You are on page 1of 13

Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2011, Vol.

16 Nomor 2
 

Pemodelan Magnetotellurik 2D Menggunakan Metode Elemen Batas

Imran Hilman Mohammad1,2), Wahyu Srigutomo1), dan Doddy Sutarno1)


1)
Kelompok Keahlian Fisika Sistem Kompleks,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
2)
Program Studi Geofisika, Universitas Padjadjaran
e-mail:imran.hilman@phys.unpad.ac.id

Diterima 10 Maret 2011, disetujui untuk dipublikasikan 6 Juni 2011

Abstrak
Dalam permasalahan elektromagnetik untuk aplikasi geofisika, rangkaian persamaan Maxwell dapat
disederhanakan menjadi persamaan Helmholtz, sehingga dapat dicari solusi permasalahan menggunakan berbagai
skema numerik. Metode elemen batas merupakan metode numerik untuk memecahkan persamaan diferensial parsial
yang telah dikembangkan dalam beberapa dekade ini untuk memecahkan berbagai permasalahan medan
elektromagnet. Metode ini memiliki keunikan dibandingkan metode numerik lain untuk memecahkan persamaan
diferensial parsial, karena hanya membutuhkan diskretisasi pada bidang-bidang batas domain pemodelan. Solusi
pada batas domain dapat digunakan untuk mencari solusi pada seluruh domain pemodelan, membuat metode ini
memiliki algoritma numerik yang sangat efisien. Dalam makalah ini, metode elemen batas digunakan untuk
menghitung respon magnetotellurik 2D dalam bentuk resistivitas semu dan fasa impedansi modus TE (transverse
electric). Pemodelan elemen hingga digunakan sebagai pembanding hasil pemodelan elemen batas yang
dikembangkan.
Kata kunci : Metode elemen batas, Magnetotelurik 2D.

2D Magnetotelluric Modelling using Boundary Element Method


Abstract
In most formulations of electromagnetic methods in geophysics, the set of Maxwell’s equations can be simplified
into Helmholtz’s equation which leads to possibility of solving electromagnetic problems using various numerical
schemes. The boundary element method is a numerical method for solving partial differential problems which in the
last several decades has been applied in electromagnetic problems. The method poses unique advantage in
comparison to other methods; it requires discretization only on the boundaries of the modeling domain. Solutions in
the boundaries can be used to find solutions on the entire modeling domain, which makes the boundary element
method a highly efficient numerical method. This paper will discuss 2D magnetotelluric (MT) modeling using
boundary element method. The method is applied to calculate 2D MT responses, expressed in apparent resistivity
and phase of impedance, for transverse electric (TE) mode. The results obtained by the method are compared to
those calculated by analytical solution and finite element modeling to show the accuracy of boundary element
method.
Keywords: Boundary-element method, 2D magnetotelluric.
1. Pendahuluan pendekatan numerik untuk memodelkan fenomena-
fenomena tersebut secara matematis.
Fenomena-fenomena fisis yang terjadi di alam
Salah satu fenomena yang terjadi di alam
semesta dapat dimodelkan secara matematis sebagai
semesta dan dimanfaatkan dalam aplikasi kebumian
suatu sistem dinamis melalui persamaan diferensial
adalah fenomena arus tellurik (telluric current). Arus
parsial (partial differential equation). Solusi
tellurik adalah arus yang dibangkitkan oleh interaksi
persamaan diferensial parsial pada umumnya dapat
antara plasma yang dipancarkan matahari dengan
diselesaikan melalui pendekatan analitik hanya pada
medan magnetik bumi. Fenomena arus telurik
kasus-kasus yang sangat sederhana atau sangat
digunakan dalam aplikasi kebumian melalui metode
disederhanakan. Keberadaan faktor-faktor kompleks
magnetotelluric (MT). Dalam metode ini, arus telurik
di dalam sistem dinamis membuat solusi analitik dari
digunakan sebagai sumber untuk menginduksi
persamaan diferensial parsial terkadang menjadi
material bawah permukaan untuk memperoleh
sangat rumit, atau bahkan tidak tersedia. Berbagai
informasi struktur konduktivitas bawah permukaan.
fenomena fisis di alam sangat rumit untuk
Metode ini memiliki jangkauan pemetaan struktur
dimodelkan secara analitik, sehingga digunakan
bawah permukaan dengan kedalaman bergantung

82
Muhammad dkk., Pemodelan Magnetotellurik 2D Menggunakan Metode Elemen Batas 83

pada frekuensi. Untuk frekuensi rendah, metode ini memperlihatkan perbedaan diskretisasi domain antara
dapat memperkirakan struktur konduktivitas bawah metode elemen hingga dengan metode elemen batas.
permukaan hingga beberapa kilometer (Kauffman
dan Keller, 1981; Vozoff, 1986).
Pemodelan respon MT telah dilakukan banyak
pihak. Pada awal perkembangannya, pemodelan ke
depan dilakukan dengan memecahkan persamaan
integral permukaan atau volume. Solusi ke depan
untuk model berlapis satu dimensi dinyatakan dalam
integral Fourier atau Bessel. Sementara itu, model 2D
atau 3D relatif sangat sulit dipecahkan kecuali pada
kasus khusus dengan geometri sederhana seperti bola
atau silinder. Dengan menggunakan persamaan
diferensial, keadaan geologi yang kompleks dapat
dimodelkan dengan lebih baik. Beberapa Gambar 1. Perbandingan diskretisasi domain pada
pengembangan pemodelan ke depan metode kasus MT menggunakan elemen hingga (FEM) dan
elektromagnetik menggunakan persamaan diferensial elemen batas (BEM). Elemen batas mendiskretisasi
antara lain dilakukan oleh Coggon (1971), Rijo domain hanya pada batas domain pemodelan,
(1977), Wannamaker dkk. (1984), Lee dan Morison sementara elemen hingga membutuhkan diskretisasi
(1985) serta Srigutomo dan Sutarno (1998) yang seluruh domain.
mengembangkan teknik pemodelan elemen hingga.
Pengembangan pemodelan elemen hingga pada
daerah dengan undulasi topografi yang bervariasi
seperti daerah pegunungan juga telah banyak
dilakukan, antara lain oleh Wannamaker dkk. (1986)
serta Chouteau dan Bouchard (1988).
Salah satu teknik pemecahan persamaan
differensial adalah penggunaan metode elemen batas
(Brebbia dan Dominguez, 1992). Pemodelan elemen
batas untuk persoalan elektromagnetik dalam bidang
geofisika diperkenalkan oleh Xu dan Zhao (1987),
yang memodelkan kasus MT 2D dengan permukaan Gambar 2. Domain pemodelan dan sistem koordinat
flat dan homogen. Selanjutnya Xu dan Zhou (1997) untuk kasus rambatan gelombang elektromagnetik
memodelkan persoalan MT 2D dengan efek 2D. Gelombang diasumsikan menjalar dari udara ke
topografi. Metode elemen batas memiliki keunikan bumi dalam sumbu z negatif dengan arah x
dibandingkan metode elemen hingga, yaitu antara menyatakan arah jurus (strike) geologis.
lain memiliki skema diskretisasi elemen yang Asumsikan suatu domain 2D dengan lapisan
sederhana, persiapan data yang relatif lebih sedikit terdiri dari udara sebagai half space atas dan bawah
dan konfigurasi elemen pada permukaan yang permukaan sebagai half space bawah sebagaimana
ditinjau sangat bersesuaian dan lebih konsisten ditunjukkan pada Gambar 2. Kita nyatakan dua
dengan kondisi lapangan sesungguhnya.
domain dan sebagai domain untuk halfspace
2. Permasalahan Syarat Batas Metode bawah dan atas Misalkan sumbu x dinyatakan
Magnetotelurik sebagai arah jurus (strike direction), sumbu y tegak
lurus terhadap sumbu x dan sumbu z vertikal ke
Metode elemen batas menggunakan sifat yang
bawah. Gelombang elektromagnetik datang dapat
berkaitan dengan harga nilai batas (boundary value
dipisahkan menjadi dua polarisasi yang berbeda,
problem), dalam hal ini fungsi Green, sehingga suatu
polarisasi Hx dan polarisasi Ex. Asumsikan faktor
persamaan diferensial parsial dapat diselesaikan
waktu adalah e-ipersamaan gelombang untuk Hx
dengan menggunakan pendekatan integral pada batas
dan Ex adalah (Xu dan Zhou, 1997):
domain permasalahan. Persamaan integral pada batas
domain (boundary integral equation) yang dihasilkan Ez Ey 
kemudian didiskretisasi menjadi elemen-elemen   i H x 
y z 
batas yang dihitung dalam suatu persamaan matriks
H x  (1)
sebagaimana dalam metode elemen hingga, hanya    i  Ey 
matriks yang dihasilkan akan lebih sederhana karena z 
elemen yang diperhitungkan dalam persamaan H x 
    i  Ez 
matriks hanya elemen dari diskritisasi bidang batas. y 
Ini akan menghemat memori komputer dan
mempercepat waktu komputasi. Gambar 1 dan
84 Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2011, Vol. 16 Nomor 2

H z H y  k1  i (10)
    i  E x 
y z 
E x  (2)
 i H y 
z 
E x 
  i H z 
y 
Untuk selanjutnya polarisasi Hx akan dinamakan
modus TM dan polarisasi Ex akan dinamakan modus
TE. Untuk modus TM, kita dapatkan  H x   E ,
z
y

H x pada batuan konduktif. Berdasarkan


 E z
y
asumsi  /  >> 1, maka harga H x dan H x pada
z y
Gambar 3. Pemantulan dan transmisi medan
bagian udara akan bernilai nol, sehingga dapat elektromagnetik modus TE pada bidang batas antara
diasumsikan Hx bernilai konstan pada domain udara. tanah dan udara.
Dengan demikian
Dari kontinuitas medan elektromagnetik
H x 1 (3)
sebagaimana diberikan pada Persamaan (5) dan
pada permukaan. Sedangkan pada domain , medan menggunakan hubungan:
elektromagnetik dapat didefinisikan sebagai Ei 0 Er 0 Et 
distribusi peluruhan medan elektromagnetik dalam  ,  ,  (11)
Hi k0 H r k0 Ht k1
medium homogen:
kita dapatkan:
H x  exp(  ikz ) (4)
k
Untuk modus TE, berdasarkan kontinuitas pada Ei  Er  Et (12)
k0
bidang batas antara lower dan upper half space, maka
persamaan medan Ex dan turunannya dapat Jika kita set Et = 1 pada permukaan, kita dapat
dinyatakan sebagai berikut: nyatakan E0x pada domain atas permukaan sebagai:
E x  E 0 x E0 x  cos(k 0 z )  i
k
sin( k0 z ) (13)
 (5) k0
n n
Ex  E0x Persamaan (3), (4), (5), (6), (7) dan (13)
merupakan persamaan syarat batas bagi
dan untuk daerah bawah permukaan, kita dapatkan permasalahan magnetotellurik 2D yang akan
medan Ex untuk daerah homogen: dimodelkan pada penelitian ini.
Ex  exp(ikz) (6) 3. Persamaan Elemen Batas
Untuk daerah atas permukaan, medan listrik terdiri Di dalam metode elemen batas, suatu
dari medan listrik datang (incident field) dan medan permasalahan yang diformulasikan dengan
listrik terpantul (reflected field) yang dapat persamaan diferensial parsial akan dipecahkan
dinyatakan dengan (Gambar 3): dengan membawa keberlakuan solusi permasalahan
E 0 x  E incident e ik 0 z  E reflection e ik 0 z dari seluruh domain menuju batas domain. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan identitas Green dan
(7) Teorema Gauss serta menerapkan teknik pembobotan
H 0 y  H incident e ik 0 z  H reflection e ik 0 z residual (Brebbia dan Dominguez, 1992; Gaul dkk.,
1992; Xu dan Zhou, 1997).
dimana Jika kita memiliki fungsi Helmholtz berikut:
k0   2  0 0 . (8)  2

k2   0 (14)

Medan listrik yang terdapat pada daerah bawah mula-mula kita gunakan teknik pembobotan residual
permukaan merupakan medan listrik transmisi yang dengan mengalikan fungsi Helmholtz di atas dengan
diteruskan oleh bidang batas tanah dan udara, suatu test function:
sehingga untuk daerah bawah permukaan dapat
    k  d  0
* 2 2
(15)
dituliskan: 
E x  E trans e ik 1 z Selanjutnya, Persamaan (15) diintegrasi
(9)
H y  H trans e ik 2 z parsial untuk mendapatkan:

dengan
Muhammad dkk., Pemodelan Magnetotellurik 2D Menggunakan Metode Elemen Batas 85

     
 k 2  d     * d     * d  domain, bergantung pada jenis elemen yang
* 2

   digunakan. Jenis elemen yang biasa digunakan dalam


(16) mendiskretisasikan batas domain adalah (Brebbia dan
Penerapan Teorema Gauss untuk suku Dominguez, 1992; Gaul dkk., 1992):
pertama ruas kiri persamaan di atas memberikan: 1. Elemen batas konstan
 * 2. Elemen batas linier
    k d    d     d (17)
* 2 2 *
3. Elemen batas kuadratik
 
n  4. Elemen batas kubik
Selanjutnya, suku kedua ruas sebelah kanan Elemen batas konstan didefinisikan sebagai
juga diintegral parsialkan serta diterapkan Teorema elemen batas dengan nilai potensial dan turunan
Gauss, menghasilkan: potensial yang diasumsikan bernilai konstan
   *   2 * (18) sepanjang elemen pengintegrasian. Dalam elemen
  
 k 2 d    *  d   d
* 2
batas konstan, setiap titik nodal pengintegrasian akan
 
n n  
n
terletak pada titik tengah-tengah antar ujung masing-
Berdasarkan Persamaan (14), suku sebelah masing elemen, sehingga sudut yang dibentuk antara
kiri Persamaan (18) sama dengan nol. Sehingga titik nodal p dengan bidang batas domain akan
Persamaan (18) dapat dituliskan: bernilai sama diseluruh elemen, yaitu 1800, atau 
 2 *    *  radian (Gambar 4). Dengan demikian u p    p  1  p
   n
d     *n

n
 d

(19) 2 2
   untuk seluruh simpul pada seluruh elemen.
Dengan memilih test function sebagai berikut:
 2

 k 2  *    x ,   (20)
dan menggunakan sifat distribusi Dirac:

 f ( x ) ( x ,  ) dx  f ( ) (21)

maka suku sebelah kiri Persamaan (18) dapat kita


tuliskan:
 2 *
   n
d   u ( ) (22)

sehingga secara lengkap kita tuliskan Persamaan


Gambar 4. Koordinat lokal elemen dan posisi titik
(18):
simpul pada elemen batas konstan.
   * 
u ( )    * 
n

n 
d (23)
Nilai fungsi uji (test function)  * dan turunannya

 * ditentukan berdasarkan solusi fundamental
Selanjutnya, penguraian ruas kiri Persamaan (22) n
dapat dinyatakan sebagai berikut: persamaan Helmholtz, yang untuk kasus dua dimensi
     
 k 2  *   *  2  k 2  d
2
adalah:
 (24) i
p  *  H 0(1 ) ( kr ) (26)
    ( p ) d    p 4

2
dan
atau
 * ki (27)
    H1(1) (kr )
    *
n
 p      * d 4
2 S 
 n  n  (25) dengan r adalah jarak dari titik sumber terhadap titik
  *   yang ditinjau, H0(1) adalah fungsi Hankel jenis
  
 n
*
n
d 
 pertama dan orde nol dan H1(1)merupakan fungsi
 
Hankel jenis pertama orde pertama, yang dapat
Suku pertama pada Persamaan (25),  dituliskan dengan:
p
2
menyatakan nilai potensial pada titik p dikalikan H 0
(1 )
( kr )  J 0 ( kr )  iN 0 ( kr )
(28)
harga sudut yang dibentuk antara titik p dengan H (1 )
( kr )  J 1 ( kr )  iN 1 ( kr )
1
bidang batas tempat titik p tersebut berada.
Persamaan (25) merupakan persamaan awal dengan Jn merupakan fungsi Bessel jenis pertama dan
dari metode elemen batas. Selanjutnya persamaan ini Nn merupakan fungsi Bessel jenis kedua atau fungsi
akan didiskretisasi menjadi elemen-elemen yang Neumann. Subskrip n menyatakan orde fungsi Bessel
merepresentasikan integral batas persamaan tersebut. yang bersangkutan, dengan nilai 0 dan 1.
Ada beberapa jenis cara pendiskretisasian batas Nilai potensial dan turunan potensial yang
ditinjau adalah harga pada permukaan. Untuk modus
86 Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2011, Vol. 16 Nomor 2

TM potensial yang bersesuaian adalah medan magnet Dengan demikian, persamaan integral batas untuk
pada permukaan, sedangkan untuk modus TE modus TM dapat dituliskan sebagai berikut
potensial yang bersesuaian adalah medan listrik pada       u  (33)
permukaan. Secara umum untuk kedua modus, kita u p    u d    u   d  C P
2 S  n    n n 
dapat membagi domain permasalahan sebagai berikut
Untuk domain bawah permukaan:  u 
   u    u 
CP      n d 
up    u d     u
S
  d 
2   S
n n  
n n  Selanjutnya, diskretisasi dilakukan dengan
(29) membuat elemen-elemen di sepanjang garis batas
sedangkan untuk domain atas permukaan: permukaan s . Uraikan integral batas Cp menjadi
     u    u  penjumlahan dari integral tiap-tiap elemen pada s,
1  up    u   d     u   d  akan didapatkan untuk nodal (i)
 2  S 
n n  0 
n n 
  u H 0(1 ) ( kr ) 
(30) i    n d   C i

(34)
dimana, adalah sudut yang dibentuk oleh titik S  e 4 
nodal p pada domain pemodelan; up potensial pada Dengan mengasumsikan
titik p, u potensial, u turunan potensial, solusi  iH 0(1 ) ( kr ) 
n
fundamental persamaan Helmholtz,  =turunan
  4  d   D ij
j 
(35)

n
solusi fundamental persamaan Helmholtz terhadap kita dapatkan satu set solusi persamaan sebagai
berikut :
arah n, s bidang batas pada permukaan, bidang
batas bawah permukaan, 0 bidang batas atas    iH 0(1) ( kr ) 
permukaan.     n 4
d 

Selanjutnya diskretisasi dilakukan pada
 
S e  (36)
domain C dalam batas-batas kecil Cj. Titik-titik yang  u 
N

menghubungkan antar elemen tersebut dinamakan   D ij    Ci


j 1  n  j
titik ekstrim elemen batas, di mana untuk titik yang
memiliki nilai syarat batas dinamakan simpul atau dalam bentuk matriks :
(nodes).  U 
Dengan memasukkan harga-harga solusi D   C (37)
 n 
fundamental, maka Persamaan (29) dan (30) diatas
dapat dinyatakan dengan Persamaan (37) menentukan harga turunan Hx
pada tiap titik di permukaan. Persamaan (3)
  kH 1(1) ( kr ) 
up  i  u cos( r , n ) d   menyatakan harga Hx konstan pada tiap titik di
2  S
4  (31) permukaan, sehingga Persamaan (37) dan (3) dapat
digabung untuk memperoleh informasi mengenai
 u H ( kr ) 
(1)
i   0
d   B p resistivitas semu dan fasa impedansi di permukaan
S 
n 4  untuk modus TM.
dengan Untuk modus TE, diskretisasi suku sebelah
kanan Persamaan (31) dinyatakan sebagai berikut:
  u 
B p    u   d   iH 0(1) ( kr )  N
 u 

n n    
 n
S e 

d    Dij  
 n  j
(38)
4  j 1
dan
kH1(1) (kr)
    k0 H 1(1) ( k0 r )  iu cos(r, n)d   f ij u j (39)
1   u0 p  i   u 0 cos( r , n ) d  
 2  S 
4  (32) e
4
 u H (1) ( k r )  Menggunakan Persamaan (38) dan (39), maka
 i   0 0 0 d   Ap
S 
n 4  Persamaan (31) untuk kasus TE dapat dituliskan:
N 
    
dengan u i    Fij u j  Dij     Bi
(40)
2 
j 1    n  j 
  u 
A p    u 0 0  0 0  d
   n n  Pada domain atas permukaan modus TE, diskretisasi
Persamaan (32) menghasilkan:
Untuk modus TM, persamaan integral batas pada
  0 iH 0(1) ( k 0 r )  u
d   Eij  
N
domain upper halfspace ditiadakan, karena medan Hx
   n  n  j
(41)
e  
relatif konstan pada bidang permukaan yang S 4 j 1
merupakan batas antara lower dan upper halfspace.
Muhammad dkk., Pemodelan Magnetotellurik 2D Menggunakan Metode Elemen Batas 87

k 0 H 1(1) (k 0 r )   u  
i  u cos(r , n)d   Gij u j (42)   imag u  
 imag    (49)
4  yx   arctan   arctan   n  
 real u  
e
2   u  
 real   
Persamaan (41) dan (42) dapat digunakan untuk   n  
menyatakan Persamaan (32) menjadi
4. Hasil Pemodelan
  N
   
2
ui    G ij u j  E ij 
 
   Bi

(43)
Pemodelan yang dilakukan terdiri atas :

j 1  n j 
  Modus TE dan TM bumi homogen
Berdasarkan syarat kontinuitas domain bawah dan  Modus TE dan TM bumi berlapis
atas permukaan:  Modus TE, bumi dengan anomali konduktif
u  u0  Modus TE, bumi dengan kontak vertikal
u u 0 Masing-masing model akan dicari responnya
 berupa resistivitas semu dan fasa impedansi dengan
n n
frekuensi 4, 8, 16 dan 32 Hz. Seluruh respon dihitung
kita dapatkan satu set persamaan matriks yang akan
menggunakan metode elemen batas. Untuk respons
mencari semua nilai Ex dan turunannya di sepanjang
pemodelan pada kasus 1D (kasus bumi homogen dan
garis batas permukaan antara domain atas dan bawah
bumi berlapis) akan digunakan hasil perhitungan
permukaan:
analitik sebagai pembanding. Hasil pemodelan pada
   kasus 2D (bumi dengan prisma konduktif dan bumi
 F  2 D  u 
 B  (44)
  u   
dengan kontak vertikal) akan dibandingkan dengan

G    I    A  respon hasil perhitungan dengan metode elemen
E   n  
 2  hingga. Skema perhitungan analitik yang digunakan
adalah skema yang dikembangkan Grandis (1999),
Dengan memecahkan Persamaan (44), akan sementara skema elemen hingga pembanding adalah
didapatkan semua harga Ex dan turunannya di skema yang dikembangkan Srigutomo dan Sutarno
sepanjang garis batas permukaan antara atas dan (1998). Gambar 5, 6, 8 dan 9 menunjukkan respon
bawah permukaan, sehingga dapat dicari nilai bumi 1D dihitung dengan skema pemodelan metode
resistivitas semu dan fasa impedansi pada elemen batas 2D dibandingkan dengan hasil
permukaan. perhitungan analitik, sementara Gambar 11, 12, 15,
Harga resistivitas semu dapat dicari dan 16 menunjukkan respon bumi 2D yang dihitung
menggunakan hubungan berikut. Dengan dengan pemodelan elemen batas yang dibandingkan
memperhatikan syarat batas medan listrik dan magnet dengan hasil pemodelan metode elemen hingga 2D.
pada permukaan (Persamaan 3, 4, 5 dan 13) dan
hubungan berikut (Ward dan Hohmann, 1989; Xu 5. Diskusi dan Analisis
dan Zhou, 1997; Srigutomo dan Sutarno, 1989): Hasil pemodelan untuk bumi homogen dengan
1 H x 1 u elemen batas modus TE dan TM terhadap solusi
Ey    ,u  1
 1 n  1 n (45) analitik (Gambar 5 dan Gambar 6) memperlihatkan
1 E x bagaimana harga resistivitas semu mendekati harga
Hy  yang diperkirakan yaitu 100 Ohm meter, sementara
i n
fasa impedansi menunjukkan harga pada kisaran 45
maka resistivitas semu untuk modus TM dapat ditulis derajat. Hal ini mengindikasikan pemodelan yang
(Xu dan Zhou, 1997) : dilakukan telah sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Perubahan harga frekuensi tidak menimbulkan
 u 
2
i
 yx    (46) perubahan harga resistivitas semu dan fasa impedansi
 2  n  yang berarti baik pada pemodelan dengan modus TE
dan fasa impedansinya: dan TM. Dengan demikian pemodelan elemen batas
  u  
untuk kasus bumi homogen sesuai dengan hasil yang
 imag    (47) diperkirakan.
 yx  arctan   n  
  u   Pemodelan untuk bumi berlapis memperlihat-
 real    kan harga resistivitas semu yang relatif dekat antara
  n  
hasil pemodelan elemen batas dengan solusi analitik
Resistivitas semu modus TE dapat ditulis: (Gambar 8). Pemodelan dengan elemen batas
 u 
2 memperlihatkan harga resistivitas semu yang relatif
 xy   i   u  (48) stabil pada kisaran 10 ohm.m untuk semua harga
 n 
frekuensi yang diujikan, baik pada modus TE
dan fasa impedansinya: maupun modus TM. Sementara nilai fasa impedansi
hasil pemodelan elemen batas menunjukkan tingkat
kecocokan yang sama dengan hasil analitik. Dengan
demikian pengujian dengan solusi analitik 1D
memperlihatkan hasil yang diharapkan.
88 Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2011, Vol. 16 Nomor 2

Gambar 5. Perbandingan resistivitas semu bumi


homogen 100 ohm.m hasil pemodelan elemen batas Gambar 6. Perbandingan fasa impedansi bumi
modus TE dan TM dengan solusi analitik pada homogen 100 ohm.m hasil pemodelan elemen batas
frekuensi (i) 4 Hz, (ii) 8 Hz, (iii) 16 Hz dan (iv) 32 modus TE dan TM dengan solusi analitik pada
Hz. frekuensi (i) 4 Hz, (ii) 8 Hz, (iii) 16 Hz dan (iv) 32
Hz.
Muhammad dkk., Pemodelan Magnetotellurik 2D Menggunakan Metode Elemen Batas 89

harga fasa impedansi, pemodelan elemen hingga dan


elemen batas sama-sama memiliki kecenderungan
menurun, namun fasa impedansi untuk elemen
hingga lebih memperlihatkan kontras struktur
anomali. Pada frekuensi 4 Hz harga fasa impedansi
elemen hingga memiliki nilai yang agak jauh dengan
nilai elemen batas, namun pada frekuensi setelah 4
Hz harga fasa impedansi elemen hingga dan elemen
batas mulai bersesuaian. Penampang semu resistivitas
dan fasa impedansi model anomali konduktif
(Gambar 13) memperlihatkan bagaimana respon
pemodelan elemen batas cenderung stabil dan kurang
Gambar 7. Model bumi berlapis.
peka terhadap perubahan struktur bawah permukaan,
sedangkan hasil pemodelan elemen hingga
Secara umum, model bumi berlapis memperlihatkan hasil yang cenderung responsif
diharapkan akan memberikan nilai resistivitas semu terhadap perubahan struktur bawah permukaan.
yang mewakili harga resistivitas seluruh lapisan, Untuk model bumi berlapis dengan kontak
sehingga merupakan representasi kondisi geologis vertikal, trend respon elemen hingga dan elemen
lapisan bawah permukaan. Dengan demikian, nilai batas mirip dengan model bumi berlapis dengan
yang diharapkan adalah nilai stabil yang merupakan anomali konduktif. Dari Gambar 15 dan 16 terlihat
pengaruh dari seluruh lapisan. Pemodelan dengan respon resistivitas semu dan fasa impedansi hasil
elemen batas pada seluruh frekuensi memperlihatkan pemodelan elemen batas dan elemen hingga
harga resistivitas semu pada kisaran antara 1-10 Ohm cenderung memiliki trend yang mirip dengan harga
meter, atau berada pada dekade yang sama. yang sedikit berbeda pada frekuensi rendah. Seiring
Sementara respon fasa impedansi cenderung sedikit dengan kenaikan frekuensi, harga respon elemen
lebih berfluktuasi pada kisaran dekat dengan harga hingga dan elemen batas cenderung saling mendekati.
analitik. Pemodelan elemen batas hanya Penampang semu resistivitas dan fasa impedansi
membutuhkan diskretisasi pada domain, sehingga yang ditunjukkan Gambar 17 juga memperlihatkan
jumlah elemen yang dibutuhkan jauh lebih sedikit bagaimana respon yang dihasilkan kedua pemodelan
dibandingkan elemen hingga. Namun penggunaan cenderung mirip terutama pada frekuensi tinggi.
elemen batas konstan membutuhkan Secara keseluruhan, elemen batas konstan
pendiskretisasian yang relatif tidak fleksibel terhadap yang digunakan dalam memodelkan kasus
perubahan harga frekuensi. Xu dan Zhou (1997) magnetotellurik 2D telah memperlihatkan hasil yang
memodelkan efek topografi dengan menggunakan cukup baik. Hasil-hasil pemodelan memperlihatkan
elemen batas dengan mendiskretisasikan domain adanya kontras harga resistivitas semu pada daerah-
dengan panjang elemen lebih kecil dari konstanta daerah yang merupakan anomali konduktif.
panjang gelombang pada daerah domain yaitu Pemodelan pada elemen batas konstan ini dilakukan
sebesar 2 2 . Konstanta tersebut memiliki dengan harga mesh berinterval 100 meter pada
 
8  masing-masing domain pemodelan. Pengintegrasian
kebergantungan pada frekuensi, sehingga metode dilakukan dengan integrasi kuadratur Gaussian-
elemen batas dengan elemen konstan kurang luwes Legendre dengan empat titik pengintegrasian. Hasil
dalam menampilkan perubahan nilai respon akibat yang didapatkan relatif cukup baik meskipun
perubahan frekuensi. Penggunaan jenis elemen batas efisiensi komputasinya masih perlu ditingkatkan,
yang lain seperti elemen batas linear atau kuadratik baik pada waktu komputasi maupun diskretisasi
lebih fleksibel dalam mengantisipasi perubahan nilai domain, sehingga keunggulan metode elemen batas
frekuensi. dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain itu,
Pemodelan untuk model bumi dengan anomali penggunaan elemen batas konstan juga cenderung
konduktif memperlihatkan respon yang dihasilkan kurang fleksibel dalam memodelkan respon bumi
elemen batas cenderung konstan sedangkan respon dengan banyak frekuensi. Diperlukan modifikasi
elemen hingga cenderung lebih peka terhadap elemen batas supaya lebih stabil dalam memodelkan
perubahan konduktivitas. Gambar 11 dan Gambar 12 respon MT 2D dengan banyak frekuensi. Salah satu
memperlihatkan perubahan resistivitas semu dan fasa upaya yang dapat diusulkan adalah dengan
impedansi pemodelan elemen batas cenderung stabil menggunakan elemen batas linear, kubik atau
dibandingkan pemodelan elemen hingga. Perubahan kuadratik yang memiliki tingkat kestabilan dan
resistivitas semu pada frekuensi 4 Hz dan 8 Hz efisiensi tinggi.
memperlihatkan adanya kontras konduktivitas yang
dihasilkan anomali konduktif, sedangkan pada
frekuensi 16 dan 32 Hz respon lebih memperlihatkan
kecenderungan harga stabil yang mendekati harga
konduktivitas lapisan penutup (100 Ohm). Untuk
90 Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2011, Vol. 16 Nomor 2

Gambar 8. Perbandingan resistivitas semu bumi Gambar 9. Perbandingan fasa impedansi bumi
berlapis hasil pemodelan elemen batas modus TE dan berlapis hasil pemodelan elemen batas modus TE dan
TM dengan solusi analitik pada frekuensi (i) 4 Hz, TM dengan solusi analitik pada frekuensi (i)4 Hz,
(ii) 8 Hz, (iii) 16 Hz dan (iv) 32 Hz. (ii)8 Hz, (iii) 16 Hz dan (iv) 32 Hz.
Muhammad dkk., Pemodelan Magnetotellurik 2D Menggunakan Metode Elemen Batas 91

Gambar 10. Model bumi berlapis dengan anomali


konduktif.

Gambar 12. Respon fasa impedansi bumi berlapis


dengan anomali konduktif hasil pemodelan elemen
batas (BEM) dan elemen hingga (FEM) pada
frekuensi (i) 4 Hz, (ii) 8 Hz, (iii) 16 Hz dan (iv) 32
Hz.

Gambar 11. Respon resistivitas semu bumi berlapis


dengan anomali konduktif hasil pemodelan elemen
batas (BEM) dan elemen hingga (FEM) pada
frekuensi (i) 4 Hz, (ii) 8 Hz, (iii) 16 Hz dan (iv) 32 H.
92 Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2011, Vol. 16 Nomor 2

Gambar 13. Kontur pseudosection resistivitas semu


dan fasa impedansi yang dihasilkan pemodelan BEM
dan FEM model bumi berlapis dengan anomali
konduktif.

Gambar 15. Respon resistivitas semu bumi berlapis


dengan kontak vertikal hasil pemodelan elemen batas
(BEM) dan elemen hingga (FEM) pada frekuensi (i)
4 Hz, (ii) 8 Hz, (iii) 16 Hz dan (iv) 32 H.

Gambar 14. Model bumi berlapis dengan kontak


vertikal.
Muhammad dkk., Pemodelan Magnetotellurik 2D Menggunakan Metode Elemen Batas 93

Gambar 17. Kontur pseudosection resistivitas semu


Gambar 16. Respon fasa impedansi bumi berlapis
dan fasa impedansi yang dihasilkan pemodelan BEM
dengan kontak vertikal hasil pemodelan elemen batas
dan FEM model bumi berlapis dengan kontak
(BEM) dan elemen hingga (FEM) pada frekuensi (i)
vertikal.
4 Hz, (ii) 8 Hz, (iii) 16 Hz dan (iv) 32 Hz.
94 Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2011, Vol. 16 Nomor 2

Gaul, L., M. Kogl, and M. Wagner, 2002, Boundary


4. Kesimpulan
Element Methods for Engineers and
Dari pembahasan dan hasil pemodelan Scientist, An Introductory Course with
elektromagnetik modus TM dan TE dengan metode Advanced Topics, Springer-Verlag, Berlin
elemen batas, dapat disimpulkan metode elemen Heidelberg.
batas dengan elemen konstan memiliki keunggulan Grandis, H., 1999, An alternative algorithm for one
dalam kesederhanaan dan kepraktisan diskretisasi dimensional magnetotelluric response
domain. Hasil validasi pemodelan elemen batas calculation, Computers and Geosciences, 25,
konstan untuk model 1D (bumi homogen dan 119-125
berlapis) menunjukkan harga respon yang Kauffman, A. and G. V. Keller, 1981, The
bersesuaian dengan nilai yang diharapkan dari solusi Magnetotelluric Sounding Method, Elsevier,
analitik. Amsterdam.
Pemodelan dengan elemen batas konstan Lee, K. H. and H. F. Morrison, 1985, A numerical
dilakukan dengan mesh yang relatif rapat dan solution for electromagnetic scattering by a
memperlihatkan hasil yang cukup baik, meskipun two dimensional inhomogenity, Geophysics,
terdapat penyimpangan dibandingkan harga 50, 1163-1165.
pemodelan elemen hingga. Hal ini dikarenakan Rijo, L., 1977, Modeling of electric and
elemen batas konstan kurang fleksibel dalam electromagnetic data, Ph.D. thesis, Univ. of
memodelkan respon MT dengan banyak frekuensi. Utah.
Pemodelan dengan elemen batas konstan Srigutomo, W., 1997, Pemodelan Elektromagnetik
memerlukan penyesuaian panjang elemen untuk 2D Menggunakan Metode Elemen Hingga
mengakomodasi nilai optimal pada setiap harga Untuk Sumber Alami dan Sumber Arus
frekuensi. Garis, Tesis Magister, Jurusan Fisika ITB.
Ketidakluwesan elemen batas konstan dalam Srigutomo, W. and D. Sutarno, 1998, 2D
memodelkan permasalahan elektromagnetik 2D perlu Electromagnetic Modeling using Finite
diantisipasi lebih lanjut dengan mengembangkan Element Method: Application in
pemodelan dngan elemen batas jenis lain seperti Magnetotelluric Case, Kontribusi Fisika
elemen batas linear, kubik atau kuadratik. Indonesia, 9:2, 55-65.
Penggunaan elemen batas jenis lain diharapkan dapat Wannamaker, P. E., G. W. Hohmann, and S. H.
pula meningkatkan efektivitas dan efisiensi Ward, 1984, Magnetotelluric Responses of
pemodelan, meningkatkan akurasi hasil perhitungan, Three Dimensional Bodies in Layered Earth,
serta baik terhadap bentuk pemodelan sistem yang Geophysics, 49:9, 1517-1533
kompleks, misalnya pemodelan pada sistem geologi Wannamaker, P. E., J. A. Stodt, and L. Rijo, 1986,
gunung api atau situs panas bumi. Pada penelitian Two Dimensional Topografic Responses in
lanjutan dari topik ini akan dikembangkan pemodelan Magnetotelluric Modeled Using Finite
elemen batas dengan mesh linear, kuadratik dan Element, Geophysics, 51:11, 2131-2145.
kubik untuk mendapatkan hasil respon yang lebih Xu, S. Z., S. K. Zhao, 1987, Two Dimensional
baik. Magnetotelluric Modeling by the Boundary
Element Method, J. Geomagn. Geoelectr.,
Daftar Pustaka 39, 677-698.
Brebbia, C. A. and J. Dominguez, 1992, Boundary Xu, S. Z. and H. Zhou, 1997, Modeling of 2D Terrain
Elements: an Introductory Course, 2nd Effect on MT by the Boundary Element
edition, Computational Mechanics Method, Geophys. Prospect., 45, 931-943.
Publications. Vozoff, K., (Ed.), 1986, Magnetotelluric Methods,
Chouteau, M. and K. Bouchard, 1988, Two Society of Exploration Geophysicist, Tulsa,
dimensional terrain correction in Oklahoma.
magnetotelluric surveys, Geophysics, 53, Ward, S. H. and G. W. Hohmann, Electromagnetic
854-862. Theory of Geophysical Applications, in
Coggon, J. H., 1971, Electromagnetic and electrical Nabighian, M. N. Ed., 1989,
modeling by the finite element method, Electromagnetic Methods, Theory and
Geophysics, 36, 132-155. Practice vol.1, Society of Exploration
Geophysicist.

You might also like