You are on page 1of 39

LAPORAN PENDAHULUAN

TB PERITONITIS DI RUANG 7A
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG

DISUSUN OLEH :
I PUTU EKO YULI WIARTAMA
(2015.01.013)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan TB Peritonitis ini telah disetujui sebagai tugas
dalam Praktik Klinik Keperawatan di Ruang 7A RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang tahun 2018.

Tanggal :

Disusun Oleh:
Mahasiswa

I Putu Eko Yuli Wiartama


2015.01.013

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

……………………………….... ………………………………...

Mengetahui,
Kepala Ruangan 7A

………………………………….
BAB I
TUBERCULOSIS

A. Definisi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium
tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru /
berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit
tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir
seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi
awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian
dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon
imun.
Tuberculosis (TBC) adalah salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.Kuman ini dapat
menyerang semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering terkena
adalah organ paru (90%).Di Indonesia, TBC adalah penyebab kematian ke-2
setelah penyakit jantung dan pembuluh darah lainnya. Setiap tahun terdapat
538.000 kasus TBC di Indonesia, dan secara nasional setiap tahun penyakit
ini dapat membunuh kira-kira 140.000 orang.Tiap tahun selalu terdapat
peningkatan jumlah penderita TBC yang tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya
Bakteri ini berbentuk batang langsing, lurus atau lengkung, berukuran
0,3–0,6 μm x 0,5–4,0 μm. Biasanya terdapat tunggal atau berkelompok.Tidak
bergerak dan tidak membentuk spora atau kapsul.Sukar diwarnai dengan zat
warna mikrobiologis biasa, tetapi mudah diwarnai dengan pewarnaan tahan
asam Ziehl-Neelson, yaitu mula-mula diwarnai dengan karbol-fuchsin, dan
dipanaskan sampai menguap, lalu dicuci dengan alcohol asam. Karena
tingginya kadar lemak pada organism ini, maka warna tersebut idak tercuci
oleh alcohol asam (sehingga dinamakan basilus tahan asam) dan tetap
berwarna merah seperti warna yang diberikan pertama. Pewarnaan tandingan
dengan biru metilen akan mewarnai semua organism yang lain menjadi biru
(Irianto, 2007).
TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius.Seorang penderita
TBC dapat menularkan penyakit kepada 10 orang di sekitarnya.Menurut
perkiraan WHO, 1/3 penduduk dunia saat ini telah terinfeksi M.
tuberculosis.Kabar baiknya adalah orang yang terinfeksi M. tuberculosis
tidak selalu menderita penyakit TBC.Dalam hal ini, imunitas tubuh sangat
berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi
penyakit TBC
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif.Pada waktu batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk droplet
(percikan Dahak).Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara
pada suhu kamar selama beberapa jam.Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk
kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian
tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat positif
hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.Bila hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan
oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.Gambaran secara klinis
tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum penyakit TBC adalah demam tidak terlalu
tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam.Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.Selain itu penderita juga mengalami penurunan nafsu
makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat
disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise) dan lemah.
Gejala khusus penyakit TBC tergantung dari organ tubuh mana yang
terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke
paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau
ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti
infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara
pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-
anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang
B. Jenis Jenis TB
Tuberkulosis/TBC adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh
mycobacterium, yang berkembang biak di dalam bagian tubuh dimana
terdapat banyak aliran darah dan oksigen. Infeksi bakteri ini biasanya
menyebar melewati pembuluh darah dan kelenjar getah bening, tetapi secara
utama menyerang paru-paru.
Berikut ini adalah dua tipe atau tingkatan dari TB :
1. TB Laten – Merupakan bentuk non-aktif penyakit ini karena sistem
kekebalan tubuh dapat melawan bakteri TB. Orang dengan TB Laten
tidak akan mengalami keluhan selama penyakit tersebut tidak menjadi
aktif. TB Laten ini tidak menular.
2. TB Aktif – TB Aktif terjadi ketika bakteri mulai memenangkan
perlawanan terhadap sistem pertahanan tubuh dan mulai menyebabkan
gejala. Saat bakteri menginfeksi paru-paru, TB aktif dapat menyebar
dengan mudah ke orang lain.
TB juga digolongkan menjadi 2 golongan berdasarkan letak lokasi infeksi :
1. TB Paru – Ini merupakan saat dimana bakteri ditemukan di paru-paru. Hal
ini berarti bahwa terdapat bahaya untuk menularkan penyakit kepada
orang lain setiap orang yang terinfeksi tersebut menghembuskan napas,
batuk, dan tertawa.
2. TB Ekstra Paru – Jika bakteri tumbuh hanya di bagian lain dari tubuh dan
bukan di paru-paru, maka penyakit ini tidak akan menyebar semudah pada
kasus paru-paru.
C. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS EKSTRAPARU
Tuberkulosis ekstraparu di klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang
terinfeksi.
1. TUBERKULOSIS PADA SALURAN NAPAS BAGIAN ATAS:
EPIGLOTIS, LARING, FARING
Hampir semua tuberkulosis pada traktus respiratoris atas
merupakan komplikasi penyakit paru. Terapi infeksi secara hematogen
kadang menyebabkan tuberkulosis laring sering didiagnosis salah sebagai
kanker laring. Kelainan epiglotis dan faring sering diikuti tuberkulosis
laring
2. TUBERKULOSIS PADA MULUT, TONSIL dan LIDAH
Tuberkulosis mulut jarang terjadi. Biasanya terdapat pada gusi,
berupa pembengkakan yang tidak nyeri dan sering kali menjadi ulkus.
Lesi primer disertai pembengkakan kelenjar limfe regional. Tuberkulosis
mulut dan tonsil penularannya lewat susu yang terinfeksi, kadang dari
makanan maupun droplet lewat udara. 7,14 Lesi lidah biasanya merupakan
lesi skunder dari tuberkulosis paru. Lesinya berbentuk ulkus dan
mungkin sangat nyeri. Respon terhadap OAT baik. 7,15
3. TUBERKULOSIS MENINGITIS
Tuberkulosis meningitis merupakan masalah besar dan penting
sebagai penyebab kematian di beberapa negara. Human Mycobacterium
tuberkulosis merupaka penyebab, tetapi mikobakteria lain terjadi pada
penderita Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).
Adanya focus primer tuberkulosis atau tuberkulosis milier yang
menyebar, menyebabkan adanya tuberkel kecil di otak atau selaput
meningen. Biasanya juga menyebar ke tulang tengkorak atau vertebra.
Bila tuberkel ini pecah ke ruang subaraknoid, menyebabkan:
a. Peradangan selaput meningen
b. Terbentuknya masa abu-abu seperti jeli di dasar otak
c. Peradangan dan penyempitan arteri, sehingga terjadi kerusakan lokal
pada otak.
4. TUBERKULOSIS PERIKARDIUM
Penyakit ini jarang dijumpai, hanya di daerah tertentu khususnya bila
infeksi HIV tersebar luas, antara lain di Transkei. Kuman mencapai
perikardium lewat darah (bila dijumpai tuberkulosis di organ lain) tetapi
umumnya timbul karena pecahnya kelenjar getah bening mediastinal ke
rongga perikardial. Jarang terjadi bersamaan dengan tuberkulosis paru.
Peradangan perikardium dapat menyebabkan penebalan dan
kalsifikasi. Kalsifikasi tampak pada foto sebagai garis putih tipis ireguler
sepanjang tepi bayangan jantung. Hal ini menghambat dilatasi jantung
saat diastole, sehingga jantung tidak mendapat cukup darah dari vena
untuk dipompa. Konstriksi mungkin timbul beberapa bulan atau minggu
setelah efusi. Kadang timbul beberapa tahun kemudian dan mungkin tak
pernah didiagnosis efusi sebelumnya
5. TUBERKULOSIS KELENJAR GETAH BENING
Tuberkulosis kelenjar getah bening pada orang dewasa mirip
tuberkulosis kelenjar pada anak. Namun ada sedikit catatan yang perlu
diperhatikan:
a. Pada orang dewasa mengingat kemungkinan bahwa perluasan nodus
mungkin disebabkan timbunan karsinoma yang berasal dari
karsinoma primer dari tempat lain (area pindahan). Kelenjar yang
keras di medial bagian dalam klavikula sering dihubungkan dengan
kanker paru. Di beberapa negara kejadian ini berkembang sering
dengan kebiasaan merokok yang meluas.
b. Pada dewasa, seperti pada anak-anak, biasanya tanpa disertai
demam, kadang-kadang subfebril. Pada keadaan tertentu terdapat
demam yang sangat tinggi pada orang dewasa yang dengan foto
rontgen toraks menunjukkan pembesaran kelenjar getah bening di
leher.
6. TUBERKULOSIS TULANG dan SENDI
Kuman tuberkulosis dapat menyebar dari kompleks primer ke tulang
atau sendi manapun. Risiko kejadian tersebut semakin besar pada anak
dengan usia semakin muda. Kebanyak dari tuberkulosis tulang atau sendi
terjadi dalam waktu 3 tahun sesudah terjadinya infeksi pertama, tetapi
dapat saja timbul lebih lama sesudahnya. Sekalipun tulang atau sendi
manapun dapat terkena, tetapi yang menahan berat badan cenderung
lebih sering terkena adalah tulang belakang, kemudian pinggul, lutut,
serta tulang-tulang kaki, sedangkan tulang-tulang lengan atau tangan
lebih jarang terkena. Pembengkakkan pada sendi muncul secara
perlahantanpa adanya rasa panas atau nyeri akut seperti pada infeksi
septik (sekalipun sendi terkadang teraba sedikit lebih hangat,
dibandingkan dengan sendi tungkai sebelahnya). Pembengkakan yang
muncul secara perlahan pada daerah di sekitar tulang atau sendi perlu
mengarahkan anda pada kemungkinan adanya tuberkulosis.1,3,7,17
Berhubung temuan klinis tuberkulosis tulang dan sendi pada orang
dewasa dan anak serupa, keduanya akan dibicarakan bersama pada
bagian berikut ini.
7. TUBERKULOSIS GINJAL dan SALURAN KENCING
Tuberkulosis ginjal disebabkan oleh penyebaran hematogen dari
infeksi primer. Penyakit biasanya berkembang lambat, 5-15 tahun setelah
infeksi pertama. Penyakit ini tidak tampak seperti bentuk tuberkulosis
umumnya, bahkan di negara-negara dengan prevalensi tuberkulosis yang
tinggi. Jarang terjadi pada anak-anak. Basanya terjadi hanya pada salah
satu ginjal.7 Penyakit biasanya mulai dari bagian terluar ginjal (korteks).
Seiring dengan penyebarannya akan merusak jaringan ginjal dan
membentuk kavitas. Bila material inflamasi menghambat hubungan antar
ginjal dan ureter, tekanan balik mungkin mengakibatkan kerusakan lebih
luas pada ginjal. Infeksi menyebar melalui ureter (menimbulkan
obstruksi). Infeksi dapat menyebar melalui ureter (menimbulkan
obstruksi). Infeksi dapat menyebar ke kandung kencing di mana ulserasi
mungkin terbentuk di prostat, vesikula seminalis, dan epididimis.7
8. TUBERKULOSIS USUS/GASTROINTESTINAL/PERITONEAL
Ada tiga bentuk tuberkulosis abdomen: tuberkulosis primer, skunder
dan tuberkulosis ileo-caecal hiperplastik. Secara klinis, bentuk-bentuk
primer dan skunder hampir serupa. 7
a. Fokus primer. Dahulu di Eropa disebabkan oleh tuberkulosa Bovinus
melalui infeksi dari susu sapi. Lesi primer mungkin terjadi pada
dinding usus besar tetapi lesi-lesi pada kelenjar limfe mesenterika dan
penyebarannya yang menyebabkan timbulnya gejal-gejala klinik.
Pada beberapa kasus, penyakit timbul dari penyebaran hematogen
melalui kelenjar limfe atau peritoneum. Hal ini mengkin sama dengan
yang terjadi di Asia Afrika, dimana penyakit bovines jarang dicurigai,
meskipun di banyak negara kita tidak mempunyai informasi yang
cukup. Kelenjar limfe membesar dan jika kelenjar ini pecah, infeksi
akan menyebar ke kavum peritoneum dan dapat terjadi asites.
Perlekatan dari kelenjar-kelenjar usus besar, menyebabkan terjadinya
obstruksi. Fistula mungkin terjadi antara usus dan kandung kencing
atau usus dengan dinding perut.
b. Pada bentuk skunder, pasien dengan tuberkulosis paru menelan
sputumnya. Kuman tuberkulosis pada sputum menginfeksi dinding
usus, biasanya ileum dan menyebabkan ulserasi . Fistula dapat
terjadi. Infeksi dapat menyebar ke kavum abdomen dan menyebabkan
asites.
c. Tuberkulosis ileo-caecal hiperplastik, merupakan bentuk yang jarang
terjadi pada penyakit ini. Terjadi pada daerah katup ileocaecal.
9. TUBERKULOSIS MATA
Tuberkulosis menyerang mata lebih sering dari pada yang diduga.
Kuman dapat tertanam di bawah kelopak mata melalui debu atau dari
batuk orang yang terinfeksi, atau mencapai mata melalui aliran darah
berasal dari fokus primer atau tempat lain.7 Selain itu, terdapat juga
keadaan yang disertai nyeri hebat, yaitu konjunktivitis fliktenular-yang
tidak di akibatkan oleh infeksi langsung, tetapi kemungkinan terjadi
akibat “sensitivitas” terhadap tuberkulin yang dihasilkan dari lokasi
fokus primer pada paru atau lokasi lain.7
10. TUBERKULOSIS ADRENAL
Di negara dimana tuberkulosis sering terjadi, diduga menjadi
penyebab 50% dari kasus insufisiensi adrenal (Addison disease). Kuman
tuberkulosis sampai di adrenal melalui aliran darah.7 Gejala utamanya:
kelelahan yang sangat dan kelemahan umum. Sering muntah-muntah dan
diare berulang. Pigmentasi kulit terutama terjadi di daerah yang banyak
mengalami penekanan, misalnya siku atau punggung bagian bawah. Juga
timbul bercak-bercak disekitar mulut, terutama dapat dinilai pada ras
kulit putih. Tekanan darah turun. Kadang-kadang uji tuberkulin dapat
membantu. 7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Peritonitis tuberculosis adalah peradangan peritoneum yang
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Biasanya merupakan
kelanjutan proses tiuberculosis di tempat lain, terutama paru-paru
(Soeparwan, 1990: 662)
Penyakit ini merupakan tuberculosis yang jarang, namun demikian
merupakan salah satu penyebab peritonitis yang penting. Karena
perjalanan penyakitnya perlahan-lahan, serta gejalanya yang tidak jelas,
sering kali penyakit ini dikira sebagai neoplasma atau asites karena sirosis
hati. Secara primer dapat terjadi karena penyebaran dari focus di paru,
intestin atau saluran kemih.
2. Anatomi Fisiologi
a. Peritoneum
Peritoneum ialah membran serosa rangkap yang terbesar di
dalam tubuh. Peritoneum terdiri artas dua bagianutama, yaitu
peritoneum parietal, yang melapisi dinding rongga abdominal, dan
peritoneum visceral, yang melapisi semua organ yang berada di dalam
rongga abdomen.
Ruang yang berada diantara dua lapisan ini disebut ruang
peritonial atau kantong peritoneum. Banyak lipatan atau kantong
terdapat di dalam peritoneum; sebuah lipatan besar atau omentum
mayor yang kaya akan lemak, bergantungan di sebelah depan lambung,
lipatan kecil (omentum minor) berjalan dari porta hepatica setelah
menyelaputi hati ke bawah, ke kurvatura minor lambung dan disini
bercabang untuk menyelaputi lambung ini. Kolon juga terbungkus oleh
peritoneum ini, kemudian berjalan ke atas dan berbelok ke belakang
sebagai meso-kolon kea rah dinding posterior abdomen. Sebagian dari
dari peritoneum ini membentuk mesentrium usus halus. Omentum
besar dan kecil, mesentrium usus halus dan mesokolon, semua memuat
penyaluran darah vaskuler dan limfe dari organ-organ yang
diselaputinya.

Fungsi peritoneum adalah menutupi sebagian besar dari organ-


organ abdomen dan pelvis, membentuk perbatasan halus yang
memungkinkan organ saling bergeseran tanpa ada pergesekan. Organ-
organ digabungkan bersama dan menjaga kedudukan organ-organ
tersebut tetap, dan mempertahankan hubungan perbandingan organ-
organ terhadap dinding posterior abdomen. Sejumlah besar kelenjar
limfe dan pembuluh darah yang termuat dalam peritoneum, membantu
melindunginya terhadap infeksi.
b. Rongga abdomen
Abdomen ialah rongga terbesar di dalam tubuh. Bentuknya
lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis di bawah.
Rongga abdomen dibagi menjadi dua bagian, yaitu rongga sebelah atas
yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih
kecil.
Batas-batas abdomen diatas diafragma. Di bawah pintu rongga
masuk panggul, dari panggul besar di depan dan di kedua sisi, otot-otot
abdominae, tulang- tulang aliaka da iga-iga sebelah bawah. Di
belakang tulang punggung dan otot psoas dan kuadratus lumborum.
Isi abdomen sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu
lambung, usus halus dan usus besar.
Pembuluh limfe dan kelenjar, urat saraf, peritoneum dan lemak
juga di jumpai di dalam rongga ini.
1) Lambung
Fungsi lambung adalah :
a) menerima makanan dan bekerja sebagai sebagai penampung
untuk jangka waktu pendek
b) semua makanan dicairkan dan dicampurkan dengan asam
hidroklorida. Dan dengan cara ini disiapkan untuk dicernakan
oleh usus
c) protein diubah menjadi peptone
d) susu dibekukan dan kasein dikeluarkan
e) pencernaan lemak dimulai di dalam lambung
f) khime, yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk
duodenum.

2) Usus halus
Usus halus adalah bagian saluran pencernaan diantara
lambung dan usus besar. Usus halus panjang, tube yang berliku-
liku yang memenuhi sebagian besar rongga abdomen. Usus halus
terdiri dari : duodenum, yeyunum dan ileum.
a) Duodenum
Duodenum adalah tube yang berbentuk C, dengan panjang
kira-kira 25 cm, pada bagian belakang abdomen, melengkung
melingkari pancreas.
b) Yeyunum dan ileum
Yeyunum merupakan bagian pertama dan illem merupakan
bagian kedua dari saluran usus halus. Semua bagian usus
tersebut mempunyai panjang yang bervariasi mulai dari 300 cm
sampai dengan 900 cm.
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan
dan absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan
dimulai dari dalam mulut dan lambung oleh kerja ptyalin, asam
klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses
dilanjutkan dalam duodenum terutama oleh enzim-enzim pancreas
yang menghidrolisis karbohidrat meliputi glukosa, maltosa dan
galaktosa, lemak menjadi asam dan gliserol (dengan bantuan garam
empedu pada keluaran empedu ke dalam duodenum oleh kontraksi
kelenjar empedu) serta protein menjadi asam amino.
Proses pencernaan disempurnakan oleh beberapa enzim
dalam getah usus (sukus enterikus). Enzim-enzim ini terdapat pada
brush bovaer vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil
diabsorpsi.
3. Etiologi
Penyebab dari Peritonitis Tuberculosis adalah mycobacterium
tuberculosis. Pada umumnya peritonitis tuberculosis merupakan keadaan
akibat adanya proses tuberculosis di tempat lain, terutama paru-paru.
Namun demikian, sering juga dilaporkan bahwa sewaktu diagnosis
peritonitis tuberculosis ditegakkan ternyata proses tuberculosis di paru
sudah menyembuh atau tidak ada lagi. Hal ini mungkin terjadi oleh karena
proses tuberculosis di paru dapat menyembuh dengan sendirinya walaupun
sebenarnya di tempat lain masih terdapat penyebaran.
Pada kebanyakan kasus peritonitis tuberculosis, penyebarannya tidak
secara langsung berlanjut (kontinu) dari alat sekitarnya, tetapi lebih sering
disebabkan karena reaktivitas proses laten yang terdapat di peritoneum
yang diperoleh sewaktu terjadi penyebaran hematogen dari proses primer
terdahulu. Oleh karena itu pulalah banyak kasus peritonitis tuberculosis
tanpa ditemui ada kelainan di paru-paru
Sebaliknya bisa juga terjadi peritonitis tuberculosis pada kejadian
penyebaran hematogen atau proses tuberculosis milier.
Pada sebagian kecil selain terjadi melalui penyebaran hematogen
dapat juga melalui penyebaran langsung tuberculosis usus, tuberculosis
alat genitalia interna atau akibat pecahnya kelenjar linfe mesentrium yang
mengalami perkejuan.

4. Tanda dan gejala


Gejala klinis bervariasi. Pada umumnya keluhan dan gejala timbul
perlahan-lahan, sering penderita tidak menyadari keadaan ini. Pada lebih
70% kasus ditemukan keluhan yang berlangsung lebih dari empat bulan.
Keluhan yang paling sering adalah adanya nyeri pada perut,
pembengkakan perut, tidak nafsu makan, batuk, demam, kelemahan, berat
badan menurun dan distensi abdomen.
Sedangkan dari hasil penelitian terhadap 30 kasus penderita
peritonitis tuberculosis yang dirawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo,
Jakarta, antara tahun 1975 sampai dengan tahun 1979 ditemukan keluhan
sebagai berikut: sakit perut 57 %, pembengkakan perut 50 %, batuk 40 %,
demam 30 %, anoreksia 30 % keringat malam 26 %, kelelahan 23 %, berat
badan menurun 23 %, mencret 20 %.
Keluhan yang berasal dari saluran cerna seperti sakit perut,
mencret dan lain-lain berhubungan dengan ada tidaknya proses dalam usus
atau adanya perlengketan antara usus dengan peritoneum atau usus dengan
usus. Jika perlengketan begitu hebat dapat terjadi penggumpalan sehingga
jalan makanan terganggu dan terjadi gejala illeus obstruktif.

5. Patofisiologi
Ketika kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet
nuclei dalam udara yang dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2
jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan
kelembaban. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan
menempel pada jalan napas atau paru-paru. Kebanyakan partikel ini akan
mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang tracheo-bronkhial
beserta gerakan silia dengan sekretnya. Bila kuman tetap menempel pada
alveoli kemudian baksil berkembang. Reaksi permukaan yang disebabkan
oleh baksil tersebut adalah reaksi inflamasi, leukosit polimorfonuklear
berusaha memfagositosis bakteri tersebut, tetapi organisme tersebut tidak
dapat dimatikan. Sesudah hari-hari pertama terjadi perubahan yaitu
leukosit diganti oleh makrofag, ia tumbuh dan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan
membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang
primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat terjadi di bagian jaringan
paru mana saja. Dari sarang primer timbul peradangan saluran getah
bening menjadi hilus, dan juga diikuti peradangan getah bening (KGB)
hilus hingga menjadi kompleks primer, kompleks primer ini dapat
langsung berkomplikasi dan menyebar secara limfogen dan hematogen ke
organ tubuh lainnya, atau bersifat dormant. Kuman yang dormant dapat
muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi
tuberculosis dewasa. Tuberculosis ini dapat dimulai dengan sarang dini di
region atas paru-paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior).
Invasi pada daerah parenkim paru-paru sarang dini mula-mula berbentuk
sarang pneumonia kecil. Dalam waktu 3-10 minggu sarang ini menjadi
tuberkel, yaitu suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel
Datia-langhans (sel besar dengan banyak luti) yang dikelilingi oleh sel-sel
limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat. Sarang dini ini kemudian
meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan di
sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan lembek
membentuk jaringan keju, bila jaringan keju dibatukkan akan terjadi
kavitas yang berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena
infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas
sklerotik. Kavitas ini meluas kembali dan menimbulkan sarang
pneumonia. Karena timbulnya peradangan saluran getah bening dan
limfadenitis (pembesaran kelenjar getah bening). Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah yang disebut
dengan penyebaran limphohematogen. Penyebaran secara hematogen
merupakan suatu pneumonia akut yang menyebabkan tuberculosis milier.
Karena pada peritoneum banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah
maka tuberculosis dapat berkembang di daerah ini.
Tuberkel pada daerah peritoneum sering ditemukan, kecil-kecil
berwarna putih kekuning-kuningan tampak menyebar di peritoneum atau
pada alat-alat tubuh yang berada di dalam rongga peritoneum. Selain
tuberkel yang kecil terdapat juga tuberkel yang besar. Di sekitar tuberkel
terdapat reaksi jaringan peritoneum berupa kongesti pembuluh darah.
Eksudat dapat terbentuk banyak, menutupi tuberkel dan peritoneum
sehingga merubah dinding perut menjadi tegang.
6. Pathway
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada yang khas;
1) Leukosit meningkat, kadang-kadang lebih dari 20.000/UL;
2) Thrombosit meningkat, menunjukkan hemikonsentrasi;
3) Laju Endap Darah (LED) pada umumnya meninggi, jarang
ditemukan yang normal;
4) Protein/albumin serum menurun karena perpindahan cairan.
b. Pemeriksaan penunjang diagnosis
1) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan sinar tembus pada saluran pencernaan dapat
membantu jika terdapat kelainan pada usus kecil atau usus besar.

2) Biopsy peritoneum
Biopsy peritoneum merupakan cara yang paling sering
digunakan untuk menegakkan diagnosis. Cara ini sederhana dan
mudah dikerjakan. Dahulu digunakan jarum VIM silverman,
seperti pada biopsy jaringan pleura, kemudian jarum Abram dan
cope.

3) Peritoneoskopi
Pemeriksaan peritoneoskopi merupakan pemeriksaan yang
sederhana dan aman jika dilakukan secara hati-hati. Dengan cara
ini, biopsy dapat dilakukan dengan terarah, juga dapat melihat
langsung adanya kelainan di dalam peritoneum serta organ-organ
lain di dalam rongga peritoneum.
Gambaran yang dapat dilihat pada peritonitis tuberculosis
ialah:
a) Tuberkel-tuberkel kecil atau besar yang terdapat pada dinding
peritoneum atau pada organ lain di dalam rongga peritoneum
seperti hati, ligamentum, omentum atau usus.
b) Perlengketan diantara usus, oemntum, hati, kantung empedu
dan peritoneum.
c) Penebalan peritoneum.
d) Adanya cairan eksudat atau cairan yang keruh seperti nanah.
Mungkin juga warna eksudat kemerahan bercampur darah
(serosanguineus).
Biopsy dapat ditujukan kepada tuberkel secara terarah atau
pada jaringan lainnya yang tersangka mengalami kelainan dengan
menggunakan alat biopsy khusus dan sekaligus cairan dapat
dikeluarkan.
Walaupun pada umumnya gambaran peritoneoskopi
peritonitis tuberculosis dapat dikenal dengan mudah, namun
gambarannya bisa menyerupai penyakit lain seperti peritonitis
karsinomatis, karena itu pengobatan sebaiknya diberikan jika hasil
pemeriksaan patologi anatomis menyokong suatu peritonitis
tuberculosis.
Adanya jaringan perlengketan yang luas akan merupakan
hambatan dan kesulitan dalam memasukkan trokar dan lebih lanjut
ruangan yang sempit di dalam rongga abdomen juga menyulitkan
pemeriksaan.

4) Laparotomi
Laparotomi eksplorasi dahulu merupakan tindakan diagnostik
yang sering dikerjakan. Hughes malahan menganggap cara ini
merupakan cara diagnostik yang paling baik. Pembedahan
dilakukan, jika cara-cara lain yang lebih sederhana tidak
memberikan kepastian diagnosa jika dijumpai adanya indikasi
yang mendesak seperti obstruksi usus.
B. DAMPAK PENYAKIT PERITONITIS TUBERKULOSIS TERHADAP
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Kebutuhan Nutrisi
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan diakibatkan karena
adanya nyeri pada abdomen kuadran atas sehingga mengakibatkan tirah
baring serta adanya peradangan pada peritoneum mengakibatkan
penurunan/peningkatan peristaltic usus merangsang pengeluaran gastrin
yang dapat merangsang vomiting center sehingga timbul anoreksia dan
mual.

2. Eliminasi
Pola eliminasi terganggu dapat disebabkan karena adanya proses dalam
usus atau adanya perlengketan dalam usus, sehingga terjadinya penurunan
peristaltic usus sampai terjadi gejala ileus obstruktif sehingga menurunkan
reflek defekasi dan terjadilah kesulitan BAB sampai konstipasi.

3. Aktivitas sehari-hari (ADL)


Dengan adanya rasa sakit di daerah perut kuadran atas mengakibatkan pola
aktivitas terganggu dan menurunnya metabolisme glukosa dan
pembentukan Adenosin Tri Pospat (ATP) sehingga energi yang dihasilkan
kurang dan menyebabkan kelemahan fisik.
4. Pola tidur
Gangguan pola tidur dapat terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri di perut
kuadran atas dan pergerakan tubuh waktu tidur yang dapat menimbulkan
penekanan pada daerah abdomen yang sakit.

5. Personal hygiene
Hal ini dihubungkan dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas akibat
kelemahan fisik.

6. Rasa nyaman
Terjadinya peradangan pada peritoneum menimbulkan rangsangan pada
serabut saraf untuk mengeluarkan enzim bradikinin dan serotonin sehingga
nyeri dipersepsikan.
7. Kecemasan
Hal ini dapat terjadi sebagai akibat langsung dari kurangnya pengetahuan
serta pemahaman tentang penyakit serta procedur penanganan atau
tindakan yang dilakukan pada klien.
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada


praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar
manusia, sg menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktik keperawatan yang terdiri dari tahapan yang mencakup :
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
Berikut ini adalah tahapan dari proses keperawatan :
1. Pengkajian
a. Pengkajian data dasar
1) Data demografi klien meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, suku
bangsa dan pendidikan. Data ini penting untuk mendapatkan
gambaran tentang kemungkinan factor predisposisi timbulnya
masalah keperawatan peritonitis tuberculosis.

2) Riwayat kesehatan sekarang


Kaji mengenai tanda dan gejala yang muncul pada penyakit
peritonitis tuberculosis: nyeri pada perut, pembengkakan perut,
tidak nafsu makan. Batuk, demam, kelemahan, distensi abdomen.
b. Dapatkan sumber penularan
Karena penyakit peritonitis tuberculosis merupakan awalnya dari
penyakit tuberculosis, maka dapat disebabkan oleh tuberculosis kontak
dengan penderita yang lain, maka untuk sumber penularan harus
dikaji:
1) Riwayat peritonitis tuberculosis klien/keluarga
2) Riwayat anggota keluarga yang mengalami penyakit tuberculosis
paru.
3) Riwayat kesehatan klien dahulu, apakah pernah mengalami TBC
paru sebelumnya.
4) Riwayat lamanya kontak dengan penderita
5) Kebiasaan klien membuang dahak sembarangan
6) Riwayat pengobatan penyakit TBC paru.

c. Kaji manifestasi klinik terhadap:


1) Biologis
a) Nutrisi
Dengan adanya peradangan mengakibatkan perubahan
metabolisme di dalam tubuh, maka harus dikaji kualitas dan
kualitas nutrisi. Kondisi yang menghambat pemasukan nutrisi
(mual, muntah, anoreksia), penurunan berat badan.

b) Eliminasi
Frekuensi dan kuantitas urine dan faeces. Digali juga mengenai
hambatan yang menyertai, apakah terjadi perubahan warna
urine, jumlah ataupun frekkuensi.

c) Keseimbangan cairan dan sirkulasi


Perlu dikaji pada peritonitis tuberculosis adalah ascites karena
adanya perpindahan cairan dari ekstraseluler, intravaskuler, dan
area interstitial ke dalam usus atau area peritoneal, adanya
muntah atau secara medik cairan dibatasi, demam.

d) Aktivitas/istirahat
Pola, kelemahan, hambatan, kebiasaan, malaise umum
sehubungan dengan hambatan dalam metabolisme atau rasa
nyeri yang mengganggu.

e) Personal hygiene
Mengkaji kemandirian dan tingkat pemenuhan kebutuhan
personal hygiene yang juga dihubungkan dengan rasa sakit di
perut kuadran atas.

2) Lakukan pemeriksaan fisik


Metode yang dapat dilakukan adalah inspeksi, palpasi,
perkusi dan aulkutasi (IPPA). Khusus untuk sistem perncernaan
maka metode yang digunakan adalah inspeksi, auskultasi, perkusi,
palpasi (IAPP), cara pemeriksaannya dengan head – to – toe, ROS
(Review of System).
Berikut adalah bagian-bagian dari pemeriksaan fisik :
a) Sistem neurology
Kaji kesadaran (melalui penilaian GCS), reflek fisiologis
tubuh, daya orientasi (tempat, orang, waktu), daya ingat.

b) Sistem respirasi
Yang harus dikaji paling utama adalah pola napas dan frekuensi
napas karena dengan penyakit tuberculosis yang sedang aktif
disertai dengan batuk yang produktif, adanya sumbatan jalan
napas.

c) Sistem kardiovaskuler
Dari sistem ini pengkajian yang dilakukan berhubungan dengan
peritonitis tuberculosis adalah tekanan darah, biasanya systole
dibawah 90 mmHg, keadaan yang terus menurun kemungkinan
terjadinya syok hipovolemik. Nadi lebih dari 120 x/menit,
apakah ada perubahan tekanan vena jugularis.

d) Sistem gastrointestinal
Pengkajian pada sistem ini merupakan data focus yang harus
dikaji lebih teliti dan tepat. Data yang harus dikaji meliputi :
(1) Mulut dan gigi
Bentuk, kebersihan, kesulitan menelan, warna mukosa,
bibir, proses mengunyah , sensasi rasa.

(2) Abdomen
Secara umum pemeriksaan fisik yang harus dilakukan
untuk klien peritonitis tuberculosis yaitu : adanya distensi
abdomen, peristaltic pada mula-mula meningkat dan lama
kelamaan menjadi menurun. Kadang terjadi ileus obstruktif,
nyeri tekan pada waktu palpasi, abdomen teraba seperti
adonan kue atau tegang, adanya pembengkakan pada perut
atau asites.

(3) Hati dan limfa


Pada peritonitis tuberculosis karena riwayat pengobatan
penyakit tuberculosis paru dengan pengobatan isoniazid
dapat mempengaruhi pada faal hati yang kadang disertai
dengan hepatomegali.

(4) Rectum
Apakah ada hambatan daerah rectum (hemoroid, fistula
dsb), keluhan nyeri yang menyertai hal tersebut harus pula
dikaji.

e) Sistem genitourinaria
Pengkajian yang berhubungan dengan peritonitis tuberculosis
adalah adanya perubahan haluaran urine menjadi menurun,
perubahan warna urine menjadi gelap dan pekat, sebagai
salahsatu tanda terjadinya kekurangan volume cairan pada
klien.

f) Sistem musculoskeletal
Yang dikaji adalah dari sikap berjalan pada klien peritonitis
tuberculosis. Prgerakan sendi berhubungan dengan rasa nyeri di
bagian perut kuadran atas.

g) Sistem endokrin
Adakah kelainan endokrin lain yang memperberat kondisi
klien.

h) Sistem integument
Harus dikaji perubahan warna kulit kemerahan, kering dan
hangat yang menandakan adanya septicemia. Terjadinya
perubahan menjadi pucat lembab, dingin dan sianosis
merupakan tanda-tanda terjadinya syok hypovolemik.

3) Kaji data psikologis dan lingkungan


Kaji tentang penampilan, status emosi, konsep diri, kecemasan
dalam menghadapi penyakit yang dideritanya termasuk interaksi
social selama masa perawatan.

4) Kaji data tentang keyakinan spiritual


Bagaimana klien menghadapi penyakitnya dihubungkan dengan
agama/kepercayaan yang dianutnya.
5) Kaji tentang kondisi dan pemahaman tentang pemeriksaan
diagnostik serta rencana tindakan yang akan dilakukan sehubungan
dengan penyakit yang dideritanya.
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan
dan mengatasi kebutuhan spesifik klien serta respon terhadap masalah
actual dan resiko tinggi (NANDA : 1992).
Diagnosa adalah pernyataan yang dirumuskan berdasarkan data yang
terkumpul dan berupa rumusan tentang respon klien terhadap masalah
kesehatan actual dan potensial serta factor etiologi yang berkontribusi
terhadap timbulnya masalah yang perlu diatasi dengan tindakan/intervensi
keperawatan (Gordon, 1976).

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan


peritonitis tuberculosis adalah :

a. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan peritoneum perifer


(toksin), akumulasi cairan dalam rongga abdomen/peritoneal (distensi
abdomen), trauma jaringan.

b. Ketidakseimbangan nutrisi :kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan mual/muntah, disfungsi usus, peningkatan kebutuhan
metabolic, anoreksia.
c. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan
perpindahan cairan dari ekstraseluler, intravaskuler, dan area
interstitial ke dalam usus dan/atau area peritoneal, muntah, aspirasi
NGT/usus, demam, secara medik cairan dibatasi.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat


pertahanan primer (kulit rusak, trauma jaringan, gangguan peristaltic)
tidak kuat pertahanan sekunder (penekanan imunologi), prosedur
invasive.

e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan umum,


penurunan kekuatan/ketahanan tubuh, nyeri, keterbatasan aktivitas.
f. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, factor fisiologis.

g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis,


dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat,
salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah acuan tertulis yang terdiri dari berbagai
intervensi keperawatan yang direncanakan dapat mengatasi diagnosa
keperawatan sehingga klien dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya (PPNI,
1999: 8)
Langkah-langkah dalam perencanaan adalah menentukan prioritas,
menentukan criteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi.
Perencanaan keperawatan pada klien dengan peritonitis tuberculosis
meliputi :
1. Prioritas masalah
1) Kontrol infeksi
2) Perbaiki/pertahankan volume sirkulasi
3) Tingkatkan kenyamanan
4) Pertahankan nutrisi
5) Berikan informasi tentang proses penyakit, kemungkinan
komplikasi, dan kebutuhan pengobatan.
2. Tujuan pemulangan
1) Infeksi teratasi
2) Komplikasi tercegah/minimal
3) Nyeri hilang
4) Proses penyakit, potensial komplikasi dan program terapi
dipahami.

3. Intervensi dan rasionalisasi


a. Nyeri akut berhubungan dengan :
Peradangan peritoneum perifer (toksin), akumulasi cairan dalam
rongga abdomen/peritoneal (distensi abdomen), trauma jaringan.
Criteria evaluasi :
a) Laporan nyeri hilang
b) Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi, metode
lain untuk meningkatkan kenyamanan
c) Penurunan skala nyeri
Tindakan/intervensi Rasional
(1) (2)
Kaji ulang tingkat nyeri klien, Adanya perubahan dalam
lokasi, lama, intensitas dan lokasi, intensitas dapat
karakteristiknya (0-5) menunjukkan terjadinya
komplikasi
Kaji adanya keluhan nyeri secara Adanya keluhan secara verbal
verbal maupun non verbal maupun non verbal dapat
menentukan sejauh mana
nyeri dapat mempengaruhi
kebutuhannya serta
menentukan intervensi yang
dibutuhkan oleh klien
Pertahankan posisi yang nyaman Mengurangi adanya tekanan
bagi klien gravitasi dan membantu
meminimalkan nyeri karena
gerakan yang berlebihan
Merupakan metode dengan
Ajarkan pada klien tentang teknik cara mengalihkan perhatian
distraksi nyeri klien pada hal-hal lain
sehingga klien akan lupa
terhadap nyeri yang dialami
Lakukan teknik “gate control” Sel-sel reseptor yang
menerima stimuli nyeri
peripheral dihambat oleh
stimulasi dari serebral saraf
yang lain, Karena pesan-
pesan nyeri menjadi lambat.
Prutis spina cord yang
Ajarkan teknik relaksasi yang tepat mengontrol jumlah input ke
dilakukan otak menutup
Keadaan otot-otot yang relaks
dapat mengurangi
ketergangan pada saraf yang
dapat merangsang nyeri.
Kolaborasi dalam pemberian obat Keadaan yang
analgetik menyenangkan dapat
merangsang pengeluaran
endorphin
Analgetika mengurangi nyeri
dengan cara menekan saraf
pusat pada thalamus dan
cortex
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual/muntah, disfungsi usus, peningkatan kebutuhan
metabolic, anoreksia.
Criteria evaluasi :
i. Adanya peningkatan nafsu makan
ii. Mempertahankan dan meningkatkan berat badan
iii. Adanya peningkatan porsi makan
iv. Adanya perbaikan peristaltic usus
Tindakan/intervensi Rasional
(1) (2)
Awasi haluaran slang NG. Catat Jumlah besar dari aspirasi
adanya muntah/diare. gaster dan muntah/diare
diduga terjadi obstruksi
usus, memerlukan evaluasi
Auskultasi bising usus, catat bunyi lanjut
tak ada/hiperaktif Meskipun bising usus sering
tak ada, inflamasi/iritasi
usus dapat menyertai
Ukur lingkar abdomen hiperaktivitas usus,
penurunan absorpsi air dan
diare
Tambahkan diet sesuai toleransi, Memberikan bukti kuantitas
contoh cairan jernih sampai perubahan distensi
lembut. gaster/usus dan/atau
akumulasi asites
Timbang berat badan bila Kemajuan diet yang hati-hati
memungkinkan saat masukan nutrisi dimulai
lagi menurunkan risiko
iritasi gaster
Kehilangan/peningkatan dini
Jelaskan pentingnya nutrisi yang menunjukkan perubahan
adekuat hidrasi tetapi kehilangan
lanjut diduga ada deficit
nutrisi
Pemahaman dan penjelasan
Berikan pada klien untuk makan yang tepat pada klien
porsi kecil tapi sering (PKTS) tentang nutrisi dapat
meningkatkan kemampuan
klien dalam pemenuhan
nutrisi
Porsi kecil dapat mengurangi
lamanya transit yang terlalu
Pertahankan lingkungan yang lama pada lambung yang
nyaman selama klien makan akan menimbulkan rasa
mual dan tegang pada
lambung. Dengan porsi
Anjurkan untuk minum air hangat sering akan tetap memenuhi
sebelum klien makan kebutuhan nutrisi
Adanya keadaan yang tidak
menyenangkan dapat
mengganggu dan
Kolaborasi dengan dokter untuk menurunkan nafsu makan
pemberian obat antasida pada klien
Air hangat dapat merangsang
peristaltic usus sehingga
dapat meningkatkan nafsu
makan pada klien dan
mengurangi perasaan mual
Jenis antasida dapat
mengurangi pengeluaran
HCl yang berlebihan yang
dapat mengurangi rasa mual
dan nyeri.
c. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan
dengan perpindahan cairan dari ekstraseluler, intravaskuler, dan
area interstitial ke dalam usus dan/atau area peritoneal, muntah,
aspirasi NGT/usus, demam, secara medik cairan dibatasi.
Criteria evaluasi :
i. Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan :
haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal
ii. Tanda-tanda vital stabil
iii. Membrane mukosa lembab
iv. Turgor kulit baik
v. Pengisian kapiler meningkat
vi. Berat badan dalam rentang normal.
Tindakan/intervensi Rasional
(1) (2)
Pantau tanda vital, catat adanya Membantu dalam evaluasi
hipotensi (termasuk perubahan derajat deficit
postural), takikardia, takipnea, cairan/keefektifan
demam. Ukur CVP bila ada penggantian terapi cairan
Pertahankan masukan dan haluaran dan respon terhadap
yang akurat dan hubungkan pengobatan
dengan berat badan harian. Menunjukkan status hidrasi
Termasuk pengukuran/perkiraan keseluruhan. Keluaran urine
kehilangan contoh penghisapan mungkin menurun pada
gster, drain, balutan, hemovac, hipovolemia dan penurunan
keringat, lingkar abdomen perfusi ginjal, tetapi bert
badan masih meningkat,
menunjukkan adanya edema
jaringan/asites. Kehilangan
dari penghisapan gaster
mungkin besar, dan
Ukur berat jenis urine banyaknya cairan
tertampung pada usus dan
area peritoneal (asites)
Menunjukkan status hidrasi
dan perubahan pada fungsi
ginjal, yang mewaspadakan
Observasi kulit/membrane mukosa terjadinya gagal ginjal akut
untuk kekeringan, turgor. Catat pada respon terhadap
edema perifer/sacral. hipovolemia, mempengaruhi
toksin.
Hilangkan tanda bahaya/bau dari Hipovolemia, perpindahan
lingkungan. Batasi pemasukan es cairan, dan kekurangan
batu. nutrisi memperburuk turgor
Ubah posisi dengan sering, berikan kulit, menambah edema
perawatan kulit dengan sering, jaringan
dan pertahankan tempat tidur Menurunkan rangsangan pada
kering dan bebas lipatan. gaster dan respons muntah.
Awasi pemeriksaan laboratorium, Jaringan edema dan adanya
contoh Hb/Ht, elektrolit, protein, gangguan sirkulasi
albumin, BUN, kreatinin. cenderung merusak kulit.

Memberikan informasi tentang


hidrasi, fungsi organ.
Berbagai bentuk dengan
konsekuensi tertentu pada
fungsi sistemik mungkin
Berikan plasma/darah, cairan, sebagai akibat dari
elektrolit, diuretic sesuai indikasi perpindahan cairan,
hipovolemia, hipoksemia,
toksin dalam sirkulasi, dan
produk jaringan nekrotik.
Mengisi/mempertahankan
volume sirkulasi dan
keseimbangan elektrolit.
Koloid (plasma,
darah)membantu
menggerakkan air ke dalam
area intravaskuler dengan
meningkatkan tekanan
osmotic. Diuretic mungkin
digunakan untuk membantu
pengeluran toksin dan
meningkatkan fungsi ginjal.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat


pertahanan primer (kulit rusak, trauma jaringan, gangguan
peristaltic) tidak kuat pertahanan sekunder (penekanan
imunologi), prosedur invasive.
Criteria evaluasi :
i. meningkatnya penyembuhan pada waktunya
ii. bebas drainage purulen atau eritema
iii. tidak demam
iv. Menyatakan pemahaman penyebab individu/factor resiko
Tindakan/intervensi Rasional
(1) (2)
Catat factor risiko individu contoh Mempengaruhi pilihan
trauma abdomen, apendisitis intervensi
akut, dialisa peritoneal
Kaji tanda vital dengan sering, catat
tidak membaiknya atau Tanda adanya syok septic,
berlanjutnya hipotensi, endotoksin sirkulais
penurunan tekanan nadi, menyebabkan vasodilatasi,
takikardia, demam, takipnea. kehilangan cairan dan
sirkulasi, dan rendahnya
Catat perubahan status mental status curh jantung
(contoh bingung, pingsan) Hipoksemia, hipotensi dan
asidosis dapat menyebabkan
Catat warna kulit, suhu, kelembaban penyimpangan status mental
Hangat, kemerahan, kulit
kering adalaj tanda dini
septicemia. Selanjutnya
manifestasi termasuk dingin,
Awasi haluaran urine kulit pucat lembab dan
sianosis sebagai tanda syok
Oliguria terjadi sebagai akibat
penurunan perfusi ginjal,
Obserbvasi drainase pada luka/drein toksin dalam sirkulasi
mempengaruhi antibiotik
Pertahankan teknik steril bila pasien Memberikan informasi tentang
dipasang kateter, berikan status infeksi
perawatan kateter /kebersihan Mencegah penyebaran,
perineal rutin membatasi pertumbuhan
Awasi/batasi pengunjung dan staf bakteri pada traktus
sesuai kebutuhan. Berikan urinarius
perlindungan isolasi bila Menurunkan risiko terpajan
diindikasikan pada/menambah infeksi
sekunder pada pasien yang
Bantu dalam aspirasi peritoneal, bila mengalami tekanan imun
diindikasikan Dilakukan untuk membuang
cairan dan untuk
mengidentifikasi organisme
infeksi sehingga terapi
antibiotik yang tepat dapat
diberikan
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
umum, penurunan kekuatan/ketahanan tubuh, nyeri, keterbatasan
aktivitas.
Criteria evaluasi :
i. mampu melakukan mobilitas fisik sesuai dengan kondisi
klien
ii. adanya peningkatan kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari
Tindakan/intervensi Rasional
(1) (2)
Kaji ulang kemampuan klien dalam Dengan mengetahui
memenuhi kebutuhannya dan kemampuan klien
melakukan aktifitas membantu dalam pemberian
intervensi yang diperlukan
Berikan mobilitas progresif bila oleh klien dan untuk
diindikasikan menghindari ketergantungan
klien
Dampingi klien pada saat melakukan Aktivitas yang bertahap dapat
aktivitas yang dilakukan oleh mengurangi terjadinya
klien kelemahan dan mencegah
terjadinya atropi otot
Menciptakan kemampuan pada
Ajarkan pada klien bagaimana klien dalam melakukan
menggunakan relaksasi yang aktivitas dan mencegah
progresif terjadinya cidera akibat
adanya kelemahan pada
klien
Pengendalian nyeri adalah
komponen yang terpenting
dalam mempertahankan
mobilitas otot dan
persendian dengan optimal.
f. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, factor fisiologis.
Criteria evaluasi :
i. menyatakan kesadaran terhadap perasaan dan cara yang sehat
untuk menghadapi masalah
ii. melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani
iii. tampak rileks
Tindakan/intervensi Rasional
(1) (2)
Jelaskan pada klien setiap tindakan Pemberian informasi sebelum
pengobatan yang akan dilakukan dilakukan tindakan
pengobatan yang akan
dilakukan dapat
meningkatkan pemahaman
pada klien tentang
pentingnya pengobatan yang
Berikan kesempatan pada klien dilakukan, sehingga klien
untuk mengekspresikan perasaan merasa tenang
cemas yang dialaminya Dengan pengungkapan secara
verbal maupun nonverbal
dalam mengungkapkan rasa
Lakukan kontak yang sering dengan cemas dapat mengurangi
klien dan dampingi klien pada perasaan cemas yang
saat cemas dialaminya
Dengan banyaknya kontak
dengan petugas kesehatan
Anjurkan pada keluarga untuk tetap dapat memberikan perasaan
mendampingi dan terus bahwa dirinya diprhatikan
menemani klien dan tidak oleh petugas kesehatan
membiarkan klien sendirian Dengan perhatian dari keluarga
memberikan efek psikologis
rasa tenang dan nyaman
g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurang mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.
Criteria evaluasi :
i. menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
ii. mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala dengan factor
penyebab
iii. melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan
menjelaskan alasan tindakan.
Tindakan/intervensi Rasional
(1) (2)
Kaji ulang proses penyakit dasar dan Memberikan dasar
harapan untuk sembuh pengetahuan pada pasien
yang memungkinkan
membuat pilihan
Diskusikan program pengobatan, berdasarkan informasi
jadwal dan kemungkinan efek Antibiotik dapat dilanjutkan
samping setelah pulang, tergantung
pada lamanya dirawat
Anjurkan melakukan aktivitas Mencegah kelemahan,
biasanya secara bertahap sesuai meningkatkan perasaan
toleransi, dan sediakan waktu sehat
untuk istirahat adekuat

Kaji ulang pembatasan aktivitas Menghindari peningkatan


contoh hindari mengangkat tekanan intraabdomen yang
berat, konstipasi tidak perlu dan tegangan
otot
Lakukan penggantian balutan secara Menurunkan risiko
aseptic, perawatan luka kontaminasi. Memberikan
kesempatan untuk
mengevaluasi proses
Identifikasi tanda/gejala yang penyembuhan
memerlukan evaluasi medik, Pengenalan dini dan
contoh berulangnya pengobatan terjadinya
nyeri/distensi abdomen, muntah, komplikasi dapat mencegah
demam, menggigil, atau adanya penyakit/cedera serius.
drainase purulen, bengkak,
eritema pada insisi bedah (bila
ada)

5) Implementasi
Dalam tahap ini merupakan bagian aktif dalam asuhan
keperawatan. Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mambantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
Untuk implementasi pada kasus peritonitis tuberculosis disesuaikan
dengan rencana intervensi yang telah dipersiapkan serta disesuaikan
dengan kondisi klien.

6) Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah dapat tercapai.
Evaluasi dilaksanakan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan.

You might also like