia yang terjadi dan menghasilkan gas tertentu (Ariningrum
dkk, 2009).
Keberadaan busa berasal dari air sisa pencucian peralatan produksi,
peralatan dapur, maupun cucian pakaian, air bekas penggunaan sabun
mandi dan shampo yang terikut di dalam limbah cair tempe, karena
dibuang melalui saluran yang sama. Keberadaan busa yang
mengindikasikan adanya bahan cemaran organik berupa deterjen. Hal ini
dikarenakan kandungan zat aktif deterjen yaitu surfaktan, merupakan zat
aktif permukaan zat aktif permukaan yang dapat menyebabkan timbulnya
busa sebagai akibat dari dipecahkanya struktur molekul air pada
permukaan dan tahan terhadap perluasan permukaan berkurang
(Ariningrum dkk, 2009).

Gambar 1. Kondisi Sungai di kelurahan Sanan

4
Gambar 2. Kondisi sungai di Kelurahan Sanan

Gambar 3. Limbah yang di buang langsung ke sungai

5
Gambar 4. Kondisi sungai di belakang sentra industri Sanan

2.2 Pelanggaran HAM akibat pembuangan limbah langsung ke lingkungan

Pembuangan limbah sisa industri tempe di Sanan yang langsung ke


lingkungan tanpa di kelola terlebih dahulu adalah perbuatan melanggar Hak
Asasi Manusia (HAM). Karena setiap manusia memiliki hak yang sama
terhadap lingkungan hidup yaitu hak untuk memperoleh lingkungan hidup
yang sehat, hak itu merupakan hak asasi setiap umat manusia di dunia ini.
Manusia dan lingkungan hidup dapat hidup berdampingan dengan sangat baik,
lingkungan hidup bukanlah obyek dari manusia yang dapat di manfaatkan
tanpa memperlihatkan kelestarianya akan tetapi manusia dan lingkungan
hidup harus hidup berdampingan dan saling mendukung karena posisi
keduanya adalah sebagai subyek (Sugiantari, 2013).

Lingkungan hidup yang sehat merupakan hak setiap manusia. Hak itu
merupakan hak yang fundamental dari setiap umat manusia. Seperti
dituangkan dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia perubahan keduaUUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1) di sebutkan (1)
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan

6
mendapatkan lingkungan hidup yang baik sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (Sugiantari, 2013).

Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk menikmati lingkungan


hidup yang sehat, bersih dan nyaman. Pembungan limbah bekas industri
tempe di Kelurahan Sanan mengganggu atau mengurangi hak dari manusia
untuk menikmati lingkungan hidup yang bersih, sehat, nyaman dan aman.
Pembuangan limbah yang di lakukan oleh pemilik industri tempe di Kelurahan
Sanan yang membuang limbahnya langsung ke lingkungan menimbulkan
masalah lingkungan yang serius seperti adanya bau busuk yang sangat
menyengat, mutu air sungai jadi menurun dan menimbulkan beragai masalah
kesehatan bagi masyarakat (Sugiantari, 2013).

Lingkungan yang sehat merupakan hak yang asasi dari umat manusia.
Seorang umat manusia tidak boleh menyebabkan manusia lainnya tidak
mendapat haknya terhadap lingkungan hidup yang sehat. Oleh karena itu,
penegakan hukum terhadap pelanggaran hak asasi manusia terhadap
lingkungan hidup sangat perlu dilakukan (Sugiantari, 2013).

Pasal 9 ayat (3) Undang – Undang No 39 Tahun 1999 secara tegas


menyebutkan bahawa hak atas lingkungan hidup yang sehat itu merupakan
hak dasar yang melekat secara hakiki bagi umat manusia dan memiliki sifat
yang sama dengan hak hidup seseorang. Oleh karena itu perlu adanya
penegakan hukum terhadap pelanggaran hak asasi manusia terhadap
lingkungan hidup yang bersih, sehat, nyaman dan aman. Dalam penegakan
hukum termasuk penegakan hukum lingkungan diperlukan kerjasama yang
baik antara masyarakat, pemerintah dan penegakan hukum sendiri (Sugiantari,
2013).

Penegakan hukum lingkungan dapat melingkupi seluruh penegakan


hukum, baik itu melalui hukum administrasi, hukum perdata, maupun hukum
pidana. Penegakan hukum administrasi negara merupakan instrumen
pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan hidup. Sanksi administratif
bersifat pencegahan, sehingga sebenarnya sanngsi ini yang paling efektif di

7
gunakan untuk melakukan pencegahan terhadap pencemaran lingkugan hidup
(Sugiantari, 2013).

Penegakan hukum perdata dapat diselesaikan melalui alternatif


penyelesaian sengketa (diluar peradilan) maupun diluar peradilan. Alternatif
penyelesaian sengketa dapat dilakukan melaui mediasi, negosiasi, konisiliasi,
dan arbitase. Sedangkan melaui peradilan dapat digunakan prosedur strict
liability yaitu pembuktian kesalah dibebankan kepada pihak tergugat bukan
pihak penggugat, sistem ini disebut beban pembuktian terbalik. Dapat juga
dilakukan melaui class action (gugatan kelompok) maupun legal standing
yang dilakukan oleh masyarakat yang peduli terhadap permasalahan
lingkungan (Sugiantari, 2013).

Sedangkan sanksi pidana mereupakan sanksi terakhir yang dapat


digunakan untuk menghukum seseorang yang melakukan tibdakan
pelanggaran hukum termasuk dalam hal tindakan yang merusak lingkungan
hidup yang menyebabkan banyak orang dirugikan akibat tindakan itu
(Sugiantari, 2013).

2.3 Cara Penaggulangan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Sanan

Industri tempe tradisional sudah dikenal, dikembangkan dan


dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, tetapi limbah dari industri tempe
tersebut belum diolah dengan benar sehingga dapat mengganggu kesehatan
dan kelangsungan hidup hewan air. Akibat dari air limbah tersebut adalah
kadar oksigen dalam air berkurang dan timbulnya bau. Pada dasarnya, limbah
tempe dibedakan menjadi dua jenis, yaitu padat dan cair (Winda dan Suharto,
2015).

Sebagian besar industri pembuatan tempe, hanya membuang limbah


cairnya di sungai atau saluran-saluran air. Pembuangan air limbah industri
tempe ini belum disesuaikan dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
IPAL pada air limbah industri tempe dapat dibagi menjadi 2, yaitu: IPAL
tradisional dan IPAL Sequencing Batch Reactor. IPAL tradisional terdiri atas
pra perlakuan, perlakuan primer, perlakuan sekunder dan tersier sehingga

8
effluent memenuhi standar dari pemerintah daerah setempat. IPAL model ini
memerlukan lahan yang cukup luas dengan harga lahan mahal dan standar
operasi cukup rumit bagi pengrajin industri tempe tradisional (Winda dan
Suharto, 2015).

IPAL Sequencing Batch Reactor (SBR) merupakan metode


pengolahan air limbah yang jauh lebih mudah dioperasikan di industri pangan
dengan luas lahan jauh lebih kecil (hanya terjadi dalam satu reaktor)
dibandingkan IPAL tradisional serta mampu digunakan untuk mengolah air
limbah dalam jumlah yang banyak. Prinsip kerja SBR adalah pengisian,
pereaksian, pengendapan dan pemisahan, pembuangan, stabilisasi (Nugroho,
2004 dalam Winda dan Suharto, 2015).

Pengolahan air limbah tempe yang hendak dilakukan, diawali dengan


ekualisasi umpan (air limbah tempe) sebelum dialirkan menuju tangki
pengolahan SBR, dimana air limbah tempe berada pada suhu 25 ̊ C dan
rentang pH 6-8 kemudian dilanjutkan dengan penentuan variabel dari variasi-
variasi yang memberikan nilai BOD paling rendah. Parameter yang diukur
untuk pengolahan air limbah tempe dengan metode SBR, yaitu pengukuran
pH dan BOD selama melakukan variasi serta dilengkapi dengan pengukuran
TSS, TDS, BOD dan COD untuk pengukuran nilai awal dan akhir pengolahan
dengan SBR. Hasil yang didapatkan diawal, dicatat untuk dijadikan
perbandingan dengan hasil pengukuran air limbah keluaran tangki kedua dan
ketiga atau tangki pengolahan air limbah dengan metode SBR.Penggunaan
pasir kuarsa, zeolit dan karbon aktif merupakan pengolahan tersier yang
diharapkan mampu memberikan penurunan dari parameter-parameter limbah
lebih besar tradisional (Winda dan Suharto, 2015). Tujuan dari pengolahan
SBR ini sendiri adalah untuk mengurangi kadar BOD pada limbah tempe.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembuangan limbah sisa indutri tempe di Sanan yang langsung ke


lingkungan tanpa di kelola terlebih dahulu adalah perbuatan melanggar Hak
Asasi Manusia (HAM). Karena setiap manusia memiliki hak yang sama
terhadap lingkungan hidup yaitu hak untuk memperoleh lingkungan hidup
yang sehat, hak itu merupakan hak asasi setiap umat manusia di dunia ini.
Akibat dari air limbah tersebut adalah kadar oksigen dalam air berkurang dan
timbulnya bau.

IPAL Sequencing Batch Reactor (SBR) merupakan metode


pengolahan air limbah yang jauh lebih mudah dioperasikan di industri pangan
dengan luas lahan jauh lebih kecil (hanya terjadi dalam satu reaktor)
dibandingkan IPAL tradisional serta mampu digunakan untuk mengolah air
limbah dalam jumlah yang banyak.

3.2 Saran

Perlu dilakukan edukasi serta penyuluhan kepada masyarakat di daerah


Kelurahan Sanan untuk melakukan pengolahan limbah tempe terlebih dahulu
sebelum membuangnya, sehigga tidak mencemari lingkungan sekitar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ariningrum, dkk. 2009. Bioremediasi Limbah Cair Sentra Industri Tempe Sanan
Serta Perencanaan Unit Pengolahannya (Kajian Pengaturan Kecepatan
Aerasi dan Waktu Inkubasi). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 10, No. 2.
Sugiantari, WP. 2013. Aktualisasi Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penegakan
Hukum Lingkungan. Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati
Denpasar.
Tutuko, P. 2013. Alternatif Pengelolaan Limbah Rumah Produktif Kampung
sanan Tempe Malang. Seminar Pascasarjana III ITS Surabaya.
Winda dan Suharto. 2015. Pengolahan Air Limbah Tempe dengan Metode
Sequencing Batch Reactor Skala Laboratorium dan Industri Kecil Tempe.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” Pengembangan
Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. ISSN
1693-4393.

11

You might also like