You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ulkus adalah kerusakan lokal atau ekskavasi, permukaan organ atau
jaringan yang ditimbulkan oleh terkelupasnya jaringan. Ulkus lebih dalam dari
pada ekskoriasi (ekskoriasi mencapai stratum papilare). Ulkus sering
menyerang ekstremitas bawah maupun ekstremitas atas karena beberapa sebab
seperti infeksi, gangguan pembuluh darah, kelainan saraf dan keganasan.
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2002 terdapat 12 ribu kasus
ulkus, 2003-14 ribu kasus dan semakin meningkat pada tahun 2007 mencapai
17 ribu kasus. Dan Indonesia menempati nomor ketiga di dunia setelah India
dan Brazil. Sedangkan ulkus yang dapat terjadi pada tempat manapun akibat
tekanan disebut ulkus iskemik atau biasa juga disebut ulkus dekubitus. Ulkus
sikemik dialami oleh pasien yang mendapat tekanan dari tempat tidur, kursi
roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang.
Ulkus iskemik (pressure sores) adalah area nekrosis selular biasanya
timbul pada daerah tonjolan tulang disebabkan oleh tekanan eksternal yang
menekan kapiler untuk jangka waktu yang lama.
Ulkus iskemik disebut juga ulkus dekubitus, yang merupakan
sebuah kesalah namaan karena pasien tidak mesti terbaring lama untuk
timbulnya suatu ulkus.

1.2 rumusan masalah


Untuk mengetahui pembahasan tentang ulkus iskemik

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi ulkus Iskemik
Ulkus adalah ekskavasi yang berbentuk lingkaran maupun ireguler akibat
dari hilangnya epidermis dan sebagian atau seluruh dermis.
Ulkus iskemik (Pressure Sores) adalah area nekrosis sellular biasanya
timbul pada daerah tonjolan tulang yang disebabkan oleh tekanan eksternal
yang menekan kapiler untuk jangka waktu yang lama.
Ulkus iskemik adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kekurangan
aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol,
dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda,
gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang. 95 % ulkus
iskemik terjadi pada tubuh bagian bawah, 65% di derah pelvis dan 30% di
tungkai.

2.2 Patogenesis
Tekanan yang mengenai kulit, jaringan lunak, otot dan tulang akibat berat
badan seseorang seringkali melebihi tekanan pengisian pembuluh kapiler,
hampir 32mmHg. Pasien yang memiliki sensistivitas, mobilitas dan mental
normal, maka tekanan ini tidak terjadi karena ada tekanan pada daerah tertentu
mersang seseorang untuk melakukan perubahan posisi.
Saat tekanan dari beberapa permukaan, seperti matras atau kursi
berlangsung terus-menerus kerusakan akan terjadi yang dimulai dari kulit, lalu
berkembang pada pembuluh darah, jarungan subkutan, otot bahkan tulang. Ini
disebut the top-to-bottom model of pressure ulcer development.
erdapat pula hipotesis lain yaitu bottom-to-top model hypothesizes dimana
ulkus berkembang lebih dahulu pada daerah terdekat dengan tulang yang
tertekan, kemudian ke otot, lemak subkutan dan pembuluh darah, sebelum
akhirnya Nampak di permukaan kulit.

2
2.3 Proses Terjadinya Ulkus Iskemik
Komposisi jaringan lunak bervariasi pada satu anggota tubuh dengan
anggota tubuh lainnya sehingga pada aktivitas normal dapat melakukan
adaptasi pada tekanan yang beragam tanpa terjadi kerusakan. Kolagen dan
elastin merupakan dua komponen yang memperkuat jaringan lunak. Secara
fisiologis, jaringan mengalami tekanan yang berlebihan maka akan memicu
sel saraf untuk mengirimkan impuls ke otak. Tekanan yang berlebihan akan
diartikan sebagai nyeri sehingga tubuh akan berespon untuk mengistirahatkan
daerah tersebut.
Respon lokal yang terjadi di jaringan tersebut berupa pelepasan fibrin,
neutrofil, platelet, dan plasma beserta peningkatan aliran darah yang
menyebabkan edema. Edema ternyata dapat menekan pembuluh kapiler yang
menyuplai nutrisi sehingga jaringan dapat mengalami kematian. Kematian
jaringan ini justru akan semakin meningkatkan pelepasan mediator
inflamasi. Kulit memberikan tekanan internal untuk mengeluarkan
akumulasi sel-sel debris dan radang tersebut.

2.4 Etiologi
Penekanan dan gesekan. Efek waktu. Penyebab utama dalah penekanan
yang lama yang melebihi teanan kapiler normal sekitar mmHg dan tekanan
gesekan. Bila tekanan eksternal meningkat melampaui tekanan kapiler
normal, terjadi anoxia dan iskemik jaringan. Terus menjadi asidosiyang akan
meningkatkan permebealitas kapiler dan ekstravasasi. Selanjutnya
peningkatan dalam intensitas atau lamanya penekanan mempengaruhi
metabolisme jaringan, akhirnya terjadi nekrosis pada jaringan.

2.5 Proses Penyembuhan Ulkus Iskemik


Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Fase aktif ( ± 1 minggu)
Leukosit secara aktif akan memutus kematian jaringan, khususnya
monosit akan memutus pembentukan kolagen dan protein lainnya. Proses
ini berlangsung hingga mencapai jaringan yang masih bagus. Penyebaran

3
proses ini ke dalam jaringan menyebabkan ulkus menjadi semakin dalam.
Undermined edge dianggap sebagai tanda khas ulkus yang masih aktif.
Di samping itu juga, terdapat transudat yang creamy, kotor, dengan
aroma tersendiri. Kemudian saat terikut pula debris dalam cairan tersebut,
maka disebut eksudat. Pada fase aktif, eksudat bersifat steril. Selanjutnya,
sel dan partikel plasma berikatan membentuk necrotix coagulum yang jika
mengeras dinamakan eschar.
2. Fase proliferasi
Fase ini ditandai dengan adanya granulasi dan reepitelisasi.
Jaringan granulasi merupakan kumpulan vaskular (nutrisi untuk makrofag
dan fibroblast) dan saluran getah bening (mencegah edema dan sebagai
drainase) yang membentuk matriks granulasi yang turut menjadi lini
pertahanan terhadap infeksi. Jaringan granulasi terus diproduksi sampai
kavitas ulkus terisi kembali. Pada fase ini tampak epitelisasi di mana
terbentuk tepi luka yang semakin landai.
3. Fase maturasi atau remodeling
Saat inilah jaringan ikat (skar) mulai terbentuk.

2.6 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan ulkus iskemik adalah:
1) Mengurangi tekanan
a. Reposisi berkala, dengan mengubah posisi minimal setiap 2 jam,
b. Alas pengaman (protective padding)
c. Support surfaces
2) Perawatan ulkus (cleaning & dressing)
3) Mengatasi nyeri, infeksi dan undernutrition
Penggunaan analgesik jika diperlukan dan antibiotik topikal yang
sesuai (Silver Sulfa Diazine, triple antibiotic dan metronidazole).
Bacitracin (AK-tracin), polymyxin B dengan bacitracin (Polysporin), dan
kombinasi neomycin, bacitracin dan polymyxin B (Neosporin) dapat
digunakan untuk infeksi kulit.

4
Dikatakan Undernutrition jika albumin < 3.5 mg/dL atau BB <
80% BB ideal. Maka perlu pemberian nutrisi yang cukup meliputi
pemberian protein 1.25 s.d. 1.5 g/kg/hari, suplementasi zink 50 mg (dalam
3 dosis/hari) ataupun dengn pemberian vitamin C 1g/hari. Disarankan
untuk banyak minum air putih setiap kali dilakukan reposisi.
4) Terapi tambahan atau bedah

2.7 Pencegahan
1) Ulkus dapat dicegah dengan pelayanan keperawatan terhadap pasien
seperti mendidik pasien, keluarga, dan staf perawatan
2) Pasien harus seing dibolak balik, dan jangan ditarik (tergeser)
3) Kulit pasien harus dijaga tetap bersih dan kering dan dilihat setiap
merobah posisi untuk deteksi dini tanda-tanda kerusakan kulit
4) Alas tempat tidur harus bersih dan tidak mengkerut
5) Nutrisi yang bak sangat diperlukan

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ulkus merupakan penyakit yang ditandai dengan hilangnya epidermis dan
sebagian atau seluruh dermis yang dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok yaitu; ulkus tropikum, ulkus varikosum, ulkus arteriosum dan ulkus
neurotrofik.
Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada beberapa faktor
mempengaruhi seperti trauma, hygiene, gizi, infeksi, gangguan aliran darah
balik, ateroma pembuluh darah abdominal dan tungkai, serta kerusakan saraf
perifer.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yang terarah dan
gejala klinis.
Penetalaksanaan kruris terdiri dari penatalaksanaan umum dan khusus.
Pada penatalaksanaan umum pasien diharapkan memperbaiki status gizi,
meletakkan tungkai lebih tinggi dari kepala saat berbaring, hindari dingin dan
hindari rokok. Sedangkan penatalaksanaan khusus terdiri dari pengobatan
sistemik dan topikal.

3.2 Saran
1. Memberikan edukasi yang jelas pada pasien tentang penyakitnya dan
faktor-faktor yang dapat memperberat penyakitnya
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada penderita untuk
mendapatkan hasil yang baik.

6
Daftar Pustaka

Hartanto H dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC, 2006; 2326.

Lin P, Philips t. Ulcers. In: Bolognia JL et al, eds. Dermatology. Volume 2.


London: Mosby, 2003; 1631-48.

South H. Wound Care for People Affected by Leprosy: A Guide for Low
Resource Situation. Greenville: American Leprosy Missions, 2001.

Sudirman U. Ulkus kulit dalam Harahap M (ed.) Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta:
Hipokrates, 2000; 280.

Waspaji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo A dkk, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid III edisi IV. Jakarta: FKUI press, 2007;1911.

Catherine Anne Sharp. A Discourse on Pressure Ulcer Physiology: the


Implications of Repositioning and Staging, [online], 2005, [diakses pada 30
Maret 2012]

Hall John C. Sauers Manual of Skin Disease. Philadelphia: Lippincott Williams


and Wilkins, 2000:110-2.

Landow K R. Ulkus Tungkai. Kapita Selekta Terapi Dermatologi. Jakarta:


EGC,1995:201-3.

Agustin T, Pusponegoro EHD. Patogenesis dan Penatalaksanaan Ulkus iskemik.


Media Dermato-Venereologica Indonesiana:2005;32:87-95.

You might also like